Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ayuningtyas Nirmala Putri
"Saat ini, pengembangan sediaan fitofarmaka perlu dilakukan suatu uji quality control (QC) untuk menjamin mutu dan keamanan dari sediaan tersebut. Oleh karena itu, standardisasi dan metode analisis yang valid baik pada bahan baku maupun produk jadi merupakan faktor penting dalam pengembangan sediaan fitofarmaka. Sediaan fitofarmaka yang digunakan untuk mengobati diare banyak mengandung ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val). Biomarker dari ekstrak daun jambu biji yaitu kuersetin, sedangkan biomarker dari ekstrak rimpang kunyit yaitu kurkuminoid. Kadar dari kurkuminoid dan kuersetin dapat dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis tanah dan tempat tumbuh.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan kondisi optimum analisis kurkuminoid dan kuersetin serta mengetahui kadarnya dalam tablet obat diare yang mengandung ekstrak daun jambu biji dan rimpang kunyit dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) densitometri. Hasil penelitian menunjukkan fase gerak terbaik adalah toluenaseton-metanol-asam format (46:8:5:1) pada panjang gelombang 426 nm untuk kurkuminoid dan 303 nm untuk kuersetin. Kurva kalibrasi kurkuminoid antara 612-1632 ppm, dan kuersetin antara 81,12-405,6 ppm. Batas deteksi dan kuantitasi kurkuminoid berturut-turut sebesar 100,65 ppm dan 335,49 ppm, sedangkan batas deteksi dan kuantitasi kuersetin berturut-turut sebesar 17,92 ppm dan 59,72 ppm. Kadar rata-rata kurkuminoid sebelum dikoreksi sebesar 2541,59 μg/g dan kadar rata kuersetin sebelum dikoreksi sebesar 306,55 μg/g. Perolehan kembali kurkuminoid adalah 71,02 % dan kuersetin adalah 94,57 %. Kadar rata-rata kurkuminoid setelah dikoreksi sebesar 3578,70 μg/g dan kadar rata kuersetin setelah dikoreksi sebesar 324,16 μg/g.

Recently, developing of phytopharmaca needs quality control (QC) test to ensure the quality and safety. Thus, standardization and validation analysis methods of raw materials and product are an important factor in developing of phytopharmaca. The phytopharmaca for diarrhoea treatment contains extract of guava leaves and turmeric rhizome. Biomarker from extract of guava leave is quercetin, while biomarker from turmeric rhizome is curcuminoid. Curcuminoid and quercetin contents are influenced by the age of plants themselves, cultivate type and place of growth.
The purpose of this research was to get the analysis method for curcuminoid and quercetin contents in diarrhoea tablet contains extract of guava leaves and turmeric rhizome with using High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC) method densitometry. The result shows toluene-acetone-methanol-formic acid (46:8:5:1) is the best mobile phase at 426 nm for curcuminoid and 303 nm for quercetin. The calibration curve of curcuminoid between 612-1632 ppm, and quercetin between 81,12-405,6 ppm. Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantitation (LOQ) of curcuminoid is 100,65 ppm and 335,49 ppm respectively, while Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantitation (LOQ) of quercetin is 17,92 ppm and 59,72 ppm respectively. The average content of curcuminoid before corrected is about 2541,59 μg/g and quercetin is 306,55 μg/g. The recovery of curcuminoid is 71,02 % and quercetin 94,57 %."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32916
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armand Achmadsyah
"Latar Belakang: Penyakit demam berdarah dengue (DBD) ditularkan oleh vektor nyamuk A. aegypti dengan tingkat mortalitas manusia yang tinggi disertai dengan peningkatan resistensi terhadap insektisida sintesis akibat penggunaan yang berlebih. Salah satu upaya menurunkan penularan ini dengan pengendalian vektor DBD dengan metabolit sekunder aktif dari tanaman kunyit (Curcuma domestica) dan nanokomposit AgTiO2. 
Tujuan: penelitian ini untuk menganalisis aktivitas insektisida ekstrak methanol rimpang C.domestica dan nanokomposit AgTiO2 terhadap larva dan nyamuk dewasa A. Aegypti. 
Metode: Penelitian eksperimental yang terbagi menjadi dua subjek perlakuan : 1) Larva Instar III dan IV yang dipaparkan dengan ekstrak (Konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 ppm), nanokomposit AgTiO2 (Konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm), dan campuran ekstrak methanol rimpang C.domestica (Konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 ppm) dengan nanokomposit (25 ppm) diulang sebanyak lima kali; 2) Nyamuk dewasa A. Aegypti yang dipaparkan dengan ekstrak methanol rimpang C. domestica (Konsentrasi 2500, 5000, 10000, dan 20000 ppm), nanokomposit AgTiO2 (Konsentrasi 5000, 10000, 20000, dan 30000 ppm), dan campuran ekstrak methanol rimpang C.domestica (Konsentrasi 2500, 5000, 10000, dan 20000 ppm)dengan nanokomposit (30 ppm) diulang sebanyak tiga kali.
Hasil : Pada jam keempat, mortalitas larva 100% pada 2500 ppm dengan LC 50 dan LC9044.6 dan 586.3 ppm. Pada jam keenam, kematian nyamuk dewasa mencapai 100% pada konsentrasi 10,000-20,000 ppm/botol dengan LC50 dan LC901628.9 dan 4385.1 ppm/botol. Terdapat perbedaan bermakna pada mortalitas larva dan nyamuk dewasa pada campuran ekstrak methanol rimpang C.domestica dengan nanokomposit AgTiO2 (p<0.05) dengan ekstrak methanol rimpang C.domestica saja. Korelasi positif (+) pada subjek perlakuan larva (r=0.486  p=0.014 ) dan nyamuk dewasa (r=0.938  p=0.000 ). 
Kesimpulan: penambahan nanokomposit AgTiO2 pada ekstrak methanol rimpang C.domestica meningkatkan efektivitas insektisida terhadap larva dan nyamuk dewasa A. aegypti. 

Background & objectives : Dengue hemorrhagic fever is a widespread arthropod-borne viral disease transmitted by dengue mosquitoes, mainly A. aegypti. Currently, there are no vaccines available against dengue. Hence, medicinal plants containing bioactive compounds able to control the dengue mosquite attract considerable attention. This study evaluates the larvicidal / adulticidal activities of Curcuma domestica rhizome extract against A. aegypti combined with nanocomposite AgTiO2.
Methods: This is an experimental study. Phytochemical analysis of the extract was performed. The third and fourth larvae of A. aegypti were exposed to varying concentrations of the C.domestica rhizome extract (500, 1000, 1500, 2000, and 2500 ppm), nanocomposite AgTiO2 (5, 10, 15, 20, and 25 ppm), and combined between nanocomposite AgTiO2 (25 ppm) with C.domestica rhizome extract in five replicates, while female adult mosquitoes were exposed to the C.domestica rhizome extract (2500, 5000, 10000, and 20000 ppm), nanocomposite AgTiO2 (5000, 10000, 20000, and 30000 ppm), and combined between nanocomposite AgTiO2 (30 ppm) with C.domestica rhizome extract in three replicates. The phytochemical components consisted of saponin, flavonoid, alkaloid, triterpenoid, essential oil, and tannin. 
Results : At 4h, larva mortality was 100% at 2500 ppm, and the LC50 and LC90 were 44.6 and 586.3 ppm, respectively. At 6 h, adult mortality was 100% at 10,000-20,000 ppm/bottle, and the LC50 and LC90 were 1628.9 and 4385.1 ppm/ bottle. Statistically significant differences were observed in the larval and adult mortalities of A.aegypti between the high and low concentrations of the extract (p<0.05(. There was a significant, strong positive correlation between the concentrations and larval mortality (=0.486 p=0.014) and between the concentrations and adult mortality of A. aegypti (r=0.938  p=0.000). 
Interpretation & conclusion: C.domestica rhizome and nanocomposite AgTiO2 may be useful as an insecticide in controlling the population of A. aegypti.   
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riswanto
"Kurkumin merupakan senyawa aktif yang terdapat dalam rimpang kunyit (Curcuma domestica) dalam bentuk campuran kurkuminoid dengan desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin. Kurkumin menunjukkan aktivitas farmakologi yang lebih baik dibandingkan dengan dua komponen kurkuminoid lain dan karena sulitnya pemisahan kurkuminoid, kurkumin murni menjadi langka dan mahal. Metode isolasi kurkumin dengan kemurnian lebih dari 90% berusaha diperoleh. Rekristalisasi menggunakan sistem aseton-air pada suhu 2-5 oC selama 1 jam dan kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 dengan fase gerak diklormetan-metanol (95:5) dikerjakan untuk memperoleh kurkumin dengan kemurnian lebih dari 90%. Isolat dari rekristalisasi dan kromatografi kolom diperiksa dengan kromatografi lapis tipis densitometri dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan panjang gelombang maksimum, titik lebur, spektrum inframerah, 1HNMR, 13CNMR, dan LC-MS. Hasilnya, pada percobaan dengan rekristalisasi tidak dapat diperoleh kurkumin dengan kemurnian lebih dari 90%. Sebaliknya, kromatografi kolom menghasilkan kurkumin dengan kemurnian mencapai 90,04%. Kesimpulannya, kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak diklormetan-metanol (95:5) dapat digunakan untuk memperoleh kurkumin dari kurkuminoid rimpang kunyit dengan kemurnian lebih dari 90%.

Curcumin is an active compound that consist in turmeric (Curcuma domestica), as a curcuminoids mixture with desmethoxycurcumin and bidesmethoxycurcumin. Curcumin shows a better pharmacology activities compare to other two curcuminoid compounds, and because of difficulty in curcuminoids separation, a pure curcumin becaming rare and expensive. The method of isolation of curcumin with more than 90% in purity is conducted. Recrystalization using the acetone-water system with the temperature between 2-5 oC for about an hour and open-column chromatography using silica gel 60 as stationary phase with dichlormethane-methanol (95:5) for mobile phase is used to get an magnificent purity level that reach over 90%. The Isolate from the recrystalization and open-column chromatography is examined using thin layer chromatography-densitometry then continued by measuring its maximum wavelenght, the melting point, the infrared spectra, the 1HNMR, the 13CNMR, and the LC-MS. The result using the recrystalization method could not provide curcumin with more than 90% in purity. On the other hand, the open-column chromatography conducted beforehand could be used to obtain curcumin with 90,4% in purity. In conclusion, open-column chromatography using silica gel 60 as stationary phase with dichlormethanemetanol (95:5) for mobile phase can be used to get an magnificent purity level of curcumin from turmeric curcuminoids that reach over 90%."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S33037
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumandi Juliyanto
"Peningkatan prevalensi kanker di Indonesia setiap tahunnya mendorong pengembangan modalitas terapi yang mampu meningkatkan efikasi pengobatan kanker. Pendekatan kombinasi radioterapi dengan terapi fototermal menjadi kandidat teratas modalitas terapi kanker dengan keunggulan pengobatan bersifat non-invasif. Menariknya, kedua kombinasi terapi tersebut dapat diterapkan pada satu agen terapi yaitu nanopartikel emas-198 yang memiliki aktivitas radioterapi melalui pemancaran partikel beta dan kemampuan konversi fototermal yang baik melalui sifat plasmon permukaan. Pada penelitian ini dilakukan sintesis nanopartikel emas-198 menggunakan fraksi air ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) yang berfungsi sebagai agen pereduksi dan capping yang dapat menjaga kestabilan nanopartikel. Selanjutnya nanopartikel emas-198 dikonjugasikan dengan folat teraktivasi sebagai agen pembawa menuju reseptor folat yang terdapat pada permukaan sel kanker. Hasil sintesis dilakukan pengujian kemurnian radiokimia, pengamatan sifat optik dengan spektroskopi UV-Vis, pengamatan spektrum FTIR, dan pengamatan morfologi serta ukuran nanopartikel menggunakan TEM, SEM-EDX, dan PSA-PZC. Aktivitas fototermal nanopartikel emas-198 terkonjugasi folat diamati dengan mengevaluasi peningkatan suhu setelah iradiasi menggunakan laser pada panjang gelombang 532 nm dan 980 nm. Untuk menentukan potensi terapi radio-fototermal dari nanopartikel emas-198 terkonjugasi folat, dilakukan pengujian in vitro dengan metode uji MTT terhadap sel normal HaCaT dan sel kanker payudara MCF-7. Hasilnya, formulasi nanopartikel emas-198 menggunakan 0,6 mL ekstrak rimpang Curcuma domestica Val. dengan suhu reaksi 60°C menghasilkan koloid berwarna merah tua dengan morfologi nano-bola, diameter partikel rata-rata 32 nm, dan kemurnian radiokimia 100%. Konjugasi nanopartikel emas-198 dengan folat dapat dilakukan secara langsung dan memiliki selektivitas yang baik terhadap sel kanker MCF-7. Kombinasi terapi radio-fototermal menunjukkan efek sinergis dengan efikasi in vitro yang lebih baik dibandingkan dengan radioterapi saja menggunakan nanopartikel emas-198 terkonjugasi folat atau terapi fototermal saja menggunakan nanopartikel emas terkonjugasi folat.

The increasing cancer prevalence in Indonesia drives the development of therapeutic modalities that can improve cancer treatment efficacy. The combination technique of radiation and photothermal therapy is the leading choice for cancer therapeutic modality with the advantage of non-invasive treatment. Interestingly, the two combination therapies can be used on the same therapeutic agent gold-198 nanoparticles, which exhibit radiotherapy activity by generating beta particles and can convert light energy into heat energy via surface plasmon properties. In this study, gold-198 nanoparticles were synthesized using the water fraction of turmeric (Curcuma domestica Val.) rhizome extract, which acts as a reducing and capping agent, allowing the nanoparticles to remain stable. Furthermore, the gold-198 nanoparticles were conjugated with activated folate as a carrier agent toward folate receptors present in cancer cell surfaces. The synthesis results were examined for radiochemical purity, optical characteristics using UV-Vis spectroscopy, FTIR spectra, and morphology and size of nanoparticles using TEM, SEM-EDX, and PSA-PZC. The photothermal activity of folate-conjugated gold-198 nanoparticles was investigated by measuring the temperature increase following irradiation with 532 nm and 980 nm wavelength lasers. An in vitro test employing the MTT assay method was done on normal HaCaT cells and MCF-7 breast cancer cells to investigate the potential for radio-photothermal therapy of folate-conjugated gold-198 nanoparticles. As a result, the gold-198 nanoparticles synthesis formula uses 0.6 mL of Curcuma domestica Val. extract with a reaction temperature of 60°C produces a dark red colloid with a nano-spherical morphology, an average particle diameter of 32 nm, and 100% radiochemical purity. The direct conjugation of gold-198 nanoparticles with folate exhibits a high selectivity against MCF-7 cancer cells. Folate-conjugated gold-198 nanoparticles demonstrated a synergistic effect of radio-photothermal therapy with greater in vitro efficacy than radiotherapy alone using folate-conjugated gold-198 nanoparticles or photothermal therapy alone using folate-conjugated gold nanoparticles."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kusumaningtyas
"Beberapa penelitian melaporkan bahwa ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dan ekstrak kulit batang mimba (Azadirachta indica A. Juss) masing-masing menunjukkan aktivitas gastroprotektif baik pada uji preklinik maupun klinik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas gastroprotektif kombinasi ekstrak rimpang kunyit dan kulit batang mimba pada tikus yang diinduksi dengan asetosal. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Sprague Dawley dengan berat badan 100- 150 gram sebanyak 32 ekor yang dibagi menjadi 8 kelompok dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL); kelompok I, II, III, IV, V, dan VI diberikan kombinasi ekstrak selama 7 hari sebelum diinduksi, kelompok VII sebagai kontrol negatif diberikan CMC 1% selama 7 hari sebelum dinduksi, kelompok VIII sebagai kontrol normal diberikan larutan CMC 1% dan tidak diinduksi dengan asetosal. Delapan jam setelah perlakuan, tikus dibedah dan dilakukan pengujian pada organ lambung meliputi perhitungan indeks ulkus, pemeriksaan keasaman lambung, determinasi mukus, dan pengamatan histologi. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak rimpang kunyit (50 mg/kg bb) dan ekstrak kulit batang mimba (250 mg/kg bb) dapat menurunkan indeks ulkus secara signifikan, pembentukan mukus yang tinggi, serta didukung dengan hasil pengamatan histologi, yakni tidak ditemukannya perubahan bentuk dan ukuran sel parietal yang bermakna jika dibandingkan dengan kontrol normal.

Some studies reported that turmeric (Curcuma domestica Val.) rhizome and neem (Azadirachta indica A. Juss) bark extracts which each of them demonstrated strong gastroprotective activities on both preclinical and clinical studies. The objective of this study was to investigate the gastroprotective effect of turmeric rhizome and neem bark extracts on acetosal-induced gastric mucosal lesions in rats. Thirty two male Sprague Dawley rats 100-150 g bw used in the study were divided into 8 groups using Complete Randomized Design (CRD) method; group I, II, III, IV, V and VI received combination extracts orally in various doses for 7 days before acetosal, group VII served as negative control received orally 1% CMC for 7 days before acetosal, group VIII received orally 1% CMC solution and served as normal control. Eight hours after treatment, animals were sacrificed and the stomach were taken to measure ulcer index, gastric acid determination, mucus determination and histology examination. The result suggests that pretreatment with combination of turmeric rhizome (50 mg/kg bw) and neem bark extract (250 mg/kg bw) and was observed significantly reduced the ulcer index, demonstrated high mucus production, also suppported by histopatological examination with no significantly changing on parietal cells microscopic appearance compared with normal control."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32936
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Sutioso
"Pektin merupakan polimer yang berasal dari tanaman, salah satunya terdapat pada daun jambu biji (Psidium guajava), diketahui memiliki aktivitas sebagai penurun kadar kolesterol dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penurunan kadar kolesterol dalam uji in vitro dan in vivo. Dari uji in vitro diketahui bahwa penurunan kadar kolesterol tidak dapat dideteksi karena masih terdapatnya senyawa tannin yang mempengaruhi warna sampel pada saat pengukuran absorbansi.
Dari uji in vivo diketahui bahwa pektin yang diisolasi dari daun jambu biji mampu menurunkan kadar kolesterol secara signifikan pada hari ke-28. Hal ini dibuktikan dengan Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf signifikansi satu arah dengan taraf signifikansi 99%.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian simvastatin 0,18 mg/ BB tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar selama 28 hari memberikan penurunan kadar kolesterol lebih baik dibandingkan pektin dengan dosis 0,108 g dan 0,216 g.

Pectin is a polymer comes from plants, which one of them founds on guava leaves (Psidium guajava) has an activity to reduce cholesterol level in blood. This study aims to know the activity of cholesterol reduction in vitro and in vivo test. From in vitro test it was known that the cholesterol reduction level cannot be detected because of pectin compound which affects the color of the sample in absorbance determination with UV-Vis spectrophotometer.
From in vivo test it was known that pectin which is isolated from guava leaves could reduce the blood cholesterol level of Wistar strain white rat (Rattus norvegicus) significantly in 28 days. This was proofed by Analysis of Variance (ANOVA) with 99% significance level.
This study showed that 0,18 mg simvastatin which was given to rats in 28 days, had a better blood cholesterol reduction activity than pectins which doses are 0,108 g dan 0,216 g.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43496
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S32094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Budiwarni
"Defisiensi vitamin A tidak hanya dapat menyebabkan kebutaari dan gangguan perturribuhan, tapi juga dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Pada anak-anak, keadaan defisiensi vitamin A mi kerap terjadi dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Untuk menanggulangi rnasalah tersebut telah digalakkan peraberian vitamin A secara berkala path anak-anak, khususnya balita. Penelitian mi bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin A secara oral terhadap titer antibodi path tikus putih yang diimunisasi dengan sel thrah merah domba (SDnJ). Percobaan mi dilakuican terhadap 24 ekor tikus jantan strain Wistaryang dibagi 4 kelonpok. Kelonpok K merupakan kelonpok yang tidak diberi perlakuan, kelorrpok S adalah kelonpok yang disuntik suspensi SDrvflJ l secara intraperitoniurn, kelonpok SP athlah kelonpok yang disuntik dengan suspensi SDMD l dan diberi pelarut vitamin A secara oral, dan kelonpok SA adalah kelonpok yang disuntik suspensi sel darah merah domba l dan diberi vitamin A secara oral dengan dosis 250 UI/gBB. Imunisasi dengan SDMD, pemberian vitamin A dan pelarut vitamin A diberikan path minggu pertama. Path minggu selanj utnya, dilakukan pengambilan darah seminggu sekali melalui ekor, selama duabelas minggu berturut-turut . Pada serum yang dipisahkan dari darah tersebut dilakukan pengamatan titer antibodi -anti SDMD dengan reaksi hemaglutinasi. Pada akhir percobaan, limpa diambil dan ditimbang. Ternyata kelompok yang rnendapat vitamin A dan irnunisasi SDMD mempunyai titer antibodi-anti SDMD yang secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok-kelompok lain (p
Manifestations of vitamin A deficiency include blindness and growth disorder also a decreasing immune response to infection. The symptoms are frequently observed in children, creating a problem that concerns public health in general. In anticipation of this unfortunate situation, vitamin A administration has been given periodically and nationwide to children under five years old. The aim of this investigation is to study the effect of vitamin A to rat antibody titre when administered orally to white rats immunized by sheep red blood cells (SRBC). The experiment has been conducted on 24 white rats seperated into 4 groups, identified as K, S, SP, and S.A. K is the control group, S is the group injected with l% SPBC suspension intraperitonially, SP is the group injected with l SPBC suspension besides receiving vitamin A solvent orally, and SA is the group injected with l persen SRBC suspension besides receiving a vitamin A dose of 250 UI/g weight body orally. Immunization with SRBC, administration of vitamin A and vitamin A solvent, were carried out on the first week. The next week, rats were bled once a week, for twelve consecutive weeks. The antibody titre of the serum was measured by hemagglutination reaction. Spleens were removed and their weights measured. This experiment shows that the group receiving vitamin A orally and immunized with SPBC has the highestantibody titre as compared with the other groups. The spleen weights of the four groups show no significant difference. Results of this experiment indicate that the administration of vitamin A orally to white rats, immunized by SRBC is capable of increasing, the antibody titre."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Anjani Adyani D.
"Kolesterol merupakan zat lunak dari hasil metabolisme tubuh yang terdapat di dalam darah, menyerupai lemak, serta dihasilkan dari asam empedu dan asupan makanan. Pektin merupakan salah satu senyawa aktif yang mampu menurunkan kadar kolesterol. Sumber pektin yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daun jambu biji (Psidium guajava L.). Tahapan dalam penelitian ini yaitu ekstraksi oleh asam asetat dengan bantuan gelombang mikro, pemurnian/isolasi ekstrak asam asetat dengan dua cara yaitu melalui kolom kromatografi terbuka dan pengendapan oleh etanol 96 %, identifikasi pektin dengan LC/MS dan uji iodin, dan uji in vitro oleh pektin. Waktu ekstraksi tertinggi adalah 15 menit dengan % berat filtrat ekstrak kasar sebesar 16,66 %. Yield hasil pemurnian/isolasi ekstrak asam asetat dari pengendapan oleh etanol 96 % sebesar 0,30 %. Sampel dari isolasi menggunakan metode pengendapan oleh etanol 96 % merupakan sampel pektin yang paling efisien dalam menurunkan kadar kolesterol.

Cholesterol is a soft substance from the body's metabolism in blood, resembling a fat, as well as the resulting from bile acids and food intake. Pectin is one of active compounds that are able to lower the cholesterol levels. Source of pectin used in this research come from the leaves of guava (Psidium guajava L.). The stage in this research is extraction using Microwave Assisted Extraction (MAE) method with acetic acid solvent, purification/isolation of acetic acid's extract in two ways: open coloumn chromatography and sedimentation using etanol 96 %, identification/isolation of pectin with LC/MS and iodin test, and in vitro test of pectin. The highest extraction time is 15 minutes with percent of filtrates's crude extract is 16.66 %. Yield results of acetic acid's extract purification/isolation from sedimentation by ethanol 96 % is 0.30 %. Sample from isolation with method of sedimentation by ethanol 96 % is the most efficient pectin's sample in lowering cholesterol levels."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>