Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180246 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moh. Rifaldi Akbar
"Identitas merupakan suatu hal yang cair, situasional, dan dapat dinegosiasikan. Indonesia merupakan negara yang dihuni banyak etnik di dalamnya. Sebelum berdirinya negara-bangsa bernama Indonesia, etnik-etnik yang mendiami wilayah nusantara telah eskis. Mereka etnik memiliki ciri, tradisi dan keunikan masing-masing. Menurut data terbaru 2016 jumlahnya dari Sabang sampai Marauke sekitar 700-an etnik dan subetnik. Skripsi ini akan mengkaji kontestasi identitas sekelompok pelajar asal Indonesia yang sedang sekolah di Universitas Mae Fah Luang MFU, Chiang Rai, Thailand pada kurun November 2016 mdash Februari 2017. Keberagaman identitas etnik di dalam kelompok pelajar Indonesia yang menamakan diri sebagai PERMITHA Perhimpunan Mahasiswa Indonesia simpul MFU mdash;memberikan warna dalam mosaic kebudayaan Indonesia. Setiap hari mereka berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pemahaman terbatas mengenai orang Indonesia, dan budaya Indonesia. Mereka berada di ruang-waktu space yang mengharuskan mereka untuk melakukan peralihan identitas etnik, nasional dan transnasional.

Identity are fluid, situational, and negoitable. Indonesia is a home for many ethnics. Before Indonesia was established as a nation state, those ethnics already exist. They ethnics have their unique tradition and way of life. Based on the newest source 2016 , there are from Sabang mdash Marauke about 700 ethnics and subethnics. This thesis will criticize the concept of Indonesia as identity, moreover its contest to their ethnic identities of Indonesian student group while they have studied at Mae Fah Luang University MFU , Chiang Rai, Thailand during November 2016 mdash Februari 2017. The diversities of ethnic identity group is called PERMITHA Indonesian Student Group Association that gives their variety in Indonesias cultural mosaic. Generally, they interact each other, yet has no idea about Indonesian and ldquo Indonesian culture. They were in the space which force them to switch their ethnic, national and transnational identity."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pongpan Leelahakriengkrai
"Mae Teang District is home to many tributaries of the Ping River. Each tributary is associated with different geographical characteristics and uses. This study is the first report on benthic diatom diversity in the designated water bodies and the first comparison of benthic diatom distribution in the Ping River and its tributaries, including the Mae Hao and Mae Luang Streams in Mae Taeng District of Chiang Mai Province, Thailand. The benthic diatom distribution and physico-chemical properties were investigated in August and November 2015 at three locations in each water body. The highest abundance of benthic diatoms was found in the Ping River (143 species), followed by Mae Hao (132 species) and Mae Luang Streams (90 species). The most abundant species found in the Ping River were Planothidium lanceolatum, Nitzschia palea, Navicula cryptotenella and Seminavis strigosa. The most abundant species found in the Mae Hao Stream were Nitzschia palea, Seminavis strigosa, Surirella splendida and Sellaphora pupula. The most abundant species found in the Mae Luang Stream were Navicula cryptotenella, Diadesmis contenta, Karayevia oblongella and Achnanthes brevipes. Additionally, Amphipleura lindheimeri Grunow was identified as a newly recorded species for Thailand. This study revealed that the Ping River and Mae Hao Stream are similar bodies of water when compared with the Mae Luang Stream in terms of benthic diatom diversity and water quality. In addition, indicator species of tolerance and sensitivity to organic pollution were found. In conclusion, the areas of utilization were found to have affected the distribution of benthic diatoms in these water bodies, along with the water quality of the Ping River and its tributaries."
Bogor: Seameo Biotrop, 2018
634.6 BIO 25:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Satrya Utama
"ABSTRAK
Nasionalisme dapat tumbuh melalui beragam cara dan media, salah satunya melalui media olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci bahwa identitas nasional dan identitas kelompok dapat terbentuk melalui aspek olahraga, khususnya olahraga sepakbola. Unit analisis dalam penelitian ini adalah para pemerhati sepakbola di tingkat nasional dan komunitas Bobotoh serta Viking sebagai pendukung setia Persib Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan observasi dan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data utama. Hasil penelitian memperlihatkan tiga hal, pertama bahwa sepakbola di tingkat lokal dapat menumbuhkan perasaan in-group yang didasari kearifan lokal seperti bahasa, ritual dan simbol-simbol yang didukung pembentukannya oleh media sosial. Kedua kehadiran tim nasional sepakbola Indonesia di sisi lain dapat membentuk komunitas imajiner serta identitas nasional dengan persepsi akan sejarah, simbol, ritual, bahasa, serta media massa dan ketiga, nasionalisme yang terbentuk cenderung bersifat banal sebagai platform utama yang menyambungkan rasa kekerabatan dan nasionalisme.

ABSTRACT
Nationalism is a concept that can be developed through any media. This study aims to explain in detail that national identity and group identity can be formed through aspects of sport, such as football. This study uses a qualitative approach with observation and in depth interviews as the main data retrieval technique with the fans of Persib Bandung Viking and Indonesia men rsquo s national football team as the unit of analysis. The results of this study show that football at the local level can establish in group feelings based on local wisdom such as language, rituals and symbols that supported by using social media as the basic. The presence of Indonesia 39 s national football team on the other hand can form an imagined community and national identity with perceptions of history, symbols, rituals, languages, and mass media and other things that tend to be banal as the main platform that connects the sense of kinship And nationalism."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuhatu, Adisanto Jozef
"ABSTRAK
Masalah waktu luang merupakan masalah yang semakin mendapat perhatian untuk ditelaah dengan melihat semakin dianggap pentingnya waktu luang dalam jaman yang semakin berkembang saat ini. Penulisan skripsi ini membahas mengenai pemanfaatan waktu luang pada satu kelompok masyarakat yang dianggap menempati posisi khusus dalam masyarakat, yaitu kelompok mahasiswa. Alasannya, selain masalah yang menyangkut kegiatan belajar semata, kegitan waktu luang mahasiswapun juga berperan dalam menunjang keberhasilan mahasiswa studinya. Untuk itu penulis mengambil sampel mahasiswa FISIP UI dan mahasiswa FK UI dalam melihat bagaimana mahasiswa memanfaatkan waktu luangnya. Khususnya dalam penelitian ini perhatian diberikan pada tiga sektor kegiatan yaitu kegiatan sektor intelektual kegiatan sektor seni, dan kegiatan sektor sosial" Perolehan data dilakukan melalui survei sampel dan penentuan sampelnya dilakukan secara proporsional dengan tekhnik random sederhana."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhanty Parama Sany
"ABSTRAK
Tesis ini menjelaskan proses konstruksi dan kontestasi identitas orang Cina Benteng dan
hubungannya dengan gagasan mengenai kewarganegaraan di Indonesia. Konstruksi identitas
orang Cina di Indonesia yang dibentuk berdasarkan ide-ide mengenai sejarah, asal-usul dan nasib
terus bertransformasi dan berkontestasi dalam setiap masa pemerintahan di Indonesia. Adanya
pembedaan perlakuan bersifat eksklusif terhadap orang Cina di Indonesia, yang berlangsung
sejak zaman kolonial, menimbulkan dikotomi Non-Pribumi dan Pribumi. Orang Cina sebagai
Non-Pribumi dianggap sebagai orang asing, suku pendatang, dan makhluk asing (aliens)
sehingga diragukan identitas keindonesiaannya. Akibat dari dikotomi ini ternyata memiliki
dampak negatif hingga saat ini bagi orang Cina di Indonesia untuk berintegrasi maupun
berasimilasi dengan orang Indonesia, mereka masih dianggap sebagai bukan bagian dari
Indonesia, kelompok minoritas dan masih dianggap sebagai orang asing di Indonesia. Begitupun
bagi orang-orang keturunan Cina yang sudah tinggal bergenerasi di Indonesia, khususnya orang
Cina Benteng di Tangerang.
Identitas orang Cina Benteng yang berbeda--yang dibentuk berdasarkan ide-ide mengenai
sejarah, asal-usul dan nasib itu—membuat mereka terus menghadapi berbagai kasus
diskriminasi. Kasus-kasus tersebut merupakan contoh kendala negara dalam mengelola
keberagaman identitas, baik yang berdasarkan kelompok etnis, suku bangsa, agama, maupun
kelompok lain yang ada dalam masyarakat. Konsepsi kewarganegaraan yang dianut negara
Indonesia masih belum mampu mengakomodasi secara adil keberadaan orang Cina Benteng di
Indonesia. Saat ini masih tersisakan banyak permasalahan diskriminasi rasial, antara lain dalam
hal pengakuan status kewarganegaraan Republik Indonesia mereka dan permasalahan sebagian
etnis cina yang tanpa kewarganegaraan. Sebagai konsekuensi situasi tersebut maka mereka
mengalami kesulitan mendapatkan hak politik, sosial dan budaya-nya sebagai warganegara
Indonesia.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dan menggunakan metode deskriptif-analitis untuk menganalisis data-data yang diperoleh di
lapangan. Adapun teknik Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui studi
pustaka, pengumpulan dokumen serta wawancara mendalam sehingga dapat menjelaskan proses
konstruksi dan kontestasi identitas orang Cina Benteng dan hubungannya dengan isu
kewarganegaraan di Indonesia.

ABSTRACT
This thesis explains the process of identity construction and its contestation upon the
Cina Benteng community and their relationships with the concept of citizenship in Indonesia.
The identity of Chinese people in Indonesia is constructed around the idea of history, origin and
fate, which are continuously transforming and contending in every era of Indonesian
administration. The preferential treatment applied to the Chinese-decent people in Indonesia,
which has been going on since the colonial era, has produced a dichotomy of the Non-Pribumi
(immigrant decent) and Pribumi (literally means son of the soil, the native of Indonesia). The
ethnic Chinese as the Non-Pribumi is considered as foreigners, immigrants and aliens that
brought about their identity as an Indonesian being questioned. This dichotomy resulted in
negative impacts that still affect the Chinese-Indonesian in integrating and assimilating with the
Indonesian until recently. They are still considered as a different part of Indonesia, as minority
groups and foreigners. These are what happen to the Chinese-decent population who has been
living for generations in Indonesia, especially the Cina Benteng community in Tangerang.
The distinct identity of the Cina Benteng community – that has been formed around the
idea of history, origin and fate– made them continuously facing several cases of discriminations.
Cases experienced by the Cina Benteng community are the very examples of obstacles that this
nation faces in managing the pluralism of identities, whether based on ethnic groups, races,
religions or other groups that are present in the society. The concept of citizenship being adopted
by the state of Indonesia cannot accommodate equally the existence of the Cina Benteng
community in the country, yet. Currently, there are many racial discrimination problems left,
such as the lack of legal recognition of the Cina Benteng community as Indonesian citizens, or
worse, a number of ethnic Chinese who still have no citizenship. This situation causes them to
live with difficulties in requiring political, social and cultural rights as Indonesian citizens.
The approach used in this research is a qualitative one, combined with descriptiveanalytics
methods to analyze data acquired from the fields. Data gathering technique used in this
research is through literature study, document gathering and in-depth interviews as to be able to
explain the process of identity construction and its contestation among the Cina Benteng
community and their relations with citizenship issues in Indonesia."
2013
T35616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rismart Firdaus
"ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dan kepuasan waktu luang pada mahasiswa Universitas Indonesia. Sampel penelitian ini terdiri dari 126 mahasiswa Universitas Indonesia. Variabel persepsi kebebasan dalam waktu luang diukur menggunakan alat ukur Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale (Witt & Ellis, 1985) dan variabel kepuasan waktu luang di ukur menggunakan alat ukur Leisure Satisfaction Scale (Short Form) (Beard & Ragheb, 1980). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara variabel persepsi kebebasan dalam waktu luang dan variabel kepuasan waktu luang pada mahasiswa Universitas Indonesia (r = 0.747, p < 0.05). Analisis tambahan yang mencakup hubungan antara kedua variabel dengan data kontrol seperti jenis kelamin, usia dan pemasukan perbulan juga disertakan.


ABSTRACT

This study aims to find the correlation between perceived freedom in leisure and leisure satisfaction among University of Indonesia students. 126 students were participated in this study. The perceived freedom in leisure was measured by Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale (Witt & Ellis, 1985) instrument and leisure satisfaction was measured by Leisure Satisfaction Scale (Short Form) (Beard & Ragheb, 1980) instrument. This study finds the positive correlation between perceived freedom in leisure and leisure satisfaction among University of Indonesia students (r = 0.747, p < 0.05). Additional analysis including correlation between two variables and demographic data such as gender, age and income were included.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Herwibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dengan subjective well-being pada mahasiswa Universitas Inonesia. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia pada program studi S1. 126 responden penelitian diminta mengisi instrumen penelitian, yaitu perceived freedom in leisure short form (Witt & Ellis, 1985), Satisfaction With Life Scale (Diener et al, 1985), dan Positive Affect ? Negative Affect Scale (Watson & Tellegen, 1985) secara online. Penelitian menemukan adanya korelasi positif antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dan affect balance (r=-0,500, p<0,05) serta korelasi positif antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dan kepuasan hidup (r= 0,203, p<0,05). Analisis tambahan menunjukkan bahwa terdapat data kontrol ,yakni jenis kelamin, berpengaruh terhadap hasil penelitian.

This research aimed to find the correlation between perceived freedom in leisure and subjective well-being among students of University of Indonesia. 126 respondents were asek to fill our instruments, perceived freedom in leisure short form (Witt & Ellis, 1985), Satisfaction With Life Scale (Diener et al, 1985), dan Positive Affect ? Negative Affect Scale (Watson & Tellegen, 1985) through internet. The finding of this research is that there is a positive correlation between perceived freedom in leisure and affect balance (r=-0,500, p<0,05) and also positive correlation between perceived freedom in leisure and life satisfaction (r= 0,203, p<0,05). Additional analyses showed that gender did have influence the result of this study."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Dinda Sani
"Penelitian ini membahas mengenai pengalaman hidup lelaki gay dalam konteks Indonesia dalam membangun narasi resistensi dan kontestasi identitas demi melawan budaya kelompok dominan. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma kritis serta desain fenomenologi, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan lima lelaki gay yang tinggal di berbagai kota di Indonesia. Melalui Teori Ruang Ketiga yang dicetuskan Homi K. Bhabha, peneliti mampu mengeksplorasi bagaimana individu membangun narasi resistensi berbentuk mimikri untuk mengganggu relasi kuasa budaya dominan. Ada empat narasi resistensi yang dibangun melalui praktik komunikasi dalam ruang publik, yakni: edukasi, aktivisme, keterbukaan identitas seksual, serta keterlibatan dalam hubungan sesama jenis. Selain itu, peneliti juga mengeksplorasi bagaimana individu dapat menciptakan ruang ketiga dan hibriditas untuk mendestabilisasi identitasnya sebagai "gay" atau "warga Indonesia", dan justru menggabungkan keduanya dalam ruang intrapersonal. Identitas hibrid tersebut diciptakan melalui kontestasi hegemoni heteronormatif, norma agama, dan nasionalitas. Pada akhirnya, individu dapat merekonstruksi dan meredefinisi identitasnya melalui narasi resistensi terhadap budaya dominan, dimana mereka dapat menciptakan kekuasaannya sendiri di dalam ruang ketiga.

This research discusses the lived-experiences of Indonesian gay men and how they created resistance narratives and contested identities to counter the dominant group culture. Using a qualitative approach with a critical paradigm and phenomenology design, researcher conducted in-depth interviews with five gay men who live in various cities in Indonesia. Through employing Third Space Theory by Homi K. Bhabha, researcher manages to explore how individuals built the resistance narratives in the form of mimicry to disrupt the power dynamics of the dominant culture. There are four resistance narratives created through communication practices in the public space, which are: education, activism, openness about sexual orientation, and engagement in same-sex relationships. Aside from that, researcher also explores how Indonesian gay men can construct the third space and hybridity to destabilize their fixed identity as a "gay" or "Indonesian", and mix it instead in the intrapersonal space. Hybrid identity is constructed through the contestation of hegemonic heteronormativity, religious norms, and nationality. In the end, Indonesian gay men are able to reconstruct and redefine their identities through the resistance narratives against the dominant culture, where they can build their own power in the third space."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destin Adipatra
"ABSTRACT
Dewasa ini situasi ekonomi global merupakan salah satu faktor yang memberi dampak signifikan terhadap kondisi suatu negara. Ketidakpercayaan akan instrumen arsitektur perekonomian Internasional yang telah dinilai gagal mengimplementasikan fungsinya dengan baik dalam peristiwa krisis terdahulu menjadi dasar bagi negara-negara ASEAN+3 untuk membuat sebuah kerjasama finansial dalam kawasan untuk meredam dan mengantisipasi krisis tersebut. Transformasi kerja sama CMI dari menjadi multilateral merupakan peristiwa penting bagi kerja sama keuangan di Asia untuk menuju proses regionalisasi. Kerjasama yang kompleks antar negara-negara yang heterogen tersebut diwarnai dengan berbagai kepentingan dan posisi dari masing-masing negara atas keterlibatannya. Penelitian ini menganalisis posisi serta kepentingan Indonesia terkait keikutsertaannya dalam kerjasama CMIM. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikutserta serta latar belakang pengalaman krisis yang sedemikian rupa memiliki posisi dan kepentingan tersendiri yang diimplementasikan dalam kebijakan luar negeri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang ikut mendukung terciptanya mekanisme penanganan krisis finansial alternatif yang kuat dan independen. Namun selain itu ada kepentingan akan terbentuknya kerjasama yang lebih kompleks berupa regionalisme, serta memperoleh berbagai keuntungan dibidang-bidang lainnya, baik ekonomi maupun politik sebagai dampak dari kerjasama multilateral dengan negara-negara ASEAN+3.

ABSTRACT
Global economic situation has become one of core factors that gave a significant impact on the conditions of countries. The distrust to the instrument of international economic architecture based on the judged that failed in the implementation of its functions on previous crisis, became the basis for ASEAN + 3 countries to set up a financial cooperation within the region, which become an alternative instrument to stifle and anticipate the crisis. The CMI transformation into a multilateral cooperation is an important momentum for financial cooperation in Asia especially in leading the countries into the process of regionalization. Complex cooperation between those heterogeneous countries, influenced with variety of interests and position from each country on their involvement to the cooperation. This research analyze position and interest of Indonesia regarding the involvement in CMIM. Indonesia as one of countries which took part in the cooperation, with background related to crisis experience in such a way, has it‟s own positions and interests implemented in foreign policy. This research result showed that indonesia is a country that supporting the creation of a strong and also independent alternative mechanisms that can handle the financial crisis within the region. Futher, there is an intension and also desire to built a more complex cooperation as well as regionalism, that can give an advantage and benefits from various aspect, especially in economic and political as an impact with ASEAN + 3 countries multilateral cooperation."
2014
S55672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Yoseffina Retta Oktaviani
"Musik Raï adalah salah satu aliran musik yang berkembang pesat sejak penyelenggaraan Festival de Bobigny et La Villette di Paris pada tanggal 23 Januari 1986. Kedatangannya di Prancis terkait dengan migrasi yang dilakukan oleh kaum imigran Magribi pada abad ke-20. Penelitian ini membicarakan perkembangan musik Raï di Prancis dan perubahan-perubahannya sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan selera musik masyarakat Prancis. Penelitian ini menggunakan konsep Pierre Bourdieu _Arena, Habitus, Kapital, dan Strategi untuk memperlihatkan usaha para musisi Raï membawa musik mereka sehingga bisa masuk dan diterima dalam dunia musik Prancis. Dalam akhir penelitian diperlihatkan bahwa musik Raï di Prancis mengalami perubahan di beberapa segi, yaitu: musikalitas, tema, dan bahasa. Perubahan-perubahan tersebut membuat musik Raï bisa diterima dan diakui oleh pecinta musik Prancis. Walaupun demikian, ciri khas musik Raï yang diperlihatkan lewat penggunaan alat musik perkusi tradisional dan cara bernyanyi, tetap dipertahankan.

La musique Raï est une musique qui se développe rapidement depuis la réalisation du Festival de Bobigny et La Villette à Paris, le 23 janvier 1986. Son arrivé en France a un rapport avec des grandes vagues d?immigration des Maghrebins au vingtième siècle. Ce mémoire s`agit du développement et des changements de cette musique et aussi son adaptation au goût musical dans la société française. Ce mémoire utilise des concepts de Pierre Bourdieu l`Arène, l`Habitus, le Capital, et la Stratégie expliquant des efforts des musiciens Raï pour qu?ils puissent être acceptés dans la musique française. À la fin de l?analyse, on trouve que la musique Raï montre ses changements dans les aspects musicaux, le thème, et aussi la langue. Grâce à ses changements, le public français peut l?accepter. Malgré tout, les musiciens du Raï utilisent toujours des instruments de percussion traditionnel et ils defendent aussi leur façon de chanter."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14524
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>