Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81598 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Said Taufik Riza
"Baik buruknya kinerja suatu perusahaan mengakibatkan saham dari perusahaan tersebut menjadi pertimbangan bagi para investor untuk dimasukkan dalam portfolio. usahanya. Dalam memilih alternative investasi dalam bentuk saham sangatlah penting dilakukan suatu analisa secara detil" terhadap kinerja suatu perusahaan sebelum investor membuat keputusan untuk berinvestasi terhadap saham suatu perusahaan. Dalam hal ini seorang investor harus mengetahui apakah nilai suatu saham sudah sesuaikah dengan harganya, apakah harga saham tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah ?
Dalam penulisan karya akhir ini penulis akan meiakukan penilaian terhadap salah satu saham perusahaan publik yaitu saham PT. Bank Mega Tbk yang usahanya bergerak di bidang industri perbankan, sehingga dapat disimpulkan apakah saham tersebut undervalued atau overvalued, dimana seharusnya seorang investor membeli saham-saham yang undervalued dan menjual saham-saham yang overvalued. Serta investor mampu memprediksi secara akurat perkembangan saham yang dibelinya tersebut.
Analisis fundamental akan dilakukan sebelum kita membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan masa depan. Karena prospek perusahaan terkait erat dengan faktor-faktor ekstemal yang ada pada industri dimana perusahaan tersebut berada. Selanjutnya penulis melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan selama tiga tahun terakhir, yaitu dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004. Dengan melakukan analisis tersebut, maka penulis dapat menyusun asumsi-asumsi yang diperlukan dalam membuat proyeksi laporan keuangan perusahaan, baik neraca maupun laporan laba rugi dari perusahaan untuk masa depan.
Berdasarkan proyeksi laporan keuangan tersebut, penulis akan menghitung proyeksi free cash flow to equity dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, dan akhimya melalui pendekatan discounted cash flow valuation dapat diperoleh value of equity dari PT. Bank Mega Tbk. Setelah diperoleh nilai tersebut, maka dapat dihitung intrinsic value of equity per share dari PT. Bank Mega Tbk, yang melalui penelitian ini diperoleh nilainya sebesar Rp. 2.756,- per lembar saham.
Dengan membandingkan intrinsic value of equity per share tersebut diatas dan harga pasar dari saham PT. Bank Mega Tbk per tanggal 30 Desember 2004, yaitu sebesar Rp. 1.950,- maka dapat disimpulkan bahwa saham PT. Bank Mega Tbk tersebut berada pada posisi undervalued. Dengan demikian disarankan agar investor membeli saham PT. Bank Mega Tbk pada saat ini untuk portfolio investasi jangka panjangnya, karena saham yang undervalued akan cenderung terus meningkat harganya mendekati intrinsic valuenya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Surya Pratama
"Krisis global memberikan penurunan pada pasar modal dan harga saham pada tahun 2008. Namun pada tahun 2009 harga saham kembali naik sampai melebihi sebelumnya. Oleh karena itu, valuasi merupakan suatu alat yang penting untuk dapat mengetahui nilai intrinsik suatu saham sehingga investor dapat mengambil keputusan dalam berinvestasi. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (Persero) dipilih karena merupakan perusahaan milik negara yang mempunyai fundamental kuat dalam industri perbankan.
Tesis ini menggunakan 2 metode yang berbeda yaitu metode Free Cash Flow to Equity dan metode Relative Valuation. Hasil dari perhitungan valuasi tersebut kemudian dibandingkan dengan harga saham BNI saat ini untuk mengetahui posisi saham BNI apakah overvalued atau undervalued.

Global crisis had caused a decrease in capital markets and stock prices in 2008. However, in 2009 the stock price rebound significantly. Therefore, valuation is an important tool to valuing the intrinsic value of a stock so that investors can make right investment decisions. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (Persero) was chosen because it is a state-owned company that has strong fundamentals in the banking industry.
This thesis uses two different methods defined as Free Cash Flow to Equity and Relative Valuation method. The results of the valuation are compared with the current market price of BNI to identify the stock position is overvalued or undervalued."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28109
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Pramoda Wardhani
"Predikat yang diperoleh Indonesia sebagai negara layak investasi oleh Fitch dan Moody's, membuat para investor berlomba untuk menginvestasikan dananya di pasar saham Indonesia. Valuasi menjadi sangat penting dilakukan sebelum memutuskan untuk berinvestasi, agar investor mengetahui aspek fundamental dari saham yang dituju. Bank Danamon sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia yang sedang mengembangkan berbagai program konsumer dan usaha kecil dan menengah, membuat harga saham BDMN layak untuk dipertimbangkan oleh investor. Untuk itu dengan mengetahui nilai wajar dari saham tersebut, investor bisa mengambil langkah pintar untuk menjaga portofolio, mengambil keuntungan dan meminimalisasi risiko.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada skenario normal dengan metode Free Cash Flow to Equity, harga saham BDMN Rp 6.055, sedangkan dengan Relative Valuation Rp 5.518 dan untuk metode Abnormal Earnings harga saham BDMN Rp 7.997. Harga-harga tersebut di bandingkan dengan harga pasar BDMN per tanggal 30 September 2012 yaitu Rp 6.100, sehingga dari kedua metode disimpulkan harga saham BDMN overvalued dan dengan metode abnormal earnings harga saham BDMN undervalued.

Predicate that gained by Indonesia as an investment worth by Fitch and Moody's, make a lot of investors raced to invest in Indonesia stock market. Valuation becomes very important before deciding to invest, so that investors know the fundamental aspects of the stock in question. Bank Danamon as one of the largest banks in Indonesia, which is developing a range of programs of consumer and small and medium enterprises, making stock prices of BDMN eligible for consideration by investors. For that to determine the fair value of shares, investors can take smart steps to keep their portfolio, take an advantage and minimize risk.
The results of the research that has been done by normal scenario using free cash flow to equity method, gave the intrinsic value of BDMN stock IDR 6,055, while calculation with relative valuation method IDR 5,518 and abnormal earnings method resulting amount of IDR 7,997. Those prices has been compared with market price of BDMN on September 30, 2012 amounts IDR 6,100, and it can be concluded that the stock price of BDMN with two different method is overvalued and with only abnormal earnings method is undervalued.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Ilham
"ABSTRAK
PT Medco Energi Intemasional merupakan perusahaan yang berada dalam industri minyak dan gas burni bertekad untuk menjadi "Perusahaan Energi Pilihan" karena itu banyak strategi yang dirancang oleh perusahaan untuk menjaga profitabilitas dalam jangka pendek dan memelihara tingkat pertumbuhan yang sehat dalam jangka panjang.
Walaupun strategi yang dijalankan untuk perturnbuhan perusahaan belum optimal meskipun demikian pada tahun 2003, perusahaan dapat membukukan Laba Bersih dan Pendapatan yang cukup memuaskan, yaitu masing-masing sebesar USD 53,44 juta dan USD 463,37 juta. Berdasarkan dari rasio keuangan perusahaan juga dapat dilihat secara umum dari lima tahun terakhir yaitu 1999 - 2003 pertumbuhan perusahaan sangat baik yaitu dengan rata-rata perturnbuhan 24% yaitu perhitungan berdasarkan penjualan dari perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan ukuran yang fundamental. Untuk melihat pertumbuhan perusahaan, selain itu analisa fundamental lainnya adalah dengan membandingkan harga saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar saham dengan nilai intrinsik yang didapat dari menggunakan model-model Valuation.
Secara umum, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian dari suatu saham: (1) Discounted Cash Flow Valuation, yang menghubungkan nilai asset sekarang dengan arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut, (2) Relative Valuation, mengestimasi nilai asset dengan melihat pada harga pada asset-aset yang sebanding secara relative terhadap variable-variabel yang umum seperti earnings, book value. sales, (3) Contingent claim Valuation, menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai asset yang memiliki karakteristik option.
Terlepas dari model mana yang digunakan, asumsi-asumsi yang akan digunakan sangat menentukan nilai yang didapat. Karena prospek perusahaan berhubungan erat dengan faktor-faktor eksternal perusahaan itu sendiri baik ekonomi makro dan industrinya sendiri, karena itu dalam penulisan karya akhir ini digunakan Top-Down Analysis sebelum membuat asumsi untuk membuat proyeksi perusahaan dimasa depan.
Dalam karya akhir ini metode yang digunakan dalam perhitungan harga saham adalah free cash flow to equity. Dalam perhitungan yang telah dilakukan didapat bahwa harga saham PT Medea Enegi Internasional dikatakan Undervalued karena nilai intrinsiknya lebih besar dari market value-nya yaitu Rp 1,350.00.- (harga penutupan 30 Desember 2003). Dilihat dari 3 skenario yang dibuat tidak ada satu sahampun yang mendekati nilai dari harga saham PT Medea Energi Internasional Tbk, Untuk scenario Pesimis, didapat nilai intrinsik sebesar Rp 3,038.33.-, moderat Rp 3,101.79.- dan untuk optirnis harga sahamnya yaitu Rp 4,298.49.-. Dari analisa sensitifitas, dengan menggunakan probabilitaspun harga nilai intrisik yang didapat masih undervalued yaitu Rp 3,322.09.-. ini menunjukan bahwa perusahaan masih merniliki potensi besar untuk tumbuh lebih besar.
Dari Karya akhir ini penulis berharap ada manfaat yang dapat diambil sebagai ukuran atau pembanding dalam menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental. Dimana pada posisi undervalued untuk para investor disarankan untuk mengambil posisi buy.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Sintia
"Valuasi dilakukan untuk menghitung dan mengestimasi nilai wajar dari sebuah perusahaan. Hasil valuasi dapat dibandingkan dengan nilai pasar dari sebuah perusahaan yang menghasilkan rekomendasi investasi kepada investor. Valuasi dapat dilakukan dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Studi ini akan membahas mengenai analisis fundamental dengan menggunakan pendekatan top-down approach, dimana analisis fundamental ini memperhatikan analisis makroekonomi, analisis industri, analisis perusahaan, dan valuasi nilai perusahaan beserta analisis sensitivitas asumsi.
Metode valuasi yang digunakan adalah metode free cash flow to the firm dan free cash flow to equity. Data yang digunakan pada studi ini adalah data makroekonomi, data industri, dan data historis laporan keuangan perusahaan yang sangat diperlukan untuk memberikan asumsi yang berkaitan dengan proyeksi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan melakukan analisis tersebut, studi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai prospek makroekonomi, industri, dan nilai wajar perusahaan PT Mitra Adiperkasa Tbk.

Valuation is performed to calculate and estimate fair value of a firm. The result of a valuation is compared to market value of a firm to provide investment recommendation for investors. Valuation can be performed with fundamental and technical analysis. This study aims to perform fundamental analysis using the top-down approach, where this approach considers factors from macroeconomic analysis, industry analysis, company analysis, firm valuation and sensitivity analysis on the assumptions used.
The method used to value the firm are free cash flow to firm and free cash flow to equity method. Data used in this study are macroeconomic data, industry data and historical financial statement from the company that are very essential to estimate assumptions in projecting future growth of the company. Through the analysis, this study is expected to provide insights about macroeconomic prospects, industry prospects and fair value of PT Mitra Adiperkasa Tbk.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lammy, Ray
"In May 2005, Indonesian stock exchange market was shocked by PT Philip Morris Indonesia (Philip Morris) immense purchase transaction to acquire 97 percent PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HM Sampoerna)'s shares. Purchase price was Rp 10,600 per share, away above prevailing market price at Rp 9,550 per share as of May 18th, 2005. To obtain 4,251,510,000 shares of HM Sampoerna, Philip Morris had to arrange cash payment no less than Rp 45.066 trilion.
Bahana Securities managed the tender offer, preserving all HM Sampoerna's shareholders to have equal chance to sell their shares at Philip Morris's premium price offer of Rp 10,600 for one share. Almost all shareholders took this good opportunity and sold their HM Sampoerna's shares to Philip Morris.
This transaction triggered questions amongst investors. How much was the real value of HM Sampoerna's shares? Why did Philip Morris buy at premium price? Why did Sampoerna family, as the founder and the largest shareholder of HM Sampoerna, sell their since 1912 ownership of HM Sampoerna to Philip Morris? Why did Philip Morris consider the prevailing market price of HM Sampoerna's shares undervalue while the shareholders of HM Sampoerna had totally different perspective of overvalue?
Objectives of this thesis are to identify the true value of HM Sampoerna's shares using three approaches of valuation method, namely Free Cash Flow to Equity (FCFE), Free Cash Flow to the Finn (FCFF) and Economic Value Added (EVA), and to provide evidence that null hypothesis can be accepted with those three valuation methods. Null hypothesis of this thesis is the prevailing HM Sampoerna's share market price during purchase transaction by Philip Morris was undervalued pursuant to FCFE, FCFF and EVA evaluation methods.
This thesis performs top-down analyses, which begin wit macro economic analysis, cigarettes industry, HM Sampoerna's financial statement analysis. Then proceed to forecast of HM Sampoerna's financial statement for valuation purpose. There are two periods in financial statement forecast. The first five years period called high growth period and the rest called stable growth period. There are two sets of forecast, one is for normal scenario and other is for optimistic scenario. The last stage of top-down analysis is so perform valuation at HM Sampoerna's share price with FCFE, FCFF and EVA methods.
The result of FCFE method, both normal scenario and optimistic scenario, shows that HM Sampoerna's share price during purchase transaction was overvalued or HM rejected. Contrarily, the result of FCFF and EVA methods, either normal scenario or optimistic scenario, prove that HM Sampoerna's share price during purchase transaction by Philip Morris was undervalued or Ho accepted.
This case expectantly useful for investors, shareholders, management of the company, spectators and other realting parties. For investors or shareholders, it is very important to analyze and value a company with as many valuation method as possible to gain overall value of the company and to avoid premature overvalue or undervalue statement. As for management of the company, valuation of its shares is very important for capital structure strategy and measuring the company's growth. And for spectators, this case is very interesting and might be used for case study."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Choirur Rofiq
"Penelitian dalam karya akhir ini menggunakan pendekatan analisis fundamental Top-down Approach yang diawali dengan melakukan analisis indikator makro ekonomi, analisis industri dimana perusahaan itu berada, dan analisis perusahan itu sendiri. Berdasarkan hasil analisis fundamental dengan metode Free Cash Flow lo Equity diperoleh nilai intrinsik harga saham sebesar Rp 1.675,-. Penilaian tersebut menggunakan asumsi-asumsi tertentu dan reguired risk of return sebesar 17,42%. Dengan demikian, harga saham perhitungan analisis fundamental sebesar Rp 1.675,- berada dialas harga saham yang ditawarakan pada saat IPO sebesar Rp 1.080,- atau harga IPO undervalued harga analisis fundamental. Sementara itu, berdasarkan analisis dan perbandingan rasio PER dan rasio PBV menunjukkan bahwa kedua rasio lebih rendah dibanding rasio rata-rata industri sektor keuangan. Keputusan emiten dan penjamin menawarakan harga saham pada saat IPO dibawah nilai harga intrinsiknya (undervahted) berharap penawaran haraga saham tersebut diminati investor sehingga jumlah saham yang ditawarkan dapat terjual seluruhnya. Sementara itu, dari sisi investor harga yang saham yang rendah tersebut diharapkan mengalami kenaikan pada saat saham diperdagangkan di pasar sekunder harganya mendekati keseimbangan.

The research in this thesis has been designed using a fundamental analytical approach, Top-down Approach, which started by conducting a macroeconomic indicator analysis, industrial analysis, and company analysis. By implementing the free cash flow to equity model, the assumptions of intrinsic shares price valuation have been determined. Based on fundamental analysis using the Free Cash Flow to Equity method, the result shows that the intrinsic shares price value is Rp 1,675,-. This valuation uses particular assumptions and required risk of retum of 17.42%. As a result, the shares price based on fundamental analysis calculation is Rp 1,675,-, above the IPO shares price of Rp 1,080,- which means that the IPO price is undervalued compared to its fundamental analysis price. In addition, based on analysis and comparison of PER ratio and PBV ratio the result shows that both ratios are lower than the ratio of average LQ45 Banking. The decision of issuer and underwriter to offer the IPO shares price lower than its intrinsic price (undervalued) was based on the expectation that the offering shares price will be attractive to the investors and all shares will be sold out. On the other hand, the investors expect that the shares price will rise to its equilibrium level when shares are traded in the secondary market and creates gain to the investors."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26509
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Charlie Tjandra
"Dengan kondisi perekonomian dunia yang semakin tidak menentu dengan terjadinya krisis ekonomi di kawasan Eropa, tentunya sebagai seorang investor harus selalu berhati-hati dalam melakukan investasi terutama di pasar modal. Secara keseluruhan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai intrinsik saham perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan free cash flow to equity dan dividend discount model dengan masing-masing dihitung bedasarkan dua kondisi. Hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kondisi harga pasar saham perusahaan saat ini apakah dalam kondisi overvalued atau undervalued.

With increasing uncertainty ofthe world economy because the economic crisis in Europe, an investor should always be careful in investing primarily in equity markets. Overall, the study aims to determine the intrinsic value ofthe shares of PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Valuation method used in this study are free cash flow to equity and dividend discount model and each using two conditions. The results of calculations are then compared with current market price whether it is overvalued or undervalued."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Riza Pahlevi
"Tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk menentukan nilai intrinsik (intrinsic value) saham PT. Indosat Tbk yang merupakan perusahaan terbuka yang sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan Bursa Efek New York. PT. Indosat Tbk sendiri merupakan perusahaan jasa telekomunikasi yang telah cukup lama berkiprah di Indonesia dan memiliki pangsa pasar kedua terbesar setelah PT. Telkom Tbk. Penentuan nilai intrinsik ini digunakan sebagai dasar untuk membandingkan nilai intrinsik perusahaan dengan harga sahamnya di pasar. Dalam pasar yang tidak sempurna, perbe!aan nilai intrinsik dengan harga pasar sahamnya dimungkinkan terjadi. Sebelum sampai pada nilai saham, beberapa analisis hams dilalui untuk mengetahui kondisi bisnis perusahaan. Analisis demikian disebut analisis fundamental. Analisis fundamental adalah proses penentuan nilai pasar wajar (fair market- value) atau nilai intrinsik suatu saham. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (cumin' market value) untuk menentukan tindakan yang akan diambil: beli, jual, atau tahan. Hasil analisis fundamental yang dilakukan terhadap PT. Indosat Tbk menunjukkan bahwa fundamental perusahaan cukup kuat karena berada pada industri yang profitable dan high growth yaitu industri telekomunikasi dengan kontributor utama adalah telepon seluler. Telepon seluler diyakini masih akan tumbuh pesat mengingat tingkat penetrasi di negara Indonesia yang masih rendah sehingga masih banyak peluang untuk berkembang. Dari hasil perhitungan, nilai intrinsik per lembar saham PT Indosat Tbk adalah sebesar Rp. 4.107, sedangkan harga pasar pada penutupan tanggal 24 Maret 2006 adalah Rp, 4.950 per lembar saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harga pasar saham PT Indosat Tbk diperdagangkan overti'ahred terhadap nilai intrinsiknya. Dengan posisi harga pasar yang overvalued terhadap nilai intrinsiknya sedangkan PT Indosat Tbk merupakan salah satu perusahaan terbesar pada industri telekomuniasi yang sedang mengalami pertumbuhan yang pesat_ maka disarankan bagi para investor yang telah memiliki saham perusahaan untuk mengambil posisi hold (tahan) untuk mengantisipasi potensi keuntungan yang masih terbuka. Investor yang belum memiliki saham perusahaan dapat mengambiI posisi short sell namun harus selalu siap melakukan cut-loss untuk menghindari gagal serah. Guna menjaga dan meningkatkan nilai perusahaan di masa depan, PT, Indosat Tbk diharapkan tetap konsisten dalam program pengelolaan biaya operasional agar pertumbuhan laba operasi bisa dipertahankan lebih tinggi dari pertumbuhan total revenue.

The purpose of this thesis is to determine the intrinsic value of PT. Indosat Stock, which is a publicly traded company listed in Jakarta Stock Exchange, Surabaya Stock Exchange, and New York Stock Exchange. PT. Indosat is a telecommunication service company in Indonesia and has the second biggest market share after PT. Telkom. The intrinsic value can be use as a base to compare it with the stock price in the market. In an inefficient market, difference between intrinsic value and market value is a common. Before getting to the stock price, a couple of analysis must be performed to understand company's business condition. Such analysis is called fundamental analysis. Fundamental analysis is a process to determine the fair market value or intrinsic value of a stock. This value can be compared with the current market value to find out which action should be taken: buy, sell, or hold. The result of fundamental analysis on PT Indosat shows that company's fundamental is fairly strong because of its profitable and high growth telecommunication industry. Revenues from cellular is assured to be the fastest growth since its low penetration in Indonesia so there are plenty of opportunities to grow. From calculation result, the intrinsic value of PT Indosat is Rp. 4.107 for each share, while the market closing price at March 24, 2006 was Rp. 4.950 for each share. So the market price of PT Indosat was overvalued to its intrinsic value. Eventhough it's traded overvalued, PT Indosat is known as one of the biggest company in fast growing telecommunication industry, hence the investors who already have the stock should take hold position to anticipate potential gain. For those who haven't have the stock should take short sell position but they must ready to cut-it-loss to provide the stock. To increase the company value in the future, PT. Indosat should continue its active cost management program with consistency in order to maintain its operating income growth higher than its total revenue growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Halintar
"Dalam melakukan penawaran umum perdana, hendaknya perusahaan menetapkan harga tidak jauh berbeda dengan nilai wajarnya. Hal ini guna memaksimalkan potensi dana yang dapat PT. BPD Jabar Banten (BJBR), sebuah perusahaan perbankan, melakukan penawaran dengan harga Rp. 600,- per lembar sahamnya Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah harga saham perdana yang ditawarkan apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari harga wajarnya. Penulis melakukan valuasi dengan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) dengan two- stage model serta metode relative valuation dengan metode P/E ratio. Penelitian ini berkesimpulan bahwa harga saham perdana yang ditawarkan perseroan jauh lebih rendah dari nilai wajarya.

For Initial Public Offering, a company suppose to offering the initial price close to its intrinsic value. Ihe point is to rnaximae fund that can gathered jiom the market. PII BPD Jabar Banten: (BJBR), a local banking company, offered its initial price at Rp. 600,- per share. The purpose of this thesis is to evaluate whether the initial price is over or under its fair value. The author employed Free Cash F low to Equity (F CFE) valuation method with two-stage model and relative valuation method This thesis concluded the initial price is much lower than the fair value of the stock."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T31631
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>