Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ikhsan Yandy
"ABSTRAK
Makalah ini membahas bagaimana film tahun 1978, I Spit On Your Grave merepresentasikan pembalikan peran. Dewasa ini, visibilitas wanita sebagai peran utama telah meningkat secara signigikan. Narasi mengenai pemberdayaan wanita terus diproduksi sebagai reaksi dari masyarakat berbudaya patriarki.Film I Spit On Your Grave mengilustrasikan isu kekuasaan wanita melalui narasi rape revenge-nya. Namun, makalah ini lebih berfokus terhadap dinamika dari pembalikan peran dari para karakter. Ada dua poin utama yang dibahas di makalah ini. Pertama, mengenai bagaimana para lelaki menggunakan rdquo; rape rdquo; sebagai alat untuk menunjukkan kekuasaan. Kedua, menganalisis bagaimana karakter Jennifer menggunakan ldquo;revenge rdquo; untuk membalikan peran dari seorang korban ke seorang penguasa. Akhirnya, makalah ini menyimpulkan bahwa rdquo;rape rdquo; dan ldquo;revenge rdquo; yang dilakukan oleh geng laki-laki dan Jennifer mempunyai tujuan yang serupa, untuk mendominasi ldquo;gender rdquo; yang berlawanan.

ABSTRACT
This paper examines how 1978 movie, I Spit On Your Grave represents gender role reversal. Recently, women visibility as a main character has increased significantly. Stories of women empowerment continue being made as a reaction to the current patriarchal society. The film I Spit On Your Grave illustrate the issue of female power through its rape revenge narrative. However, this paper focuses more on the role reversal dynamics of the character. There are two major points that this paper covers. First, it discusses how the men use rape as a tool to show dominance. Second, it analyzes how the character Jennifer uses revenge to reverse her role from victim to dominator. Finally, the paper concludes that both rape and revenge that done by the gang and Jennifer have similar purpose, which is to dominate opposite gender."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Intan
"Tesis ini ingin menjawab permasalahan penelitian yaitu bagaimana representasi mitos femininitas di dalam film animasi Barbie (Barbie in the Nutcracker, Barbie as Rapunzel, dan Barbie of Swan Lake) dan bagaimana bentuk ideologi yang dihadirkan. Film-film ini menarik diteliti karena menggambarkan mitos feminitas yang dikonstruksi oleh Mattel. Film animasi yang teliti merupakan bentuk produk budaya mutakhir Mattel. Tesis ini dibuat untuk mengetahui cara bekerja ideologi dominan melalui mitos yang dikontruksi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode semiotik Barthes dan metode visual Dyer. Sedangkan dari aspek komunikasi menggunakan model dari van Zoonen.
Hasil penelitian menunjukan Mattel memakai mitos femininitas nilai Victoria pada ketiga film animasi Barbie seperti domestik (merawat, mengerjakan pekerjaan rumah), taat beribadah dan perawan. Nilai Victoria lainnya bahwa perempuan bersifat pasif digantikan dengan mitos girl power. Mitos girl power merupakan mitos yang popular sejak tahun 1990-an, menggambarkan bahwa seorang anak perempuan yang pemberani, aktif dan dapat menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri. Akan tetapi mitos girl power yang diambil Mattel hanya pada permukaan. Perjuangan perempuan untuk mendapatkan kebebasan dan otoritas diri `dihadiahi' sosok pangeran. Pada akhirnya film ini tidak jauh berbeda dengan dongeng Cinderella dan Putri Salju. Secara tersirat Mattel menyatakan bahwa heteroseksual sebagai orientasi seks yang satu-satunya. Mattel tidak ingin konstruksi perempuan yang dihadirkan dalam film ini menjadi ancaman para pemeluk ideologi dominan (orang tua, guru, pemuka agama dan kaum pemodal) sebagai pangsa pasar terbesarnya. Sedangkan melalui metode visual dari Dyer memperlihatkan bahwa Barbie masih merepresentasikan citra cantik perempuan yang bertubuh tinggi, putih dan langsing."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Khaddafi Kirom
"ABSTRAK
Korea merupakan salah satu negara yang menanamkan sistem patriarki dalam kehidupan masyarakatnya. Tertanamnya sistem tersebut mengakibatkan kaum perempuan mengalami tekanan dan keharusan yang menghambat kebebasannya dalam menjalani kehidupannya sendiri. Gerakan perempuan pun marak dilakukan, beberapa di antaranya berdasar kepada ideologi feminisme liberal. Gerakan-gerakan ini pada umumnya memperjuangkan hak, kebebasan, hingga kesetaraan yang ditekan oleh sistem patriarki yang berlaku. Jurnal ini membahas tentang representasi unsur-unsur feminisme liberal yang terdapat dalam sosok tokoh protagonis utama Geumja dalam film Cinjeolhan Geumjassi. Jurnal ini bertujuan menganalisis kaum perempuan di Korea memiliki hak dan potensi yang setara tanpa adanya tekanan maupun tindasan dari kaum laki-laki yang tertuang dalam film Cinjeolhan Geumjassi. Metode yang digunakan untuk menunjang penelitian adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan sumber data berdasarkan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini antara lain perempuan dapat melindungi dirinya sendiri tanpa perlindungan laki-laki, perempuan memiliki rasionalitas dan nalar yang setara, dan perempuan memiliki ambisi.

ABSTRACT
Korea is a country which instills patriarchal system in its society. That system resulted in women experiencing pressure and limiting the freedom in living their own lives. Women s movement is often initiated. Some of them are based on liberal feminism ideology. These movements generally fight for equal rights, freedom, and the pressure of patriarchal system in women s lives. This journal discusses the representation of liberal feminism elements which are portrayed in Geumja in Cinjeolhan Geumjassi. This journal aims to analyze that Korean women also have rights and potential which are equals to those of men and do not deserves to be oppressed that portrayed Cinjeolhan Geumjassi. The method used to support research is a qualitative descriptive method by collecting data sources based on literature studies.  The result of this study proves that women can protect themselves without men intervention, women have equal potential logic and rationality, and they have ambitions."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Permatasari
"Pada tahun 2022, Karoline Herfurth sebagai produser dan aktris asal Jerman merilis sebuah film bertemakan feminisme sebagai bentuk kekhawatiran atas permasalahan perempuan yang masih terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu permasalahan perempuan yang sering dijumpai adalah konstruksi kecantikan. Dengan menggunakan teori film Graeme Turner dan teori objectified body conciousness scale milik McKinley & Hyde, penelitian ini akan membahas bagaimana film Wunderschön merepresentasikan persepsi negatif perempuan Jerman mengenai tubuhnya. Tujuan penelitian ini untuk menguraikan hasil analisis mengenai persepsi negatif perempuan Jerman mengenai tubuhnya di dalam film Wunderschön. Hasilnya menunjukkan beberapa perilaku yang menunjukkan objektifikasi diri sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan dari persepsi negatif, yaitu mengamati tokoh idola dan membandingkan diri sendiri di depan cermin, memakai riasan, melakukan operasi plastik, merokok, mengonsumsi narkotika, dan berolahraga secara keras tanpa memikirkan kondisi tubuh. Kesimpulannya adalah konstruksi kecantikan ideal membuat sebagian besar perempuan lupa bahwa tubuh mereka berharga dan kesehatan mereka lebih penting daripada penampilan. Penulis berharap penelitian mengenai subjektivitas dan perlawanan terhadap objektifikasi diri ini dapat ditelusuri lebih lanjut dan tidak hanya itu, masih banyak permasalahan perempuan di dalam film Wunderschön yang harus diteliti.

In 2022, Karoline Herfurth as a producer and actress from Germany released a film with the theme of feminism as a form of concern about women's problems that still occur in everyday life. One of the problems women often encounter is the construction of beauty. By using Graeme Turner's film theory and McKinley & Hyde's objectified body conciousness scale theory, this research will discuss how the film Wunderschön represents German women's negative perceptions of their bodies. The aim of this research is to describe the results regarding the analysis of negative perceptions of German women regarding their bodies in the film Wunderschön. The results show several behaviors that indicate self-objectification as one of the consequences of negative perceptions, namely observing idol figures and comparing oneself in the mirror, wearing make-up, having plastic surgery, smoking, consuming narcotics, and exercising vigorously without considering body condition. The conclusion is that the construction of ideal beauty makes most women forget that their bodies are valuable and their health is more important than appearance. The author hopes that this research on subjectivity and rejection of self-objectification can be explained further and not only that, there are still many women's problems in the Wunderschön film that need to be researched."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Riskhi Susanti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan ambivalensi tokoh Srintil yang tidak hanya ditampilkan sebagai objek namun juga subjek dalam film Sang Penari arahan Ifa Isfansyah. Pembahasan dari segi naratif film dan teknik sinematografis dilakukan dengan menggunakan pendekatan tekstual dari Roland Barthes dan Laura Mulvey serta teori wacana feminisme posmodern untuk membongkar subjektivitas Srintil dalam versi film adaptasi yang mengandung muatan peristiwa 1965. Melalui strategi mimikri Luce Irigaray, Srintil menciptakan ?bahasa?nya sendiri untuk berusaha keluar dari ketertindasannya.

ABSTRACT
This research was aimed at revealing ambivalence of Srintil?s character that isnot only represented as an object but also a subject in Ifa Isfansyah?s movie,Sang Penari. Analyses at the plane of narrative and cinematic techniques were conducted using textual approach from Roland Barthes and Laura Mulvey as wellas theory of postmodern feminism to reveal Srintil?s subjectivity in its version of film adaptation indepth 1965 representation. By using Luce Irigaray?s mimicry strategy, Srintil creates her own ?language? to escape from her oppression.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Fitria Adhisresti
"ABSTRAK
Film merupakan sebuah bentuk semi tekstual yang dipengaruhi oleh dan mempengaruhi sastra maupun kritik sastra dan dipandang penting untuk penciptaan makna karena adanya hubungan yang erat dengan budaya, ideologi, dan penonton. Dengan memiliki hubungan erat dengan budaya, film pada umumnya juga mempersembahkan gambar dan cerita yang relevan dan mewakili penggambaran dunia nyata. Penelitian ini membahas bagaimana mobilitas sosial khususnya kaum perempuan Soviet terpotret dalam film Москва Слезам Не Верит (Moskow Tidak Mengenal Sedih) karya Vladimir Menshov. Budaya hidup komunal dan hidup dalam tekanan kelas pekerja mendorong ketiga tokoh perempuan dalam film tersebut untuk mencari kehidupan lebih baik dengan caranya masing-masing. Cara yang ditempuh secara individualis menghasilkan mobilitas sosial yang berbeda pada tiap tokohnya. Permasalahan yang dianalisis adalah bagaimana kaum perempuan Soviet, secara khusus, melakukan mobilitas sosial menuju kelas sosial yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu teori mobilitas sosial, dan teori feminisme Marxist dan sosialis dan sebuah diskursus tentang fotografi. Adapun untuk metode penelitiannya Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek sosial, politik dan budaya yang muncul di tengah masyarakat Soviet berdampak pada kebijakan pemerintah yang pada akhirnya mendorong pergeseran posisi sosial kaum perempuan Soviet

ABSTRACT
Films are semi textual art that commonly represent moving pictures and stories that are relevant and representative to social facts and issues of a community and people within a specific timeframe. This research analyzes how social mobility is portrayed in the film Москва Слезам Не Верит (Moscow Does Not Believe in Tears) by Vladimir Menshov. The pressure living a life that fits into the worker class pushed each of the three women characters in the film to search for a better life in their own respective ways. Each characters own approach to happiness results in different social mobility patterns and creates a different story distinct to each of the character. This research discusses how Soviet women exert their ways to climb the social ladder as portrayed in the film. This research uses the thoery of social mobility and Marxist and socialist feminism and one discourse on photography. This research utilizes qualitative method to describe the stories happen in the film and associate them to certain aspects in the Soviet period. The result of this research shows that social mobility occured in the film is indirectly influenced by the aspects of social, politics and culture that prevailed amongst Soviet people.
"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Paula Nihana
"Konstruksi perempuan sebagai salah satu bentuk dari konstruksi sosial saat ini sering kali ditampilkan melalui media. Konstruksi sosial merupakan proses sosial yang hadir melalui interaksi para individu yang menciptakan secara terus-menerus suatu realitas sosial. Realitas merupakan sesuatu yang dibentuk, di mana setiap individu mempunyai konstruksi yang berbeda. Hal ini pun berlaku pada konstruksi sosial akan realitas perempuan. Dalam penulisan ini, penulis akan menganalisis konstruksi perempuan melalui dua tokoh dari salah satu film Cina, yaitu Raise the Red Lantern karya Zhang Yimou yang mengisahkan tentang kehidupan sebuah keluarga di Tiongkok pada tahun 1920-an. Film ini secara halus menggambarkan kompleksitas hubungan antara kekuasaan, ketaatan, dan kepatuhan. Dalam penulisan ini, penulis melakukan kajian dengan cara menganalisis penokohan Song Lian dan Yan’er yang melibatkan kekerasan verbal pada konflik yang ada di antara mereka. Kekerasan verbal merupakan kekerasan yang dilontarkan melalui perkataan. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi perempuan melalui bagaimana penggambaran konflik antara dua tokoh, yakni Song Lian dan Yan’er dalam film Raise the Red Lantern. Dengan berfokus pada bagaimana cara perempuan dikonstruksikan dalam film, maka penelitian ini berkontribusi pada kajian budaya.

Women’s construction as a form of social construction is currently often displayed through the media. Social construction is a social process that exists through the interaction of individuals who continuously create a social reality. Reality is something that is formed, where each individual has a different construction. This also applies to the social construction of women's reality. In this writing, the author will analyze women’s construction through two characters from one of the Chinese films, Raise the Red Lantern by Zhang Yimou which tells the story of the life of a family in China in the 1920s. The film lightly illustrates the complexity of the relationship between power, obedience, and respect. In this writing, the author conducted a study by analyzing the characterizations of Song Lian and Yan'er which involve verbal abuse in the conflict between them. Verbal abuse is a violence that is expressed through words. The objective of the final project is to find out the women's construction through the portrait of the conflict between two characters, Song Lian and Yan'er in the film Raise the Red Lantern. By focusing on how women are constructed in the film, this research contributes to cultural research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Rumaisha
"Film klasik produksi Disney, seperti Sleeping Beauty 1959 , cenderung mengandung representasi genderberdefinisi sempit melalui penokohannya. Dengan Maleficent 2014 sebagai sebuah adaptasi modern dari kisahdongeng klasik tersebut, Disney mencoba untuk mendobrak pola representasi gender tradisional yang sudahmengakar. Hasilnya, tindakan Disney ini menuai pujian dari berbagai kalangan dan dianggap sebagai sebuahtindakan progresif. Namun, apabila dikaji lebih mendalam, film Maleficent sesungguhnya masih mengandungrepresentasi gender secara tradisional. Film Maleficent hanya semata memutarbalikkan peran tradisional karakter pria dan wanita yang sebelumnya ditemui pada Sleeping Beauty. Dengan menggunakan karakter analisis dan teori aktan Greimas, penelitian ini mengkaji elemen-elemen pemutarbalikan peran gender tradisional yang ada pada Maleficent sebagai adaptasi modern dari Sleeping Beauty. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemutarbalikan peran gender dalam Maleficent tidak merepresentasikan kesetaraan gender, tetapi hanya memutarbalikkan peran negatif yang selama ini disematkan pada karakter wanita kepada karakter pria.

While Disney movies, such as Sleeping Beauty 1959 , have been known for their narrow display of genderrepresentation, more current adaptions, such as Maleficent 2014 , attempted to withdraw itself from this pattern. Although this advancement toward progression on gender representation that Disney demonstrates has been widely praised, if observed, however, the movie still contains gendered patterns in the portrayal of its characters. This problem is reflected on the reversal of the traditional gender roles between male and female characters. Using character analysis and Greimas' actantial model, this research explores these elements that are present in Maleficent as Sleeping Beauty' s modern adaptation. The study finds that this gender role reversal does not truly embrace the notion of equal gender representation, but it only leads to the male characters' suffering of negative representation that female characters traditionally sustain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Dewi Karmita
"Et Maintenant On Va O ? merupakan film Lebanon yang dibuat oleh seorang sutradara wanita asal Lebanon bernama Nadine Labaki. Film ini mengkisahkan sekelompok perempuan Islam dan Kristen di sebuah desa terpencil dan terisolasi di Lebanon yang bekerjasama untuk menjaga orang-orang di desa mereka dari pertengkaran antara dua agama yang berbeda. Pertengkaran tersebut di latarbelakangi oleh Perang Sipil yang sedang terjadi di kota sekitar desa tersebut. Para laki-laki dalam film ini merupakan sosok orang-orang yang emosional dan mudah terprovokasi yang dapat memicu perkelahian serta tidak dapat berpikir secara jernih. Dalam film ini, para perempuan dihadirkan sebagai sosok orang-orang yang memiliki berbagai macam ide demi membuat para laki-laki di desa mereka berdamai. Para perempuan dalam film ini membangun solidaritas dalam menjalankan upaya-upaya mereka. Mereka pun banyak berkorban demi membuat para laki-laki di desa mereka berdamai, meskipun pada akhirnya para perempuan harus bertukar agama satu sama lain untuk menjaga perdamaian di desa mereka.

Et Maintenant On Va O ? is a Lebanese film directed by a Lebanese woman director named Nadine Labaki. The film tells about a group of Muslim and Christian women in an isolated village in Lebanon who work together to keep people in their village from quarrels between two different religions. The fight was motivated by the ongoing Civil War in the town around the village. The men in this film are emotional, and can rsquo;t think clearly. They got easily provoked which can trigger fights. In this film, the women are presented as a figure of people who have various ideas to make the men in their village reconcile. The women in this film build solidarity in carrying out their efforts. They also sacrificed much to make the men in their village reconcile, although in the end the women had to exchange religions with each other to keep the peace in their village.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Nisrina
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan karakter wanita di film-film orisinil Netflix. Ada beberapa gerakan perempuan yang telah muncul di industri film, namun masih banyak masalah mengenai peran perempuan di dalam industri ini. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis bagaimana karakter dan peran wanita sesuai jenis kelaminnya dan menggolongkannya ke dalam dua kategori, yaitu sifat maskulin dan feminin. Ppenelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif, yaitu analisis konten.

This paper is about the portrayal of women in Netflix Original movies. There have been several movements of women empowerment in the film industry, however some are inapparent as there are still numerous issues rising on women`s roles in the industry. Therefore, this study sheds light on how female characters behave in accordance to their gender and be interpreted into two categories, masculine and feminine traits. Based on Muted-Group Theory, this study was carried out by using a quantitative method on content analysis."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>