Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Napitupulu, Johanna
"ABSTRAK
Minum teh merupakan kebiasaan yang telah dianut oleh sebagian besar masyarakat di seluruh dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Salah satu perkembangan produk teh adalah pearl tea. Jenis minuman yang juga dikenal dengan nama pearl miik tea ini pertama kali muncul di Taiwan sekitar 20 tahun yang Jalu dengan komposisi awal yang terdiri dari teh yang dicampur dengan susu dan didalamnya terdapat pearl (bola-bola kecil berwarna hitam yang terbuat dari tepung tapioka) yang kenyal. Produk minuman ini mendapat respon yang sangat baik dari konsumen, baik di negara asalnya maupun di negara-negara lain. Di Indonesia, produk pearl tea mulai dikenal beberapa tahun yang lalu dan awalnya hanya merupakan bagian dari menu tambahan yang tersedia pada restoran dan kafe tertentu. Fenomena pearl tea di Indonesia terutama di kota Jakarta cukup menarik karena berdasarkan pengamatan dapat dilihat bahwa konsumen ibu kota cukup merespon produk minuman tersebut. Selanjutnya industri ini mulai berkembang dengan munculnya pemain-pemain pasar yang mengusung mereknya masingmasing. Salah satu dari pelaku pasar pearl tea tersebut adalah Quickly, dengan PT. Lingkar Natura Inti selaku master franchisee di Indonesia.
Penelitian ini memiliki 3 tujuan utama yaitu mengetahui preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada pearl tea, melakukan analisis pada persepsi konsumen terhadap merek Quickly selaku salah satu merek minuman pearl tea di Jakarta. dan pada akhimya mencoba memberikan saran untuk merencanakan strategi pemasaran produk kepada perusahaan terse but.
Metode penelitian yang diterapkan adalah secara eksploratif melalui in-depth interview, dan secara deskriptif melalui penyebaran kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan menerapkan convenience sampling untuk me.mperoleh 200 responden yang memenuhi kriteria domisili di Jakarta, mengetahui produk pearl tea dan merupakan konsurnen pearl tea Quickly. Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif, analisis asosiatif dan analisis tingkat kepentingan atribut.
Dari penelitian eksploratif diperoleh 9 buah atribut minuman pearl tea yaitu rasa minuman, harga minuman, variasi minuman yang tersedia, lokasi penjualan, nutrisi yang terkandung dalam minuman, merek minuman, desain kemasan yang meliputi ukuran dan warna, kebersihan dan kesterilan minwnan, dan sales promotion. Diantar kesembilan atribut tcrsebut, ditemukan bahwa rasa minuman merupakan atribut yang paling penting bagi konsumen.
Penelitian terhadap perilaku konsumen menunjukkan bahwa informasi mengenai produk pearl tea berasal dari teman, sedangkan iklan memegang peranan yang tidak begitu besar dalam memberikan keterangan mengenai minuman tersebut. Selain itu jenis pearl tea yang disukai oleh konsumen cenderung menjadi produk yang dibeli. Waktu pengkonsumsian pearl tea bagi para konsumen adalah pada siang hari dan sore hari, sedangkan fungsi pearl tea bagi mereka adalah sebagai minurnan yang menyegarkan.
Persepsi konsumen terhadap minuman pearl tea merek Quickly berdasarkan atributatribut yang telah ditentukan sebelumnya secara keseluruhan dapat dikategorikan cukup positif. Sedangkan jika dibandingkan secara khusus dengan 2 merek pesaingnya yaitu Hop Hop dan Kuick Kuick, maka Quickly merupakan produk pearl tea yang lebih unggul. Namun keunggulan yang dimilikinya belum cukup kuat untuk memposisikan dirinya secara berbeda terhadap para pesaingnya.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviani
"Pemasaran dewasa ini mulai berusaha untuk mensinergikan pesan-pesan yang ingin disampaikan ke konsumen melalui berbagai media/saluran komunikasi yang berbeda yang bertujuan untuk memaksimalkan impact alas segment yang dituju. Komunikasi pemasaran terpadu atau yang lebih dikenal dengan integrated maketing communication (IMC), semakin banyak dipraktekkan oleh pernasar dalam usaha untuk mengkomunikasikan suatu merek produk kepada para konsumen. Adapun elemen-elemen komunikasi pemasaran meliputi iklan, promosi penjualan, humas dan publikasi, penjualan personal, dan penjualan langsung. Melalui IMC, pemasar tidak terbatas untuk menggunakan satu elemen komunikasi pemasaran tertentu, melainkan dapat menggunakan beberapa elemen sekaligus untuk memperoleh hasil yang optimal. Dunia pemasaran sudah menerima kenyataan bahwa komunikasi yang efektif sangat signifikan dalam membentuk brand awareness dan brand image yang membangun dan memperkuat brand equity suatu merek, dimana terjadi peningkatan kepekaan terhadap merek, timbul asosiatif pasitif terhadap merek, meningkatkan Ioyalitas konsumen, dan persepsi terhadap kualitas yang baik. Brand equity telah menjadi satu sumber yang berharga dalam membentuk keunggulan bersaing bagi banyak perusahaan. Strategi komunikasi pemasaran juga memegang peranan penting dalam industri otomotif Dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia, industri otomotif mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan, khususnya kendaraan roda empat. Namun penurunan penjualan ini tidak mempengaruhi tingkat persaingan dianlara para produsen kendaraan. Salah satu jenis kendaraan roda empat yang lingkat persaingannya cukup tinggi adalah kelas SUV (Sport Utility Vehicle). Kelas SUV di Indonesia dipelopori oleh PT. Indomobil Niaga International (PT. IMNI) melalui Suzuki Vitara. Kehadiran Suzuki Vitara pada 1992 mendapat langgapan yang sangat positif dan penjualan bisa dikatakan sangat sukses. Namun seiring dengan semakin banyaknya pemain di kelas SUV, posisi Vitara semakin tenggelam dibanding pars pesaingnya. Untuk mengembalikan posisi sebagai pemimpin pasar di kolas SUV, PT. IMNI melkkukan revitalisasi merek pads Suzuki Vitara dengan mengeluarkan produk Suzuki Grand Vitara. Untuk mendukung revitalisasi merek tersebut, PT. IMNI telah melakukan serangkaian komunikasi pemasaran yang cukup gencar. Atas dasar pemahaman di atas, penulis tertarik untuk memilih Suzuki Grand Vitara menjadi obyek penelitian. Penelitian hanya dibatasi pada penilaian brand awareness dan perceived quality Suzuki Grand Vitara dari hasil komunikasi pemasarannya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode riset, yaitu riset eksploratori dan riset deskriptif yang menggunakan sumber data primer melalui metode sample survey dengan instrumen utama berupa kuesioner. Riset eksploratori dilakukan melalui studi pustaka, in depth interview (wawaneara mendalam) dengan beberapa konsumen yang berasal dari target pasar Suzuki Grand Vitara, dan wawaneara dengan pihak perusahaan dalam hal ini PT. Indomobil Niaga International (PT. IMNI). Dari hasil analisa riset pemasaran yang dibantu dengan menggunakan perangkat Iunak SPSS versi 13.0 diperoleh beberapa temuan penting. Bahwa dari tiga hipotesis yang diungkapkan hanya satu hipotesis yang terbukti. yaitu: Komunikasi pemasaran (IMC) yang dilakukan Grand Vitara tidak berpengaruh secara signifikan dalam membangun top of mind. Saran-saran yang diberikan penulis dalam karya akhir ini ditujukan untuk pihak PT. Indomobil Niaga International (PT. IMNI), agar menjadi masukan untuk implementasi strategi komunikasi pemasaran di masa yang akan datang. Penelitian ini memiliki kelemahan terbatasnya jumlah responden serta metode sampling yang bersifat non probability. Untuk rnendapatkan basil yang lebih maksirnal perlu dilakukan riset sejenis dengan metode pemilihan sampling secara acak atau yang bersifat probabilitas dan dengan jumlah responden yang lebih banyak lagi. Selain itu penelitian ini hanya menilai brand awareness dan perceived quality, jadi tidak membahas variabel-variabel brand equity secara keseluruhan.
This matured marketing has begun its efforts by synergizing messages that are conveyed to consumers through different types of media - with the intentions of maximizing the impact upon the segment aimed Integrated marketing communications recently more practiced by marketers in effort to communicate the product brand to consumers. Here, marketing communications element are devided by advertising, sales promotion, publicity or public relation, personal sales, and direct selling. Through IMC, marketer is not limited to use one particular marketing communications element, but marketer is also allowed to use some elements at one blow to obtain optimal result. Marketing world have accepted facts that effective communications are very significant in forming brand awareness and brand image in developing and strengthening brand equity, where it may result in the sensitivity of improvement to brand, arise positive associative to brand, improve consumer loyalties, and perception to good quality. Brand Equity has come to one source worth in forming excellence competence for many company. Marketing Communications strategy also play an important part in automotive industry. One example, few years later in Indonesia, automotive industry experienced sales degradation which was enough notable, especially four wheel drive category. However, this sale degradation did not influence the emulation of level story among all producers. One of many type that still high was SUV (Sport Utility Vehicle). SUV in Indonesia is pioneered by PT. 1ndomobil Commercial International (PT IMNI) through its Suzuki Vitara. The attendance of Suzuki Vitara in 1992 was admitted having very positive response and very successful in sales. But along with more and more players in SUV, Vitara's position progressively sunk compared to competitors. In order to bring back its position as market leader in class SUV, PT. IMNI has been conducting a brand revitalization through a new released of Suzuki Grand Vitara. As a supportive conduct, PT. IMNI have refered to their marketing communications which is enough intense. On the basis above, writer interested to choose Suzuki Grand Vitara become a research material object. Researcher here is limited to assess brand awareness and perceived quality of Suzuki Grand Vitara from marketing communications result. Researcher is using two research methods: exploratory and descriptive that use primary data source through a survey with special instrument in the form of questionaire. The other, exploratory was conducted through books reading, in depth interview (circumstantial interview) with a few consumers coming from Suzuki Grand Vitara market goals, and interview with company respondent in this case PT. Indomobil Niaga International (PT_IMNI). Next, the result is found by using SPSS software version 13.0 and has obtained some important finding. From three hypothesis, there were only one proven hypothesis: Marketing communications (IMC) conducted by Grand Vitara do not have an effect in building top of mind. Finally, suggestion given by writer may become an input for PT. Indomobil Niaga International (PT IMNI), in order to make better marketing communications strategy implementation in the future. This research own feebleness of the limited amount of responder and method of sampling having the character of the non probability. To achieve a more maximal findings, a research similar to a random selection method or probability in nature must be carried out, and with a greater number of respondents. Others this research only assess brand awareness and perceived quality, not discuss variable of brand equity as a whole."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Selmy Patrica Wibawa
"ABSTRAK
Pasar media olahraga khususnya Tabloid Olahraga semakin marak dengan hadirnya pemain-peman baru dalam bisnis ini. Hal ini didorong pula oleh banyaknya tayangan olahraga di berbagai stasiun televisi yang menyajikan program-program siaran yang semakin menarik. Kehadiran Tabloid-Tabloid Olahraga baru ini tentu saja dengan mengusung berbagai atribut-atribut dan inovasi penerbitan yang semakin menarik. Untuk itu merupakan sebuah tantangan bagi pemain lama seperti Tabloid BOLA untuk dapat mempertahankan loyalitas konsumennya ditengah persaingan dengan pemain-pemain baru tersebut.
Keputusan untuk membeli sebuah Tabloid Olahraga akan berubah dengan cepatnya sejalan dengan cepat berubahnya kebutuhan informasi mereka akan dunia olahraga. Oleh karena itu perlu diketahui atribut-atribut apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah Tabloid Olahraga dan pada akhirnya akan membentuk persepsi konsumen terhadap Tabloid Olahraga tersebut. Untuk itu penelitian ini memiliki tujuan yaitu : (1) mengetahui atribut-atribut apa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli suatu produk media olahraga, dan (2) Mengetahui persepsi konsumen terhadap Tabloid BOLA didasarkan pada atribut-atribut yang terdapat dalam produk Tabloid olahraga tersebut.
Digunakan 2 metode penelitian yaitu metode penelitian eksploratory dan metode penelitian deskriptif Untuk metode penelitian eksploratory dilakukan dengan menggunakan metode FGD (focus Group Discussion) yang dilakukan bersama 10 orang responden dan bertujuan untuk mengetahui atribut-atribut yang menjadi pertimbangan mereka dalam memilih sebuah Tabloid Olahraga. Untuk metode deskriptif digunakan beberapa metode analisis data yaitu : analisis frekuensi, analisis tabulasi silang/asosiatif dan analisis diskriminan.
Dari hasil penelitian eksploratory diperoleh 10 atribut yang menjadi pertimbangan responden dalam memilih Tabloid Olahraga. Atribut-atribut tersebut yaitu: cover/halaman depan, tata letak dan pengaturan isi tabloid, jumlah halaman, mutu kertas yang digunakan, variasi cabang olahraga yang dita1npilkan, harga, intensitas penerbitan dan isi berita/rubric yang ditampilkan. Dari analisis terhadap nilai mean dari tingkat kepentingan atribut, maka atribut isi berita/rubrik yang ditampilkan merupakan atribut yang paling dianggap penting oleh responden.
Dari penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap atribut-atribut dalam Tabloid BOLA diperoleh keterangan bahwa persepsi responden terhadap Tabloid BOLA adalah baik dan bahkan terdapat atribut-atribut yang memiliki persepsi yang sangat baik. Untuk analisis tabulasi silang diperoleh hubungan antara variabel demografi dengan variabel persepsi terhadap atribut dan variabel perilaku dengan variabel persepsi terhadap atribut. Selain itu dilakukan pula analisis tabulasi silang untuk beberapa variabel yang diasumsikan memiliki hubungan akan tetapi setelah dilakukan analisis tabulasi silang ternyata variabel-variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan dari analisis diskriminan diperoleh keterangan bahwa konsumen dengan tingkat pengeluaran yarig berbeda dapat dibedakan persepsinya oleh atribut harga yang teijangkau.
Untuk memenuhi keinginan konsumen yang selalu setia menanti kehadiran Tabloid BOLA, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya Tabloid BOLA secara temporer diupayakan untuk dapat menyajikan beberapa cabang olahraga (diluar sepakbola) guna memenuhi kebutuhan informasi olahraga konsumen usia muda yang biasanya menggemari beberapa cabang olahraga yang lebih beragam. Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah mengenai penetapan harga yang harus mengakomodasi kepentingan konsumen dengan tingkat pengeluaran dibawah Rp 800.000,- yang merupakan konsumen terbesar Tabloid BOLA selama ini.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni
"Dewasa ini, tren gaya hidup sehat semakin mendapat perhatian dari masyarakat kita karena selain biaya pengobatan yang semakin tinggi akibat krisis ekonomi, juga ditunjang dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting hidup sehat. Salah satu produk yang mempunyai potensi untuk menunjang tren tersebut adalah jamu yang sudah sejak lama dikenal masyarakat kita. Hal ini disebabkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan dasar jamu diyakini mempunyal efek samping yang lebih kecil dan kurang berbahaya dibandingkan dengan penggunaan senyawa kimia sintetik yang banyak terdapat dalam obat obatan modern/farinasi. Oleh karena ini, seiring dengan berkembangnya tren gaya hidup sehat di tanah air, maka dapat diharapkan potensi penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia akan semakin besar pula di masa yang akan datang.
Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap produk jamu ini melibatkan responden sebanyak 100 orang (wanita dan pria) yang diambil menggunakan pendekatan non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Pemilihan responden dibatasi dengan kriteria mereka yang berusia antara 18 tahun sampai 55 tahun dari lokasi penelitian ini meliputi daerah Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk pelaksanaan penelitiannya digunakan metode drop-off survey dengan media self-administered questionnaire. Data primer yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program komputer SPSS versi 11.
Dalam penelitian ini ditemukan 4 (empat) buah asosiasi yang dominan terhadap Produk jamu, yaitu: (1) rasa pahit dan aroma khas jamu, (2) sebagai obat, (3) bermanfaat untuk kebugaran tubuh, dan (4) bersifat natural. Juga diketahui bahwa tingkat pengetahuan terhadap jamu di tingkat merek (brands) dinilai kurang baik sedangkan di tingkat yang lebih luas, yaitu nama perusahaan (product class), ternyata cukup baik. Sebagai konsekuensinya, konsumen produk jamu kemungkinan besar melakukan keputusan pembelian pada tingkat product class, yaitu mereka terlebih dahulu akan memutuskan untuk memilih nama perusahaan penghasil produk jamu tersebut, baru selanjutnya melakukan pemilihan merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Hasil penelitian juga menunjukkan ada 6 alasan utama mengkonsumsi produk jamu, yaitu: (1) terbuat dari bahan alami, (2) untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, (3) efek samping yang relatif kecil, (4) harga yang terjangkau, (5) untuk menghílangkan gejala penyakit ringan, dan (6) tanpa bahan pengawet. Sedangkan berdasarkan tingkat kepentingan atribut dalam mengkonsumsi produk jamu diketahui bahwa faktor keamanan dan kemudahan memperoleh produk adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan konsumsi tersebut. Adapun faktor keamanan yang dimaksud adalah: (1) terdaftar di Departemen Kesehatan, (2) terbuat dari bahan alami, (3) efek samping kecil, (4) kelengkapan informasi produk, (5) kualitas, (6) tanpa bahan pengawet, dan (7) proses produksi.
Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk jamu lebih disukai dan dipersepsikan sebagai produk untuk mengatasi situasi atau masalah kesehatan yang cukup ringan, seperti untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh, capek-capek, masuk angin, pegal linu, dll. Produk jamu juga dipersepsikan dengan baik sebagai alternatif dan obat barat/farmasi walaupun responden dalam penelitian ini mempunyai kecenderungan untuk menggunakan obat farmasi/barat untuk mengatasl keadaan sakit atau penyakit tertentu, seperti kencing manis, asam urat, darah tinggi, dli. Sedangkan berdasarkan citranya, produk jamu tidak dipersepsikan sebagai produk untuk golongan atau lapisan masyarakat manapun terutama terhadap masyarakat yang bersifat tradisional dan tinggal di pedesaan atau kota kecil.
Beberapa saran berikut diajukan berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, yaitu: pertama strategi merek yang dapat digunakan oleh produsen jamu adalah menggabungkan nama/merek individu dengan nama perusahaan (corporate name) agar konsumen lebih mudah dan lebih cepat mengingat merek produk yang dihasilkan. Agar mempunyai kesempatan berhasil yang lebih besar, maka strategi ini dapat ditunjang dengan melakukan kegiatan corporate advertising yang bertujuan meníngkatkan pengenalan terhadap perusahaan dan citranya di benak konsumen. Kedua, produsen jamu juga dapat mencoba untuk memberikan citra tertentu kepada produk jarnu yang dihasilkan dengan tujuan untuk positioning produk terhadap segmen tertentu yang dapat ditempuh melalui media ikian secara gencar.
Terakhir, untuk memanfaatkan potensi produk jamu sebagai alternatif bagi obat barat/farmasi, maka produsen produk jamu dapat melakukan program periklanan yang bersifat mengedukasi masyarakat mengenai efektifitas jamu sebagai obat penyembuhan penyakit tertentu. Program ini sebaiknya ditujukan kepada industri jamu secara umum (bukan untuk perusahaan atau produk jamu tertentu) dan dilakukan oleh Gabungan Pengusaha Jamu yang saat ini sudah terbentuk. Dengan demikian, dapat diharapkan industri jamu ini akan semakin berkembang lagi di masa yang akan datang seiring dengan kemajuan tren gaya hidup sehat di masyarakat kita."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyanti
"Extension adalah salah satu strategi pengembangan produk baru, yang banyak diterapkan oleh perusahaan. Pada strategi ini produk baru (sub brand) memanfaatkan merek produk yang sudah stabil dan lebih dulu dikenal oleh konsumen (parent brand) dengan tujuan mengalihkan atribut tangible dan intangible yang ada pada parent brand kepada sub brand. Penelitian terdahulu mengenai extension pada umumnya menekankan pada pentingnya persepsi kecocokan (perception of fit) antara sub brand dengan parent brand. Walaupun demikian persepsi kecocokkan antara parent brand dengan sub brand yang menjadi dasar dari penerapan strategi extension ternyata tidak seluruhnya tepat jika diaplikasikan pada produk kontroversial semacam bir yang menjadi parent brand bagi minuman non alkohol.
Penelitian ini mengangkat kasus merek minuman Bintang Zero yang memiliki slogan 100% Bintang 0% alcohol sebagai sub brand dari Bir Bintang (parent brand). Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin Bintang Zero dipersepsi cocok dengan Bir Bintang, semakin sulit Bintang Zero diasosiasikan dengan minuman non alkohol. Positioning Bintang Zero menjadi kabur dan akibatnya intensi untuk membeli Bintang Zero juga lemah.
Penelitian ini juga memasukkan variabel kredibilitas perusahaan (PT. Multi Bintang Indonesia) sebagai faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap Bintang Zero. Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden percaya pada kompetensi PT. Multi Bintang Indonesia di industri minuman, namun hal ini tetap tidak mampu mempengaruhi minat responden untuk membeli Bintang Zero.

Extension is one strategy often used by manufactures in their effort in new product development. In this strategy, the manufacturer is using its more established brand (or parent brand) already known by consumers and have both of its tangible and intangible value transferred to the new brand. Previous studies on this subject generally deal with the suitability of brand values and brand perception between a parent brand and its sub brand However, such study may not be applicable when it involves a brand in a market when the category of the brand is considered controversial in its social environment. In particular when the parent brand happens to be an alcoholic drink (beer) and its sub brand is suppose to be a non-alcoholic drink.
This study will deal with the case of the non-alcoholic drink of Bintang Zero with its claim of "100% Bintang and 0% Alcohol" as the sub brand of its popular beer parent brand of Bintang; The study indicates that the more closer the brand value and perception of Bintang Zero to its parent brand, the less it is likely that Bintang Zero is being seen as an non-alcoholic drink. Hence the brand's positioning became unclear by the consumer resulting in low purchase intention.
This study has included the variable of the manufacturer corporate value (PT Multi Bintang Indonesia) that may have some influence on the brand perception value. The study concludes that while consumer's perception towards the manufacturer is positive as a credible beverage producer, it has not been able to add more supporting values in influencing consumers to buy the product.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Angelica
"Bubble milk tea memiliki pasar yang masih dalam tahap introductory yang memang mengalami kenaikan yang tinggi dan masih belum stabil. Fenomena ini dilatarbelakangi oleh pengeluaran dan permintaan akan minuman yang semakin banyak di Indonesia. Pada kesetiaan konsumen dan fanatisme, ada beberapa faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi hal tersebut, yaitu, tingkat jasa, kualitas dan variasi produk, program berhadiah, harga, dan lokasi. Penelitian ini kemudian didesain untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut pada pembelian konsumen akan bubble milk tea. Model ini diuji menggunakan metode regresi dengan menggunakan SPSS.
Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor tingkat jasa, kualitas dan variasi produk, program berhadiah, dan harga secara signifikan mempengaruhi kesetiaan emosional pada intensi pembelian. Sedangkan kualitas dan variasi produk, program hadiah, harga dan lokasi secara signifikan mempengaruhi fanatisme dari konsumen, limitasi dan implikasi manajerial akan didiskusikan lebih lanjut.

Bubble milk tea has a market that is still in the introductory phase is to increase the high potential in the market and still not stable in having the customer. This phenomenon is motivated by spending and demand more and more in beverages in Indonesia. On customer loyalty and fanaticism, there are several factors that can directly affect it, namely, the level of service, quality and variety of products, programs, prizes, price, and location. This study was designed to investigate the influence of these factors on consumer purchases in bubble milk tea. This model was tested using regression methods with SPSS.
The results stated that the service level, product quality and assortment, programs for rewarding patronage, and prices significantly affect the price of emotional loyalty on purchase intentions. While the product quality and assortment, programs for rewarding patronage, prices and location significantly affect the fanaticism of consumers. Limitations and managerial implications are discussed further.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Febriany, Author
"ABSTRAK
Saat ini seiring dengan perkembangan trend busana muslim, majalah wanita Islam pun mengalami perkembangan yang signifikan. Pasar majalah wanita khususnya majalah wanita Islam semakin marak dengan hadimya pemain-pemain bam dalam bisnis ini. Dengan mengusung berbagai atribut dan inovasi penerbitan yang semakin menarik, menjadi sebuah tantangan bagi majalah yang hadir lebih dahulu seperti Majalah Paras untuk dapat mempertahankan loyalitas konsumennya ditengah persaingan dengan pemain-pemain bam tersebut.
Keputusan untuk membeli sebuah majalah wanita Islam akan berubah dengan cepatnya sejalah dengan cepat berubahnya kebutuhan informasi konsumen akan dunia wanita. Oleh karena itu perlu diketahui atribut-atribut apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mernilih sebuah majalah wanita Islam dan pada akhimya membentuk persepsi konsumen terhadap majalah wanita Islam tersebut. Untuk itu penelitian ini memiliki tujuan yaitu: (1) mengetahui atribut atribut apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih majalah wanita Islam, (2) mengetahui persepsi konsumen terhadap majalah wanita Islam Paras didasarkan pada atribut - atribut yang terdapat dalam produk majalah tersebut, dan (3) memberikan saran untuk perencanaan strategi pemasaran lebih lanjut bagi penerbit majalah wanita Islam Paras.
Metode penelitian yang diterapkan adalah secara eksploratif melalui in-depth interview, dan secara deskriptif melalui penyebaran kuesioner. Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif, analisis asosiatif, analisis Thurston untuk melihat tingkat kepentingan atribut, dan analisis kuadran (importance-performance analysis) tmtuk melihat keterkaitan antara tingkat kepentingan suatu variabel dan kenyataan yang dirasakan oleh pelanggan.
Setelah melakukan penelitian eksploratori diperoleh 9 atribut utama yang menjadi pertimbangan dalam memilih majalah wanita lsl&m, yaitu cover/tampilan majalah, tata letak dan pengaturan isi majalah yang sesuai, tebal majalah/jumlah halan1an, kemasan/ kualitas kertas, harga yang terjangkau, frekuensi penerbitan, isi beritalrubrik yang ditampilkan, kemudahan memperoleh majalah dan bonus/sisipan.
Dari hasil penelitian, secara umum persepsi pembaca terhadap keseluruhan atribut majalah Paras adalah baik dan bahkan terdapat atribut-atribut yang memiliki persepsi yang sangat baik. Untuk analisis tabulasi silang terdapat hubungan antara variabel demografi dengan variable persepsi terhadap atribut, sedangkan hasil tabulasi silang untuk variabel perilaku dengan variable persepsi terhadap atribut tidak terdapat hubungan yang signifikan. Selain itu analisis tabulasi silang dilakukan pada beberapa variabel yang diasumsikan memiliki hubungan namun hanya beberapa yang memiliki hubungan yang signifikan.
Berdasarkan analisis kuadran, atribut harga dan isi berita merupakan atribut yang paling penting dan menjadi dasar pertimbangan responden dalam membeli majalah. Akan tetapi performa majalah Paras untuk kedua atribut tersebut juga masih belum terlalu baik. Sedangkan atribut cover/tampilan muka serta kemudahan memperoleh majalah merupakan atribut yang penting dan performa majalah Paras untuk kedua atribut ini sudah baik. Untuk atribut tata letak dan pengaturan isi majalah, jumlah halaman dan frekuensi penerbitan kurang menjadi bahan pertimbangan bagi responden dalam membeli majalah dibandingkan harga dan isi berita. Responden juga menganggap bahwa performa majalah Paras untuk ketiga atribut ini masih kurang baik. Sedangkan untuk atribut bonus dan kualitas kertas yang digunakan masih dianggap kurang penting namun sudah sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah melakukan penelitian eksploratori diperoleh 9 atribut utama yang menjadi pertimbangan dalam memilih majalah wanita lsl&m, yaitu cover/tampilan majalah, tata letak dan pengaturan isi majalah yang sesuai, tebal majalah/jumlah halan1an, kemasan/ kualitas kertas, harga yang terjangkau, frekuensi penerbitan, isi beritalrubrik yang ditampilkan, kemudahan memperoleh majalah dan bonus/sisipan.
Dari hasil penelitian, secara umum persepsi pembaca terhadap keseluruhan atribut majalah Paras adalah baik dan bahkan terdapat atribut-atribut yang memiliki persepsi yang sangat baik. Untuk analisis tabulasi silang terdapat hubungan antara variabel demografi dengan variable persepsi terhadap atribut, sedangkan hasil tabulasi silang untuk variabel perilaku dengan variable persepsi terhadap atribut tidak terdapat hubungan yang signifikan. Selain itu analisis tabulasi silang dilakukan pada beberapa variabel yang diasumsikan memiliki hubungan namun hanya beberapa yang memiliki hubungan yang signifikan.
Berdasarkan analisis kuadran, atribut harga dan isi berita merupakan atribut yang paling penting dan menjadi dasar pertimbangan responden dalam membeli majalah. Akan tetapi performa majalah Paras untuk kedua atribut tersebut juga masih belum terlalu baik. Sedangkan atribut cover/tampilan muka serta kemudahan memperoleh majalah merupakan atribut yang penting dan performa majalah Paras untuk kedua atribut ini sudah baik. Untuk atribut tata letak dan pengaturan isi majalah. Jumlah halaman dan frekuensi penerbitan kurang menjadi bahan pertimbangan bagi responden dalam membeli majalah dibandingkan harga dan isi berita. Responden juga menganggap bahwa performa majalah Paras untuk ketiga atribut ini masih kurang baik. Sedangkan untuk atribut bonus dan kualitas kertas yang digunakan masih dianggap kurang penting namun sudah sesuai dengan yang diharapkan.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Jusuf Sumintapura
"ABSTRAK
Pertumbuhan bisnis eceran mengalami kemajuan yang pesat dewasa ini. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah pengecer modern yang berskala seperti jarrngan pasar swalayan, convenience store, dam toko serba ada, yang semakin mendominasi bisnis eceran dan menggeser pengecer tradisional contohnya pasar swalayan. Tetapi karena adanya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu, mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut para pengusaha harus pandai-pandai mencari strategi. Strategi yang dilakukan yaitu dengan membuat private labels untuk produk-produk tertentu dengan tujuan meningkatkan daya beli konsumen.
Definisi private label atau private brand atau house brand menurut Fitzell(1982), adalah : "House brand yaitu produk-produk dengan merek pribadi yang hanya dipasarkan dalam rumah pengecer, grosir, maupun distributor tertentu dan sama sekali tidak dijual ditempat lain".
Penelitian ini bertujuan untuk memahami jenis private label yang dikeluarkan oleh supermarket & hypermarket di Indonesia. Mengetahui jenis produk private label yang dibeli oleh konsumen. Terakhir mengetahui atribut yang mempengaruhi konsumen dalam pemilihan private label. Menurut Harvard Business Review jika suatu perusahaan memproduksi private label, hal yang penting yang harus dilakukan ialah memperkirakan efek private label pada bisnis mereka secara keseluruhan dan mengontrol operasi private label. Untuk kesuksesan private label, retailer harus memperhatikan kualitas produk yang berhubungan dengan private label seperti packaging, labeling, brand image, termasuk image dari toko itu sendiri yang mungkin akan mentransfer persepsi konsumen terhadap kualitas private label.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah exploratory research dan descriptive research. Exploratory research bertujuan untuk memberikan gagasan, wawasan dan pemahamam atas situasi permasalahan yang dihadapi peneliti. Descriptive research yaitu tipe tipe riset konklusif yang bertujuan utama mencari informasi data primer berupa data kuantitatif. Pengumpulan data primer dlakukan dengan melakukan cross sectional study, yaitu pengukuran populasi dalam waktu tertentu. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode kuantitatif sample survey, yaitu mengambil sample dengan jumlah tertentu untuk menjelaskan keseluruhan populasi yang diteliti. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data didalam sample survey ini adalah kuesioner. Dalam penelitian ini, responden mengisi sendiri kuesioner (selfadministered survey), yang diberikan kepadanya dengan cara drop-off Metode analisis data yang digunakan dalam descriptive research adalah descriptive analysis, paired sample t-test dan top of two boxes.
Dari hasil penelitian ditemukan produk private label yang dikeluarkan oleh Hero dan Makro merupakan low involvement product. Atribut yang dipentingkan oleh konsumen adalah harga. Hal ini sesuai dengan positioning dari private label yaitu menjual produk dengan harga murah tetapi kualitasnya setara atau lebih baik dari merek pabrikan. Produk yang sering dibeli konsumen adalah produk yang dikonsumsi secara. teratur (frequency of use/consumption), misalnya beras, minyak goreng, gula, garam, kecap (sembako) dan produk-produk toiletries seperti sabun, shampoo, tisu dan kapas. Keputusan pembelian produk diputuskan di supermarket/hypermarket.
Merek private label Hero dan Makro hendaknya mencantumkan merek supermarket/ hypermarketnya sebagai penyokong. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan image dan kredibilitas kepada merek tersebut serta meyakinkan konsumen. Supermarket/hypermarket sebaiknya melakukan packaging dan point of purchase advertising untuk meningkatkan awareness konsumen. Misalnya dengan memperbaiki disain kemasan menjadi menarik, menampilkan motion display, poster, POP, radio shopping, cart advertising, shelf talkers dan memberikan kupon. Hero dan Makro sebaiknya melakukan komunikasi positioning penggunaan produk secara teratur/berkala (position for frequent or regular use) untuk produk-produk private labelnya."
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nuryanto
"ABSTRAK
Salah satu produk pakaian jadi yang cukup populer hingga kini adalah celana
jins yang beredar luas di pasar Indonesia. Market size celana panjang jins di wilayah
Jabotabek diperkirakan mencapai 304,8 juta lusin, sedangkan di Jakarta jumlahnya
mendekati 156,8 juta lusin (Corinthian Infopharma Corpora, 1999) dan saat ini disi
oleh berbagai merek baik dari dalam negeri maupun merek luar negeri yang masuk
melalui kontrak lisensi.
Lois jins sebagai salah satu pemain dengan merek lisensi dari luar negeri
termasuk perusahaan yang berusaha untuk menghadapi tingkat persaingan cukup
ketat karena semakin gencarnya strategi masing-masing produsen dalam memasarkan
produk jins. Masalah yang dihadapi adalah belum teridentifìkasinya pandangan
konsumen, terutama sehubungan dengan keinginan mengembangkan target pasar yang
dibidik Lois. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan
informasi mengenai persepsi konsumen terhadap Lois jins dan mengetahul nilai yang
terbentuk dalam benak konsumen mengenai atribut-atribut Lois jins. Dengan
demikian diharapkan hasil analisis persepsi konsumen dapat memberikan masukan
untuk kebijakan perusahaan, khususnya dalam penetapan strategi pemasaran
perusahaan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain riset eksploratori dan
deskriptif. Riset eksploratori terdiri atas kegiatan focus group discussion dan
penelusuran kepada pihak manajemen perusahaan, sedangkan survey berdasarkan
riset deskriptif cross-sectional siudy dengan metode pengumpulan data self-
administered survey. Data dikumpul kan dari survey kuesioner kepada 100 orang
responden yang merupakan konsumen jins dan tiriggal di Jakarta. Analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif, asosiatif dan tingkat kepentingan atribut.
Kegiatan focus group discussion (FGD) memberikan masukan mengenai
atribut-atribut yang berpengaruh dalarn pengambilan keputusan oleh konsumen ketika
akan membeli celana jins. Selanjutnya materi FOD dijadikan masukan untuk
menyusun format pertanyaan pada kuesioner yang akan disebarkan. Dari 132
responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini, terdapat 89 orang yang mampu
memberikan penilaian terbadap atribut Lois karena memiliki atau pernah memakai
celana jins dengan merek tersebut. Merujuk kepada jawaban pada kuesioner ternyata
merek pakaian jins Lois berada pada peringkat yang lebib rendah top of mind
awareness setelah merek Levi?s dan Lea. Bagi mereka yang memilikinya, merek Lois
dipandang scbagai merek yang terkenal, namun perusahaan sebaiknya tetap
melakukan strategi pemasaran yang lebih balk karena berdasarkan temuan penelitian
masih ada konsumen yang memiliki produk Lois tetapi menyatakan bahwa mereknya
?agak terkenal?. Hasil penelitian perlu dicermati karena walaupun posisi Lois
dibawah Levis dan Lea, persentasenya awarenessnya jauh lebih kecil dibandingkan
dengan kedua merek tersebut.
Hasil analisis terhadap data kuesioner yang telah diolah menunjukkan temuan
bahwa atribut-atribut utama Lois jins dipersepsikan positif oleh konsumen. Kualitas
produk Lois dikategorikan ?baik?, nyaman dipakai dan jenis bahan yang digunakan
?bagus?. Atribut-atribut Lois secara Iengkap menurut penilaian konsumen (top of two
boxes) setelah konsumsi adalah sebagai berikut : kualitas balk, nyaman dipakai, jenis
bahan bagus, warna menarik, desain/model trendi, ukuran pas, merek terkenal, iklan
di majalah menarik, penataan counter menarik dan harga mahal.
Mengingat Lois memiliki produk yang telah dinilai positif oleh konsumennya,
maka sebaiknya perusahaan berusaha untuk senantiasa melakukan komunikasi dan
pengembangan produk secara berkelanjutan.. Hal ini diperkuat oleh temuan bahwa
bagi mereka yang memilikinya, merek Lois dipandang sebagai merek yang terkenal
sehingga merupakan potensi yang cukup baik untuk mendapatkan loyalitas konsumen.
Segmentasi yang dituju Lois jins tidak jauh berbeda dengan komposisi
mayoritas konsumen pembeli produk Lois dalam penelitian, yaitu kelompok strata
ekonomi sosial menengah. Fakta ini dapat dijadikan acuan bagi perusahaan dalam
penentuan kebijakan produknya. Lois jins dapat melakukan event marketing dan Iebih
menekankan pada program positioning secara konsisten dan aktif sehingga dapat
membangun image merck yang kuat di mata konsumennya."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>