Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108323 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Ridwan Edison
"ABSTRAK
Kinerja merupakan suatu masukan yang sangat berguna untuk perencanaan strategi perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Penurunan kinerja merupakan suatu indikasi adanya kesalahan didalam sistem perencanaan baik kesalahan antisipasi terhadap faktor internal maupun eksternal.
Metode pendekatan PIMS digunakan untuk melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan sebagai salah satu alternatif/metoda dalam membantu pengambilan keputusan secara lebih tepat mengingat metode PIMS mempertimbangkan dan mengevaluasi lebih banyak faktor dibandingkan mempergunakan metode yang sudah ada.
Penggunaan metode PIMS tidak dapat berdiri sendiri karena hasil keluarannya masih harus divalidasi dengan mempergunakan metode AHP dan GE-matriks untuk memperoleh strategi yang diharapkan. AHP merupakan suatu pola kerangka berfikir untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara pemilahan masalah atas kelompok-kelompok tertentu dan menguraikannya lebih detail untuk dilakukan perbandingan serta pemberian prioritas dari setiap bagian sedangkan GE-matriks berfungsi untuk memetakan perusahaan berdasarkan posisi kompetitif perusahaan dan daya tarik industri guna diperoleh strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan.
Dalam analisis yang dilakukan terhadap kinerja PT. Garuda Indonesia untuk wilayah Asia ternyata faktor-faktor yang sangat mempengaruhi peningkatan kinerja adalah kualitas, pangsa pasar dan penyesuaian produk terhadap keinginan pelanggan. Dari hasil analisis tersebut dapat digali beberapa alternatif strategi pemasaran yang dapat dipergunakan oleh PT. Garuda Indonesia didalam persaingan di wilayah Asia diantaranya dengan menerapkan strategi fokus dan diferensiasi produk."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sucipto
"Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, pangsa pasar Garuda Indonesia di jalur Jakarta-Surabaya terus mengalami penurunan, tahun 1991 sebesar 86%, tahun 1992 menjadi 80% dan tahun 1993 merosot drastis menjadi 69%. Deregulasi dibidang jasa angkutan udara tahun 1980 tentang diijinkannya perusahaan penerbangan swasta nasional mengoperasikan pesawat jet dan melayani jalur gemuk Jakarta-Surabaya serta adanya pertumbuhan pasar di jalur tersebut menjadi faktor- faktor eksternal utama penyebab penurunan pangsa pasar Garuda. Sebab ini berarti penghapusan hak monopoli Garuda dan merubah struktur industri kedalam pasar yang bersaing.
Faktor internal Garuda yang menjadi penyebab penurunan pangsa pasar tersebut adalah ketidakmampuan manajemen Garuda dalam mengantisipasi terjadinya perubahan lingkungan pasar serta rendahnya kualitas sumber daya manusia yang menyediakan jasa/produk Garuda. Apabila Garuda tidak ingin terus menerus kehilangan pangsa pasarnya, maka harus dicari strategi yang relevan dengan kondisi pasar yang bersaing dan mampu mengeksploitir seluruh sumber daya yang dimilikinya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah membentuk strategi pemasaran yang menampung kondisi perubahan lingkungan pasar dan struktur industri aktual.
Strategi pemasaran yang dibentuk merupakan hasil analisa lingkungan eksternal untuk mencari peluang dan menghadapi ancaman serta analisa kekuatan dan kelemahan Garuda relatif terhadap pesaing utamanya yang ditujukan kepada delapan bauran pemasaran jasa angkutan udara. Sedangkan titik berat perhatian diberikan kepada variabel-variabel bersaing bagi industri jasa penerbangan berjadual dengan memperhatikan empat karakteristik jasa angkutan udara (the four I's) serta pendekatan pemasaran yang khas untuk industri jasa angkutan udara.
Disamping berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, sebaiknya Garuda juga meningkatkan kemampuan manajemennya dengan tujuan agar strategi pemasaran yang telah dibentuk dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kiat agar strategi tersebut berjalan dapat dicapai melalui: pengenalan strategi kepada segenap karyawan, penanaman rasa memiliki, tugas kelembagaan, inovasi secara terus menerus; pemantauan untuk mendapat umpan balik, keteladanan, konsistensi sikap dalam menghadapi krisis, serta pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia serta tidak lagi melakukan dikotomi antara formulasi dan implementasi strategi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrul Qamar
"Sarana pendukung dalam perdagangan internasional sebagai bagian dari globalisasi adalah transportasi angkutan laut yang merupakan sarana angkutan massal dengan kemampuan jarak yang jauh. Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terlibat dalam arus globalisasi harus mempunyai angkutan laut yang mampu bersaing dengan Negara lain. Untuk mendukung hal tersebut maka Pemerintah mengeluarkan undang-undang untuk menetapkan pelayaran Negara Indonesia menggunakan Asas Cabotage. Dengan Asas ini, perusahaan pelayaran di Negara Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang dengan memiliki kemampuan bersaing yang baik.
Sektor Minyak dan Gas di Indonesia membutuhkan jasa pengangkutan laut untuk mendukung proses bisnisnya. PT Pertamina Tongkang yang berada dalam sektor ini harus mempunyai strategi bisnis yang tepat dalam mengembangkan usahanya dan menjadi penguasa pangsa pasar di Indonesia. Dalam penetapan strategi pengembangan bisnis ini, PT Pertamina Tongkang harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan industri dan faktor internal perusahaan.
Faktor lingkungan umum yang berpengaruh terhadap industri jasa maritim sektor migas adalah demografi, ekonomi, hukum, sosial dan budaya, serta perkembangan teknologi. Sedangkan faktor lingkungan industri menggunakan pendekatan Five?s Forces oleh Michael E. Porter yaitu ancaman dari pesaing di dalam industri, ancaman pendatang baru potensial, ancaman produk subtitusi, kekuatan tawar menawar dari pembeli, dan kekuatan tawar menawar dari pemasok. Serta faktor internal perlu dianalisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari perusahaan. Faktor-faktor yang dianalisis yaitu kondisi pemasaran, kondisi sumber daya manusia, kondisi jasa dan operasi, serta kondisi keuangan Strategi pengembangan bisnis yang tepat akan didapatkan dari ketiga analisis diatas. Dengan menggunakan strategi generik, maka dapat dirumuskan bahwa PT Pertamina Tongkang dapat menggunakan strategi fokus.
Pengembangan dari strategi fokus PT Pertamina Tongkang maka bisa ditentukan cara untuk meraih peluang bisnis yang ada yaitu dengan meningkatkan publisitas jasanya terhadap para pelanggan yang ada maupun potensial, mencoba mengenalkan jasa yang ada saat ini kepada wilayah baru, serta meningkatkan fungsi Research and Development. Persiapan PT Pertamina Tongkang dalam terjun ke pasar global dilakukan dengan pendekatan analisa Grand Strategy Matrix. Dimana perusahaan berada dalam posisi kuadran kedua, yaitu dalam pertumbuhan pasar yang tinggi serta posisi kompetitif yang lemah.

Supporting Facilities in international trade as part of globalization is sea transportation, which are facilities for mass transportation with remote capability. Indonesia as an archipelagic country and involved in globalization has to have a good sea transportation which is can compete with other country. To support that, The Government issued regulation to regulate Indonesia?s Shipping with Principal of Cabotage. With Principal of Cabotage, shipping company should be able to use the opportunity with good ability to compete with other.
Oil and Gas Sector in Indonesia requires sea transportation services to support its business. PT Pertamina Tongkang who involved in this business has to have right business strategy to develop its business and to become a leader market in Indonesia. To decide or execute business strategy, PT Pertamina Tongkang has to concern some factors, external factors consist of general environment and industry environment, and internal factor is the company its self.
General Environment which is affected to maritime services in oil and gas sector is demography, economy, laws, social-culture, also technology development. For Industry Environment used Five?s Forces approach by Michael E. Porter, rivalry among competing firms in industry, threats from new potential new entrants, threats from subtitute product, bargaining power of buyers, and bargaining power of suppliers. Internal Factors need to be analyze are marketing conditions, human resources, services and operation condition also financial condition. Internal Factor need to be analyzed, to know the weakness and the strength of the company.
Right business strategy can be achieved from three analyses above. Using Generic Strategy can be formulated, that PT Pertamina Tongkang can use Focus Strategy. Development of Focus Strategy PT Pertamina Tongkang can be determined with how to achieve business opportunity that exist, such as increase publicity to the customers (potential costumers and customers who already exist), try to promote and explain the services in a new area, also increasing function of Research and Development. Preparation of PT Pertamina Tongkang in global market can be done by Grand Strategy Matrix analysis approach. The company position in second quadrant, it means high growth and in weak competitive completion.
"
2011
T29560
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifelly Dewi Astuti
"ABSTRAK
Teknologi telepon selular merupakan salah satu teknologi yang berkembang dengan sangat pesat, dimulai dari teknologi analog sampai digital yang dikenal saat ini sebagai teknologi GSM, dan yang terakhir adalah teknologi CDMA. Peluncuran teknologi CDMA yang dimulai dengan diluncurkannya Telkom Flexi oleh PT Telkom, membawa akibat perubahan dalam persaingan industri telepon selular. Bukan hanya persaingan provider namun mengarah pada persaingan handset, karena handset untuk GSM berbeda dengan CDMA. Oleh karena itu menjadi hal yang signifikan bagi produsen handset untuk mengetahui peluang pasar dari handset CDMA di Indonesia.
Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama yaitu mengetahui perilaku konsumen dalam pemilihan dan penggunaan telekomunikasi selular, mengukur potential market dari handset CDMA, serta mengetahui segmen atau kelompok-kelompok dari konsumen yang menjadi peluang bagi handset CDMA. Seluruh tujuan di atas dirangkum dalam sebuah analisis pasar mengenai handset CDMA.
Penelitian dalam karya akhir ini bersifat konklusif, menggunakan data-data primer yang diambil melalui survey langsung kepada konsumen, dengan mengambil sampel sebanyak 200 responden berdasarkan convenience sampling, pada konsumen yang berusia 17 tahun sampai 60 tahun, berada dalam kelompok sosial ekonomi B -A, di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).
Alat analisis yang digunakan dalam karya akhir ini merupakan perpaduan dari analisis deskriptif, analisis diskriminan, analisis cross tabulation, analisis semantic differential, serta analisis dalam Technology Readiness Index. Seluruh alat analisis di atas menghasilkan data-data analisis yang akurat dalam penelitian ini.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa dari total responden penelitian
ini sebagian besar telah menggunakan handphone, Nokia dan Simpati masih menjadi pilihan
sebagian besar responden. Jenis SIM-card yang digunakan oleh sebagian besar responden adalah Pra Bayar, terkait dengan sebagian besar pekerjaan responden yaitu sebagai pelajar/mahasiswa, yang merupakan kelompok yang sensitif terhadap harga. Sedangkan perilaku responden terhadap beberapa atribut handset dapat disimpulkan hampir sama, yaitu mereka menganggap penting bahkan sangat penting dari ke-10 atribut handset yang ditampilkan dalam kuisoner.
Besaran pasar potensial yang diperoleh untuk teknologi telekomunikasi CDMA adalah sebesar 1,3 jutajiwa, namun yang merupakan pasar potensial untuk handset CDMA berkisar 900 ribu jiwa atau senilai dengan Rp 1,8 trilyun, yang dihitung berdasarkan rata-rata dana yang disediakan responden untuk membeli handset CDMA.
Berdasarkan analisis dari TRI diperoleh bahwa ada 5 segmen dalam penelitian karya akhir ini, yaitu Segmen Explorer, kelompok yang pertama menerima sebuah inovasi teknologi, menganggap bahwa faktor masa bicara dan siaga baterai handset sangat penting, memiliki keinginan untuk membeli handset dalam waktu 6 bulan mendatang, dengan anggaran dana yang disediakan berkisar antara Rp 1 - 2 juta. Jumlah anggota 5% dari populasi dan memiliki tingkat pendidikan yang terakhir ditamatkan adalah S 1.
Segmen Pioneer mengadopsi teknologi baru setelah segmen explorer, menganggap bahwa faktor masa bicara dan siaga baterai handset sangat penting, populasi dari segmen ini 18,3%, dan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan S1.
Segmen Skeptic, memiliki beberapa hambatan dalam mengadopsi sebuah teknologi baru. faktor masa bicara dan siaga baterai handset dianggap sebagai hal penting. Populasi segmen ini merupakan terbesar dari segmen yang lain yaitu 63,3%, dengat tingkat pendidikan ada yang menamatkan S1 dan ada yang SMU.
Segmen Paranoid, percaya terhadap teknologi, namun terlambat dalam mengadopsi teknologi menganggap bahwa faktor masa bicara dan siaga baterai handset sebagai suatu hal yang penting, dengan 10,8% dari populasi, sebagian besar anggotanya merupakan lulusan SMU.
Segmen Laggard, kelompok terakhir yang mengadopsi sebuah teknologi baru, menganggap faktor masa bicara dan siaga baterai handset sebagai suatu hal yang cukup penting. Merupakan segmen dengan populasi yang terkecil yaitu hanya 2,5%, dan seluruh anggota kelompoknya menamatkan tingkat pendidikan SMU.
Dikarenakan produk handset CDMA merupakan produk berteknologi baru, menurut Parasuraman (2001) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperoleh konsumen baru yang berdasarkan kesediaannya terhadap teknologi baru tersebut, yaitu : Technology Evangelism yaitu dengan menggunakan orang-orang yang dipercaya menjadi panutan kelompoknya (Explorer) dalam hal teknologi untuk menyebarkan manfaat-manfaat handset CDMA kepada kelompoknya. Future Design, produsen handset CDMA hendaknya memproduksi handset dengan desain yang berorientasi pada masa depan, misalnya dengan memperoduksi handset CDMA dengan menggunakan tempat SIM-card untuk mengantisipasi kemunculan SIM-card dalam teknologi CDMA.
Proving Benefits, dengan memberikan bukti-bukti manfaat teknologi CDMA dan handsetnya khususnya kepada Paranoid dan Skeptic. Serta Market Stage Pricing, yaitu strategi menetapkan harga handset CDMA yang tetap stabil pada tahapan perkembangan pasar.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mully Mulyati
"ABSTRAK
Iklim globalisasi dunia usaha yang semakin kompetitif senantiasa
memacu adanya inovasi-inovasi baru. Dalam marketing channel inovasi ini
berupa pemotongan mata rantai distribusi sekaligus pemanasaran biaya iklan,
melalui konsep pemasaran yang dikenal dengan nama Multi-Level Marketing.
Sistem MLM ini diperuntukkan bagi mereka yang menginginkan untuk dapat
berusaha sendiri dengan keterbatasan dana, keterampilan dan waktu.
Karenanya sistem ini dapat menjadi pilihan bagi mereka yang ingin dengan
cepat meningkatkan penghasilannya.
Dewasa ini perkembangan jumlah perusahaan yang menerapkan MLM
sistem semakin banyak. Dengan penerapan sistem MLM ini, perusahaan
mengharapkan dapat meningkatkan tingkat penjualannya karena sistem ini
memiliki kelebihan dalam hal marketing channelnya (memotong sebagian
mata-rantai distribusinya) yang memungkinkan perusahaan secara langsung
mendatangi konsumennya (melalui para distributornya).
Banyaknya jumlah perusahaan yang menerapkan sistem MLM, dan
banyaknya distributor yang telah tergabung didalanmya dapat dianggap
sebagai salah satu indikator kesuksesan sistem ini. Untuk penulisan ini,
dilakukan observasi terhadap beberapa perusahaan yang menerapkan sistem
MLM dalam strategi pemasarannya. Terhadap hasil observasi, dilakukan
analisis ke-empat faktor bauran pemasarannya yang mana akan dapat di
identifíkasi salah satu faktor tersebut yang dominan berpengaruh terhadap
keberhasilan strategi pemasaran MLM yang diterapkan oleb perusahaan. Dari
hasil analisis tersebut akan dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang
mendukung kesuksesan sistem MLM ini di Jndonesia ( dengan mengambil
sampel observasi dari beberapa perusahaan MLM).
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan Adi Prasetyo
"Sejak tahun 1995, Astragraphia ditunjuk sebagai pemegang tunggal hak waralaba AlphaGraphics untuk Indonesia. AiphaGraphics adalah suatu jaringan usaha Printshop dunia yang mengkhususkan diri di bidang design-copy-print. Dimulai dari kota Tucson, Arizona, USA sejak tahun 1970. Jenis usaba ini berkembang pesat keseluruh dunia dengan lebih dan 360 gerai dilebih dan 25 negara, melaluj sistem franchising.
AiphaGraphics berdasarkan kategori industni printing menurut Printing Industries of America (PIA) termasuk dalani segrnen Quick Commercial Printing. Industri segmen Quick Commercial Printing merupakan segmen dengan pertumbuhan paling tinggi di tahun 80-an, namun ditahun 90-an industri ini ternyata merupakan segmen yang pertumbuhannya menurun paling cepat. Pertumbuhan industri printing untuk Quick Commercial Printing diperkirakan justru turun dari sekitar $ 6,4 miliar di tahun 1995 menjadi hanya % 5,4 miliar di tahun 2010. Namun berdasarkan data dan The National Association for Printing Leadership (NAPL) diperkirakan data pertumbuhan untuk industni printing secara keseluruhan adalah 3.5%.
Untuk mengantisipasi hal ini AiphaGraphics, Inc bekerja keras berusaha merumuskan kembali strategi di masa yang akan datang agar perkiraan penurunan diatas tidak terjadi dengan jaringan AiphaGraphics di seluruh dunia. Masing-masing negara diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk penyusunan strategi tersebut termasuk Astragraphia sebagai Master Franchise untuk di Indonesia. Berdasarkan masukan-masukan ini akan disusun strategi global untuk dijadikan rencana jangka panjang pengembangan AiphaGraphics di dunia.
Permasalahan utama yang dihadapi oLeh industri Quick Commercial Printing adalah perkembangan teknologi yang menyebabkan perubahan karakteristik kebutuhan customer. Dan pameran asosiasi industri graphics art dunja DRUPA 2000 di Jerman dinyatakan bahwa secara jangka panjang akan terjadi penurunan atas kebutuhan photocopy ataupun cetak offset. Padahal bal ¡ni saat ¡ni merupakan kontribusi terbesar dan pemasukan Quick Commercial Printing. Heidelberg memprediksikan bahwa pertumbuhan cetak offset tradisional adalah nol, namun pertumbuhan untuk cetak digital akan berkembang pesai. Dalam kategori cetak kebutuhan pelanggan akan kecepatan, permintaan dalam jumlah sedikit sesuai dengan yang diinginkan akan semakin meningkat, kebutuhan ini yang dapat dipenuhi dengan teknologi cetak digital. Xerox memprediksikan bahwa pertumbuhan cetak digital hitam putih akan mencapai 20% pertahun sedangkan untuk digital warna mencapai 30%.
Selain itu efek pertumbuhan bisnis secara global dengan ditunjang perkembangan teknologi digital akan mengubah cara perusahaan untuk melakukan bisnis. Trend ini akan mendorong pertumbuhan ?distributed printing?. Distrubuted printing adalah cara mencetak dengan mengirimkan dokumen secara elektronik ke berbagat lokasi baru kemudian dicetak dan didjstrubusikan. Konsep pencetakan yang lama adalah dokumen dicetak disuatu tempat kemudjan baru dikjrjmkan secara manual ke berbagai lokasi di lokasi tujuan. Selain itu distributed printing juga dapat diartikan sebagai proses pencetakan dari web, artinya dokumen yang ada secara elektronik di suatu web akan di down-load dan kemudian dicetak. Trend ini mengubah perilaku perusahaan terutama daÌam hal pendistribusian dokumen. Secara total biaya konsep ini juga sangat murah dibandingkan dengan pendistribusian dokumen dengan kertas atau bahkan harus melakukan penyimpanan stok di gudang. Efek perubahan ini juga akan menyebabkan Quick Commercial Printing yang tidak mempunyai jaringan di seluruh dunia akan menjadi terancam sehingga jaringan dan customer global menjadi kunci sukses di masa yang akan datang.
Untuk menganalisa hal diatas diperlukan beberapa data yang mendukung sebagai acuan penyusunan strategi. Data yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder. Data primer akan didapatkan dan survey terhadap customer AiphaGraphics di Indonesia, sedangkan data sekunder didapatkan data dan buku-buku, artikel ataupun dan bahan internal perusahaan. Penyusunan strategi didasarkan pada proses perencanaan strategik yang dan buku Strategic Management, an Integrated Approach karangan Charles W.L. Hill & Gareth R. Jones. Proses perencanaan ini dapat dibagi menjadi 5 tahap, mulai dan misi perusahaan dan tujuan utama perusahaan, analisa terhadap lingkungan bisnis di luar ataupun didalam perusahaan, pemilihan strategi mulai dan level fungsional, bisnis dan korporat serta terakhir adalah strategi implementasi.
Dari analisa penyusunan Strategi diatas dapat disusun elemen strategi bersaing sebagai berikut:
- Melakukan training secara rutin dan mengembangkan organisasi yang berorientasi ke customer, sesuai dengan strategi competitive advantage yaitu superior customer responsiveness.
- Mengutamakan hubungan jangka panjang dengan customer dengan meningkatkan nilai tambah bisnis customer dan kepercayaan dengan secara konsisten memberikan produk dan layanan berkualitas.
- Memberikan kenyamanan, produk dan jasa yang lengkap, pilihan media baik kertas
ataupun digital dan memanfaatkan jaringan di dunia.
- Mengembangkan secara tenis menerus kemampuan sebagai jaringan global yang
terintegrasi dengan melakukan tiga hal,
1. Sertifikasi Iso 9002 sebagai sesuatu yang standar di seluruh toko untuk menunjukkan kualitas proses dan produk sesuai standar Internasional.
2. Pengembangan kompetensi digital bagi karyawan baik yang berhubungan langsung
dengan customer ataupun bagian pendukung seperti produksi.
3. Investasi produk digital baik liitam putih ataupun warna sebagai antisipasi perubahan karakteristik permintaan customer.
4. Pengembangan jaringan atau jumlah toko untuk memperkuat eksistensj dan keunggulan jaringan yang saat ini sudah dimiliki.
- Mengembangkan secara terus menerus e-commerce atau order secara elektronik melalui web-site dan distributed printing dengan melakukan dua hal,
1. Memiliki web site di masing-masing store untuk ordering on line, untuk dijadikan competitif strategi terutama untuk mengembangkan image terdepan dalam inovasi teknologi.
2. Mengembangkan program Global Account dan Distributed Printing. Global Account
adalah program customer global di AiphaGraphics sehingga perusahaan multinasional dengan mudah dapat memanfaatkau jaringan AiphaGraphics diseluruh dunia. Selain itu dengan fasiitas Distributed Printing, perusahaan multinasional dapat memanfaatkan jaringan global AlphaGraphics untuk mengirimkan dokumen secara elektronik ke berbagai tempat.
Dari pembahasan diatas ada bebe rapa hal yang menjadi kelemahan, antara lain adalah
1. Data yang terkumpul masih sedikit sehingga untuk itu perlu dilakukan survey tambahan sehingga data yang terkumpul dapat lebih banyak agar dapat merepresentasikan data yang lebih akurat. Selain itu juga perlu dilakukan survey lebih detail untuk memperjelas masing-masing atribut, misalkan item kualitas untuk memperjelas item perlu digali Iebih dalam kualitas seperti apa yang sebenarnya diharapkan oleh customer.
2. Sulitnya mendapatkan data di Indonesia sehingga kebanyakan data diambil dan asunisi perkembangan di Amerika ataupun dunia. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bias dengan kondisi aktual yang terjadi di Indonesia, walaupun mungkin efek yang terjadi di dunia atau Amerika cepat atau lambat pasti juga alcan tenjadi di Indonesia. Namun implementasi stratcgi juga harus mcmpertimbangkan waktu, arlinya harus disesuaikan dengan kondisi yang tcpat karena terlalu cepaL atau lebih lambat menyebabkan strategi lersebut tidak efcktif. Untuk itu perlu dilakukan analisa lebih mendalam untuk melihat kmdisi aktual yang ada di Indonesia.
3. Analisa yang sudah dilakukan belum membahas kondisi persaingan terinasuk apa yang sudah dilakukan oleh para pesaing, sehingga strategi competitif harus tetap unik dibanding yang dilakukan oleh pesaing.
4. Dalam pembahasan ini tidak dilakukan perhitungan finansial balk untuk biaya investasi ataupun sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut. Sedangkan aspek frnansial tidak bisa seratus persen dipisahkan dad penyusunan sebuah strategi, sehingga perlu dilakukan analisa kelayakan yang lebih detail untuk setiap investasi baru untuk melihat efek bisnis secara keseluruhan."
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Solihati
"ABSTRAK
Sebagai dampak dari jatuhnya harga minyak, Indonesia harus terus meningkatkan nilai ekspor non-migas. Salah satu upaya pengorganisasian kegiatan dalam meningkatkan ekspor ini adalah dibentuknya perusahaan dagang (trading house) yang dapat bertindak proaktif dalam melakukan terobosan pada pasar internasional. Model pembentukan Sogososha sebagai perusahaan dagang merupakan suatu contoh yang paling berhasil di dunia bisnis internasional. Inisiatif pihak swasta untuk membentuk suatu perusahaan dagang ini patut dikaji secara mendalam, karena dalam memasuki pasar internasional, kompleksitas dan hambatan akan muncul, termasuk beragamnya karakteristik pasar dan produk di negara tujuan ekspor yang berlainan.
PT. TNC, yang didirikan pada tahun 1991, adalah merupakan antisipasi positif pihak manajemen korporasi terhadap perlunya keberadaan suatu perusahaan yang bertindak sebagai pengekspor produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain dalam kelompok perusahaan yang sama. Bagi kelompok perusahaan, PT. TNC dimaksudkan sebagai perusahaan yang dapat menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran valuta asing yang dilakukan oleh kelompok. PT. TNC masih dalam tahap pencarian bentuk yang paling tepat bagi pengembangan strategi perusahaan, maupun bagi pengembangan pasar internasional.
Oleh karena itu, dengan semangat menunjang upaya pemerintah meningkatkan ekspor non-migas, penulis melakukan analisis tentang PT. TNC. Analisis yang dilakukan meliputi kajian kondisi eksternal perusahaan dengan cakupan keunggulan daya saing negara serta daya tarik industri yang melingkupi perusahaan, serta kajian internal perusahaan dengan kekuatan bisnis dan keunggulan daya saing perusahaan.
Keunggulan daya saing Indonesia dengan endowment factors seperti bahan baku, tenaga kerja serta lahan sangat menunjang kehadiran industri sabun mandi. Selain itu, dukungan pemerintah juga sangat membantu para produsen ataupun eksportir non-produsen yang akan melakukan kegiatan ekspor.
Daya tarik industri sabun mandi itu sendiri ditentukan oleh beberapa faktor seperti besar pasar, pertumbuhan besar pasar, tingkat keuntungan, tingkat persamgan, teknologi yang dibutuhkan, serta peraturan dan kebijaksanaan pemerintah. Setelah dilakukan analisis kuantitatif, disimpulkan bahwa industri ekspor sabun mandi Indonesia dapat diklasifikasikan dalam industri 'sedang sampai menarik'.
Kemudian kekuatan bisnis PT. TNC diukur dengan faktor-faktor kunci keberhasilan fungsional sebagai tolok ukur. Sebagai pembanding, dilakukan pula pengukuran kekuatan bisnis para pesaing terdekat. PT. TNC termasuk dalam klasifikasi 'sedang', dan berada dalam sel keempat pada matriks GE Nine Cells. Pada matriks yang sama juga terlihat kekuatan bisnis pesaing.
Strategi utama yang tepat bagi PT. TNC adalah pertumbuhan terkonsentrasi, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Prioritas utama adalah strategi pertumbuhan terkonsentrasi, dengan penekanan pada pemilihan distributor yang tangguh, serta pengembangan pasar, mengingat peluang yang menjanjikan pada pasar internasional yang belum digarap.
Sebagai langkah pertama dalam strategi pengembangan pasar, dilakukan seleksi pasar. Setelah seleksi dengan contractible method disimpulkan bahwa terdapat empat pilihan negara yang merupakan negara tujuan ekspor yang paling potensial, yaitu Nigeria, Hongkong, Jepang dan Amerika Serikat. Keempat negara tujuan ekspor ini memiliki karakter pasar dan karakter produk yang sama sekali berbeda, sehingga perlu pula dilakukan analisis kekuatan bersaing PT. TNC dalam kaitannya dengan penetrasi pasar masing-masing negara.
Kemudian dari analisis kekuatan bersaing PT. TNC pada masing-masing negara serta daya tarik masing-masing negara, dapat disimpulkan bahwa negara tujuan ekspor bagi produk sabun mandi PT. TNC yang menempati prioritas utama adalah Nigeria. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, serta karakteristik pasamya yang sesuai dengan produk PT. TNC yang selama ini dikembangkan, Nigeria menjadi pasar yang patut diperhitungkan.
Untuk dapat merealisasikan strategi yang disarankan, kajian karya akhir ini mencoba mengembangkan strategi bersaing PT. TNC terutama strategi pemasaran internasional bagi produk sabun mandi. Sebagai hasil analisis diberikan beberapa saran berupa serangkaian perubahan yang dapat mendukung keberhasilan PT. TNC, seperti perubahan dalam struktur organisasi, serta pengembangan strategi yang telah dipilih, agar sasaran perusahaan dapat tercapai."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koko Ratna Komara
"Memasuki awal tahun 2000 terjadi pertumbuhan penjualan yang pesat pada produk kredit pemilikan rumah (KPR) yang dipicu oleh pertumbuhan industri properti. Bank X merupakan salah satu pelaku dalam indutri perbankan yang berusaha menangkap peluang tersebut. Dalam industri perbankan, untuk memasarkan produk KPR setiap bank banyak bekerjasama dengan para pengembang karena produk ini spesifik ditujukan untuk konsumen yang hendak melakukan pembelian rumah atau properti lainnya. Pada penelitian ini Bank X melakukan kerjasama dengan para perusahaan pengembang tcrardiasi maupun non terafiliasi.
Pasca dikeluarkan produk KPR yang pertama pada tahun 1996, Bank X mampu mencetak penjualan produk KPR yang cukup tinggi yang dipicu dari pertumbuhan properti yang dimiliki perusahaan pengembang terafiliasi. Namun demikian, seiring dengan menurunnya penjualan properti perusahaan pengembang terafiliasi, maka penjualan KPR mengalami penurunan juga. Kondisi ini diperburuk dengan adanya tekanan dari pesaing yang mulai mengambil pangsa pasar Bank X.
Penelitian ini ditujukan kepada konsumen akhir dan marketing developer dimana masingmasing menggunakan 100 responden. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dimana pada penelitian ini akan digambarkan pendapat konsumen akhir Iewat grafik dan tabei frekuensi. Pada penelitian marketing developer, dievaluasi kinerja Bank X dengan menggunakan analisis kesenjangan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan marketing developer terhadap proses pengambilan keputusan pemilihan KPR yang dilakukan oleh konsumen akhir. Tujuan kedua adalah untuk melakukan evaluasi performa Bank X terhadap ekspektasi para marketing developer.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pihak Bank X memasarkan produk KPR melalui kerjasama dengan perusahaan pengembang. Observasi dilapangan menunjukkan, konsumen memiliki interaksi yang kuat dengan para marketing developer dari perusahaan pengembang pada saat proses pengambilan keputusan pembelian rumah. Interaksi inilah yang selanjutnya akan diberdayakan oleh Bank X untuk memaksimalkan penjualan produk KPR. Lewat interaksi ini maka Bank X akan menggunakan marketing developer sebagai influencer pada keputusan pembelian pemilihan bank KPR yang akan dilakukan oleh konsumen.
Di sisi lain, terkait dengan keinginan untuk memberdayakan marketing developer maka Bank X berusaha untuk menjaga hubungan sebaik mungkin. Hubungan baik ini akan tercipta jika performa perusahaan sesuai dengan ekspektasi marketing developer. Jika terjadi kepuasan pada marketing developer terhadap performa Bank X maka akan memotivasi mereka untuk melakukan rekomendasi kepada konsumen akhir. Pada konsumen akhir, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas konsumen mencari KPR pada saat bersamaan dengan mencari rumah maupun setelahnya. Hasil penelitian juga menunjukkan 85% responden mengatakan bahwa marketing developer terbukti berperan dalam setiap aktifitas keputusan pemilihan KPR.
Pada marketing developer, hasiI penelitian menunjukkan bahwa relationship antara account officer dengan marketing developer berlangsurig dengan baik. Kesenjangan terbesar terjadi adalah pada aspek insentif diikuti pada aspek proses. Namun demikian secara keseluruhan kesenjangan pada semua aspek yang diteliti berada pada tingkat yang rendah.
Rekomendasi yang dibangun berdasarkan penelitian meliputi beberapa hal. Pada konsumen akhir, perusahaan disarankan untuk memberdayakan marketing developer untuk menjadi influencer pada tahap proses pencarian informasi rumah, evaluasi rumah serta pada saat pembayaran uang muka. Pada marketing developer, perusahaan perlu mempercepat proses persetujuan kredit, serta meninjau kembali besaran insentif serta kecepatan proses pencairannya. Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut adalah dengan melakukan analisis kesenjangan pada konsumen akhir serta melakukan penelitian pada beberapa bank yang menyediakan KPR secara bersamaan.

Entering the year of 2000, there has been a rapid sale growth for the product of housing ownership credit (KPR) which is triggered by the property industry growth. Bank X is one of stakeholders in the banking industry which endeavor to catch this opportunity. In the banking industry, in order to market the KPR product, many banks established cooperation with some developers, because this product is specifically intended for the consumers wishing to purchase a house or other properties. In this research, the Bank X has established cooperation with the affiliated developers and non- affiliated ones.
After the first launch of KPR product in the year of 1996, Bank X has been able to obtain a high sale for the KPR product which is triggered by the growth of properties owned by the affiliated developers. However, in line with the decreasing sale of properties produced by the affiliated developers, then the sale of KPR has also decreased. This condition has been deteriorated by the existence of pressure from the competitors which take over the market share of Bank X.
This research is directed to the end consumer and marketing developer, which use 100 respondents. The type of research applied is descriptive research, in which the opinions of the end consumers will be described through the graph and frequency table. In the marketing developer research, the performance of the Bank X is evaluated by using the imbalance analysis.
This research is aimed at identifying the role of marketing developer in the process of decision making on the KPR selection by the end consumers. The second aim of this research is to perform an evaluation on the performance of Bank X relating to the expectation of the marketing developer.
As suggested previously, that Bank X has marketed the KPR product through the cooperation with the developer company. The field observation reveals that the consumers have a substantial interaction with the marketing developer from the developer company at the time of making decision on purchasing a house.
It is this interaction that will subsequently be empowered by the Bank X to maximize the sale of KPR product. It is through this interaction that the Bank X will employ the marketing developer as the influencer in making decision on selecting the KPR bank by the consumers.
On the other side, in its relation to the eagerness of empowering the marketing developer, then Bank X has endeavored to maintain a good relationship as much as possible. This good relationship can only be maintained if the performance of the company is appropriate to the expectation of the marketing developer. If there is a satisfaction on the marketing developer regarding the performance of Bank X, then it will motivate them to provide a recommendation to the end consumers.
For the end consumers, the results of research reveal that majority of consumers find the KPR simultaneously with finding the house or after that. The results of research also reveal that 85% of respondents said that marketing developed proved to have a role in every decision making activity relating to the KPR.
At the marketing developer, the results of research reveal that the relationship between the account officers with the marketing developer can be well maintained. The largest discrepancy is on the incentive aspect followed by the process aspect. Nevertheless, as a whole, the discrepancy on all aspects being research is placed on the low level.
Recommendation built on this research involves some matters. At the end consumer, the company is recommended to empower the marketing developer to become the influencer in the process of finding information on the house, evaluation on the house and at the time of paying the down payment. At the marketing developer, the company should accelerate the credit approval process. The recommendation for further research is by performing a discrepancy analysis at the end consumer as well as performing the research on several banks which provide the KPR simultaneously.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Martinus; Hani Johanes Juliusandi
"ABSTRAK
Prasarana listrik dan telekomunikasi yang sangat kurang pada
awal pemerintahan orde baru memacu Pemerintah untuk
melakukan pembangunan pada sektor ini agar dapat menarik
minat investor sekaligus meningkatkan kwalitas hidup rakyat.
Prospek pembangunan tenaga listrik dan telekomuriikasi
menarik minat investor dalam dan luar negeri untuk
mendirikan pabrik kabel di Indonesia. Bila pada awal tahun
1970?an hanya 3 pabrik kabel, kini jumlah tersebut telah
meningkat menjadi 33 buah. Dengan semakin bertambahnya
pesaing maka terasa semakin penting peran strateji untuk
bersaing.
Sucaco dengan persentase penjualan tahun 1991 sebesar 33%
kabel listrik dan 39% kabel telepon dan penjualan dan
pabrik kabel publik masih bertahan sebagai market leader.
Strateji pertumbuhan yang dipilih manajemen Sucaco untuk
bersaing terdiri dari integrasi kehulu yang bertujuan untuk
menjaga mutu produk melalui mutu bahan baku yang baik dan
menjamin kontinuitas produksi, dan strateji pertumbuhan
intensive yaitu pengembangan produk (product development)
dan pengembangan pasar (market development).
Kinerja pemasaran sebagai hasil strateji diatas tampak pada
meningkatnya penjualan kabel listrik dan kabel telepon
selania tahuri 1986?].991 masing-niasing sebesar rata?rata 23%
dan 208% per tahun, dan tingkat ROE tumbuh rata?rata
24%/tahun. Akan tetapi tanpa disadani oleh manajemen pangsa
pasar Sucaco menurun dan 25% ditahun 1989 menjadi 23%
ditahun 1991. Turunnya pangsa pasar berdampak pada rendahnya
pertumbuhan ROI selama tahun 1989-1991 yang hanya sebesar
2.1%.
Penyebab dan turunnya pangsa pasar dan ROI tersebut adalah
akibat dan pertentangan kepentingan dalam menetapkan
pnionitas pertumbuhari, dirnaria dana hash exnisi saham ditahun
1989 yang seharusnya untuk penluasan kapasitas produksi
telah digunakan untuk membeli perusahaan pemasak bahan baku
piastik dan menambah penyertaan modal pada anak perusahaan
yang nemperoduksi bahan baku alumunium. Akibatnya adalab
ilangnya kesempatan untuk nemanfaatkan momentum ðari
meningkatnya permìntaan kabel ditahun 1990 dan 1991. Sucaco
baru melakukan investasi perluasan kapasitas setelah kembali
melakukan emisi saham ditahun 1991. Kesempatan ini ternyata
telab dipergunakan dengan baik oleh pesaingnya untuk
meningkatkan pangsa pasar mereka.
Penyebab lain dan tururinya pangsa pasar adalah akibat
kebijaksanaan Tflanajemen yang konservatif didalam bìdang
keuangan, yaitu tidak mau melakukan pinjanan jangka panjang
untuk membiayai investasi. Perhitungan kazni, seandainya
perusahaan neminjam dana jangka panjang sebesar 35% dan
modalnya, maka ini akan mendorong peningkatan penjualan yang
dapat meinpertahankan pangsa pasarnya pada tingkat 25%
Selain itu wewenang seksi pemasaran yang hanya merupakan
satu seksi dan Departemen Komersiel kurang dapat berperan
dalam menentukan strateji perusahaan.
Bila hal-hal ini tidak diperbaiki segera maka dalam jangka
panjang posisi Sucaco sebagai market leader akan terancam.
Dengan demikian saran kami adalah:
1. Manajemen harus menyusun suatu daf tar prionitas yang
dipadukan dengan f aktor kunci sukses dalam mengambil
keputusan yang melibatkan pertentangan kepentingan
strateji.
2. Manajemen harus lebih melonggarkan kebijaksanaannya
dalam bidang keuangan, dengan membolehkan penggunaan
Pinjaman jangka panjang untuk investasi dimana
kesempatan untuk tumbuh memungkinkan.
3. Meningkatlan kedudukan seksi pemasaran menjadi suatu
departemen agar dapat lebih berperan dalam menentukan
strateji perusahaan secara proaktif."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Indah
"ABSTRAK
Di antara sejumlah perusahaan yang memasarkan minyak pelumas impor dengan
kandungan sintetis, salah satunya adalah ExxonMobil Singapore yang merupakan bagian dari
perusahaan global ExxonMobil Oil Inc. telah memasarkan minyak pelumas Mobil 1 di
Indonesia dalam bentuk kemasan sejak tahun 1998. Selama ini pelumas Mobil 1 dimasukkan
dalam kategori pelumas premium karena harganya yang lebih mahal dibandingkan pelumas
lokal seperti pelumas andalan Pertamina yaitu Mesran dan pelumas lain seperti Top 1 serta
memiliki pasar yang khusus (niche market). Di pasar khusus inipun Mobil 1 harus bersaing
dengan pelumas impor Iainnya yang juga memiliki kandungan sintetik seperti Havoline yang
di produksi oleh Caltex, Helix Ultra yang di produksi oleh Shell, Visco dan British Petroleum
(BP), Image dan Adnoc dan First keluaran FINA. Ke enam merek pelumas ini merupakan
kompetitor utama dari Mobil 1 terutama merek Havoline yang di produksi oleh Caltex.
Selama ini perusahaan telah melakukan sosialisasi image Mobil 1 ke target konsumen
sebagai minyak pelumas sintetis dengan kualitas prima melalui program promosi seperti
melaui iklan di media cetak, melalui pemasangan banner di bengkel-bengkel dan dealer yang
mempunyai hubungan kerjasama dengan Mobil 1 dan lain-lain, Melalui program promosi ini
diharapkan Mobil 1 dapat memperbesar marker share-nya di pasar. Karena selama ini pasar
untuk pelumas sintetis impor terbatas dan juga harus harus bersaing dengan beberapa
kompetitor yang turut bermain di pasar yang sama.
Untuk melihat apakah strategi promosi dari Mobil 1 ini telah sesuai dan efektif dengan
fitur produk maka dilakukan analisa terhadap brand image dari pelumas Mobil 1 ini. Analisa
brand image untuk pemakai Mobil 1 perlu dilakukan untuk mengetahui persepsi konsumen
tentang Mobil 1 sehingga bisa di rancang strategi prornosi yang Iebih efektif dan tepat sasaran.
Untuk memperkuat penelitian ini, maka telah dilakukan beberapa tahapan
pengumpulan data baik dari studi pustaka, riset pemasaran berupa penyebaran kuesioner
kepada konsumen pemakai pelumas Mobil 1 atau konsumen yang juga memakai pelumas yang
berada di pasar yang sama dengan Mobil 1 serta melakukan observasi maupun wawancara
dengan pihak perusahaan dalam hal ini adalah ExxonMobil Singapore.
Dari hasil analisa riset pemasaran yang dilakukan dengan bantuan perangkat lunak
SPSS versi 9.0 diperoleh beberapa temuan penting. Bahwa image yang diinginkan oleh
perusahaan telah tercapai yaitu minyak pelumas sintetis berkualitas tinggi dengan harga yang
agak mahal untuk golongan ekonomi kelas menengah ke atas. Strategi promosi yang tepat
untuk segmentasi ini adalah melalui media yang sesuai dan melakukan program hubungan
yang lebih erat dengan pelanggan.
Rekomendasi riset pemasaran dalam karya akhir ini ditujukan untuk pihak-pihak yang
berkepentingan baik produsen maupun distributor pelumas Mobil 1 agar didapatkan gambaran
¡mage konsumen serta menjadi masukan untuk implementasi strategi promosi di masa yang
akan datang.
Riset ini memiliki kelemahan terbatasnya jumlah responden serta metode sampling
yang bersifat non probabilitas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan riset
sejenis dengan metode pemilihan sampling secara random atau yang bersifat probabilitas dan
dengan jumlah responden yang lebih besar lagi.
"
2002
T3214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>