Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59382 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devyana Ramadiani Putri
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai ragam bahasa pada kalimat imperatif dalam film Yeopgijogin Geunyeo yang ditulis oleh Kim Hosik dan disutradarai oleh Kwak Jaeyoung pada tahun 2001. Film ini menceritakan mengenai tokoh perempuan yang bertemu dengan tokoh laki-laki bernama Gyeonwoo. Tokoh perempuan ini ingin menjadikan Gyeonwoo sebagai pengganti mantan kekasihnya yang ternyata sudah meninggal. Kalimat imperatif banyak digunakan oleh tokoh perempuan untuk memebuhi keinginannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ragam bahasa apa saja yang digunakan berdasarkan kalimat imperatif dalam film. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode studi pustaka mengenai kalimat imperatif, ragam bahasa dan eomi. Korpus yang digunakan oleh penulis adalah semua kalimat imperatif yang muncul dalam keseluruhan film. Pada akhir penelitian, penulis menyimpulkan bahwa ragam bahasa yang sering digunakan yaitu ragam banmal, sopan, dan sederhana.

ABSTRACT
This research discusses about variety of languages of the imperative sentences in the movie ldquo Yeopgijogin Geunyeo rdquo written by Kim Hosik dan directed by Kwak Jaeyoung. The movie is about a girl who met a boy named Gyeonwoo. The girl wants Gyeonwoo as the replacement of her late ex boyfriend. Imperative sentences are often used in order to pursue the girl rsquo s wish. The purpose of this research is to identify what variety of languages based on imperative sentences, mainly used in the movie. In the process, writer uses literature review about imperative sentence, variety of language and eomi as the methods. Writer uses all imperative sentences in the movie as the linguistic corpus. In the end of research, writer concludes that the variety of languages which often used are banmal, polite and simple. "
Lengkap +
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Hadiyanti
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesepadanan kalimat imperatif dan metode penerjemahan yang digunakan dalam penerjemahan takarir film dokumenter SAMIN vs SEMEN dengan takarir bahasa Jerman. Karya film dokumenter SAMIN vs SEMEN (Deutsche Untertitel) dipilih sebagai bahan penelitian karena terjemahan takarir bahasa jerman yang tertera mengandung banyak kalimat imperatif untuk diteliti. Analisis pada penelitian fokus pada konsep kesepadanan dalam penerjemahan yang diperkenalkan oleh Mona Baker (2018). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian adalah metode simak dan catat. Setelah itu data diklasifikasikan kesepadanannya berdasarkan metode penerjemahan sehingga dapat diketahui sejauh mana kesepadanan terjemahan kalimat imperatif dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman. Hasil penelitian menunjukkan kesepadanan kalimat imperatif dalam terjemahan takarir bahasa Jerman dalam film dokumenter SAMIN vs SEMEN mencapai 95% dengan 1 dari 20 data diklasifikasikan tidak sepadan. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan atau referensi yang berguna bagi peneliti, pemelajar atau mahasiswa yang mempelajari bahasa Jerman di Indonesia.

This research aimed to acknowledge the equivalence of imperative sentences and translation strategy which is used in documentary film SAMIN vs SEMEN with German language subtitle. The documentary film SAMIN vs SEMEN (Deutsche Untertitel) is selected as research material because  many imperative sentences are found in the film. The analysis in this research focused on the concept of equivalence in translation introduced by Mona Baker (2018). To determine the equivalence classification in the translation results of the imperative sentence, the equivalence test is carried out through analysis of the translation strategies used by this documentary’s translator. The data collection method used in this research is the observation method using note-taking techniques. Then the equivalent of data is classified based on its translation strategies so it can be discovered to which extent the equivalence of the imperative sentence translation from Indonesian into German language. The results of this research showed that the equivalence of imperative sentences in the German translation of subtitles in the documentary film SAMIN vs SEMEN reached 95% in which 1 out of 20 data classified as not equivalence. Hopefully the research on this topic could increasing the insights and number of useful reading references, especially for researchers, teachers and German language enthusiasts in Indonesia."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hanis Nur Fitri Anita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji skala keharusan sebuah kalimat imperatif yang terdapat pada Singir Santri (Selanjutnya disingkat SS) , dan mengkategorisasikan menurut pola memerintahnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan menggunakan perangkat lunak sebagai alat bantu dalam penelitian. Berdasarkan teori Blum-Kulka (1987) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kalimat imperatif yang terdapat dalam SS dapat dikategorikan dalam 3 kategori, yaitu (1) pernyataan keharusan, (2) modus imperatif, dan (3) pernyataan keinginan. Skala keharusan tindakan yang disampaikan dalam SS juga dapat diketahui berupa Pernyataan Keharusan, Modus Imperatif, Pernyataan Keinginan. Pola memerintah yang terdapat dalam SS kemudian dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu (1) peribadatan, (2) perbaikan akhlak yang berhubungan dengan santri, (3) perbaikan akhlak yang berhubungan dengan guru, dan (4) pengharapan. Pola memerintah yang berhubungan dengan perbaikan akhlak seorang santri mendominasi dari tuturan imperatif yang terdapat pada SS sehingga, selaras dengan era saat ini hendaknya perbaikan akhlak senantiasa dilakukan tidak hanya di kalangan pesantren namun juga kalangan umum.

The study is intended to review the scale of imperatives scale of an imperative sentence containedin Singir Santri (hereinafter abbreviated as SS), and to categorize it according to the pattern of command. Based on the theory of Blum-Kulka (1987) this study uses a qualitative descriptive method and uses software as a research tool. The results of this study indicate that the imperative sentences contained in SS can be categorized into 3 categories, namely (1) mandatory statements, (2) imperatives, and (3) wishes. The scale of the necessity of action that is conveyed in SS can also be known in the form of a Statement of Must, Imperative Mode, and Statement of Desire. The pattern of governing found in the SS could then be categorized into 4 categories, that is (1) worship, (2) moral improvement associated with santri, (3) the moral improvement associated with the teacher, and (4) hope. The pattern of governing related to the moral improvement of a santri dominates the imperative speech found in SS so that, in line with the current era, moral improvement should always be carried out not only among Islamic boarding schools but also among the general public."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Barrasmara Sandyaputra
"
ABSTRACT
This research studies how being imperative can determine position in meeting conversations. The corpus of this research is the film series Arrow which focuses more on the character Oliver Queen. From there, it will be analyzed further by using Austins and Grices theory. The research will use transcripts to help understanding each utterance from the characters especially from Oliver Queen. As a conclusion, this research explains that language strategy can point out the dominant and the submissive in meetings conversations."
Lengkap +
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Barrasmara Sandyaputra
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana penuturan imperatif dapat menentukan posisi seseorang melalui percakapan dalam pertemuan. Objek penelitian dalam penulisan ini adalah film seri Arrow yang memfokuskan kepada karakter Oliver Queen. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Grice dan Austin. Penulis menganalisis transkrip untuk membantu memahami setiap tuturan pada tiap karakter, terutama Oliver Queen. Sebagai simpulan, penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi bahasa dapat menentukan sisi yang dominan dan sisi yang submisif dalam sebuah percakapan di dalam pertemuan.

ABSTRACT
This research studies how being imperative can determine position in meeting conversations. The corpus of this research is the film series Arrow which focuses more on the character Oliver Queen. From there, it will be analyzed further by using Austin rsquo s and Grice rsquo s theory. The research will use transcripts to help understanding each utterance from the characters especially from Oliver Queen. As a conclusion, this research explains that language strategy can point out the dominant and the submissive in meetings conversations."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rury Luberti
"ABSTRAK
Hubungan antara bahasa dan kehidupan sosial dipelajari dalam cabang ilmu sosiolinguistik. Pada ilmu ini juga dipelajari bagaimana bahasa bervariasi menurut berbagai macam aspek sosial, salah satunya gender. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan penggunaan kalimat imperatif laki-laki dan perempuan yang dilihat dari acara TV Belanda, Koken met Mike dan Koken met Jantje. Penelitian ini adalah penelitian analitis kualitatif yang menggunakan video acara memasak tersebut sebagai sumber data dan menggunakan teori bahasa dan gender oleh Robin Lakoff sebagai landasan teoretisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kalimat imperatif yang dituturkan oleh laki-laki menggunakan lebih banyak diminutif daripada perempuan, perempuan lebih ekspresif daripada laki-laki dengan menggunakan adjektiva berlebih, dan laki-laki lebih banyak mengunakan kalimat majemuk dalam memberikan perintah.

ABSTRACT
The relationship between language and social environment is studied in sociolinguistics. In this dicipline, we also study how language varies according to various social aspects, one of it is gender. Various studies have been conducted to determine the differences of the language of men and women. This study was conducted to determine the differences in imperative sentences used by men and women, as seen in cooking programs on Dutch TV, Koken met Mike and Koken met Jantje. This study is a qualitative analytical study using the cooking shows as data sources and Robin Lakoff s Language and Gender Theory. The results of this study indicate that the imperative sentences spoken by men use more diminutives than women, women are more expressive than men using excessive adjectives, and men use more compound sentences in giving orders."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Alifa Rosyidah Resalia
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kalimat imperatif bahasa Korea dan kalimat imperatif bahasa Indonesia dalam novel Singeulbil dan novel terjemahan bahasa Indonesianya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik, persamaan dan perbedaan kalimat imperatif dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia ditinjau dari segi sintaksis dan pragmatiknya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi pustaka dan analisis kontrastif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa persamaan dan perbedaan kalimat imperatif dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia dilihat dari segi sintaksis dan pragmatiknya. Persamaan dari segi sintaksisnya adalah dalam kedua bahasa, kalimat imperatif memiliki penanda verba dalam bentuk kata, pelaku tindakan yang tidak selalu terungkap, dapat diakhiri dengan tanda titik atau tanda seru, dan tidak dapat berbentuk kala lampau atau kala akan datang. Persamaan dari segi pragmatiknya adalah dapat menghasilkan makna perintah, permintaan, ajakan, dan larangan, serta memiliki bentuk sopan sesuai dengan mitra tuturnya. Perbedaan dari segi sintaksisnya adalah dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia terdapat afiksasi, penggunaan partikel lsquo;-lah rsquo;, dan kata penanda, sedangkan dalam bahasa Korea penanda kalimat imperatif fokus pada eomi yang digunakan. Perbedaan lainnya adalah dalam kalimat imperatif Bahasa Indonesia dapat bentuk pasif dan kata penanda makna dapat berdiri sendiri. Sementara hal-hal tersebut tidak ditemukan dalam kalimat imperatif bahasa Korea. Dalam penyampaiannya, penanda kalimat imperatif eomi harus digunakan secara tepat, sedangkan penanda kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia digunakan tidak terikat pada usia atau status sosial mitra tutur.

ABSTRACT
This research describes Korean and Indonesian imperative sentences in a novel entitled Singeulbil and its Indonesian translated version. This research aims to explain the characteristics, similarities and differences of Korean and Indonesian imperative sentence from syntax and pragmatic rsquo s view. This research used a qualitative method of literature study and contrastive analysis. The results of this study show that there are some similarities and differences between Korean and Indonesian imperative sentences refer to it rsquo s syntax and pragmatic. The syntactic similarities are the imperative sentence in both languages has verb marker in a form of words, the subject is not always revealed, it can be completed with a period or exclamation mark, and it can rsquo t be used in past tense or future tense form. The pragmatic similarities in both languages are the imperative sentence possible to significance command, demand, invitation, and prohibition, also it has formal form depends on the listener. The syntactic differences are imperative marker in Indonesian has exertion of ldquo lah rdquo particle and a marker in a form of words, meanwhile Korean imperative form focus on the use of eomi. The other differences can be found in the Indonesian imperative are the affixation of verbs, the passive form, and the word signifier of meaning can stand on its own. It can rsquo t be found in Korean imperative. The usage of Korean imperative eomi has certain rules on age and social status of the listener, but Indonesian imperative is more flexible. "
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Pramesti
"[ABSTRAK
Dalam suatu karya sastra, baik puisi, novel, maupun film selalu memiliki unsur intrinsik. Salah satu unsur penting dalam unsur interinsik adalah tokoh dan penokohan. Penokohan dalam sebuah karya sastra merupakan salah satu cara pengarang untuk memperkenalkan dan menggambarkan sifat juga watak dari sebuah tokoh kepada pembaca maupun penonton. Jurnal ini menganalisis tokoh dan penokohan Gyeonwoo sebagai tokoh utama di dalam film ?엽기적인그녀 (My Sassy Girl)?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dan mendeskripsikan sifat dan watak tokoh utama dalam novel dan film ini dilihat dari ucapan maupun perilakunya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskrptif kualifikatif. Hasil dari penelitian adalah secara umum pendeskripsian sifat Gyeonwoo dalam novel dan film memiliki persamaan dan perbedaan.ABSTRACT In a literature, such as poetry, novel, and film, they always have an intrinsic element. One of the important element in intrinsic element are character and characterization. Characterization in literature is the way of the author to introduce and portray the characteristic and personality of a character to reader and/or viewer. This journal analyze the character and characterization of Gyeonwoo as the lead character in the movie ?엽기적인그녀 (My Sassy Girl)?. This study aims to compare and describe characteristic and personality of the lead character, in the novel and film, seen from his remark and behaviour. Research method that used is descriptive qualitative method. The result of the study is the description of Gyeonwoo?s character in the novel and film both have similarities and differences. ;In a literature, such as poetry, novel, and film, they always have an intrinsic element. One of the important element in intrinsic element are character and characterization. Characterization in literature is the way of the author to introduce and portray the characteristic and personality of a character to reader and/or viewer. This journal analyze the character and characterization of Gyeonwoo as the lead character in the movie ?엽기적인그녀 (My Sassy Girl)?. This study aims to compare and describe characteristic and personality of the lead character, in the novel and film, seen from his remark and behaviour. Research method that used is descriptive qualitative method. The result of the study is the description of Gyeonwoo?s character in the novel and film both have similarities and differences. , In a literature, such as poetry, novel, and film, they always have an intrinsic element. One of the important element in intrinsic element are character and characterization. Characterization in literature is the way of the author to introduce and portray the characteristic and personality of a character to reader and/or viewer. This journal analyze the character and characterization of Gyeonwoo as the lead character in the movie ‘엽기적인그녀 (My Sassy Girl)’. This study aims to compare and describe characteristic and personality of the lead character, in the novel and film, seen from his remark and behaviour. Research method that used is descriptive qualitative method. The result of the study is the description of Gyeonwoo’s character in the novel and film both have similarities and differences. ]"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fulaivila Faizatun Naili
"Skripsi ini membahas tentang tuturan-tuturan yang mengandung makna imperatif dalam Serial Film Kartun al uddin al- Ayyubi ldquo;al-Ba al al-Us rah rdquo; episode 5 berdasarkan analisis Pragmatik. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analisis. Tujuan dari skripsi ini adalah menguraikan tuturan yang bermakna imperatif baik tuturan tersebut tersusun dalam kalimat imperatif, deklaratif, maupun interogatif. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori Rahardi untuk penjelasan pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia, teori Ibn Malik dan al-Hasyimi untuk penjelasan pragmatik imperatif dalam bahasa Arab. Adapun hasil dari skripsi ini adalah terdapat sepuluh makna pragmatik imperatif yaitu makna pragmatik perintah, suruhan, permohonan, ancaman, larangan, desakan, imbauan, ajakan, terima kasih, dan petunjuk.

The method used is descriptive analysis. The purpose of this thesis is to describe the meaningful speech imperative both the utterance is arranged in imperative, declarative, or interrogative sentences. In this thesis, the author uses Rahardi 39 s theory for imperative pragmatic explanation in Indonesian, Ibn Malik 39 s and al Hasyimi rsquo s theory for imperative pragmatic explanation in Arabic. The results of this thesis are ten pragmatic imperative meanings, pragmatic meaning of command, order, request, threat, prohibition, insistence, appeal, invitation, thanks, and instruction."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Anggino
"Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan pembentukan kalimat nondeklaratif, yaitu kalimat yang tidak mengungkapkan pernyataan atau proposisi, dalam Bahasa Isyarat Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bisindo. Kalimat nondeklaratif yang dibahas dalam tulisan ini adalah kalimat interogatif, kalimat imperatif, dan kalimat eksklamatif. Dua aspek kalimat nondeklaratif yang diperiksa adalah strukturnya dan unsur nonmanual yang menandainya. Berdasarkan analisis terhadap kalimat-kalimat nondeklaratif yang dihasilkan oleh dua penutur Bisindo ditemukan bahwa (1) kalimat nondeklaratif Bisindo cenderung diawali dengan topik yang dapat berupa subjek, pronomina, nomina atau pewatas frasa yang bermakna 'pemilik'; (2) dalam kalimat interogatif, kata tanya, apabila digunakan, cenderung muncul pada kata di akhir kalimat; (3) unsur nonmanual yang terdapat dalam kalimat nondeklaratif adalah alis (mengerut, menaik), mata (membesar, menyipit, tertutup), dan gerakan kepala (mengangguk); dan (4) unsur-unsur nonmanual tersebut dapat muncul pada keseluruhan kalimat, sebagain kalimat, dan pada kata tertentu.  

The Indonesian Sign Language, better known as Bisindo, is a sign language used by many deaf communities in Indonesia. Misconceptions about this language and its speakers are abound because little is known about it. This paper aims at describing the formation of non-declarative sentences-those that do not express statement or proposition in Indonesian Sign Language. Non-declarative sentences discussed in this research are interrogative, imperative, and exclamative sentences. Two aspects to be examined are the structure and non-manual elements. The data for this paper are collected through elicitation from two Bisindo speakers. From the analysis of the data, it is found that (1) nondeclarative sentences in Bisindo tends to be initially marked by topic-part of sentence which shows what the sentence is about; (2) in interogative sentences, the wh-question word tends to occur at the end of the sentence; (3) non-manual elements that occur in non-declarative sentences are eye brows (lowered, arisen), eyes (widened, narrowed, closed), and head movement (nodded); and (4) the nonmanual elements can occur in in a certain part of the sentence or in the whole sentence depending on the types of non-declarative sentence. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>