Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135854 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Doddy S. Muntaha
"ABSTRAK
Produk photocopy paper adalah jenis produk kertas dengan ukuran 21 x 29,7 em atau
juga dikenal dengan kertas ukuran A4 yang umumnya digunakan sebagai media cetak untuk
mendukung kegiatan di perkantoran. Klasifikasi atas kualitas produk photocopy paper secara
umum dapat didasarkan atas tingkat brightness, yaitu tingkatan wama putih pada kertas, dan
grammature, yaitu tingkat ketebalan kertas dengan satuan unitnya adalah gsm. PT. Pindo Deli
Pulp & Paper adalah produsen kertas yang memiliki kemampuan untuk memproduksi produk
photocopy paper dan dalam kegiatan pemasarannya, PT. Pindo Deli menjual produknya di
pasar domestik maupun intemasional.
Salah satu pasar yang dituju oleh PT. Pindo Deli untuk memasarkan produk PPC
Adalah Negara-negara Eropa. Alasan untuk memasarkan produk tersebut ke Eropa karena
besamya tingkat permintaan untuk produk photocopy paper yakni sebesar 300.000 MT per
bulan. Sampai dengan tahun 2002 PT. Pindo Deli telah berhasil menjual produk PPC ke pasar
domestik dan intemasional rata-rata seoesar 15.500 MT per bulan, dimana kontribusi
penjualan produk PPC ke Eropa mencapai 7.000 MT per bulannya atau setara dengan 46%.
Besarnya tingkat permintaan produk photocopy paper di Eropa juga disebabkan oleh
banyaknya negara yang tercakup dalam wilayah tersebut. Terhitung berdasarikan data yang
dimiliki oleh PT. Pindo Deli tentang jumlah negara-negara di Eropa sebagai daerah pemasaran
adalah sebanyak 19 negara dan saat ini PT. Pindo Deli baru bisa memasarkan produk PPC-nya
ke 11 negara. Dengan luasnya cakupan wilayah pemasaran dan juga keterbatasan fungsifungsi
distribusi yang dimiliki oleh PT. Pindo Deli di wilayah Eropa maka altematif
pengembangan jalur distribusi sekaligus sebagai modus entry strategy yang dipilih adalah
dengan menjual produk PPC ke pihakpaper merchants.
Produk photocopy paper dipasarkan ke Eropa dengan menggunakan dua strategi
branding, yakni produk PPC yang menggunakan mill brand dan private brand. Mill brand
adalah brand untuk produk PPC yang dikembangkan, dimiliki, dan diproduksi oleh PT. Pindo
Deli, sedangkan private brand adalah brand produk PPC yang dimiliki oleh paper merchants
namun diproduksi di PT. Pindo Deli. Penerapakan kedua strategi branding ini mampu
mendorong peningkatan volume penjualan produk PPC ke pasar Eropa dari kurun waktu tahun
2000- 2002. Fokus penulisan pada karya akhir ini akan membahas lebih mendalam tentang
efektifitas strategi branding yang diterapkan oleh PT. Pindo Deli yang diterapkan ke pasar
Eropa.
Metodologi penelitian yang dilakukan untuk penulisan karya akhir ini adalah melalui
penelitian eksploratif terhadap data sekunder dari PT. Pindo Deli dan wawancara dengan
pihak-pihak terkait. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa untuk memasarkan
produk PPC dari PT. Pindo Deli ke pasar Eropa, peran dari pihak paper merchants sangat
dominan. Paper merchants merupakan pintu gerbang keberhasilan PT. Pindo Deli
memasarkan produk PPC ke Eropa agar volume penjualan semakin bertambah besar dan disisi
lain paper merchants merupakan pihak yang turut menentukan jumlah atau banyaknya PPC
mill brand dan private brand yang diproduksi oleh PT. Pindo Deli. Oleh karena itu fungsi
kontrol terhadap pfoses distrbusi secara menyeluruh tidak dapat dilakukan secara maksimal
oleh PT. Pindo Deli karena sistem perdagangan yang dilakukan oleh kedua belah pihak adalah
sistem beli-putus, dimana terjadi perpindahan kepemilikan atas produk yang diperdagangkan
dari pihak PT. Pindo Deli ke pihak paper merchants pada saat produk PPC menuju atau
sampai di Eropa.
Hasil analisis terhadap PT. Pindo Deli untuk produk PPC juga memperlihatkan bahwa
PT. Pindo Deli memperlakukan produk PPC lebih besar dari sisi produknya dan bukan dari sisi branding. Hal tersebut disebabkan oleh tuntutan pihak manajemen PT. Pindo Deli kepada
pihak sales dan marketing untuk memaksimalkan volume penjualan PPC secara total karena
kapasitas produksi yang dimiliki adalah sebesar 21.000 MT per bulan sedangkan volume
penjualan tahun 2002 baru mencapai 15.500 MT per bulan. Sehingga branding diperlukan
hanya untuk sebagai nama atau label agar volume penjualan photocopy paper ke Eropa bisa
lebih besar dari pencapaian 7.000 MT per bulan seperti yang telah dicapai pada tahun 2002.
Hambatan yang ditemui dalam melakukan penelitian untuk menilai efektifitas strategi
branding yang diterapkan oleh PT. Pindo Deli untuk produk photocopy paper ke Eropa adalah
ketidaktersediaan informasi tentang kinerja paper merchants di Eropa. Sehingga pembahasan
lebih terfokus tentang bagaimana PT. Pindo Deli memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki oleh
paper merchants dalam hal distribusi produk PPC di Eropa sehingga volume penjualan dapat
lebih besar denga11 menggunakan strategi branding-produk PPC mill brand dan private brand.
Dengan tidak mendapatkan informasi tentang pihak paper merchants maka informasi tentang
produk PPC serta preferensi atas brand produk PPC yang diminati di pasar Eropa secara
langsung tidak dapat digali lebih mendalam.
PT. Pindo Deli selaku produsen produk PPC tetap menginginkan produk PPC yang
menggunakan mill brand menjadi brand yang dominan dipasarkan di Eropa sehingga lambat
laun posisi mill brand semakin besar dan kuat di pasar Eropa. Untuk mendukung keinginan
tersebut maka PT. Pindo Deli dapat menjalankan sebuah pilot project dengan menerapkannya
di negara Spanyol dengan tujuan meningkatkan volume penjualan produk PPC mill brand. Hal
tersebut didukung dengan volume penjualan PPC mill brand ke Spanyol yang cukup sudah
besar dan ditambah dengan tingginya tingkat perminta&n produk PPC di negara tersebut
hingga mencapai 6.300 MT per bulan dimana hampir setara dengan total penjualan produk
PPC ke seluruh Eropa sebesar 7.000 MT per bulan.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edyna Ayu Qousersha
"Private label merupakan sebuah merek yang dikelola sendiri oleh peritel. Dalam lingkungan ritel, penilaian pelanggan terhadap produk private label seringkali dikaitkan dengan store image dari toko ritel tersebut. Penelitian ini meneliti pengaruh store image terhadap purchase intention produk private label. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, di mana data dan informasi dikumpulksan melalui survei dengan alat bantu kuisioner dan studi kepustakaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 pengunjung Sephora Kota Kasablanka yang merupakan wanita yang berdomisili di Jakarta dan pernah melakukan pembelian selain produk private label di Sephora Kota Kasablanka setidaknya satu kali dalam tiga bulan terakhir. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability dengan convenience sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana menggunakan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa store image memiliki pengaruh terhadap purchase intention produk private label.

Private label is a brand managed by a retailer. In a retail environment, customer evaluation on private label product often associated with the store image of a retailer. This study aims to research the effect of store image towards purchase intention of private label product. This research used a quantitative approach, where data and information were collected through survey with the tools of questionnaire and bibliographical studies. The sample of this study were 100 visitors of Sephora Kota Kasablanka which were women reside in Jakarta and have purchased other than private label product at least once in the last three months at Sephora Kota Kasablanka before. The samples were selected using non probability methods with convenience sampling. Analysis technique of the data used is simple linear regression using SPSS 20. The result indicated that store image affects purchase intention of private label products."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S66547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Marchelina
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis strategi co-branding yang efektif digunakan untuk kategori produk smartphone di Indonesia dan mengetahui apakah faktor perceived fit mempengaruhi kesuksesan strategi co-branding. Penelitian ini menggunakan 192 sampel dengan menggunakan metode convenience sampling. Responden pada penelitian ini adalah orang-orang yang merupakan pengambil keputusan atas merek smartphone yang mereka gunakan saat ini. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan independent sample t-test.
Penelitian ini menemukan hasil bahwa ternyata tidak terdapat perbedaan attitude toward co-branded product dan purchase intention yang signifikan antara konsumen yang dihadapkan pada kondisi co-branding ingredient dan konsumen yang dihadapkan pada kondisi co-branding simbolik. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan attitude toward co-branded product dan purchase intention yang signifikan ketika konsumen dihadapkan pada kondisi perceived fit tinggi dibandingkan kondisi perceived fit rendah.

This research aims to analyze which of the two types of co-branding strategies that is more effective to implement for smartphone category in Indonesia and to know whether perceived fit affects the success of co-branding strategy. This research uses 192 samples by using convenience sampling method. The respondents in this research are the ones who make their own decisions for the smartphone brands which they are currently using. The data is analyzed by using independent sample t-test.
This research found that there is no significant difference in attitude toward co-branded product and purchase intention between those who are given the ingredient co-branding treatment and those who are given the symbolic co-branding treatment. This research also found that there is a significant difference in attitude toward co-branded product and purchase intention due to the different level of perceived fit (high perceived fit and low perceived fit).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aland Diknas Tanada
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh karakteristik interaksi di dalam komunitas tersebut bisa mempengaruhi perceived benefits yang dirasakan anggota komunitas, apakah perceived benefit yang mereka rasakan bisa mengembangkan community commitment mereka, serta melihat pengaruh dari community commitment terhadap oppositional brand loyalty. Sampel penelitian ini adalah anggota beberapa komunitas mobil yang ada di Indonesia, dengan jumlah sampe valid sebanyak 133 responden. Data diolah dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling. Hasil analisis menunjukkan bahwa community engagement dari brand community membuat anggota merasakan banyak benefits. Selanjutnya, learning benefits merupakan faktor utama untuk membentuk community commitment. Tapi, ketika anggota memiliki community commitment, mereka tidak akan membentuk oppositonal brand loyalty terhadap merek pesaing lainnya.
;This study aims to analyze how the influence of the interaction characteristics in the community can affect the perceived benefits are felt by members of the community, whether the perceived benefits they feel they can develop community commitment, as well as see the influence of community commitment towards oppositional brand loyalty. The sample of this research are member of several existing automobiles community in Indonesia, with the number of valid sample as many as 133 respondents. The data is processed by using Structural Equation Modeling. The analytical results reveal that community engagement of brand community make members perceive many benefits. Furthermore, learning benefits are the main factors to form community commitments. But, when members have community commitments, they will not form oppositional brand loyalty to other rival brands.
;This study aims to analyze how the influence of the interaction characteristics in the community can affect the perceived benefits are felt by members of the community, whether the perceived benefits they feel they can develop community commitment, as well as see the influence of community commitment towards oppositional brand loyalty. The sample of this research are member of several existing automobiles community in Indonesia, with the number of valid sample as many as 133 respondents. The data is processed by using Structural Equation Modeling. The analytical results reveal that community engagement of brand community make members perceive many benefits. Furthermore, learning benefits are the main factors to form community commitments. But, when members have community commitments, they will not form oppositional brand loyalty to other rival brands.
;This study aims to analyze how the influence of the interaction characteristics in the community can affect the perceived benefits are felt by members of the community, whether the perceived benefits they feel they can develop community commitment, as well as see the influence of community commitment towards oppositional brand loyalty. The sample of this research are member of several existing automobiles community in Indonesia, with the number of valid sample as many as 133 respondents. The data is processed by using Structural Equation Modeling. The analytical results reveal that community engagement of brand community make members perceive many benefits. Furthermore, learning benefits are the main factors to form community commitments. But, when members have community commitments, they will not form oppositional brand loyalty to other rival brands.
, This study aims to analyze how the influence of the interaction characteristics in the community can affect the perceived benefits are felt by members of the community, whether the perceived benefits they feel they can develop community commitment, as well as see the influence of community commitment towards oppositional brand loyalty. The sample of this research are member of several existing automobiles community in Indonesia, with the number of valid sample as many as 133 respondents. The data is processed by using Structural Equation Modeling. The analytical results reveal that community engagement of brand community make members perceive many benefits. Furthermore, learning benefits are the main factors to form community commitments. But, when members have community commitments, they will not form oppositional brand loyalty to other rival brands.
]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Fitriyani
"Tesis ini menganalisis brand placement dengan menguji pengaruh dari 4 variabel, yaitu brand recall, preference, intention to purchase, dan Loyalty. Berdasarkan data dari 205 responden konsumen muda yang diuji, maka dapat diketahui bahwa brand placement tidak berpengaruh secara positif terhadap brand recall, Brand placement tidak memiliki pengaruh positif atau signifikan terhadap brand recall, preference, intention to purchase, dan Loyalty. Brand recall memiliki pengaruh positif atau signifikan terhadap preference dan loyalty. Sedangkan brand recall tidak memiliki pengaruh positif atau signifikan terhadap intention to purchase. Kemudian preference memiliki pengaruh positif terhadap intention to purchase dan terakhir intention to purchase memiliki pengaruh terhadap loyalty.

This thesis analyzes the brand placement by testing the effect of four variables, namely brand recall, preference, intention to purchase, and loyalty. Based on data from 205 respondents who tested young consumers, it can be seen that brand placement is not a positive influence on brand recall, Brand placement does not have a positive influence on brand recall or significant, preference, intention to purchase, and Loyalty. Brand recall or a significant positive influence on the preference and loyalty. While brand recall or did not have a significant positive effect on the intention to purchase. Then the preference has a positive influence on intention to purchase and intention to purchase last had an influence on loyalty."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adila Tiara Sulistyaningrum
"Persaingan industri semakin kompetitif ditandai dengan banyaknya merek dan produk yang beredar. Banyaknya merek yang muncul membuat kesadaran merek konsumen menjadi rendah, terutama untuk barang komoditi karena pemain untuk pasar ini relatif banyak dan produk yang dihasilkan juga memiliki karakteristik yang serupa. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh identitas merek terhadap kesadaran merek suatu produk. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan instrumen kuesioner kepada 100 orang responden di Jabodetabek serta dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas merek memiliki pengaruh terhadap kesadaran merek dan dimensi kemasan mempunyai pengaruh paling besar terhadap kesadaran merek.

Industrial competition more competitive characterized by many brand and product circulating. Many brands that appear make brand awareness buyer is low, especially for goods commodities in this market relatively big and product resulted having the same characteristic. The objective of this study is to analyze the effect of brand identity on brand awareness product. This study is used quantitative approach with the questionnaire as instrument to 100 respondents in Jabodetabek and analyzed using multiple regression. This research show that brand identity have the effect on brand awareness and dimension packaging have most leverage on brand awareness."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirawan Herdyanto
"Dengan dicanangkannya Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) sejak tahun 2010 oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, keberadaan dan aktifitas museum di Indonesia kini menjadi sorotan dan mengalami peningkatan. Melalui GNCM diharapkan dapat menggairahkan masyarakat untuk berkunjung dan menghidupkan museum. Museum Nasional sebagai museum terbesar dan tertua di Indonesia merupakan salah satu museum yang direvitalisasi dan reposisi. Adanya ketidak-seimbangan antara anggaran yang dikeluarkan dengan fluktuasi jumlah pengunjung mengindikasikan kemungkinan bahwa pemanfaatan atau pengelolaan jasa yang ditawarkan oleh Museum Nasional tidak sesuai dengan apa yang dicari atau butuhkan oleh pengunjung.
Penelitian ini membahas pengaruh perceived service quality, emotional satisfaction, dan image terhadap repeat visit dan recommendation bagi first time visitor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa empathy merupakan dimensi perceived service quality yang paling berpengaruh terhadap laten tersebut. Sedangkan perceived service quality itu sendiri berpengaruh terhadap emotional satisfaction dan image museum namun tidak memiliki hubungan langsung terhadap recommendation dan repeat visit. Laten satisfaction memiliki hubungan positif dengan image namun negative terhadap recommendation dan repeat visit. Image memiliki hubungan positif dengan recommendation dan repeat visit dan menjadi variabel moderasi bagi perceived service quality.

The launch of the National Love Museum Movement (GNCM) in 2010 by the Ministry of Culture and Tourism put a spotlight on the existence of museums in Indonesia and their activities. GNCM is expected to encourage people to visit and museums. The National Museum, the largest and oldest museum in Indonesia, is one of the museums that is being revitalized and repositioned. An imbalance between the budget spent and the fluctuations in the number of visitors indicates the possibility that the services being offered by the National Museum do not correspond to what is sought or needed by visitors.
This study discusses the influence of perceived service quality, emotional satisfaction, and image in firsttime visitors? intention to make a repeat visit to and recommend the museum. Results of this study indicate that empathy is the most influential dimensions in the perception of service quality. While the perceived service quality itself affects the emotional satisfaction and image of the National Museum, it has no direct relation with recommendations and repeat visits. Satisfaction latent has a positive relationship on the image, but negative for recommendation and repeat visits. Image has a positive relationship on recommendations and repeat visits and could function as a moderating variable for perceived service quality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiyan Agung Nugroho
"Merek adalah sebuah aset yang penting bagi perusahaan. Merek yang diperlakukan dengan baik akan dapat membantu perusahaan dalam memasarkan produk tersebut. Salah satu upaya untuk memperlakukan merek dengan baik adalah dengan mengungkit kinerja merek tersebut. Salah satu upaya mengungkif kinerja merek adalah dengan melakukan co-branding. Pada kasus Co-Branding PT Excelcom Pratama dan PT Bank BCA.Tbk, upaya yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah layanan tambahan nilai (BCA dan Excelcom). Selain itu juga untuk menghemat anggaran investasi (BCA) serta memberikan pelayanan yang lebih baik lagi agar konsumen yang telah ada tidak berpindah atau bahkan mampu mengikat kansumen baru.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigma dari sudut kualitatif. Pemilihan ini dikarenakan pada penelitian ini hanya akan menjelaskan proses yang terjadi dalam obyek yang diteliti.
Co-branding melibatkan lebih dari satu organisasi bisnis maka obyek penelitian ini juga dilakukan pada lebih dari satu perusahaan. Kedua perusahan tersebut adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam lingkup geografis Indonesia. Desain penelitian, "Exploration Research" dan menggunakan metode Case Study yang berjenis Single case - Unilevel analysis.
Exploration research adalah dimensi penelitian yang didasarkan pada keadaan dimana suatu fenomena yang diteliti merupakan sesuatu yang baru atau masih sedikit yang mempelajarinya.
Metode pengamatan akan dilakukan dengan cara turun kelapangan melakukan interview mendalam kepada responden yang telah ditentukan dan melakukan studi dokumen dan literatur yang berkaitan. Secara operasional akan dilakukan wawancara secara mendalam dengan pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab dengan bidang itu yaitu Untuk Excelcom dengan General Manager Value added Service, Marketing and Development. untuk BCA dengan Direktur Teknologi Informasi BCA. Selain itu juga akan dilakukan analisa dokumen dan juga studi literatur.
Tahapan konsepsi yang menjadi landasan setiap aplikasi strategi telah dipahami sepenuhnya oleh kedua institusi bersangkutan, dengan kesesuaian dengan konsep dasar yang dikandung dalam co-branding.
Demikian juga dengan aplikasi dimana tiap-tiap partisipan telah melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Setiap kriteria yang dimintai selalu dipenuhi oleh co-partner. Pada tahapan ini semua kendala dan hambatan diatasi bersama oleh semua partisipan.
Pada tahap eksekusi terjadi juga suatu kerjasama yang solid diantara kedua partisipan dengan kesepakan untuk menanggung rentang biaya kampanye dan menggunakan kekuatan masing-masing partisipan pada lini media serta format isi pesan komunikasi yaitu untuk mengedukasi user baik yang berupa pengguna maupun non pengguna sehingga memunculkan persepsi terhadap kualitas dengan informasi dan edukasi tentang fitur yang menjadi muatan dari strategi co-branding antara BCA dan Excelcom yaitu mobile banking. Khalayak sasaran yang akan menjadi target juga diupayakan kepada semua kelompok sasaran dengan prioritas yang berbeda untuk tiap kelompok.
Berdasar dari kesemua itu, maka bisa disimpulkan bahwa suatu co-branding dapat diaplikasikan dengan baik apabila telah tercapai suatu kondisi dimana semua partisipan telah memahami konsepsi dari strategi, pesan dan tugas masing-masing serta berusaha untuk saling menutup kekurangan dari pihak co-partner."
2003
T5268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadingga Trah Herdwangkara
"Product placement merupakan suatu hal yang tidak asing lagi dalam dunia pemasaran. Di Indonesia sendiri, perkembangan penggunaan product placement sudah semakin sering terlihat, misalnya pada tayangan program-program di televisi dan film. Strategi product placement yang baik haruslah dapat mencakup faktor-faktor yang berhubungan dengan audience characteristics. Audiece charac teristics sendiri digambarkan oleh product/brand familiarity, program involvement (arousal, pleasure, cognitive effort) dan star liking. Dan tingkat efektifitas product placement salah satunya dapat dilihat dari product category recall dan atau brand recall yang dihasilkan. Dengan menggunakan film Ayat- Ayat Cinta sebagai objek penelitian, skripsi ini membahas tentang hubungan yang terjadi antara audience charac eristics dengan product /brand recall pada product placement di dalam film Ayat-Ayat Cinta. Desain penelitian ini adalah penelitian eksploratif dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa star liking merupakan satu-satunya variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan product category recall, sehingga dengan demikian star liking menjadi sesuatu hal yang perlu menjadi perhatian dalam strategi product placement dalam film. Pemilihan aktor atau aktris yang sedang diidolakan dan yang sesuai dengan target konsumen serta pemilihan film yang tepat merupakan suatu strategi yang dapat digu nakan sebagai penunjang keberhasilan product placement dalam film.

Product placement is a practice that is familiar in the world of mar keting. In Indonesia, the use of product placement is more often seen, for example on television programs and movies. A good product place ment strategy must include the factors that relate to the audience characteristics. Audience characteristics described by product /brand familiarity, program involvement (arousal, pleasure, cognitive effort) and star liking. And the effectiveness of product placement can be seen from product category recall and brand recall. By using the film Ayat-Ayat Cinta as an objects of research, this essay discuss about the relationship between audience characteristics with pro duct/brand recall on product placement in film Ayat-Ayat Cinta. This research is descriptive and eksplorative interpretive. The results of this research indicate that the star liking is the only variable that has a significant relationship with product category recall, so that star liking is an important factor in the strategy of product placement in movies. Choosing an actor or actress who is liked and appropriate with target consumers and the right movie selection is a strategy that can be used to support the success of product placement in movies."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Yajri
"ABSTRAK
Bahasa kita sehari-hari dipenuhi dengan taburan metafora. Tidak heran jika
setiap menit, 5?6 metafora akan muncul dari setiap percakapan. Meruahnya
metafora menimbulkan istilah politik metafora sebagai bentuk penerapan metafora
dalam berbagai aspek kehidupan manusia beserta aspek-aspek ideologis dari
penerapan metafora tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metafora,
dalam hal ini surface metaphors, yang digunakan Majalah Trubus dalam
mengkonstruksi branding komoditas agribinis jabon serta menelisik ideologi yang
tersembul. Penelitian ini memanfaatkan pendekatan kualitatif dengan paradigma
konstruktivis. Untuk menganalisis metafora dan bagaimana sistem pertandaan
metafora bekerja menghasilkan suatu pemaknaan digunakan metode semiotika dari
Roland Barthes. Dalam kesimpulannya, Peneliti menemukan bahwa terdapat politik
metafora dalam branding komoditas agribisnis dalam teks berita Majalah Trubus
pada saat artikel awal atau ?pemanasan? yang membahas pengenalan objek (PO) dan
saat menjadi topik utama ataupun laporan khusus. Pada artikel awal, bentuk-bentuk
metafora jabon digambarkan sebagai komoditas agribisnis agribisnis bernilai
ekonomis tinggi, pasar terbuka lebar dan siap menampung berapapun hasil produksi.
Sementara pada saat topik, digambarkan bentuk investasi usaha yang menghasilkan
keuntungan besar, melebihi produk perbankan seperti deposito, di kemudian hari.

Abstract
Our everyday language filled with metaphors. Every minute, 5-6 metaphors
emerged from every human conversation. The abundance of metaphors created a term
called politics of metaphor as a form of ideological aspects for metaphors
applications in various aspects of human life. The purpose of this research to find out
surface metaphors used in Trubus agricultural magazine branding strategy of
agribusiness commodities with the object focused on jabon. The research used
qualitative methods with constructivism approach. Meanwhile, semiotic of Roland
Barthes used to analyze the metaphors of the text. The finding showed politics of
metaphor used in the text. At the beginning articles or "warming reports (PO),"
surface metaphors described jabon as an agribusiness commodity with high economic
value while wood market described run out of supply of jabon. Whereas at the topic
and special report articles, jabon showed as a business investment that generated huge
profits, even compared with banking products such as bank deposits."
2012
T30762
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>