Ditemukan 176267 dokumen yang sesuai dengan query
Titis Ary Wulandari
"
ABSTRAKPenelitian ini mengkaji video komersial Pantene Inggris dan Indonesia menggunakan perspektif Critical Discourse Analysis. Penelitian ini fokus terhadap penggunaan bahasa serta konteks komunikasi dan strategi yang pengiklan gunakan untuk mempengaruhi konsumen. Three Dimensional Framework oleh Fairclough 1995 dan The Discourse of Advertising oleh Guy Cook 2001 digunakan sebagai metode untuk menganalisis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan perbedaan ideologi tentang wanita di belakang kedua video. Dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa perbedaan dalam penggunaan bahasa, konteks komunikasi, dan strategi yang menyebabkan adanya perbedaan representasi ideologi. Ideologi yang berbeda ditunjukkan karena kedua negara memiliki nilai sosial dan budaya berbeda. Dapat disimpulkan, perbedaan segmen konsumen mempengaruhi bagaimana pengiklan menyampaikan iklan mereka.
ABSTRACTThis study examined British and Indonesian Pantene commercial videos from Critical Discourse Analysis perspective. The study focused on both the use of language and context of communication and strategies that advertisers use to influence their consumers. Three Dimensional Framework by Fairclough 1995 and The Discourse of Advertising by Guy Cook 2001 are used as tools to analyse. The aim of this study is to find different ideologies about women behind both videos. The finding indicates there are differences in the use of language, context of communication and strategies which result in different representations of ideology. Different ideologies are shown since both countries share different social and cultural values. In conclusion, different segments of consumers affect how advertisers deliver their advertisement. "
2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Zahrah Hisaanah Adhwa
"Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan produk perawatan pria tumbuh cukup signifikan. Fenomena ini menarik banyak investor yang mendorong industri periklanan untuk membuat iklan baru dan inovatif yang menarik perhatian publik dan menjual produk dengan lebih baik. Pantene sebagai merek besar yang berspesialisasi dalam produk perawatan rambut juga telah membuat beberapa iklan progresif terkait dengan isu gender terkini. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menyelidiki bagaimana gagasan tentang gender diekspresikan melalui aspek multimodal yang digunakan dalam iklan Pantene Australia dan Indonesia menggunakan teori Halliday Systemic Functional Linguistics (1994), Kress and van Leeuwen Visual Grammar (2006), dan Anstey and Bull's multimodal semiotic system (2010). Data yang digunakan adalah dari iklan Pantene Australia “DareToDoXtra” dan Pantene Indonesia “Miracles Hair Supplement Baru” yang dikumpulkan dari YouTube. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pantene Australia dan Indonesia sama-sama mengindikasikan upaya untuk mempromosikan ide fluiditas gender melalui iklan mereka. Namun, analisis lebih lanjut pada aspek multimodal mengungkapkan adanya beberapa pendekatan bahasa berbasis gender yang umumnya dikaitkan dengan ideologi feminitas. Karena sifatnya yang kontradiktif, kehadiran pendekatan bahasa berbasis gender dalam bentuk apapun akan mengurangi makna utama dari pesan fluiditas gender yang ingin disampaikan oleh kedua iklan tersebut.
In recent years, the demand for male grooming products have been growing quite significantly. This phenomenon attracts a large number of investors prompting the advertising industry to create fresh and innovative advertisements that draw public attention and sell products better. Pantene as a global brand that specializes in hair care products has also made several progressive ads in association with current gender issues. In this research, the researcher aims to investigate how ideas about gender are expressed through the multimodal aspects being employed in Pantene Australia and Indonesia ads by means of Halliday Systemic Functional Linguistics (1994), Kress and van Leeuwen's Visual Grammar (2006), and Anstey and Bull's multimodal semiotic system theory (2010). The data used are from Pantene Australia “DareToDoXtra” ad and Pantene Indonesia “Miracles Hair Supplement Baru” collected from YouTube. The results suggest that Pantene Australia and Indonesia both indicate an attempt to promote the idea of gender fluidity through their ads. However, further analysis on its multimodal aspects reveals the presence of numerous gender-based approaches typically linked with the prevalent ideologies of femininity. Due to its contradictory nature, the presence of a gendered language in any form, negates/diminishes the focal message of gender fluidity that both ads try to convey."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
S-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Elisabet Astri Indraswari
"Era globalisasi membuat perkembangan industri semakin pesat sehingga menuntut perusahaan untuk mampu memenuhi tuntutan lebih mengenai informasi dan pengetahuan produk. Saat ini, persaingan ketat antara perusahaan direpresentasikan oleh brand. Oleh karena itu, banyak upaya yang dilakukan perusahaan demi membangun brand image yang positif. Diketahui bahwa kemampuan kampanye Public Relations dapat mempertahankan dan membangun brand image. PT. Procter & Gamble Indonesia melakukan kampanye Public Relations yang bertajuk #RambutTanpaBatas dalam membangun brand image pada produk Pantene Indonesia. Makalah ini menganalisis kampanye Public Relations yang dilakukan PT Procter & Gamble Indonesia pada brand Pantene Indonesia melalui implementasi strategi bauran public relations, yaitu P.E.N.C.I.L.S khususnya sub-strategi publikasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bullet Theory dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil analisis menunjukan bahwa melalui nilai-nilai baik yang dibawa oleh brand dan pesan yang tersampaikan melalui pengadaan kampanye #RambutTanpaBatas, PT. Procter & Gamble Indonesia telah berhasil dalam membangun brand image positif terhadap brand Pantene Indonesia.
The era of globalization has made industrial development more rapid so that it requires companies to be able to meet more demands regarding information and product knowledge. Currently, the fierce competition between companies is represented by brands. Therefore, many efforts have been made by the company to build a positive brand image. It is known that the ability of a Public Relations campaign can maintain and build a brand image. PT. Procter & Gamble Indonesia conducted a Public Relations campaign entitled #RambutTanpaBatas in building a brand image on Pantene Indonesia products. This paper analyzes the Public Relations campaign conducted by PT Procter & Gamble Indonesia on the Pantene Indonesia brand through the implementation of a public relations mix strategy, namely P.E.N.C.I.L.S, especially the publication sub-strategy. The theory used in this study is Bullet Theory and the data collection method used is secondary data. The results of the analysis show that through the good values brought by the brand and the message conveyed through the #RambutTanpaBatas campaign procurement, PT. Procter & Gamble Indonesia has succeeded in building a positive brand image for the Pantene Indonesia brand."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Elisabet Astri Indraswari
"Era globalisasi membuat perkembangan industri semakin pesat sehingga menuntut perusahaan untuk mampu memenuhi tuntutan lebih mengenai informasi dan pengetahuan produk. Saat ini, persaingan ketat antara perusahaan direpresentasikan oleh brand. Oleh karena itu, banyak upaya yang dilakukan perusahaan demi membangun brand image yang positif. Diketahui bahwa kemampuan kampanye Public Relations dapat mempertahankan dan membangun brand image. PT. Procter & Gamble Indonesia melakukan kampanye Public Relations yang bertajuk #RambutTanpaBatas dalam membangun brand image pada produk Pantene Indonesia. Makalah ini menganalisis kampanye Public Relations yang dilakukan PT Procter & Gamble Indonesia pada brand Pantene Indonesia melalui implementasi strategi bauran public relations, yaitu P.E.N.C.I.L.S khususnya sub-strategi publikasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bullet Theory dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil analisis menunjukan bahwa melalui nilai-nilai baik yang dibawa oleh brand dan pesan yang tersampaikan melalui pengadaan kampanye #RambutTanpaBatas, PT. Procter & Gamble Indonesia telah berhasil dalam membangun brand image positif terhadap brand Pantene Indonesia.
The era of globalization has made industrial development more rapid so that it requires companies to be able to meet more demands regarding information and product knowledge. Currently, the fierce competition between companies is represented by brands. Therefore, many efforts have been made by the company to build a positive brand image. It is known that the ability of a Public Relations campaign can maintain and build a brand image. PT. Procter & Gamble Indonesia conducted a Public Relations campaign entitled #RambutTanpaBatas in building a brand image on Pantene Indonesia products. This paper analyzes the Public Relations campaign conducted by PT Procter & Gamble Indonesia on the Pantene Indonesia brand through the implementation of a public relations mix strategy, namely P.E.N.C.I.L.S, especially the publication sub-strategy. The theory used in this study is Bullet Theory and the data collection method used is secondary data. The results of the analysis show that through the good values brought by the brand and the message conveyed through the #RambutTanpaBatas campaign procurement, PT. Procter & Gamble Indonesia has succeeded in building a positive brand image for the Pantene Indonesia brand."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Mahrita Dwi Haryati
"Film komedi romantis Hollywood dikenal tidak ramah terhadap perempuan. Anggapan ini kemudian dipertanyakan ketika tokoh utama wanita pada film The Holiday (2006) berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, yaitu Amerika dan Inggris, meskipun keduanya memiliki masalah percintaan yang serupa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana produk Hollywood menggambarkan kuasa perempuan Amerika dan Inggris dengan mengangkat isu relasi kuasa dalam hubungan romantis masing-masing tokoh. Dengan menggunakan analisis semiotik visual pada delapan scene yang telah dipilih, penelitian ini menemukan bahwa perempuan Amerika digambarkan sebagai lebih berkuasa daripada perempuan Inggris dalam hubungan romantis meskipun dinamika keduanya serupa.
Hollywood romantic comedy has been known to be unfriendly to women. This notion is questioned when the female leading characters in The Holiday (2006) have different cultural backgrounds, American and British, yet both encounter similar relationship problems. This research aims at finding out how this Hollywood product portrays the power of American and British women using their power in romantic relationships as the main issue. Utilizing visual semiotic analysis in eight selected scenes, the research finds that American woman is portrayed more powerful than the British in romantic relationships although their dynamics of power are alike."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nurina Ayuwardhani
"Penelitian ini membahas bagaimana interaksi yang dilakukan melalui media digital dalam mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap suatu merek dilihat dari tiga aspek user to user, user to document, dan user to user. Pendekatan yang digunakan ialah kuantitatif dengan desain eksplanatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif yang diberikan interaksi melalui media digital terhadap kepercayaan konsumen dan menyarankan agar kedua produk lebih memperhatikan tidak hanya dari materi konten yang diberikan namun juga desain yang ditampilkan; meningkatkan interaksi dengan konsumennya; mengemas informasi dengan semenarik mungkin.
This study examines the interaction using the digital media and its effects on the consumer trust towards brand from three of aspects: (1) user to system; (2) user to document; and (3) user to user. The study applies quantitative method with explanative approach.The results of this study show positive effects of digital media interaction towards consumers trust. It also suggests that Sunsilk and Pantene to not limit their focus on the content of the digital media, but also prioritize the design; both products needs to improve the interaction with their consumers; and present the information as attractive as possible."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Raysha Primita
"Skripsi ini membahas mengenai efek dari pengaruh moderasi advertising endorser terhadap perceived value dan purchase intention pada studi kasus Anggun C. Sasmi di iklan sampo Pantene. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Jumlah sampel penelitian sebanyak 140 responden dengan teknik non-probability sampling. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi sederhana dan regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Anggun C. Sasmi tidak memiliki efek moderasi pada perceived value dan purchase intention. Saran dari penelitian ini adalah agar perusahaan dapat meningkatkan kualitas Anggun C. Sasmi sebagai endorser.
This thesis discuss the effects of influence of moderate advertising endorser towards perceived value and purchase intention on case study Anggun C. Sasmi in advertisements shampoo Pantene. This research is qualitative research with descriptive design. Total sample research about 140 respondents with non- probability sampling technique. Method of analysis used in this research is simple regression and multiple regression. The result of this research shows that Anggun C. Sasmi does not have the moderation effect on percieved value and purchase intention. The advice of this research is the company should increase the quality of Angun C. Sasmi as their endorser."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44569
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Puspita Novadiarti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5327
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Gloria Febe Rendakasiang
"Setiap lirik dalam lagu mengundang persepsi bagi setiap pendengarnya. Lirik tidak hanya berupa rangkaian diksi yang membentuk makna, namun juga bisa merepresentasikan objek tertentu. Seiring dengan perkembangan lagu-lagu pop Korea Selatan, lagu Korea yang menggambarkan wanita menarik perhatian penulis untuk dikaji dalam ranah representasi. Dari penelitian terdahulu dijelaskan bahwa wanita yang digambarkan dalam lagu cenderung menunjukkan stereotip wanita sebagai pemuas kaum laki-laki. Dalam tulisan ini, objek penelitian difokuskan pada dua lagu, yaitu "Tomboy" oleh (G)I-DLE dan "Stereotype" oleh STAYC. Adapun rumusan penelitian ini mempertanyakan bagaimana representasi wanita dalam lagu "Tomboy" dan "Stereotype". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan representasi wanita dalam lagu "Tomboy" dan "Stereotype" yang dianalisis melalui lirik lagu. Penelitian ini memakai metode deskriptif kualitatif, dengan teknik analisis tekstual dan menggunakan tiga kategori dikotomi sifat dan perilaku gender oleh Copenhaver (2002). Adapun hasil penelitian memperlihatkan bahwa representasi wanita pada objek penelitian condong pada representasi wanita non-stereotipikal. Sikap dan perilaku wanita dalam lirik lagu masuk pada dikotomi maskulin, namun juga mempertahankan sikap dan perilaku feminin. Rasio sikap dan perilaku feminin atau maskulin berbeda di antara kedua lagu, namun wanita direpresentasikan sebagai individu yang percaya diri, tidak takut untuk berterus terang, dan memiliki identitas tersendiri dalam kedua lagu.
Song lyrics invite certain perceptions to each of its listeners. Lyrics do not only form meaning through a series of words but may represent certain objects. With the development of South Korean pop songs, Korean pop songs that depict women became a point of interest to be studied under the field of representation. Previous studies explained that women depicted in song lyrics tend to stereotypically be shown as pleasers of men. In this study, two songs are focused on as objects of study, they are “Tomboy” by (G)I-DLE and “Stereotype” by STAYC. This study questions how women are represented in both “Tomboy” and “Stereotype”. The purpose of this study is to analyze the representation of women in “Tomboy” and “Stereotype” through its lyrics. The method used in this study is qualitative descriptive, using textual analysis and three categories of gender behaviors and characteristics dichotomy by Copenhaver (2002). The result of this study shows that women tend to be represented non-stereotypically. The behaviors and attitudes shown by women in the songs tended to fall into the masculine dichotomy, while still retaining feminine behaviors and attitudes. The ratio of masculine or feminine behaviors and attitudes differ between the two songs, however women are represented as individuals who are confident, not afraid of being blunt, and have their own identities in both."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rotua Uly Inge
"
ABSTRAKSaat ini kebudayaan Korea Selatan sedang mendominasi hampir di seluruh dunia dengan sebutan Korean Wave. Pemerintah Korea Selatan pun memanfaatkan hal ini untuk mempromosikan pariwisata negaranya. Salah satunya dengan mengeluarkan video musik S.E.O.U.L dan Fly to Seoul. Penelitian ini menganalisis sistem tanda yang ada pada kedua video musik yang merepresentasikan nilai-nilai dari kebudayaan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan semiotika dengan teori Roland Barthes, dimana tanda-tanda pada kedua video musik ini diinterpretasikan secara mendalam sehingga diharapkan dapat memberikan penjelasan terperinci tentang kandungan makna dari tandatanda pada musik video yang diteliti tersebut.
ABSTRACTNowadays, South Korean culture or so called Korean Wave is dominating most of the world. South Korean government takes advantage of this situation by promoting the country?s tourism. One of ways to do so is by releasing S.E.O.U.L and Fly to Seoul music video. This research analyzed sign system contained in both music videos that represented values of South Korean culture. This research used Roland Barthes' theory of semiotics. Signs contained in both music videos were interpreted deeply in order to give the detailed explanation about the meaning of signs in both music videos."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library