Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73917 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferry Ivan Balto Suwanto
"Metformin merupakan obat yang memerlukan respon pasti critical use drug , sehingga termasuk obat wajib uji bioekivalensi. Uji Bioekivalensi dapat dilakukan melalui studi farmakokinetika yang memerlukan metode bioanalisis yang tervalidasi untuk penentuan kadar obat dalam plasma. Pada pelaksanaan validasi metode bioanalisis diantaranya terdapat parameter stabilitas yang dilakukan secara in vitro. Pada keadaan in vivo analit dapat dipengaruhi oleh berbagai senyawa endogen dan proses metabolisme. Analisis metformin dilakukan pada 6 subjek sehat yang mengkonsumsi tablet metformin hidroklorida 850 mg sebagai bentuk pengaplikasian in vivo metode yang telah tervalidasi. Pengambilan darah pada subjek akan dilakukan sebanyak 12 titik pada beberapa interval waktu hingga jam ke-12. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis incurred sample stability pada 6 subjek sehat pada hari ke 7, 14, dan 30 pada fase Cmax dan eliminasi. Kondisi kromatografi optimum yang digunakan adalah kolom C-18 Waters, SunfireTM 5 m; 250 x 4,6 mm , suhu kolom 40°C; fase gerak asetonitril ndash; dapar fosfat pH 7,0 40 : 60 v/v ; laju alir 1 mL/menit; detektor photodiode array pada panjang gelombang 234 nm; dan kalsium atorvastatin sebagai baku dalam. Hasil stabilitas incurred sample metformin HCl pada hari ke 7 , 14, dan 30 subjek 1 hingga subjek 6 menunjukan kestabilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011 yaitu nilai diff tidak boleh lebih dari 20. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 20,0 ndash; 5000,0 ng/mL dengan r =0,9999.

Metformin HCl is one of the biguanid drugs for diabetes mellitus DM type 2. Metformin is a drug that requires a valid response critical use drug , so it is included as a drug that required bioekivalensi test. Bioquivalence tests can be performed through pharmacokinetics studies that require validated bioanalysis methods for the determination of plasma drug levels. In the implementation of validation of bioanalytical methods, there are some stability parameters that performed in vitro. At the in vivo condition, analit can be affected by various endogenous compounds and metabolism processes. Metformin analysis was performed on 6 healthy subjects who consumed 850 mg metformin hydrochloride tablet as a form of applying validated in vivo method. Blood sampling on the subject will be done as many as 12 points at several time intervals up to the 12th hour. This study aims to analyze incurred sample stability in 6 healthy subjects on day 7th, 14th, and 30th. The optimum chromatographic conditions that used were C 18 columns Waters, SunfireTM 5 m, 250 x 4.6 mm , column temperature 40°C Acetonitrile phosphate buffer phase pH 7.0 40 60 v v Flow rate of 1 mL min Photodiode array detector at 234 nm wavelength And calcium atorvastatin as an inner standard. The results of stability of incurred samples of metformin HCl on day 7th, 14th, and 30th from subject 1 to subject 6 show stability that meets the requirement based on the EMEA Bioanalytical Guideline in 2011, that diff value cannot be more than 20 . The method that obtained is linear in the concentration range 20.0 5000.0 ng mL with r 0.9999.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S70024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faris
"Esomeprazol adalah obat golongan penghambat pompa proton dengan indikasi untuk refluks gastroesofageal. Esomeprazol tidak stabil terhadap pH, panas, kelembaban dan oksidasi, sehingga seringkali membuat esomeprazol terdegradasi pada saat penyimpanan dan dapat mempengaruhi analisis esomeprazol. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stabilitas in vivo esomeprazol dalam plasma dengan menguji incurred sample stability esomeprazol pada 6 subjek sehat di hari ke 7, 14 dan 28, pada 2 titik konsentrasi sekitar Cmax dan 1 titik pada fase eliminasi yang sebelumnya ditentukan dengan membuat profil farmakokinetika pada subjek yang diambil sampelnya setelah pemberian esomeprazol magnesium 40 mg. Kondisi kromatografi yang digunakan adalah kolom C18 Waters, SunfireTM 5 um; 250 x 4,6 mm, suhu kolom 40°C fase gerak asetonitril - dapar fosfat pH 7,6 40 : 60 v/v ; laju alir 1,00 mL/menit; detektor photodiode array pada panjang gelombang 300 nm; dan lansoprazol sebagai baku dalam. Profil farmakokinetika esomeprazol dalam sampel plasma memberikan hasil; Cmax 704,57 - 1425,85 ng/mL; tmax rata-rata 2,25 jam; AUC0-t 2444,10 ng.jam/mL. Incurred sample stability esomeprazol pada plasma 6 subjek sehat sampai hari ke-28, menunjukkan hasil yang memenuhi persyaratan berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011 dengan nilai diff tidak lebih dari 20, yaitu 11,64.

Esomeprazole is one of the proton pump inhibitor that indicated for gastroesophageal reflux. Esomeprazole is unstable against pH, heat, moisture and oxidation, which often makes esomeprazole degraded at the time of storage and may affect the analysis result. This research aims to analyse the in vivo stability of esomeprazole on subjects rsquo plasma samples by testing incurred sample stability of esomeprazole at time of day 7, 14 and 28 on 2 concentration close to Cmax and 1 on the elimination phase after being given 40 mg esomeprazole magnesium. The chromatographic condition was obtained using C18 column Waters, Sunfire trade 5 um 250 x 4.6 mm, column temperature 40°C mobile phase acetonitrile phosphate buffer pH 7.6 40 60 v v a flow rate of 1.00 mL min photodiode array detector at a wavelength of 300 nm and lansoprazole as internal standard. The esomeprazole pharmacokinetics profile in the plasma samples gave results Cmax 704.57 1425.85 ng mL tmax is 2.25 hours AUC0 t 2444 ng.h mL. The result of esomeprazoles incurred sample stability on plasma samples obtained from six healthy subjects until 28 days, shows that it fulfilled the acceptance criteria of EMEA Bioanalytical Guideline with diff value of all incurred samples were less than 20, which is 11.64.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Dara Malia
"Metformin merupakan obat yang secara luas digunakan sebagai agen hiperglikemia. Pada umumnya, biosampling metformin menggunakan teknik venipuncture. Namun dalam penelitian ini dikembangkan teknik biosampling Dried Blood Spot DBS yang memberikan lebih banyak keuntungan dibanding teknik biosampling lainnya. Metformin dilaporkan terpartisi pada eritrosit, sehingga teknik biosampling DBS dapat dipertimbangkan. Uji farmakokinetika terhadap metformin hidroklorida dengan teknik biosampling DBS menjadi yang pertama kali dilakukan. Analisis metformin dilakukan pada 6 subjek sehat yang mengkonsumsi tablet metformin hidroklorida 850 mg sebagai bentuk pengaplikasian in vivo metode yang telah tervalidasi. Pengambilan darah pada subjek akan dilakukan sebanyak 12 titik pada beberapa interval waktu hingga jam ke-12. Analisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi- photodiode array. Hasil validasi metode secara parsial menghasilkan akurasi dan presisi intra hari yang memenuhi persyaratan sesuai dengan EMEA Guidelines. Kurva kalibrasi yang linear didapat pada rentang 25-5000 ng/mL dengan r= 0,9990. Diperoleh profil farmakokinetika metformin dalam DBS 6 subjek sehat dengan rentang Cmax berkisar antara 347,3- 416,22 ng/mL. Diperoleh rata-rata tmax dan t1/2 sebesar 3 dan 2 jam secara berturut-turut, serta rata-rata AUC0-t dan AUC0- infin; 1571 dan 1621 ng/mL secara berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini dapat aplikasikan secara in vivo dengan beberapa pengembangan.

Metformin is a drug widely used as an agent of hyperglycemia. In general, metformin biosampling uses venipuncture technique. However in this research, Dried Blood Spot DBS biosampling technique is being developed because it gives more advantages compared to other biosampling techniques. Metformin is reported to be partitioned into erythrocytes, therefore DBS biosampling technique could be considered. Pharmacokinetics tests on metformin hydrochloride by DBS biosampling technique became the first performed. Further pharmacokinetic test data can be developed for bioequivalence test BE and other clinical trials. Metformin analysis was performed on 6 healthy subjects who consumed 850 mg metformin hydrochloride tablet as a form of applying in vivo validated method. Blood taking on the subjects will be taken in 12 points at several time intervals up to 12 hour. Analysis using high performance liquid chromatography photodiode array. This method validation result has met the requirements of intraday accuracy and precision in accordance with the EMEA Guidelines. The linear calibration curve was obtained in the range 25 5000 ng mL with r 0.9990. Pharmacokinetics profile of metformin was obtained in 6 healthy subjects rsquo DBS with Cmax 347.3 416,22 ng mL. The average tmax and t1 2 was on 3 and 2 hours, respectively, also the average AUC0 t and AUC0 infin was on 1571 and 1621 ng mL, respectively. These show that this method can be applied in vivo with some development.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lista Roro Marsudi
"Metformin HCl merupakan golongan biguanid yang dapat menurunkan kadar gula darah dan digunakan untuk kondisi serius, sehingga termasuk obat yang memerlukan respon pasti dan wajib uji bioekivalensi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode tervalidasi serta mengevaluasi pengaruh perbedaan jenis antikoagulan pada analisis metformin HCl dalam plasma. Kondisi kromatografi optimum menggunakan detektor photodiode array yang dideteksi pada panjang gelombang 234 nm; kolom C18 SunfireTM 5 m, 250 x 4,6 mm ; suhu 40°C; fase gerak SDS 10 mM dan dapar fosfat 10 mM dalam air - asetonitril 60:40 v/v ; pH 7,0; dan laju alir 1,0 mL/menit dengan kalsiu atorvastatin sebagai baku dalam. Ekstraksi dilakukan dengan metode pengendapan protein menggunakan plasma 300 l dan asetonitril 600 l 1:2 v/v. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 20,0 - 5000,0 ng/mL dengan r > 0,9998. Data stabilitas dan perolehan kembali metformin HCl dalam plasma dengan antikoagulan berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan p > 0,05; ANOVA , namun untuk rasio respon luas puncak menunjukkan perbedaan yang signifikan p < 0,05 yaitu antikoagulan sitrat dengan EDTA dan antikoagulan heparin dengan EDTA. Secara keseluruhan, metode analisis yang diperoleh memenuhi persyaratan validasi baik untuk penggunaan antikoagulan sitrat, heparin, maupun EDTA berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011.

Metformin HCl is one of biguanid medicine which decreasing glucose level in plasma and used for critical used drug, it includes drugs that require a definite response and a mandatory of bioequivalence test. The aim of this study is to validate the analytical method and evaluate the effect of anticoagulant types for analyzing metformin HCl in human plasma. Optimal analytical condition was obtained using photodiode array detector which was detected at wavelength of 234 nm C18 SunfireTM column 5 m, 250 x 4.6 mm , temperature 40°C the mobile phase contains 10 mM SDS and 10 mM phosphate buffer in water ndash acetonitrile 60 40 v v pH 7.0 flow rate was 1.0 mL min and using atorvastatin calcium as internal standard. The plasma extraction was carried out by protein precipitation method using human plasma 300 l and acetonitrile 600 l 1 2 v v. The method was linear at concentration range of 20.0 ndash 5000.0 ng mL with r 0.9998. Based on stability and recovery of metformin HCl in plasma, there was no significant difference ANOVA p 0.05, but it showed significant difference for peak area ratio response p 0.05 between citrate with EDTA and heparin with EDTA anticoagulants. Overall, this analytical mehod fulfill the accepteance criteria of validation based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anja Tamabri
"Esomeprazol adalah salah satu obat golongan penghambat pompa proton yang tidak stabil terhadap pH asam, panas, kelembaban dan oksidasi, sehingga seringkali membuat esomeprazol terdegradasi saat penyimpanan. Pada umumnya, teknik biosampling yang digunakan dalam studi farmakokinetik esomeprazol adalah venipuncture. Namun pada penelitian ini, teknik biosampling yang digunakan adalah Dried Blood Spot DBS yang lebih dapat menjaga stabilitas esomeprazol dan lebih nyaman bagi subjek dibandingkan teknik venipuncture. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stabilitas in vivo esomeprazol dalam sampel DBS dengan menguji Incurred Sample Stability ISS esomeprazol terhadap 6 subjek sehat pada hari ke 7, 14 dan 28. Kondisi kromatografi optimum yang digunakan adalah kolom C-18 Waters, SunfireTM 5 m; 250 x 4,6 mm, suhu kolom 40°C; fase gerak asetonitril ndash; dapar fosfat pH 7,6 40:60 v/v ; laju alir 1,00 mL/menit; detektor photodiode array pada panjang gelombang 300 nm; dan lansoprazol sebagai baku dalam. Nilai diff terbesar yang diperoleh dalam uji ISS esomeprazol pada hari ke 7, 14, dan 28, dari seluruh subjek adalah 9,81. Hasil ini memenuhi persyaratan ISS dari EMEA yaitu nilai diff tidak lebih dari 20 dan minimal 67 dari total sampel memenuhi persyaratan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan esomeprazol stabil secara in vivo dalam sampel DBS hingga hari ke 28.

Esomeprazole is one of the proton pump inhibitor that is unstable against pH, heat, moisture and oxidation, which often makes esomeprazole degraded at the time of storage. Basically, in bioequivalence test of esomeprazole, biosampling technique used is venipuncture. In this research, biosampling technique used was Dried Blood Spot DBS, which will give better stability and provide more comfort to subject than venipuncture technique. This research aimed to analyse in vivo stability of esomeprazole by testing Incurred Sample Stability ISS of esomeprazole on day 7, 14 and 28. The optimum chromatographic condition was obtained using C 18 column Waters, Sunfire trade 5 m 250 x 4.6 mm, column temperature was 40°C mobile phase was acetonitrile phosphate buffer pH7.6 40:60 v/v flow rate was 1.00 mL min photodiode array detector at a wavelength of 300 nm and lansoprazole as internal standard. The highest diff value of esomeprazoles ISS on day 7, 14, and 28 from all subjects were 8,91 that fulfilled the acceptance criteria of validation method based on EMEA, which is the diff should not be greater than 20 and 67 of total samples have to fulfill this criteria. So, the ISS result showed that esomeprazole were stable as in vivo in DBS sample until 28 days.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliya Az Zahra Nurjaman
"Asetosal sebagai obat antiplatelet mudah terhidrolisis menjadi asam salisilat setelah pemberian oral. Pemantauan asam salisilat sebagai metabolit utama dalam plasma bersama asetosal sebagai senyawa induk dapat dilakukan melalui studi farmakokinetika. Sebelum melakukan studi farmakokinetika, metode bioanalisis harus tervalidasi. Salah satu parameter validasi metode bioanalisis adalah uji stabilitas jangka panjang secara in vitro di dalam plasma. Akan tetapi, uji tersebut tidak menggambarkan kondisi stabilitas in vivo karena adanya proses metabolisme obat di dalam tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stabilitas in vivo incurred sample stability asetosal dan asam salisilat dalam plasma 6 subjek sehat pada hari ke-7, 14 dan 25 pada fase Cmax dan fase eliminasi. Analisis asetosal dan asam salisilat dilakukan terhadap 6 subjek sehat yang mengkonsumsi tablet asetosal 80 mg. Pengambilan darah subjek dilakukan sebanyak 12 titik pada beberapa interval waktu hingga jam ke-24.
Kondisi kromatografi optimum yang digunakan adalah kolom C18 Waters, Reliant ? 5 m, 250 mm x 4,6 mm ; suhu kolom 35oC; fase gerak asetonitril ?? dapar fosfat pH 2,5 35 : 65 v/v ; laju alir 1,0 mL/menit; detektor UV-Vis; panjang gelombang 230 nm; dan furosemid sebagai baku dalam. Hasil incurred sample stability untuk asetosal dan asam salisilat sampai hari ke-25 pada 6 subjek menunjukkan stabilitas yang memenuhi persyaratan EMEA bioanalytical guideline tahun 2011 yaitu nilai diff tidak lebih dari 20.

Acetosal as an antiplatelet drugs is rapidly hydrolyzed to salicylic acid after oral administration. Monitoring salicylic acid as the main metabolite in plasma together with acetosal as a parent compound can be performed through pharmacokinetics studies. Before pharmacokinetics studies, the method of bioanalysis should be validated. One of the validation parameters of the bioanalytical methods is long term stability test of in vitro in plasma. However, the analysis can t describe in vivo stability condition due to the metabolism of drugs in the body.
This study aims to analyze the in vivo stability incurred sample stability of acetosal and salicylic acid in plasma on days 7, 14 and 25 in the Cmax phase and elimination phase. Acetosal and salicylic acid analysis were performed on 6 healthy subjects who consumed 80 mg acetosal tablets. Blood sampling on the subjects will be taken in 12 points at several times for to 24 hours.
The optimum chromatographic conditions that used were C18 columns Waters, Reliant 5 m, 250 mm x 4.6 mm column temperature 35oC mobile phase was acetonitrile phosphate buffer pH 2.5 35 65 v v flow rate was 1.0 mL min UV Vis detector at wavelength of 230 nm and furosemide as internal standard. The diff values of acetosal and salicylic acid incurred sample stability until day 25 on 6 subjects not more than 20 , which fulfilled the acceptance criteria of validation method based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prastiwi Arum Sari
"Metformin HCl merupakan salah satu obat golongan biguanid untuk DM tipe 2. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara menurunkan produksi gula hepatik dan menurunkan penyerapan glukosa di usus halus. Metformin merupakan obat yang masuk dalam Daftar Obat Esensial Nasional sehingga termasuk obat wajib Uji Bioekivalensi. Uji Bioekivalensi obat harus menggunakan metode bioanalisis yang tervalidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis metformin HCl dalam sampel Dried Blood Spot DBS mulai dari pencarian kondisi kromatografi optimum, metode preparasi DBS optimum, hingga validasi metode analisis. Kondisi kromatografi optimum adalah kolom C-18 Waters, SunfireTM 5 m; 250 x 4,6 mm , suhu kolom 40 oC; fase gerak asetonitril - dapar fosfat pH 7,0 40 : 60 v/v ; laju alir 0,8 mL/menit; detektor photodiode array pada panjang gelombang 234 nm; dan atorvastatin kalsium sebagai baku dalam. Preparasi sampel menggunakan metode pengendapan protein dengan pelarut metanol 60 lalu dikeringkan menggunakan gas nitrogen pada suhu 60 oC selama 15 menit; dan direkonstitusi dengan fase gerak sebanyak 200 L. Hasil validasi terhadap metode analisis metformin HCl yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 25,0 - 5000,0 ng/mL dengan r = 0,9997.

Metformin HCl is one of biguanid medicine for treating type 2 diabetes. Metformin lowering glucose level by reduce hepatic glucose production and reduce glucose absorption in intestinal. Metformin was national essential drugs that includes mandatory drug testing bioequivalence according to Regulation Head of National Agency of Drug and Food of the Republic of Indonesia about Mandatory Drug Testing equivalences. Drug bioequivalence trials should use validated bioanalytical method. This research aimed to develop analytical methods metformin in human Dried Blood Spot DBS from optimum chromatographic conditions, the optimum DBS preparation method, until the validation of analytical methods. The optimum chromatographic condition was obtain using C 18 column Waters, Sunfire trade 5 m 250 x 4.6 mm , column temperature 40 C mobile phase acetonitrile phosphate buffer pH 7.0 40 60 v v a flow rate of 0.8 mL min photodiode array detector at a wavelength of 234 nm and atorvastatin calcium as internal standard. Sample preparation using protein precipitation with methanol 60 as solvent and then dried using nitrogen gas at 60 C for 15 minutes and reconstituted using 200 L mobile phase. The results of validation fulfilled the acceptance criteria of validation method based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011. The method was linear at concentration range of 25.0 to 5000.0 ng mL with r 0.9997.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Epin Yunanta
"Rabeprazol merupakan obat golongan penghambat pompa proton yang digunakan untuk pengobatan refluks gastroesophageal. Konsentrasinya sangat kecil dalam plasma sehingga diperlukan metode analisis yang sensitif, selektif, dan akurat. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi dan validasi metode analisis rabeprazol dalam plasma in vitro menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi UV-Vis dengan pantoprazol sebagai baku dalam. Pemisahan menggunakan kolom Kromasil® C18, 100-5, (4,6 × 250 mm, 5 μm) dengan fase gerak isokratik yang terdiri dari 50 mM natrium dihidrogen fosfat pH 7,2 - asetonitril (55:45, v/v). laju alir 0,5 mL/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 294 nm. Waktu retensi rabeprazol dan pantoprazol adalah 8,7 dan 9,8 menit dengan total waktu analisis adalah 12 menit. Sampel plasma (500 μL) diekstraksi menggunakan dietil eter-diklorometan (90:10, v/v).
Metode ini spesifik karena tidak adanya puncak pengganggu plasma pada waktu retensi analit dan baku dalam. Metode ini valid dan linear pada rentang konsentrasi 10,08 - 1008,00 ng/mL dengan LLOQ 10,0 ng/mL (n = 6, koefisien variasi (KV) = 3,16%). Nilai % diff dan koefisien variasi untuk akurasi dan presisi intra hari dan antar hari tidak lebih dari 15%. Nilai perolehan kembali absolut dari rabeprazol sebesar 76 - 87% (KV = 6,54%) dan baku dalam sebesar 74% (KV = 3,13%). Rabeprazol dalam plasma dinyatakan stabil selama minimal 1 bulan pada suhu -20°C dan -80°C, stabil selama minimal 12 jam pada suhu kamar. Rabeprazol dinyatakan stabil selama 3 siklus beku dan cair. Metode ini memenuhi kriteria penerimaan seperti pada pedoman USFDA dan bisa diaplikasikan untuk analisis rabeprazol dalam plasma in vivo.

Rabeprazole is a proton-pump inhibitor, used in gastroesophageal reflux treatment. Its concentration is very small in human plasma, so it requires a sensitive, selective, and accurate method of analysis. In this study, carried out optimization and validation of rabeprazole analysis in human plasma using high performance liquid chromatography UV-Vis using pantoprazole as internal standard. Separation was performed on Kromasil® 100-5 C18, (4.6 × 250 mm, 5μm) column with an isocratic mobile phase composed of 50 mM sodium dihydrogen phosphate pH 7.2 - acetonitrile (55:45, v/v), flow rate at 0.5 mL/min and was detected at 294 nm. Retention time of rabeprazole and pantoprazole were 8.7 and 9.8 minutes and total analytical run time was 12 minutes. Plasma sample (500 μL) was extracted with diethyl eter - dichloromethane (90:10, v/v).
The method was specific as there were no interfering peaks of human plasma eluting at the retention times of the rabeprazole and the internal standard. The method was valid and linear within the concentration ranges of 10.08-1008.00 ng/mL with LLOQ 10,0 ng/mL (n = 6, coefficient variation (CV) = 3.16%). Intra-day and inter-day accuracy and precision was not more than 15% in both % diff and coefficient of variation. Absolute recovery were 76-87% (CV = 6.54%) for rabeprazole and 74% (CV = 3.13%) for internal standard. Rabeprazole was stable in human plasma for at least 1 month at -20°C and -80°C, and for 12 h at room temperature. Rabeprazole were stable to three freeze thaw cycles. This method also fulfil the acceptance criteria following USFDA guidelines and suitable to be applied for analysis of rabeprazole in human plasma.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43652
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Afiani
"Sefiksim merupakan antibiotika sefalosporin generasi ketiga yang konsentrasinya dalam darah sangat kecil sehingga diperlukan metode analisis yang sensitif, selektif dan valid untuk analisis dalam plasma manusia. Penelitian ini dilakukan untuk optimasi kondisi analisis dan validasi metode analisis sefiksim dalam plasma. Kondisi kromatografi yang optimum untuk analisis terdiri dari kolom C18 SunfireTM (5μm, 250 x 4,6 mm) suhu 35°C; fase gerak trietilamin 2,0% pH 5,0 - asetonitril (84:16, v/v); laju alir 1,00 mL/menit; dan dideteksi pada panjang gelombang 291 nm. Sebagai baku dalam digunakan siprofloksasin hidroklorida. Proses ekstraksi plasma dilakukan dengan metode pengendap protein menggunakan metanol (1/1, v/v) kemudian dikocok dengan vorteks selama 1 menit dan disentrifugasi pada kecepata 4000 rpm selama 5 menit. Hasil metode yang diperoleh valid dan linear pada rentang konsentrasi 100,0 ? 2500,0 ng/mL dengan nilai r > 0,9956. Akurasi dan presisi intra-hari dan antar-hari memenuhi persyaratan yaitu nilai koefisien variasi ≤ 20% (LLOQ) dan ≤ 15% (sampel QC) dengan nilai perolehan kembali relatif antara 85,55% - 112,15%. Pada uji stabilitas, sefiksim stabil dalam plasma suhu -200C minimal selama 17 hari. Metode analisis yang diperoleh memenuhi persyaratan EMEA bioanalytical guideline.

Cefixime is third generation of cephalosporin antibiotic which its concentration in human plasma is very low so it requires sensitive, selective and valid method for analysis. This study aims to optimize the analytical conditions and validation for the analysis of cefixime in plasma. Optimal chromatography condition for analysis was performed using C18 SunfireTM column (5μm, 250 x 4.6 mm) temperature 35°C; the mobile phase contains a mixture of 2.0% triethylamine adjusted to pH 5.0 ? acetonitrile (84:16, v/v); flow rate of 1.00 mL/min; and detected at UV wavelength of 291 nm. Ciprofloxacin HCl was used as internal standard. Plasma extraction was done by protein precipitation method using methanol (1:1, v/v), and then be shaken with vortex for 1 minute and centrifuged at 4000 rpm for 5 minutes. The method was valid and linear at concentration range of 100.0 ? 2500.0 ng/mL with r > 0,9956. Accuracy and precision withinrun and between-run fulfill the acceptance criteria, coefficient of variation ≤ 20% (LLOQ) and ≤ 15% (QC samples) with relative recovery of cefixime in plasma were obtained between 85.55% to 112.15%. For stability study, cefixime in plasma was stable at least for 17 days when stored at -20ºC. This method fulfill the acceptance criteria based on EMEA bioanalytical guideline.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dewi Lestari
"Ambroksol HCl merupakan agen mukolitik yang cukup sering digunakan sebagai terapi gangguan respirasi yang berhubungan dengan kelebihan sekresi lendir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beyond use date (BUD) dari sirup ambroksol HCl yang beredar di pasaran berdasarkan analisis perubahan kadar sampel menggunakan instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kondisi KCKT yang digunakan adalah fase terbalik dengan kolom C18, fase gerak asetonitril - dapar fosfat 0,05 M pH 4,5 (60:40), dan laju alir 1,0 ml/menit pada panjang gelombang UV 248 nm. Waktu retensi untuk ambroksol HCl adalah 4,62 menit. Pada validasi metode, ambroksol HCl menunjukkan nilai linearitas yang baik, yaitu r = 0,99985 pada rentang 6 - 36 μg/mL. LOD dan LOQ yang diperoleh adalah 0,7415 μg/mL dan 2,2470 μg/mL. Metode ini memenuhi parameter akurasi dan presisi dengan % perolehan kembali 99,0439% hingga 100,9383% dan nilai KV<2%. Metode ini telah memenuhi persyaratan dari masing-masing parameter sesuai dengan pedoman ICH Q2 dan dapat digunakan untuk analisis kadar sirup ambroksol HCl. Penetapan BUD sampel dilakukan berdasarkan analisis perubahan kadar pada kurun waktu 5 minggu. Berdasarkan hasil ekstrapolasi regresi linier diperoleh BUD sirup ambroksol HCl adalah 83 hari untuk sampel A dan B, serta 49 hari untuk sampel C, D, dan E.

Ambroxol HCl is a mucolytic agent that is quite often used to treat respiratory disorders associated with excess mucus secretion. This study aims to determine the beyond-use date (BUD) of ambroxol HCl syrup on the market based on analysis of the decrease in drug content using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The HPLC conditions used were reversed-phase with a C18 column, mobile phase containing acetonitrile - phosphate buffer 0.05 M pH 4.5 (60:40) at a flow rate of 1.0 ml/minute using UV detection at 248 nm. The retention time for ambroxol HCl was 4.6217 minutes. In method validation, ambroxol HCl showed good linearity with r = 0.99985 in the range of 6 to 36 μg/mL. LOD and LOQ for ambroxol HCl were 0.7415 μg/mL and 2.2470 μg/mL, respectively. This method had fulfilled the parameters of accuracy and precision with % recovery from 99.0439% to 100.9383% and CV <2%. This method had fulfilled the requirements of each parameter according to the ICH Q2 guidelines and can be used for the assay of ambroxol HCl syrup. Determination of BUD samples were carried out based on the analysis of changes in levels at specified time intervals and based on the results of linear regression extrapolation, the ambroxol HCl syrup was obtained for 83 days for samples A and B, and 49 for samples C, D, and E."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>