Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Ayu Ferdani
"Jurnal ini membahas mengenai penggambaran pudarnya nilai Konfusianisme masyarakat Korea dalam drama Mrs.Cop. Drama tersebut menceritakan seorang perempuan yang menjadi seorang timjang atau pemimpin di sebuah divisi kepolisian Seoul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang biasanya mengurus anak dan rumah tangga, kini dapat memiliki pekerjaan di luar rumah dan posisi yang tinggi dalam pekerjaannya. Metode jurnal ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan drama Mrs. Cop sebagai subjek penelitian dan studi pustaka dari buku, jurnal, dan internet. Melalui metode tersebut, penulis mendapatkan kesimpulan bahwa drama Mrs.Cop menggambarkan seiring dengan pudarnya nilai Konfusianisme, derajat perempuan menjadi setara dengan laki-laki dalam masyarakat Korea.

The focus of this journal is about depiction of fading Confucianism inside Korean Society in Mrs.Cop drama. This drama told about a woman timjang or leader in division of Seoul police. Research result show about woman who usually responsible to child and household, nowadays woman can has a job outside the house and high position in her job. This journal rsquo s method is qualitative research method by with Mrs.Cop drama as research subject and used the literature study of books, journals, and the internet. With that method, author found the conclusion is Mrs.Cop drama showing about fading Confucianism start to raise the dignity of woman being equal with man inside Korean society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Azizah Subagiyo
"Setiap perusahaan pasti memiliki budaya perusahaan masing-masing, tidak terkecuali perusahaan Korea. Dalam hal ini Korea memiki budaya perusahaan yang khusus. Hal ini dipengaruhi oleh ajaran Konfusianisme yang berkembang di kalangan masyarakat di Korea. Pada kasus budaya perusahaan LG Indonesia hal tersebut masih dilaksanakan namun tidak sepenuhnya menganut budaya Konfusian. Misalnya dalam kasus feminisme, di budaya perusahaan LG Indonesia sendiri sudah membaur dengan budaya perusahaan yang ada di Indonesia. Tidak seperti di negara asalnya, tenaga kerja wanita di Indonesia lebih terjamin kehidupannya. Contoh dalam kasus ini adalah pemberian uang tunjangan hari raya, cuti hamil, tunjangan hamil dan bonus. Dalam segi jenjang karir pu pekerja wanita sudah tidak dipersulit dengan masalah gender dan dapat berkembang sama seperti para pekerja pria. Hal ini dikarenakan pihak LG Indonesia sendiri sudah berbaur dengan budaya Indonesia, khususnya budaya perusahaan Korea.

Every company must have a culture of their respective companies, not least in the Korean corporate culture. In this case thinking about a Korean company specialized culture. It is influenced by the teachings of Confucianism that developed among the general population in Korea. In the case of a corporate culture LG Indonesia it is still implemented but not fully embracing Confucian culture. For example, in feminism case, in its own corporate culture LG Indonesia have been already integrated with existing corporate culture in Indonesia. Unlike in his home country, women workers in Indonesia more secure life. The example in this case is giving money holiday allowance, maternity leave, maternity benefits and bonuses. In terms of women career path, all women workers are not compounded with gender issues and can develop as male workers. This is because the LG Indonesia itself has mingled with Indonesian culture, especially Korean corporate culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Kurnia Sari
"Penelitian ini membahas tentang nilai nasionalisme yang direpresentasikan oleh tokoh Go Ae-shin dalam drama Mr. Sunshine. Mr. Sunshine merupakan drama Korea Selatan yang disutradarai oleh Lee Eung-bok dan tayang perdana pada pertengahan tahun 2018. Drama ini menceritakan tentang perjuangan lima tokoh dalam mempertahankan Joseon dari pengaruh Jepang dan berlatar belakang di akhir abad ke-19. Pada akhir abad ke-19 pula, paham nasionalisme dan pergerakan nasional di Korea pertama kali muncul. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan nilai nasionalisme yang direpresentasikan oleh tokoh Go Aeshin. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Representasi Stuart Hall dan nasionalisme Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya perubahan peran perempuan Korea yang didasari oleh sikap nasionalisme yang direpresentasikan oleh tokoh Go Ae-shin. Selain itu, ada pula nilai nasionalisme Korea pada tokoh Go Ae-shin yaitu keinginan mempertahankan bangsa dan menentukan nasib bangsa sendiri, nilai kesetiaan dan rela berkorban, serta keterlibatan dalam gerakan nasionalis Euibyeong.

This study discusses the value of Korean nationalism represented by character Go Ae-shin in drama Mr. Sunshine. Mr. Sunshine is a South Korean drama directed by Lee Eung-bok and premiered in the mid-2018. This drama tells about the struggles of five characters in defending Joseon from Japanese influences in the late 19th century. At the end of the 19th century, the notion of nationalism and the national movement in Korea first emerged. The purpose of this study is to explain the value of nationalism represented by character Go Ae-shin. This research was conducted using a descriptive qualitative method. The theory used in this study is Stuart Hall’s Representation theory and Korean nationalism. The result of this study indicates a change in the role of Korean women based on the attitude of nationalism represented by the character Go Ae-shin. In addition, there is also the value of Korean nationalism in Go Ae-shin’s character, namely the desire to defend the nation and determine the fate of the nation itself, the value of loyalty and self-sacrifice, and involvement in the Euibyeong nasionalist movement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Kurniasih
"Jurnal ini membahas tentang keterkaitan konfusianisme dan stereotip perempuan Korea tentang roman dilihat dari drama populer Korea Selatan. Tiga tema yang hampir selalu muncul dalam drama populer Korea Selatan, yaitu cinderella story, benci jadi cinta, dan percintaan antara laki-laki muda dan perempuan yang berusia lebih tua. Meskipun memiliki tema utama yang berbeda, persamaan dari ketiga drama tersebut adalah banyak ditampilkannya pria yang begitu dominan terhadap wanita, namun justru dikemas romantis dan menghanyutkan penonton. Apa faktor pembentuk stereotip mengenai roman bagi perempuan Korea Selatan dari sikap dominasi pria terhadap wanita menjadi pertanyaan bagi penulis. Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah metode pustaka. Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh, didapatkan kesimpulan bahwa pengaruh konfusianisme dalam sistem masyarakat sangat mempengaruhi pola pikir dan kejiwaan perempuan Korea Selatan, termasuk stereotip tentang romannya.

This journal is aimed to explain the correlation between Confucianism and stereotypes of Korean women on romance as seen in their popular dramas. Three themes that have always appeared in South Korean popular dramas are Cinderella story, enemies turned lovers, and romance between older woman and younger man. Even though they have different main themes, the common aspect among them is how they show the strong dominance of male over female; somehow it looks romantically mesmerizing and captures the viewers􀂶 hearts. The author wonders what causes this romance stereotype about Korean women on male dominance over female. The method that is used in this study is literature-based research. Based on the obtained data, the author learned that Confucianism in social system has strongly affected the mentality of Korean women about romance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annur Hanan Shafiya
"Isu kesehatan mental sering kali menjadi topik pembicaraan menarik. Stigma negatif sering melekat pada aspek-aspek kesehatan mental, seperti impostor syndrome, yang mencakup karakteristik mental yang berbeda. Dalam penelitian ini, karakteristik impostor syndrome dijelaskan melalui tokoh Ha Eunbyeol. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan karakteristik impostor syndrome melalui tokoh Ha Eunbyeol. Penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menambah wawasan tentang kesehatan mental. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra milik David Krech. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ha Eunbyeol memiliki karakteristik impostor syndrome yang dibuktikan melalui klasifikasi emosi David Krech. Ha Eunbyeol menunjukkan sepuluh dari sembilan belas emosi berdasarkan klasifikasi emosi David Krech dan menunjukkan tujuh dari sembilan karakteristik impostor syndrome menurut Clance dan O’Toole.

The mental health issue is often an intriguing topic of discussion. Negative stigma is often attached to aspects of mental health, such as impostor syndrome, which encompasses different mental characteristics. Through the character Ha Eunbyeol in the drama "The Penthouse: War In Life" Season 1, the characteristics of impostor syndrome can be recognized and explained in this study. The purpose of this research is to illustrate the characteristics of impostor syndrome through the character Ha Eunbyeol. This study also aims to increase awareness and insight into mental health. The method used in this research is descriptive qualitative, employing David Krech's literary psychology approach. The research results show that Ha Eunbyeol exhibits impostor syndrome characteristics as evidenced by the classification of emotions by David Krech. Ha Eunbyeol displays ten out of nineteen emotions based on David Krech's emotion classification and exhibits seven out of nine impostor syndrome characteristics according to Clance and O'Toole."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Tatyakirana
"Tulisan ini membahas tentang keluarga Korea yang ditunjukkan dalam drama televisi yang berjudul Reply 1988. Drama ini menceritakan kehidupan lima orang sahabat dengan keluarga mereka masing-masing yang tinggal berdekatan di daerah Ssangmundong, Seoul, Korea Selatan. Drama ini berlatar belakang pada tahun 1980-an akhir. Tema utama yang diangkat dalam drama Reply 1988 adalah keluarga. Dengan menggunakan metode kepustakaan dan kualitatif, peneliti memfokuskan analisis pada nilai-nilai keluarga yang terdapat di dalam drama. Peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes sebagai landasan teori penelitian karena teori ini mendukung analisis semiologi dalam bentuk drama televisi dan membantu penulis dalam mencari nilai keluarga yang ditunjukkan melalui gambar dan/atau ucapan tokoh dalam drama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apa saja dan bagaimana nilai-nilai keluarga Korea direpresentasikan melalui tanda visual dan audio dalam serial drama Reply 1988. Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa keluarga Korea pada tahun 1988 masih menerapkan nilai-nilai Konfusianisme, meskipun pengaruh Konfusianisme di Korea pada masa itu sudah semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai kekeluargaan yang ditemukan masih berhubungan dengan hubungan pokok ajaran Konfusianisme antara ayah dengan anak, suami dan istri, serta yang tua (kakak) dan muda (adik).

This paper studies the Korean family portrayed in the television drama named Reply 1988. This drama tells a story about five neighborhood friends and their families who lived together in Ssangmundong, Seoul, South Korea. This drama is situated back in the late 1980s. The main theme of the drama is family. Using qualitative and study of reference as the research method, the author focused on analyzing the family values portrayed in the drama. This research used Roland Barthes semiotic theory as the researchs theoretical base because it facilitates semiology analysis in the form of drama and helps the author in perceiving the family values portrayed by the acts and conversations inside the drama. The purpose of this research is to find what kind of values are showed and how they were expressed through audio and visual signs in the drama. The author found that Korean family values are still affected by Confucianism in 1988, despite the Confucianism influence that has weakened in that era. It is proven by the connection between values and Confucianisms teaching in main relationships between father and son, husband and wife, and senior (older child) and junior (younger child)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Munnazakiyatul Hayati
"ABSTRAK
Karya ilmiah ini menjelaskan amanat tentang patriotisme dalam drama Mr. Sunshine. Isu patriotisme di Korea sudah ada pada zaman Joseon. Oleh karena itu penulis akan meneliti drama Mr. Sunshine untuk melihat pesan patriotisme yang ada dalam drama tersebut. Untuk penelitian ini penggunaan drama dibatasi pada episode 1, episode 7, episode 8, episode 9, episode 17, episode 18, episode 22, dan episode 24 dari 24 episode yang ada. Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana penyampaian isu tentang patriotisme yang terdapat dalam drama Mr.Sunshine. kemudian penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif. Langkah-langkah penelitiannya yaitu pertama menonton drama Mr. Sunshine berulang-ulang, kemudian mempelajari dan mendalami teori patriotisme, dilanjutkan dengan mencari adegan-adegan dalam drama Mr. Sunshine yang terdapat isu tentang patriotisme untuk selanjutnya dianalisis penyampaian isu patriotisme seperti apa yang terdapat pada drama tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai patriotisme yang ada di dalam drama ini terdapat nilai cinta tanah air dan benci hal yang berbau asing, nilai berkorban sepenuhnya demi mempertahankan Joseon saat perang, nilai kerasionalan dalam patriotisme disertai dengan adanya misi dalam melawan musuh, nilai yang mendahulukan kepentingan membantu sesama warga negara, nilai patriotisme kreatif, dan nilai membantu sesama warga negara.

ABSTRACT
This research explains some message about patriotism in a drama entitled Mr. Sunshine. The issue of patriotism in Korea dates back to the Joseon period. The author will examine the drama to see some message of patriotism in the drama. The use of the drama is limited to episode 1, 7, 8, 9, 17, 18, 22, and 24 of the 24 episodes. The problem statement of this research is how the issue of patriotism is conveyed within the drama. This research s method is descriptive qualitative methods. The steps are, first, watching drama Mr. Sunshine repeatedly, then studied and explored the theory of patriotism, followed by searching for scenes in drama, where there is an issue about patriotism, then analyze the issue of patriotism as stated in the drama. The results indicate that the values of patriotism in this drama are the value of the love of the homeland and hate foreign things, the value of sacrificing fully to maintain Joseon during war, the rational value in patriotism accompanied by a mission to fight the enemy, the value of prioritizing the interests of helping fellow citizens, the value of creative patriotism, and the value of helping fellow citizens.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmadia Mulia Arsy Diffany Syahna
"Dewasa ini, fatherhood menjadi faktor yang penting untuk dikaji. Fatherhood memiliki efek yang positif bagi sang ayah itu sendiri maupun bagi anak-anaknya. Korea yang terkenal dengan patriarkinya kini mulai memasuki era ‘fatherhood baru’. Tulisan ini membahas fatherhood yang ada pada tokoh Hong Dae Young dalam drama 18 Again. 18 Again merupakan drama yang bertema cinta kasih keluarga. Bercerita tentang pasangan Hong Dae Young dan Jung da Jung yang bercerai dan memiliki sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan. Hong Dae Young sebagai fokus utama penelitian, merupakan seorang suami dan ayah yang baik bagi istri serta anak-anaknya. Namun, istri dan anak-anaknya salah paham akan sikap Hong Dae Young. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fatherhood[1] yang ada pada tokoh Hong Dae Young dalam drama 18 Again. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitiannya. Data dianalisis dengan teori Semiotika Roland Barthes dan teori penokohan untuk melihat fatherhood Hong Dae Young dan pandangan istri serta anak-anaknya terhadapnya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh Hong Dae Young dalam drama 18 Again telah menjadi sosok ‘ayah’ baru yang mulai menjadi identitas era kontemporer ini. Hong Dae Young tidak hanya sebagai pencari nafkah, tetapi telah secara sadar ikut hadir dalam pengasuhan anak. Hong Dae Young melalui tokoh Ko Woo Young juga menjadi ayah yang penuh kehangatan dan perhatian, dan memasuki ranah domestik. Pergeseran tren fatherhood ini juga diharapkan menjadi salah satu cara untuk mencapai kesetaraan gender

Nowadays, fatherhood is an important factor to be studied. Fatherhood has a positive effect on both the father himself and his children. Korea, which is famous for its patriarchy, is now entering the 'new fatherhood' era. This paper studies the fatherhood of Hong Dae Young's character in the drama 18 Again. 18 Again is a drama with the theme of family. This drama tells the story of a couple Hong Dae Young and Jung da Jung who are divorced and have a pair of twin boys and girls. Hong Dae Young as the main focus of research, is a husband and a good father to his wife and children. However, his wife and children misunderstand Hong Dae Young's attitude. Therefore, this study aims to describe the fatherhood on Hong Dae Young’s character in the drama. This research used a qualitative descriptive research method. The data were analyzed using Roland Barthes' Semiotics theory and characterization theory to see Hong Dae Young's fatherhood and the views of his wife and children towards him. Based on the results of the study, it can be concluded that the character Hong Dae Young in the drama 18 Again has become a new 'father' figure which is found in this contemporary era. Hong Dae Young is not only a breadwinner, but has been invloved child rearing. Hong Dae Young through the character of Ko Woo Young also became a warm and caring father, and engaged more actively in domestic domain. The shift in the fatherhood trend is also expected to be one way to achieve gender equality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatuzahra
"Dewasa ini, terdapat banyak media yang dapat digunakan penggemar untuk memperoleh informasi, berpartisipasi, dan berinteraksi dengan idolanya. Hal itu membuat penggemar menjadi terobsesi dengan kehidupan idola. Dalam psikologi, obsesi penggemar pada kehidupan idola dikenal dengan istilah celebrity worship. Fenomena celebrity worship dapat dilihat dalam salah satu drama Korea yang berjudul Geunyeoeui Sasaenghwal. Dengan menggunakan teori representasi dan definisi konsep celebrity worship oleh McCutcheon, penelitian ini berfokus pada penggambaran celebrity worship yang ditunjukkan oleh Deok-Mi, tokoh utama dalam drama tersebut. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku dan dampak celebrity worship yang digambarkan oleh Deok-Mi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa representasi celebrity worship yang terdapat dalam drama Geunyeoeui Sasaenghwal dapat dilihat melalui perilaku yang ditunjukkan oleh Deok-Mi. Perilaku yang ditunjukkan oleh Deok-Mi, antara lain mencari informasi idola, membeli merchandise idola, menonton acara yang menampilkan idola, dan melakukan hal yang tidak biasa demi bertemu dengan idola. Sementara itu, dampak dari perilaku celebrity worship yang ditunjukkan Deok-Mi adalah mementingkan idola daripada diri sendiri dan memiliki cara menangani stress yang baik. Melalui penelitian ini, penulis juga menemukan bahwa Deok-mi menggambarkan sosok penggemar yang dapat menyeimbangkan kehidupannya sebagai pekerja dan penggemar. 
Currently, many media can be used by fans to get some information, participate, and interact with their idols. It makes the fans obsessed with their idols lives. In psychology, the obsession of the fans towards their idols can be called celebrity worship. The phenomenon of celebrity worship can be seen in one of the Korean drama entitled Geunyeoeui Sasaenghwal. By using representation theory and the definition of celebrity worship concept by McCutcheon, this research focused on the illustration of celebrity worship behavior which was performed by Deok-Mi, the main character in that drama. This research used a descriptive analysis method that aimed to identify the celebrity worship behaviors and the effect which were performed by Deok-Mi. The result of this research showed that the representation of celebrity worship in  Geunyeoeui Sasaenghwal drama can be seen through the behavior performed by Deok-Mi. Deok-Mi represented some celebrity worship behavior such as searching information about the idol, buying idols merchandise, watching shows that showed idol, and doing unusual thing to meet idol. The negative effect of that behavior is giving priority to idol rather than herself and the positive effect is having a good way to handle stress. Through this research, the authors found that Deok-Mi portrays a fan figure who can balance her life as a worker and a fan."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Devi
"ABSTRAK
Salah satu negara yang kental dengan sistem patriarkinya adalah Korea. Dengan melekatnya sistem tersebut dalam kehidupan orang Korea membuat perempuan sejak lahir dianggap tidak bebas menentukan hidupnya sendiri. Pada akhirnya gerakan untuk menuntut pembebasan perempuan semakin gencar dilakukan. Feminisme liberal pun menjadi dasar gerakan perempuan di Korea. Para perempuan ini memperjuangkan status sosial, hak perempuan dan wacana mengenai 39;perempuan modern rsquo;. Sementara itu, drama feminis memiliki karakter yang berbeda dengan stereotip perempuan Korea yang seringkali digambarkan. Perempuan Korea yang sering digambarkan dalam drama adalah orang yang taat, patuh, bergantung dan seorang pengikut. Maka dari itu, jurnal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perempuan saat ini telah bergerak untuk memperjuangkan haknya masing-masing. Penulis akan membahas mengenai representasi perempuan modern yang ditunjukkan tokoh utama Cha Kiyoung dalam drama Choegoui Gyeolhon. Temuan dari penelitian ini adalah perempuan berpendidikan, perempuan mandiri, perempuan memiliki kebebasan untuk memilih dan perempuan setara dengan laki-laki. Sementara itu untuk menunjang penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penulis mengumpulkan sumber data terkait dengan objek penelitian berdasarkan studi kepustakaan.

ABSTRACT
Korea is one of the countries that has the strongest patriarchal system. The system is inherent in the life of Koreans, so that since birth, women cannot determine their life choices. In the end, the movement to demand women rsquo;s liberation began. Liberal feminism became the base of women rsquo;s movement in Korea. These women fight for the social status, women rsquo;s rights and the discourse of lsquo;modern women rsquo;. On the other hand, feminist drama has women characters with different characteristics from the stereotype of Korean women who are often described as being obedient, submissive, dependent, and a follower in the drama. Therefore, this journal aims to prove that Korean women today are fighting for their respective rights. This journal will discuss about the representation of modern women shown on main character Cha Kiyoung in the drama Cheogoui Gyeolhon. The results of this research shows that women are educated, independent, have the freedom to choose, and equal to men. The research method that the author uses is descriptive qualitative. The author collected data sources related to the research based on literature study."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>