Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Raksitrianawan
"ABSTRAK
Kecepatan reaksi harga saham terhadap suatu peristiwa menggambarkan tingkat efisiensi suatu pasar. Semakin efisien suatu pasar. maka semakin cepat pula informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Dalam konsep Efficient Market Hypothesis, suatu pasar dikatakan efisien jika harga saham secara cepat menggambarkan sepenuhnya seluruh informasi baru dan relevan yang tersedia (Fama, 1991 ).
Pada karya akhir ini akan dilakukan penelitian mengenai event study atas pengumuman dividen tunai untuk mengetahui respons pasar atau kecepatan pasar menangkap informasi tersebut yang kemudian merefleksikannya dalam pergerakan harga saham. Saham-saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham yang membagikan dividen tunai terus menerus secara konsisten baik itu yang
mengalami kenaikan, penurunan maupun yang bervariasi selama kurun waktu tahun 1999 sampai dengan tahun 2002. Dari proses pengumpulan data terdapat 31 emiten yang secara konsisten selalu membagikan dividen tunai sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2002.
Metodologi yang digunakan terdiri dari dua tahapan yaitu: tahapan time series dan tahapan event study. Pada tahapan time series digunakan untuk pembentukan model peramalan expected return sebagai dasar pengukuran abnorrnai return. Selanjutnya yang dilakukan adalah tahapan event study yang berguna untuk memperoleh informasi mengenai respons pasar terhadap event pengumuman dividen dan mengetahui keberadaan abnormal return selama periode penelitian.
Periode penelitian terbagi menjadi 2 periode, yaitu periode estimasi (estimation window) dan periode event (event window), dimana penulis menetapkan untuk masingmasing periode adalah 101 hari perdagangan yang mendahului periode event untuk periode estimasi dan 21 hari perdagangan untuk periode event, dimana 10 hari perdagangan mendahului hari event, dan 10 hari mengikuti hari event maka hal tersebut dianggap sebagai periode pre-event dan post event, sedangkan untuk hari event yaitu satu hari, t=0.
Hasil penelitian empiris event study agregat untuk 31 emiten yang secara konsisten terus menerus membagikan dividen selama periode tahun 1999 sampai tahun 2002 adalah sebagai berikut: selama periode pre-event (sepuluh hari sebelum hari event), menunjukkan bahwa AAR (Average Abnormal Return) atau respons pasar positif dan signifikan; kemudian pada hari event (t=O) respons pasar negatif dan signifikan; dan selama periode post event (sepuluh hari setelah hari event) respons pasar berfluktuasi dengan kecenderungan negatif sampai akhir periode event. Nilai CAAR (Cumulative Average Abnormal Return) bergerak positif pada periode pre-event (sepuluh hari sebelurn hari event) dan kemudian bergerak negatif sampai akhir periode post event.
Hasil penelitian empiris event study untuk kelompok emiten yang dividennya naik terus menerus selama periode tahun 1999 sampai tahun 2002 adalah sebagai berikut: selama periode pre-event, respons pasar negatif dan signifikan; kemudian pada hari event (t=0) respons pasar negatif namun tidak signifikan; dan selanjutnya selama periode post event (sepuluh hari setelah hari event) respons pasar negatif dan signifikan. Sedangkan besaran nilai CAAR secara keseluruhan berada pada posisi negatif.
Hasil penelitian empiris event study untuk kelompok saham yang dividennya turun terus menerus selama tahun 1999 sampai dengan 2002 adalah sebagai berikut: selama periode pre-event respons pasar berfluktuasi antara negatif dan positif secara signifikan; dan kemudian pada hari event (t=O) respons pasar negatif dan signifikan; selanjutnya pada periode post event respons pasar kembali bergerak fluktuatif antara negatif dan positif secara signifikan. Namun secara keseluruhan besaran nilai CAAR bergerak negatif.
Hasil penelitian empiris event study menunjukkan adanya beberapa temuan. Pertama, secara agregat respons pasar negatif dan signifikan terhadap saham-saham yang mengumumkan dividen selama periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2002. Kedua, untuk kelompok saham yang dividennya naik terus menerus, respons pasar negatif yaitu sama dengan respons pasar untuk kelompok yang dividennya turun terus menerus. Ketiga, besaran nilai CAAR (-0,149) untuk kelompok saham yang dividennya
naik terus menerus lebih besar jika dibandingkan dengan nilai CAAR (-0,057) untuk kelompok saham yang dividennya turun terus menerus. Kenyataan ini bertentangan dengan efficient market theory (Efficient market hypothesis-EMH).
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haensri Jemmy
"Tesis ini membahas gejala overreaction di Bursa Efek Indonesia secara khusus terhadap 38 saham sektor industri dasar dan kimia selama periode 2006-2011. Metode yang digunakan adalah metode komparatif antara portofolio winner dan loser. Periode penelitian dibagi menjadi 2, yaitu 6 bulan dan 12 bulan.
Penelitian ini menemukan beberapa gejala overreaction, baik pada observasi 6 bulan maupun 12 bulan, namun secara statistik tidak signifikan. Selain itu juga ditemukan bahwa gejala overreaction bersifat asimetris, yaitu lebih terlihat pada salah satu portofolio.
Hasil penelitian menunjukkan Bursa Efek Indonesia efisien dalam bentuk lemah, sehingga penerapan strategi kontrarian diperkirakan akan merugikan untuk diterapkan pada segmen pasar ini.

The purpose of this study is to examine the indication of overreaction in Indonesian Stock Exchange with case study Basic Industry and Chemical sector during 2006-2011. Methods employed in this thesis is comparative method which comparing between winner and loser portfolios. Time horizons in this research were separated into two periods, 6 and 12 months.
As result, the research found that overreaction indications were evidence, but no significance statistically. The research also found that overreaction is asymmetrical, which seems more often appear in the loser portfolios.
This result may support that Indonesian Stock Market is efficient in weak form, thus contrarian investing strategy would consider as not profitable to implement.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32217
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Heru Basuki
"Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh issue-issue dalam negeri pada volatilitas return saham serta menguji kinerja model GARCH dalam kemampuannya memprediksi (forecast) volatilitas return saham. Return saham diproxy dari indeks harga saham gabungan harian (composite index daily). Aspek-aspek yang diteliti meliputi pengenalan model GARCH, cara mendapatkan konstanta dan koefisien persamaan regresi serta kemampuannya memprediksi nilai volatilitas return saham ke masa yang akan datang.
Penelitian ini menggunakan data IHSG harian dari 1 Juli 1997 sampai dengan 30 Desember 2004. Data-data tersebut diperoleh dari PDPM-il3ii dan website "www jsx.co.id" di Internet, yang merupakan situs resmi dari Jakarta Stock Exchange. Metodologi penelitian adalah dengan cara membagi data menjadi 2 bagian atau periods, perioda ke-1 untuk pembuatan model dan perioda ke-2 untuk digunakan sebagai pembanding hasil prediksi. Keabsahan hasil model yang dibuat dan kemampuannya memprediksi diuji dengan beberapa soft ware komputer. Sedangkan hasil ujinya dilihat dari indikator-indikator statistik yang ditampilkan.
Kesimpulan hasil penelitian, ternyata issue-issue dalam negeri terutama yang berhubungan dengan perpolitikan berpengaruh pada volatilitas return saham serta GARCH merupakan model regresi yang mampu menjelaskan volatilitas return saham dan memberikan prediksi yang baik. Model GARCH bahkan mampu memprediksi volatilitas return saham pada kondisi ekonomi makro yang stabil maupun bergejolak tahun 2003 - 2004 dengan model yang dibangun dari kondisi crisis ekonomi parah tahun 1997 - 1998.

Target implementation of this research is analyzing influence domestic issues on stocks return volatility and also test performance of GARCH models and its ability stock return volatility forecasting. Stock return was taken from composite index daily. Aspects of research cover recognition of GARCH model, way of getting coefficient and regression equation constant value and also the ability to forecast stock return volatility value in the future.
This research use composite index daily data from July P`, 1997 until December 30'h, 2004. The data obtained from PDPM-iBii and website "www jsx.co.id" in internet, is formal sites of Jakarta Stock Exchange. Methodologies of Research is by dividing data become 2 period, first period for making of models and second period to be used as comparator result of forecasting. Validity of made models result and the ability to forecast is tested by a few computers software. While the test result of is seen on statistical indicator which is presented.
Conclusion of research, in the reality domestic issues especially related to politics having an effect on stocks return volatility and also GARCH is regression model that capable to explain stock return volatility and give forecasting the goodness. GARCH models even forecast stock return volatility at stable macro economic condition and flare up year 2003 - 2004 with woke up models from hard economic crisis condition of years 1997 - 1998.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibagariang, Balugu Gomo
"Tesis ini membahas tentang pengujian efisiensi bentuk lemah pada pasar modal Indonesia. Pengujian dilaksanakan dengan metode run test terhadap data harian return IHSG pada periode 2008-2013. Pengujian jugadilakukan terhadap return saham-saham yang selalu tergabung dalam LQ45 selama tahun periode penelitian sebagai eviden terhadap pengujian IHSG. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan pemodelan ARIMA terhadap data return IHSG yang dilanjutkan dengan pemodelan terhadap return saham sebagai eviden terhadap hasil pemodelan IHSG. Hasil yang diperoleh dari uji run adalah bahwa return IHSG adalah merupakan data yang acak. Sementara hasil yang diperoleh dari pemodelan ARIMA adalah bahwa return IHSG masih dapat dimodelkan.

This thesis discusses about testing of market efficiency in Indonesian Stocks Exchange. Testing performed using run test and ARIMA modeling. Run test used for testing of daily return data of market indices (IHSG) during 2008-2013 period. Testing also performed on return of every stock that always include in LQ45 indices during periode of the study as evidence to IHSG testing. ARIMA modeling use to forecast daily return of IHSG indices and daily return of every stock that always included in LQ45 during periode of the study as evidence of IHSG modeling. The result of run test shows that return of IHSG is random. But the result of ARIMA modeling shows that IHSG return still has a model that can predict its value."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juanito Gunawan
"Tesis ini membahas keberadaan Dogs of the Dow pada bursa saham Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode terminal value, Jensen?s alpha, Sharpe ratio, Treynor ratio, information ratio dan batting ratio. Penulis menemukan bahwa Dogs of the Dow mengalahkan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sebagai benchmark pasar, pada periode 2006 s/d 2011. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa portofolio dogs yang dibentuk dari sampel IHSG memiliki performa yang paling baik dibandingkan dogs yang diambil dari indeks BISNIS-27 dan LQ-45. Penelitian ini berkontibusi terhadap literatur behavorial finance dengan memberikan bukti nyata keberadaan anomali pasar.

This thesis studies the existence of Dogs of the Dow in Indonesia stock market. This research uses terminal value method, Jensen's Alpha, Sharpe ratio, Treynor ratio, information ratio dan batting ratio. I find that Dogs of the Dow outperform Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), as market benchmark, for period 2006 to 2011. Further analysis indicates that dogs portfolio chosen from IHSG has better performance than dogs portfolio chosen from BISNIS-27 and LQ45 index. This study contributes to behavorial finance literature by giving empirical evidence of market anomaly."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T34695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Agus Santika
"Tesis ini membahas tentang anomali pasar Sell-in-May effect, yaitu tingkat return rata-rata enam bulan dari pasar saham untuk periode November-April yang lebih besar daripada periode Mei-Oktober. Dari hasil penelitian dengan periode pengamatan hingga 20 tahun ke belakang (1994-2014), ditemukan adanya anomali tersebut pada IHSG dan tiga belas perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45. Selain itu juga diketahui bahwa tiga bulan dari periode November-April konsisten berada pada peringkat enam teratas yang memberikan tingkat return bulanan rata-rata tertinggi sementara tiga bulan dari periode Mei?Oktober konsisten berada pada tiga peringkat terbawah.
Strategi yang dapat dilakukan investor untuk memanfaatkan anomali tersebut adalah dengan membeli saham dari tiga belas perusahaan tersebut atau dengan membentuk portofolio yang terdiversifikasi dengan baik dan mempunyai β tertimbang sebesar satu yang aktivitas transaksinya sesuai dengan strategi "sell in May and go away". Selain itu, investor juga harus memperhatikan tingkat perubahan dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan tingkat suku bunga Bank Indonesia karena kedua hal tersebut akan mempunyai pengaruh pada performa IHSG di bulan-bulan mendatang.

The focus of this study is to learn about seasonal anomalies, mainly Sell- in-May effect which states that the holding period return of six months on stock investment from the period of November-April will give higher return compared to the one from the May?October period. This study, using observation period of up to 20 years backwards (1994-2014), finds that such anomaly exists on the Indonesian stock market. It also exists on the thirteen out of forty five companies included in the LQ45 index. Another finding is that the three months from the November-April period consistently find themselves on the top six ranking of the best performer on the average monthly return. Also that there are three months from the May-October period that consistently giving out the least average monthly return.
Investment strategy that can be exercised for investors is to invest on the thirteen companies which have significant SiM coefficient or to build their own portfolio which should have a weighted β of one and carry out the transactions according to the saying "sell in May and go away". Also that it is important for investors to take into consideration the changes on the level of IDR/USD exchange rate and BI rate as both of them have significant effect on the performance of IHSG for the upcoming months.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Hendra Wijaya
"Indonesia memerlukan suatu strategi nasional untuk memenangkan persaingan dalam integrasi pasar modal ASEAN. Stuudi ini melakukan analisa regresi dan perbandingan dengan negara-negara ASEAN lain untuk memetakan daya saing pasar modal Indonesia dan memberikan saran tentang strategi yang tepat untuk bersaing. Hasil uji regresi menyimpulkan bahwa perkembangan pasar modal Indonesia dipengaruhi oleh kualitas tata kelola pemerintahan, besarnya tabungan masyarakat dan investasi asing. Strategi yang tepat bagi Indonesia adalah memastikan bahwa industri pasar modal tetap kompetitif untuk menumbuhkan kekuatan inovasi. Perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan adalah menyangkut peraturan, perbaikan sumber daya untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, dan program-program pendidikan pasar modal.

Indonesia needs a national strategy to win the competition in the integrated ASEAN stock markets. This study conducts regression analyses and comparative study to map out the competitiveness of Indonesia?s stock market and make suggestions on the proper strategy. Regression results show that Indonesia stock market development is influenced by the quality of government, level of savings and FDI. The proper strategy is to make sure that Indonesia?s stock market remains highly competitive to push for more innovative capacity. Improvements are needed in regulatory area, resources to enhance capacity and capability, and stock market educational programs."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T27383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feri Priatna
"Hipotesis pasar efisien menyatakan bahwa pasar akan berekasi terhadap adanya informasi baru di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh berita terkait fraud pada reaksi pasar untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berita mengenai fraud dipilih pada tahun 2008 hingga 2012 dan terpilih 16 sampel perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan event study untuk melihat dampak adanya berita pada pergerakan harga saham di sekitar tanggal berita selama 7 hari (t=-1 sampai t=5). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dampak negatif pada imbal hasil saham pada saat berita tersebut diumumkan (t=-1 sampai t=1), yang ditunjukkan dengan nilai imbal hasil abnormal kumulatif yang bernilai negatif, akan tetapi dampak tersebut tidak signifikan. Setelah tanggal berita (t=2 sampai t=5), imbal hasil saham bergerak ke arah positif, dengan nilai yang signifikan ketika t=4. Sementara itu, pada periode pengamatan lainnya yakni 11 hari, 21 hari, dan 31 hari terlihat bahwa pengaruh berita terkait fraud mulai muncul dua hari sebelum (t=-2) hingga sehari setelah (t=1) tanggal berita. Meskipun demikian, pengaruh tersebut tidak signifikan secara statistik.

Efficient market hypothesis states that market would react to new information. This research is conducted to observe market reaction to fraud-related news for companies listed in Indonesia Stock Exchange. Fraud-related news were chosen from year 2008 occurence to 2012, lead to 16 selected samples. Event study methodology was employed to capture the effect of news on share price movement around the news date for 7 days (t=-1 to t=5). The result shows that there was negative effect the new has on share return at the date the news announced, shown by negative cumulative abnormal return, but the effect was not significant. After the news date (t=2 to t=5), the share return was moving to positive direction, with the significant effect on t=4. In other hand, analysis on other event windows, that are 11 days, 21 days, and 31 days, revealed that the fraud-related news effect occurred from two days before (t=-2) to one day after (t=1) the news date; however, the effect is statistically insignificant.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S54431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Sukmadini Asikin
"ABSTRAK
PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) menetapkan kebijakan baru fraksi` harga saham yang mulai diberlakukan pada tanggal 2 Januari 2007. Kebijakan tersebut merupakan penambahan fraksi harga Rp. 1,- dari sebelumnya yang berlaku empat fraksi harga yakni Rp. 5,-, Rp. 10., Rp. 2S,- dan Rp. 50,-. Sehingga terjadi penurunan fraksi harga terhadap kelompok saham dengan harga kurang dari Rp. 200.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisa dampak penurunan fraksi harga terhadap marker efficiency coeficient (AEC) dan execution costs dan (2) mempelajari marker efficiency coeficfient (MEC) dan execution costs di Bursa Efek Jakarta Serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian menggunakan data transaksi dan data harian 60 saham yang terpilih sebagai sampel. Periode yang digunakan adalah sejak 1 November 2006 hingga 28 Februari 2007. Interval pengamatan (interval waktu transaksi) yang digunakan adalah setiap 30 menit.
Hasil penelitian menunjukkan rerata market efficiency coeficient (MEC) meningkat secara signifikan setelah dibelakukannya kebijakan fraksi harga. Sedangkan rerata execution costs menurun setelah diberlakukannya kebijakan fraksi harga minimum. Meningkatnya MEC dan menurunnya execution costs akibat dampak penurunan fraksi harga mengimplikasikan bahwa terjadi peningkatan likuiditas sejak diberlakukan kebijakan baru fraksi harga di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi market ejiciency coeficient (MEC) secara signifikan adalah volume dan kebijakan penurunan fraksi harga. Sedangkan harga dan varians tidak berpengaruh nyata terhadap marker eficiency coeficient (MEC). MEC meningkat sebagai dampak dari penurunan fraksi harga. Faktor-faktor yang mempengaruhi execution costs secara signifikan adalah harga, volume, varians dan perubahan atau penurunan fraksi harga saham. Penurunan fraksi harga minimum memberikan dampak yang signifikan terhadap turunnya execution costs.

ABSTRACT
On January 2, 2007, the Jakarta Stock Exchange (JSX) implemented a new tick size of Rp. 1,- in addition to the extant Rp. 5, Rp. 10, Rp. 25, and Rp. 50 tick sizes. This new tick size affects shares price below Rp. 200, for these shares were previously traded with Rp. 5 tick size.
The main purpose of this research is (l) to analysis the impact of reduction in minimum tick size on market efficiency coefficient (MEC) and execution costs; (2) to observe on market efliciency coefficient (MEC) and execution costs and to find the factors that influence them.
It uses 60 stocks daily data and intraday data of 30 minutes interval. We examine the impact of a reduction in minimum tick size for November, 2006 until February 2007.
Using z-tests this study finds the new policy significantly reduces execution costs and increases market efficiency coefficient (MEC). Therefore the Jakarta Stock Exchange (JSX)?s policy succeed to increase the liquidity.
The result of estimation of market efficiency coefficient (MEC) using cross-sectional regressions are different from I-I0 for volume and tick size reduction. Meanwhile price and variance of return are not statistically significant.
The result of estimation of execution costs is all of the variable parameters: price, volume, variance of return and tick size reduction are statistically significant."
Depok: 2007
T32866
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mada Vibrary
"ABSTRAK
Sekarang ini banyak cara untuk melakukan investasi. Salah satunya adalah dengan berinvestasi melalui Reksa Dana. Semakin banyak investor pasar modal yang mengalihkan sebagian dananya dari bursa saham ke Reksa Dana karena risiko yang dihasilkan Reksa Dana relative lebih kecil dibandingkan bermain saham. Terutama bagi masyarakat awam, berinvestasi di pasar bursa dapat menimbulkan kerugian besar.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kemampuan bisnis Reksa Dana semakin meningkat kinerjanya. Salah satu alasan melonjaknya jenis Reksa Dana ini adalah semakin banyak masyarakat yang mengenal Reksa Dana sebagai alternatif investasi selain deposito. Alasan lainnya adalah semakin kurang menariknya tingkat suku bunga deposito beberapa tahun terakhir sehinnga kemungkina return yang didapat melalui Reksa Dana lebih menguntungkan.
Jenis Reksa Dana yang kini paling banyak diminati adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap yang menempatkan sebagian besar instrumennya ke dalam obligasi. Peningkatan ini didukung semakin banyaknya obligasi pemerintah yang dilepaskan bank-bank melalui Reksa Dana Pendapatan Tetap ini.
Studi dalam karya akhir ini bermaksud untuk mengukur kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia selama empat tahun terakhir sehingga masyarakat dapat memperoleh gambaran mengenai kinerja tersebut sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Penelitian dibatasi pada Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia yang dikelola oleh Manajer Investasi Joint Venture, dengan periode waktu 1999-2002. Pemilihan jenis Reksa Dana Pendapatan Tetap sebagai kajian adalah karena jenis Reksa Dana ini sedang marak, dan jenis Reksa Dana ini memberikan risiko yang relatif rendah dengan return yang cukup menguntungkan terutama untuk jangka menengah.
Pengukuran kinerja RDPT adalah dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan kinerja pasar, yaitu Indeks Obligasi dengan tiga metode pengukuran yang sama.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa kinerja RDPT tersebut umumnya memiliki kinerja yang lebih buruk dari kinerja pasar. Masih tingginya nilai suku bunga SBI menghasilkan nilai Risk Premium yang negatif, sehingga kinerja RDPT memberikan nilai negatif yang berarti masih buruknya kinerja Reksa Dana tersebut.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>