Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Wirafaruqi Rafly
"ABSTRAK
Ruang lingkup penelitian difokuskan tentang kudeta pada masa Abbasiyah era pertama, sekitar 750 Masehi sampai 1258 Masehi. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemunduran dinasti Abbasiyah yang salah satunya disebabkan oleh kudeta. Hal ini adalah sebuah permasalahan, karena dinasti Abbasiyah dianggap sebagai masa kejayaan Islam. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode penulisan sejarah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, kudeta merupakan salah satu penyebab yang signifikan terhadap kemunduran dinasti Abbasiyah. Penyebab terjadinya kudeta adalah sentimen golongan, suksesi, ekonomi, kebijakan penguasa, dan sekte menyimpang. Tujuan di balik kudeta tersebut adalah stabilisasi, reformasi dan revolusi.

ABSTRACT
This research is to study the coup d rsquo etat that happened in the time of Abbasid caliphate. The scale of the research was being focused on the coup d rsquo etat that happened in the first era of Abbasid caliphate, that was reigned about 750 A.D. until 1258 A.D. The reason behind this Thesis was the significant declination of the Abbasid caliphate caused by internal problems. This is a problem, because Abbasid caliphate was regarded as the time of islamic golden age. This research is a cualitative reasearch based on historical research. The conclusion of the research is that coup d rsquo etat is one of the major causes of the declination of Abbasid caliphate. The causes of the coup are group sentimental, succession, economic, government decision, and heretical sect. The goals of the coup are stabilization, reformation, and revolution."
2017
S69885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Radhian Akhmad
"ABSTRAK
Kudeta militer Mesir yang terjadi pada pemerintahan Presiden Mursi pada 3 Juli 2013 cukup menyita perhatian masyarakat dunia. Mesir yang baru saja lepas dari pemerintahan diktator Husni Mubarak dan menyelenggarakan pemilu demokratis pertamanya, langsung mengalami peristiwa kudeta oleh militernya sendiri setahun kemudian. Muhammad Mursi, presiden terpilih dari partai Ikhwanul Muslimin, baru setahun menjabat sebagai presiden. Partai Ikhwanul Muslimin yang sebelumnya sangat kuat, saat ini menjadi buronan di Mesir. Berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, memicu terjadinya kudeta ini. Faktor terbesar adalah kemunduran ekonomi Mesir dan keresahan masyarakat atas Mursi yang mengambil kebijakan-kebijakan semi-diktator. Pengaruh militer yang kuat di Mesir juga menjadi faktor yang membuat kudeta ini dapat terjadi. Selain itu, terdapat pula kemungkinan adanya intervensi Amerika Serikat yang memiliki beberapa kepentingan di Mesir dan Timur Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan latar belakang sejarah dan faktor-faktor yang mempengaruhi kudeta ini.

ABSTRACT
Egypt rsquo s military coup d rsquo etat which was happened to President Mursi rsquo s government in 3rd of July 2013 immediately gained world rsquo s attention. Just released from dictator Husni Mubarak rsquo s regime for a year and held its first democratic election, Egypt suffered a coup d rsquo etat by its own military force. Muhammad Mursi, Egypt rsquo s first elected President from Islamic Brotherhood party, sat in his office for just one year. The party itself which was very strong, now become fugitives. Both internal and external factors are considered responsible for this coup d rsquo etat. The biggest factors are economic falls and public anxiety for Mursi decisions which was considered semi dictatorship. The military force rsquo s strong influence in Egypt also played a big role which made this coup d rsquo etat happened. Besides that, there is a possibility of intervention from United States of America whose interests are existed in Egypt and Middle East countries. This study is a qualitative research with literature study method. The purpose of this study is to explain historical backgrounds and factors which influenced the coup d rsquo etat."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Najmia Hermawati
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang puisi Arab di zaman Abbasiyah pada periode 750 ndash; 874 M / 132 ndash; 260 H. Pada perkembangannya, puisi arab mengalami kemajuan yang pesat di zaman dinasti Abbasiyah ini, salah satu pelopor kemajuan puisi Arab adalah peran dari khalifah saat itu. Menjadi lebih berkembang pada saat Dinasti Abbasiyah, pada perjalanannya dinasti ini banyak terpengaruh budaya asing yang masuk khususnya bangsa Persia, bersifat terbuka sehingga perkembangan puisi Arab ketika itu mengalami kemajuan. Dan kedudukan penyair saat itu juga disambut baik oleh para khalifah. Metode yang digunakan pada penulisan jurnal ini adalah metode studi pustaka dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan sejarah dan dinamika yang ada pada perkembangan puisi Arab. Setelah meneliti sumber-sumber yang ada, penulis mendapatkan tujuan dari penulisan jurnal ini, yaitu untuk mengetahui puisi arab di zaman Dinasti Abbasiyah pada periode tersebut, dan bagaimana perkembangan puisi arab di Dinasti Abbasiyah dapat maju hingga saat ini.

ABSTRACT
This journal discusses the Arabic poetry in the Abbasid era in the period 750 874 M 132 260 H. On development, the Arabic poetry made progress in this Abbasid dynasty, one of the pioneers of progress of Arabic poetry is the role of the caliph at the time. Become more developed at the time of the Abbasid dynasty, the dynasty 39 s journey affected many incoming foreign cultures, especially the Persians, is open so that the development of Arabic poetry as it progressed. And the position of poet when it was also welcomed by the caliphs. The method used in writing this journal is a method of literature by reading books relating to the history and dynamics that exist in the development of Arabic poetry. After researching the sources that exist, I get the purpose of writing this journal, which is to know Arabic poetry at the time of the Abbasid dynasty in the period, and how the development of Arabic poetry in the 39 Abbasids can go forward to the present."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rizania
"Penelitian ini menjelaskan tentang sejarah, fungsi, dan peran Bait al-Hikmah pada masa Dinasti Abbasiyah. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dan pendekatan teori perpustakaan. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa Bait al-Hikmah didirikan pada 830 M dan berakhir pada 1258 M. Perkembangan ilmu pengetahuan di masa Dinasti Abbasiyah diawali dengan aktivitas penerjemahan yang kemudian diikuti oleh babak aktivitas kreatif berupa perkembangan ilmu agama, sains, filsafat, dan humaniora. Kebangkitan ilmu pengetahuan ini terkait oleh peranan tokoh-tokoh intelektual yang terdiri dari khalifah dan para ilmuwan. Bait al-Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan, lembaga pendidikan, lembaga riset dan observatorium, serta biro penerjemahan. Bait al-Hikmah juga memiliki peran sebagai tempat berkembangnya para ilmuwan, pembentuk pola pikir, dan percampuran kebudayaan.

This research explains the history, the function, and the role of Bait al-Hikmah in the Abbasid period. This research uses historical method and library theories. The findings of this research is that Bait al-Hikmah was established in 830 AD and ended up in 1258 AD. The development of human knowledge in the Abbasid period was started with the activity of translating which was later followed by many raising events such as the emergence of the religious subjects, science, philosophy, and humanities. This improving human knowledge cannot be separated from the role of the intellectuals consist of caliphs and scientists. Bait Al-Hikmah was functioned as library, education center, research center and observatory, and translation center. Bait Al-Hikmah also became a place where many scientists were born, many thoughts were shaped, and many cultures were acculturated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42718
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Candra Kirana
"Karya ilmiah ini membahas mengenai Perkembangan Puisi Arab pada Zaman Dinasti Abbasiyah. Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah metode studi pustaka dan metode deskriptif. Menurut Ahmad Asy-Syayib, puisi Arab adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa. Puisi atau syair sangat penting kedudukannya di dunia Arab. Pada masa Dinasti Abbasiyah puisi berkembang dengan pesat. Hal ini disebabkan adanya dukungan dari para khalifah, semakin tinggi nilai sebuah puisi maka semakin tinggi pula kedudukan penyair tersebut. Penyair-penyair hebat banyak bermunculan pada masa ini, seperti: Abu Tamam, Al-Mutanabbi, dan Al-Buhturi. Karakteristik puisi pada zaman ini tidak berbeda jauh dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Terjadinya percampuran kebudayaan antara kebudayaan Arab dengan kebudayaan non-Arab menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi puisi. Pada zaman Abbasiyah, para penyair terutama keturunan non-Arab memperkenalkan beberapa wazan baru yang sesuai dengan puisi Arab. Wazan baru ini terbagi menjadi dua, yaitu wazan yang diubah dari wazan lama dan wazan asing atau buhur lama. Di masa ini, terdapat tema-tema puisi baru, seperti tema pemujaan arak, ghazal lelaki, zuhud, syu’ubiyyah, dan tema zandaqah.

This paper discusses about the development of Arabic Poetry in the Age of the Abbasid dynasty. The method used in writing this journal is book study method and descriptive method. According to Ahmad Ash-Syayib, Arabic poetry is spoken or written that has wazan or bahr (follow the prosody or rhythm of the old style) and qafiyah (rima end or suitability end of line / satr) as well as elements of the expression of flavor and imagination should be more dominant than prose. Poetry or syair has very important position in the Arab world. During the Abbasid dynasty poetry thrived. This is due to the support of the caliphs, the higher the value of a poem, the higher the position of the poet. Many great poets to emerge during this period, such as: Abu Tamam, Al-Mutanabbi and Al-Buhturi. Characteristics of poetry in this era is not much different than inprevious times. The cultural cauldron of Arab culture with non-Arab cultures became one of the factors that influence the poetry. In the Abbasid era poets mainly non-Arab descent introduces several new wazan that correspond to Arabic poetry. This new wazan divided into two, namely wazan converted from old wazan and foreign wazan or old buhur. At this time, there are themes of new poems, such as the theme of the cult wine, ghazal man, ascetic, syu'ubiyyah and zandaqah theme.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh paradigma militer Turki yang masih beranggapan bahwa militer masih mendominasi berbagai aspek dalam sosial politik Turki sebagaimana pada masa awal pemerintahan Republik. Kudeta lima jam membuktikan kapabilitas Erdogan yang mampu mengalahkan dominasi militer di Turki sehingga kondisi ini mengharuskan militer Turki untuk melakukan penyesuaian dengan gaya kepemimpinan dan sistem politik Erdogan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Data diperoleh melalui kajian kepustakaan terhadap berbagai media cetak dan digital seperti buku, artikel ilmiah, dan laporan mengenai dinamika militer di Turki serta berbagai perubahan kebijakan pada militer Turki pasca kudeta 2016. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah transisi demokrasi Huntington dan Strong State Francis Fukuyama. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Adaptasi militer Turki dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu Adaptasi Ideologi, Adaptasi Konstitusi dan Adaptasi Organisasi Militer (Restrukturisasi Organisasi). Pada Adaptasi Ideologi Sekuler-Kemalis di Tubuh Militer menitik beratkan pada ketegangan antara ideologi Pro Islam-Konservatif dengan ideologi Kemalist Sekuler. Pada Adaptasi konstitusi terjadi beberapa perubahan yakni melemahnya kewenangan dan keterlibatan militer dalam sistem politik di Turki, sehingga kewenangan yang diberikan terhadap militer hanya sebatas pada pertahanan negara saja. Pada Adaptasi Organisasi Militer, Erdogan mengambil kebijakan yang cukup ekstrem yaitu untuk mengembalikan konteks militer ke barak. Fenomena ini memperlihatkan bahwa terdapat peningkatan kontrol pemerintahan sipil terhadap Angkatan Bersenjata Turki pasca percobaan kudeta terjadi pada tahun 2016.

This research is motivated by the Turkish military paradigm which still thinks that the military still dominates various aspects of Turkey's social politics as in the early days of the Republican government. The five-hour coup proved Erdogan's capability to defeat military domination in Turkey, so that this condition required the Turkish military to make adjustments to Erdogan's leadership style and political system. The method used in this research is qualitative. The data was obtained through a literature review of various print and digital media such as books, scientific articles, and reports on military dynamics in Turkey as well as various policy changes to the Turkish military after the 2016 coup. The theory used in this research is Huntington's democratic transition and Francis Fukuyama's Strong State.  This study concludes that Turkey's military adaptation can be seen from three dimensions, namely Ideological Adaptation, Constitutional Adaptation and Military Organizational Adaptation (Organizational Restructuring). The Adaptation of Secular-Kemalist Ideology in the Military Body focuses on the tension between Pro-Islamic-Conservative and the Secular Kemalist. In the adaptation of the constitution, several changes occurred, namely the weakening of the authority and involvement of the military in the political system in Turkey, so that the authority given to the military was only limited to national defense. In the adaptation of the Military Organization, Erdoğan took a quite extreme policy, namely to return the military context to the barracks. This phenomenon shows that there has been an increase in the control of the civilian government over the Turkish Armed Forces after the attempted coup occurred in 2016."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Fadila
"ABSTRAK
Tesis ini mengkaji kudeta selama masa pemerintahan Necmettin Erbakan dan Recep Tayyib Erdogan, di mana hasil kedua kudeta tersebut menunjukkan kontradiksi. Penelitian ini menggambarkan secara kualitatif faktor-faktor yang memimpin kudeta dengan melihat faktor militer internal dan eksternal. Mengacu pada teori penyebab kudeta oleh Eric Nordlinger menemukan bahwa, pertama Keberhasilan atau kegagalan kudeta ditentukan oleh kondisi internal militer, semakin kuat militer internal, semakin besar kemungkinan kudeta akan berhasil. Keberhasilan kudeta terhadap Erbakan didorong oleh faktor militer internal yang kuat dan kegagalan kudeta terhadap Erdogan disebabkan oleh faktor militer internal yang lemah melalui amandemen konstitusi 1982. Jika stabilitas dan keamanan negara stabil maka peluang kudeta untuk berhasil sangat kecil. Kegagalan kudeta terhadap Erdogan adalah efek dari stabilitas dan keamanan negara yang cenderung lebih stabil dan aman daripada selama pemerintahan Erbakan yang menderita krisis ekonomi yang berkepanjangan dan masalah-masalah Kurdi yang tak berujung.

ABSTRAK
This thesis examines coups during the reign of Necmettin Erbakan and Recep Tayyib Erdogan, in which the result of those two coups show a contradiction. This study describes qualitatively the factors that led the coup by looking at internal and external military factors. Referring to the theory of the cause of coup by Eric Nordlinger found that, first The success or failure of a coup is determined by the internal condition of the military, the stronger the internal military, the more likely the coup will succeed. The success of the coup against Erbakan was driven by a strong internal military factor and the failure of the coup against Erdogan was caused by the weak internal military factor through the 1982 constitutional amendment. If the stability and security of the country is stable then the chances of coup to be succeeded are very small. The failure of the coup against Erdogan was the effect of the stability and security of the state which tended to be more stable and secure than during the Erbakan government which suffered a prolonged economic crisis and the endless Kurdish problems."
2017
S67054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Surtikanti
"Penelitian mengenai kondisi perpustakaan pada masa Kerajaan Abbasiyah merupakan penelitian sejarah yang ber_tujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi perpus_takaan sebagai lembaga pengumpul dan penyebar informasi dan ilmu pengetahuan pada masa Kerajaan Abbasiyah yang berlangsung tahun 132-656 H (750-1258 M) pada wilayah geo_grafis tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi literatur terhadap sumber-sumber primer dan sekunder yang berhubungan dengan judul penelitian. Hasil penelitian berupa gambaran mengenai kondisi lem_bags-lembaga perpustakaan yang pada saat itu dan hasil penelitan juga menunjukkan adanya ciri khas perkembangan dan karakter perpustakaan yang berkaitan dengan kondisi dan karakter masyarakat pada masa Kerajaan Abbasiyah."
1996
S15701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pernah mengalami kejayaan. Puncak kejayaan tersebut bukan dilihat dari luas wilayahnya. Namun dilihat dari kemajuan berbagai sektor. Kemajuan tersebut antara lain meliputi ranah seni, budaya, arsitektur bangunan, dan pendidikan. Semua kesuksesan tersebut diraih pada saat Dinasti Abbasiyah. Dinasti ini berbeda dengan imperiumn sebelumnya yaitu Umayah yang lebih fokus pada ekspansi wilayah dakwah. Dari Dinasti Abbasiyah, khalayak umum akan lebih paham apabila disebutkan nama-nama seperti Abu Nawas, Khalifah Harun Al-Rasyid, Baghdad, ataupun kisah 1001 Malam. Dinasti Abbasiyah lebih terbuka dibandingkan dengan Umayah. Imperium yang pemimpinnya merupakan keturunan dari Abbas ibn Abd al-Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW tersebut cenderung permisif terhadap sejumlah karya seni terutama musik. Kebijakan ini tentu sangat berbeda dengan Dinasti Umayah yang sering melarang penggunaan musik dalam segala aktifitas masyarakat. Dalam tulisan singkat dan sederhana ini dikupas tentang perkembangan seni pada masa Dinasti Abbasiyah yang merupakan salah satu indikator kemajuan Kekhalifahan Baghdad tersebut."
JKSUGM 1:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nordlinger, Eric A.
Jakarta: Rineka Cipta, 1990
322.5 NOR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>