Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71479 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fariha Ulfah Azzahrah
"Minyak biji anggur Vitis vinifera L. merupakan minyak nabati berwujud cair yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena kandungan asam linoleat di dalamnya. Namun, wujud cair yang dimiliki oleh minyak biji anggur ini dapat membatasi proses penyimpanannya. Mikroenkapsulasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengubah bentuk cair menjadi bentuk padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengubah minyak biji menjadi serbuk mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang menggunakan gum arab sebagai penyalut. Minyak biji anggur diformulasikan dengan perbandingan minyak dengan polimer yaitu 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5. Evaluasi mikrokapsul yang dilakukan yaitu bentuk dan morfologi, ukuran mikrokapsul, indeks mengembang, kadar air, dan efisiensi penjerapan.
Hasil evaluasi dari keempat formulasi mikrokapsul yang diperoleh berwarna putih kekuningan berbentuk sferis. Mikrokapsul pada F1 memiliki ukuran 69 m, F2 memiliki ukuran 82 m, F3 memiliki ukuran 125 m, dan mikrokapsul pada F4 memiliki ukuran 131 m. Nilai kadar air dari keempat formulasi berkisar 4,37-5,70 . Indeks mengambang dari keempat formulasi berkisar 5,54-5,94. Sedangkan nilai efisiensi penjerapan dari F1 adalah 17,33 , F2 20,73 , F3 34,22 , dan F4 67,15 . Hasil evaluasi menunjukkan bahwa F4 merupakan formula terbaik dengan nilai efisiensi penjerapan 67,15 . Dapat disimpulkan bahwa minyak biji anggur mampu diubah menjadi mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang.

Grape seed oil Vitis vinifera L. is a liquid vegetable oil used mainly for its linoleic acid. However, there are many efforts to convert the liquid form of the oil into a solid form due to its instability under poor storage condition. Thus, microencapsulation can be used to convert its liquid into a solid form. The aim of this study was to convert grape seed oil into a microcapsule powder by cross linked emulsification method using gum arabic as a coating polymer. The grape seed oil was formulated with gum arabic in the ratios of 1 2, 1 3, 1 4, and 1 5. Microcapsules were characterized in terms of shape and morphology, size, swelling index, water content, and entrapment efficiency.
The evaluation result showed that all the formulation microcapsule had a white yellowish spherical form. The particle size of F1, F2, F3 and F4 size 69 m, 82 m, 125 m, and 131 m, respectively. The water content of the F1 ndash F4 ranged from 4,37 5,70 and swelling indexes 5.54 to 5.94. The value of entrapment efficiency of F1, F2, F3, and F4 were 17.33 , 20.73 , 34.22 , and 67.15 , respectively. The result of the evaluation indicated that microcapsule F4 was the best formula with an entrapment efficiency values of 67.15 . It can be concluded that the grape seed oil could be converted into microcapsules by cross linked emulsification using gum arabic.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Nursatyani
"Minyak biji anggur (Vitis vinifera L.) memiliki kandungan asam linoleat tinggi yang dapat bermanfaat untuk menjaga kelembapan dan kesehatan kulit. Kemampuan asam linoleat dalam menjaga kelembapan dan kesehatan kulit ini dapat digunakan sebagai zat aktif dalam sediaan kosmetik. Namun, asam linoleat mudah teroksidasi sehingga membatasi penyimpanan serta penanganannya dalam sediaan kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak biji anggur ke dalam bentuk padat melalui teknik mikroenkapsulasi untuk meningkatkan stabilitas dan membuat sediaan gel dengan mikrokapsul minyak biji anggur sebagai sediaan pelembap kulit.
Mikrokapsul minyak biji anggur dibuat dengan metode penguapan pelarut menggunakan penyalut etilselulosa yang bersifat hidrofobik. Minyak biji anggur diformulasikan dengan perbandingan minyak dan polimer 1:1, 1:2, 1:3 dan 1:4 berdasarkan perbedaan jumlah antara zat aktif dan polimer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa F4 adalah formula terbaik dengan nilai efisiensi penjerapan 75,10% sehingga digunakan pada formulasi sediaan gel untuk sediaan pelembap kulit. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa mikroenkapsulasi menggunakan penyalut etilselulosa melalui metode penguapan pelarut dapat mengubah minyak biji anggur cair menjadi bentuk padat dan meningkatkan kestabilannya sehingga dapat dimasukkan ke dalam sediaan gel sebagai suatu sediaan kosmetik yang menarik untuk pelembap kulit.

Grape seed oil (Vitis vinifera L.) has a high linoleic acid content which can be used as moisturizer and skin health. The ability of linoleic acid as moisturizer and skin health can be utilized as an active ingredient in cosmetic products. However, linoleic acid is easily oxidized, it gives an effect to limited the storage conditions and application in cosmetic products. The aims of this research were to formulate grape seed oil into a solid form through the microencapsulation technique to improve the stability, as well as formulate the gel containing grape seed oil microcapsules as skin moisturizer product.
Grape seed oil microcapsules were prepared by solvent evaporation method using ethylcellulose as coating polymer. The grape seed oil was formulated with ethylcellulose in the ratio of 1:1, 1:2, 1:3 and 1:4 based on the amount of oil and polymer ratio. The F4 microcapsules was incorporated into gel dosage form, since the F4 microcapsules had the highest entrapment efficiency (75,10%).
The results revealed that microencapsulation technique by solvent evaporation method using ethylcellulose as a coating polymer could change grape seed oil in liquid form to solid forms. Furthermore, the microcapsules of grape seed oil might enhance the stability of linoleic acid. Therefore, they could be incorporated into gel formulation to be an interesting cosmetic product for skin moisturizer.;
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiah Rakhma Wisnu Wardani
"Anggur merupakan salah satu buah yang sudah dikenal. Masyarakat biasanya hanya dikonsumsi buah dan kulitnya saja padahal pada bijinya terkandung polifenol yang bermanfaat sebagai antioksidan. Namun, biji anggur dan ekstraknya memiliki rasa yang kurang enak. Oleh karena itu, pada penelitian ini ekstrak biji anggur diformulasikan menjadi sediaan tablet effervescent untuk menutupi rasa yang kurang enak. Tablet effervescent ekstrak biji anggur dibuat dalam tiga formulasi yang dibedakan konsentrasi effervescent mix-nya dan dibuat menggunakan metode granulasi basah di ruangan dengan kelembaban relatif (RH) 40% pada suhu 25°C. Selain dilakukan evaluasi granul massa tablet dan tablet, tablet effervescent ekstrak biji anggur ketiga formula dilakukan uji kesukaan kepada 30 responden.
Hasil evaluasi granul massa tablet dan tablet effervescent ekstrak biji anggur menunjukkan hasil yang baik. Untuk hasil pengujian terhadap waktu larut berkisar antara 3,67 menit dan 4,69 menit. Selanjutnya, berdasarkan uji pH didapatkan hasil dengan rentang antara 5,18 dan 5,80. Berdasarkan analisis uji kesukaan, larutan effervescent ekstrak biji anggur disukai dari segi penampilan, rasa, dan aroma serta cukup disukai dari segi penampilan tabletnya. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tablet effervescent ekstrak biji anggur berpotensi untuk diproduksi sebagai sediaan nutrasetika yang menarik.

Grape is one of the most well-known fruits. People usually consume only the fruit and the skin, whereas the seed actually has polyphenol content which can act as antioxidant. However, grape seed and its extract have unpleasant taste. For that reason, the aim of this study was to formulate grape seed extract into effervescent tablets, in order to overcome the unpleasant taste. Effervescent tablet of grape seed extract was formulated into three formulas which were differentiated by the percentage of effervescent mix. The effervescent tablet was prepared by wet granulation in condition of 40% relative humidity (RH) and 25˚C temperature. The effervescent granules and tablets were evaluated. Effervescent tablets and solutions of three formulas were also evaluated with hedonic test which involved 30 panels.
The effervescent granules and tablets evaluation showed good characteristics. Disintegration time of three formulas was in acceptable range, between 3.67 minutes and 4.69 minutes. pH of effervescent solution was between 5.18 and 5.80. From hedonic test result, it was showed that all effervescent solutions of grape seed extract were favorable for their appearance, taste, and flavor. It can be concluded that effervescent tablet of grape seed extract is potential to be produced as nutraceutical dosage form.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Natalia
"Ekstrak biji anggur (EBA) memiliki potensi besar sebagai pencerah kulit karena banyak mengandung senyawa polifenol. Namun, efeknya membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas serum emulgel EBA sebagai pencerah kulit serta derajat iritasinya pada kulit sukarelawan. Penetapan kadar fenol total dan resveratrol, aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase dilakukan pada EBA. EBA dibuat dalam serum emulgel dengan konsentrasi 20% dan dievaluasi sifat fisikokimia dan stabilitas fisiknya. Potensi iritasi kulit dari formula dinilai dengan uji tempel 48 jam. Manfaat serum emulgel EBA sebagai pencerah kulit dievaluasi menggunakan Mexameter dengan mengukur indeks melanin kulit pada 30 orang sukarelawan. Kadar fenol total dan resveratrol pada EBA adalah 830 mg GAE/g (setara asam galat) dan 15,45 mg/100 g. EBA menunjukkan aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase dengan nilai konsentrasi penghambatan setengah maksimal (IC50) adalah 7,84 dan 207,72 μg/mL. Serum emulgel EBA menunjukkan stabilitas fisik dan karakteristik yang baik yaitu homogen dan tidak terjadi sineresis. Penggunaan serum emulgel EBA tidak menyebabkan iritasi kulit dan menunjukkan penurunan indeks melanin yang signifikan (p < 0,05) sebesar 7,42% setelah 14 hari. Kesimpulan penelitian adalah serum emulgel EBA memiliki karakteristik yang baik, aman dan efektif sebagai kosmetik pencerah kulit.

Grape seed extract (GSE) has great potential in exhibiting skin lightening properties due to its rich polyphenolic compounds. However, its effect takes a long time. The current study aimed to assess the effectiveness of the skin lightening GSE emulgel- based serum and also its degree of irritation in the skin of volunteers. The GSE was determined for the total phenolic and resveratrol contents, antioxidant, and tyrosinase inhibition activities. The GSE was prepared in 20% emulgel-based serum and evaluated for its physicochemical properties and physical stability. The potential for skin irritation of the formulation was assessed using the 48 h patch test. The effectiveness of the skin lightening GSE emulgel-based serum was evaluated using Mexameter by measuring the melanin index in 30 volunteers. The total phenolic and resveratrol contents of GSE were 830 mg GAE/g (gallic acid equivalent) and 15.45 mg/100 g, respectively. GSE demonstrated antioxidant and tyrosinase inhibitory activities with the half-maximal inhibitory concentration (IC50) of 7.84 and 207.72 μg/mL, respectively. The GSE emulgel-based serum showed good physical stability and characteristics which homogeneous and no syneresis. The application of the GSE emulgel-based serum did not cause any skin irritation and showed a significant decrease in the skin melanin index (p < 0.05) by 7.42% after 2 weeks. In conclusion, the GSE emulgel-based serum was safe and effective as a skin lightening product."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mazhar Alamsyah
"Latar Belakang: Penggunaan larutan irigasi dapat berkontribusi terhadap keberhasilan perawatan saluran akar, EBA mulai dikembangkan sebagai larutan irigasi Tujuan: menganalisis tingkat kebocoran pengisian saluran akar pada sepertiga apeks dengan siler berbasis resin. Metode: 66 gigi premolar bawah manusia, dibagi secara acak kedalam 3 kelompok: EBA 2,9%, NaOCl 2,625%, aquades. Dilakukan pengisian, diinkubasi sebelum dilapisi cat kuku, serta direndam kedalam tinta india. Dekalsifikasi dan transparansi dengan metode Robertson. Penetrasi tinta diukur dengan skala Panthamvonich. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna tingkat kebocoran EBA 2,9% dibandingkan antar kelompok. Kesimpulan: Larutan EBA 2,9% mampu menurunkan tingkat kebocoran sepertiga apeks pengisian saluran akar

Background: Irrigation can contribute to the succes of root canal treatment, Grape seed extract developed as irrigation solution. Purpose: analyze apical third leakage of root canal filling. Methods: 66 mandibular human premolars, randomly divided into 3 groups, EBA 2.9%, NaOCl 2.625%, aquadest. Each group obturated using guttap and siler-based resin (37 0C for 24 hours). coated all of samples with nail polish, immersed into indian ink. Decalcified and transparency with Robertson’s method. Evaluated and measured with Panthamvonich’s scale. Results: There are significant differences grape seed extract leakage rate compared between groups. Conclusion: Grape seed extract solution 2.9% is able to reduce of apical third leakage of root canal filling"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelvy Soetanto
"Latar belakang: Ekstrak Biji Anggur (EBA) mengandung Proanthosianidin yang efektif sebagai agen antibakteri. Biofilm adalah komunitas mikrobialmultiseluler yang terdiri atas sel-sel yang berlekatan dan dapat membentuk matriks ekstraselular polisakarida. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan antibakteri larutan EBA terhadap biofilm E.faecalis.
Metoda: E.faecalis ATCC 29212 dibuat dalam bentuk biofilm dengan cara diinokulasi diatas membran filter selulosa nitrat steril yang diletakkan di atas BHIA dandiinkubasi pada suhu 37oC selama 72 jam pada keadaan aerob. Kemudian dipapar dengan PBS (kontrol), larutan EBA, dan larutan Klorheksidin 2% masing-masing kelompok terdiri dari 3 tabung. Setiap tabung ditambahkan PMA dan analisis DNA E.faecalis menggunakan RT-PCR. Data dianalisis secara statistik dengan uji non parametrik Kruskal Wallis dan Mann-Whitney.
Hasil: Larutan EBA memiliki kemampuan antibakteri terhadap biofilm E.faecalis. Apabila antar kelompok dibandingkan maka kemampuan antibakteri antar kelompok mempunyai nilai yang berbeda bermakna.
Kesimpulan: Ekstrak Biji Anggur (EBA) memiliki kemampuan antibakteri terhadap biofilm E. faecalis.

Background: Grape Seed Extract contains Proanthosianidin which proven to be effective as antimicrobial agent. Biofilm is defined as multicelular microbial community, consist of cells attached to others and produce polisacharide extracelullar matrix. The aim of this study is to investigate antibacterial efficacy of grape seed extract againts E.faecalis biofilm.
Method: E.faecalis ATCC 29212 strain was prepared in biofilmform using sterile nitrate selulose membrane, incubated on BHIA media at 37oC for 72 h. Each membrane contain E.faecalis biofilm was added to 3 tubes of PBS (control), 3 tubes of Grape Seed Extract, and 3 tubes of Clorhexidine 2%. The value of viable DNA cells was measured using RT-PCR. The data was analyzed statistically using non-parametric Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test.
Result: Grape Seed Extract has antibacterial efficacy againts E.faecalis biofilm. The difference between all groups were statistically significant.
Conclusion: Grape Seed Extract has antibacterial efficacy againts E.faecalis Biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Muhammad Fadhan
"ABSTRAK
Kayu gaharu merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tertinggi di dunia, terutama minyaknya. Namun karakteristik minyak atsiri kayu gaharu memiliki komponenn senyawa yang bersifat mudah menguap hampir sekitar 90. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini, minyak gaharu dapat dibuat menjadi sediaan padat dengan enkapsulasi menggunakan maltodekstrin dan gum arab melalui metode pengeringan beku. Enkapsulasi merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk efisiensi proses packaging dan distribusi minyak gaharu. Dilakukan empat formulasi enkapsulasi minyak gaharu yang memiliki perbedaan perbandingan zat aktif dengan enkapsulan maltodektsin dan gum arab MD/GA , yaitu F1 2:10, F2 5:10, F3 10:10 dan F4 12:10. Hasil evaluasi sediaan padat yang diperoleh nilai loading capacity tertinggi sebesar 68,6 pada sampel F2. Kemudian diperoleh persentase surface oil content sampel F1-F4 berkisar dari 3-22. Sedangkan nilai efisiensi enkapsulasi pada sampel F1- F4 sebesar 82-95,76. Pada uji morfologi keempat sampel menunjukkan bagian permukaan sediaan padatan yang berpori-pori. Secara keseluruhan, semua sampel menunjukkan hasil yang bagus baik dari loading capacity, persentase surface oil content dan efisiensi enkapsulasi.

ABSTRACT
Agarwood is a commodity that has the highest economic value in the world, especially its oil. However, the characteristics of essential oil of agarwood have a volatile compound component of almost 90. One attempt to overcome this,agarwood oil can be made into solid dosage with encapsulation using maltodextrin and gum arab through the freeze drying method. Encapsulation is one solution that can be done for the efficiency of packaging process and distribution of agarwood oil. Four different formulations of agarwood oil encapsulation were obtained which differed in the ratio of the active substance to the encapsulation of maltodecin and gum arab MD GA, ie F1 2 10, F2 5 10, F3 10 10 and F4 12 10. The result of the solid dosage evaluation obtained by the highest loading capacity was 68.6 in the F2 sample. Then obtained surface oil content value of F1 F4 sample range from 0.3 0.6 gram. While the value of encapsulation efficiency in F1 F4 sample is 82 s.d 95.76 . In the morphological test all four samples showed a porous density part of the surface. Overall, all samples showed good results both from loading capacity, surface oil content percentage and encapsulation efficiency."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Srifiana
"Mikrokapsul merupakan partikel kecil mengandung zat aktif yang dikelilingi oleh suatu bahan penyalut. Penelitian ini bertujuan untuk membuat mikrokapsul yang mengandung ketoprofen dengan menggunakan dua metode yaitu koaservasi dan semprot kering kemudian mengkarakterisasi mikrokapsul tersebut. Pragelatinisasi pati singkong (PPS) digunakan sebagai bahan penyalut pada metode koaservasi dan pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt) digunakan sebagai bahan penyalut pada metode semprot kering. Mikrokapsul yang diperoleh dari kedua metode tersebut kemudian dikarakterisasi meliputi rendemen proses, bentuk dan morfologi, efisiensi penjerapan, distribusi ukuran partikel, indeks mengembang, analisis gugus fungsi, dan profil pelepasan obat. PPSFt yang digunakan memiliki derajat subsitusi sebesar 0.0541 dan larut dalam medium basa. Mikrokapsul yang dibuat dengan metode koaservasi memiliki bentuk yang tidak sferis dan berongga dengan efisiensi penjerapannya sebesar 20.27% ± 1.82. Sementara itu, mikrokapsul yang dibuat dengan metode semprot kering memiliki bentuk yang hampir sferis dengan permukaan cekung dan memiliki efisiensi penjerapannya sebesar 80.22% ± 9.18.
Hasil pelepasan obat menunjukkan bahwa selama 8 jam sebesar 8% ketoprofen dilepaskan dalam pH 1.2 dan sebesar 18% dilepaskan dalam pH 7.4 dari mikrokapsul yang dibuat dengan metode koaservasi. Sementara itu, ketoprofen dilepaskan selama 8 jam sebesar 5% dalam pH 1.2 dan 25% dilepaskan dalam pH 7.4 dari mikrokapsul yang dibuat dengan metode semprot kering. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mikrokapsul yang dibuat dengan kedua metode tersebut dapat menahan pelepasan obat sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sediaan lepas lambat.

Microcapsules are a small particles containing a core material surrounded by a coating or shell. The aim of this study was to prepare microcapsules containing ketoprofen by coacervation and spray drying methods, and then characterize them. Pregelatinized cassava starch (PCS) and pragelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) were used as coating materials in coacervation and spray drying microencapsulation, respectively. The obtained microcapsules were then characterized, including its yield, shape and morphology, drug-loading efficiency, particle size distribution, swelling index, functional group analysis, and drug release profile. The used PCSPh had substitution degree of 0.0541 and dissolved in basic aqueous medium. Microcapsules prepared by coacervation method were a irreguler shaped and hollow surface and the entrapment efficiency was 20.27% ± 1.82. Otherwise, the spray dried microcapsules showed a nearly-spherical-shape with biconcave surface and the entrapment efficiency was 80.22% ± 9.18.
The release study results showed that within 8 hours ketoprofen released from the coacervation microcapsules at pH 1.2 and pH 7.4 were 8% and 18%, respectively. Besides, ketoprofen released from spray-dried microcapsules within 8 hours at pH 1.2 and pH 7.4 were 5% and 25%, respectively. In conclusion, the microcapsules prepared by both methods could extent the drug released, thus it may be possible to be used for a sustained release device.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina
"Tokotrienol merupakan produk nutrasetika yang berwujud cair dan bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol. Mikroenkapsulasi merupakan salah satu cara untuk mengubah bahan aktif berupa cairan menjadi bentuk padat. Pada penelitian ini, tokotrienol yang berwujud cair dikonversi menjadi bentuk serbuk melalui mikroenkapsulasi menggunakan pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt) sebagai polimer penyalut. PPSFt dibuat melalui gelatinisasi pati singkong yang dilanjutkan dengan esterifikasi menggunakan asam ftalat anhidrida. PPSFt yang diperoleh kemudian digunakan sebagai polimer penyalut pada mikroenkapsulasi tokotrienol melalui metode semprot kering. Karakterisasi PPSFt yang dilakukan antara lain derajat substitusi, kelarutan dan indeks mengembang di berbagai pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat substitusi PPSFt adalah 0,0541. Kelarutan PPSFt lebih tinggi dalam medium basa dibandingkan medium asam. PPSFt mengembang 2 kali lipat selama 5 menit. Evaluasi mikrokapsul yang dihasilkan meliputi bentuk dan morfologi, ukuran, efisiensi penjerapan, dan uji pelepasan bahan aktif. Mikrokapsul yang diperoleh berbentuk serbuk bermassa ringan dengan morfologi sferis hingga tak beraturan, memiliki ukuran 1-60 μm, dan efisiensi penjerapan 93-94%. Pelepasan tokotrienol dari mikrokapsul dalam medium fosfat pH 7,4 - etanol 96% (1:1) mencapai 90% selama 2 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokotrienol dapat dibentuk menjadi serbuk melalui mikroenkapsulasi menggunakan PPSFt sebagai polimer penyalut.

Tocotrienol is an oily nutraceutical product that has cholesterol-lowering effect. Microencapsulation is an approach to convert an oily liquid substance into a solid powder form. In this study, the liquid tocotrienol was microencapsulated using pregelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) as coating polymer, thus the pulverized tocotrienol was obtained. PCSPh was prepared by gelatinization of cassava starch and followed by esterification using phthalic anhydride. The obtained PCSPh was used as coating polymer in two formulas of microcapsules by spray-drying method. PCSPh was characterized in terms of substitution degree, solubility, and swelling index in various pH.The characterization results showed that the substitution degree of PCSPh was 0,0541. In addition, PCSPh was highly soluble in alkaline medium and 2-fold swelled in 5 minutes. Microcapsules were characterized in terms of size, morphology, entrapment efficiency, and dissolution profile. The evaluation results showed that microcapsules were white-yellowish powder with spherical-amorf shape and 1-60μm in diameter. The entrapment efficiency of tocotrienol were 93-94%. The release studies in phosphate medium pH 7,4 - ethanol 96% (1:1) showed that 90% of tocotrienol was released from microcapsules during 2 hours. This results revealed that tocotrienol could be pulverized by microencapsulation using PCSPh as coating polymer."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S1951
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mangiring, Getta Austin
"Propolis memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia, seperti anti kanker, anti tumor, anti oksidan, anti bakteri, dan anti inflamasi. Saat ini di Indonesia sudah cukup banyak produk yang berbahan dasar propolis, seperti sabun, pasta gigi, krim kulit, ataupun produk kesehatan dalam bentuk liquid. Namun, masih belum ada produk propolis dalam bentuk serbuk. Dalam penelitian ini akan dilakukan mikroenkapsulasi terhadap propolis dengan menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan melalui metode pengeringan freeze drying. Serbuk propolis yang dihasilkan dilakukan uji polifenol dan didapatkan bahwa propolis 175 ml : 75 gr dengan bahan baku jenis karang memiliki kandungan polifenol tertinggi dalam bentuk serbuk. Kadar air terendah dan kelarutan serbuk propolis tertinggi adalah 4.533 dan 69 pada serbuk propolis 125 ml : 125 gr dengan bahan baku campuran jenis karang propolis keras dan reguler propolis lembut. Serbuk yang memiliki kelarutan tertinggi dapat terlihat morfologinya menggunakan Scanning Electron Mocroscope SEM . Hasil dari uji SEM terlihat bahwa bentuk serbuk propolis dienkapsulasi tidak merubah morfologi maltodekstrin. Hal ini menandakan berhasilnya mikroenkapsulasi, dikarenakan bentuk dari bahan penyalutnya yaitu maltodekstrin juga tidak seragam.

Propolis has many benefits for human health, such as anti cancer, anti tumor, anti oxidant, anti bacterial, and anti inflammatory. Currently in Indonesia are quite a lot of propolis based products, such as soap, toothpaste, skin cream, or health products in liquid form. However, there is still no propolis product in powder form. In this research, microencapsulation of propolis using maltodextrin coating with freeze drying method will be done. Propolis powder being tested for polyphenols and it was found that crude propolis 175 ml 75 gr had the highest polyphenols content in powder form, 434,438 g mL. Soft propolis 125 ml 125 gr has 4.533 of moisture content, which is the lowest result in these study. And also, the soft propolis 125 ml 125 gr has the highest solubility in water with 69 as the result. Propolis powder that has the highest solubility can be seen morphology using Scanning Electron Mocroscope SEM . The result of the SEM test showed that the propolised powder form did not alter the morphology of maltodextrin. This indicates the success of microencapsulation, because the form of the coating agent maltodextrin is also not uniform."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>