Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190232 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emira Fajarini
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perilaku orangutan anak terhadap pengasuhan dan pembelajaran sosial dari orangutan remaja tidak berkerabat yang terjadi di Sekolah Hutan Tembak. Subjek pengamatan yang diamati yaitu dua individu orangutan borneo, Pongo pygmaeus Linnaeus, 1760 dari kelas umur anak dan remaja. Pengamatan perilaku menggunakan metode pencatatan data focal instantaneus sampling dengan interval 5 menit dan ad libitum sampling untuk perilaku sosial yang mengindikasikan pengasuhan dan pembelajaran sosial. Pengasuhan pada individu yang tidak berkerabat merupakan suatu bentuk perilaku altruisme. Orangutan remaja memenuhi peran induk dengan kebiasaan berbagi makanan, berbagi sarang, dan menunggu ketika menjelajah. Kedekatan di antara kedua subjek pengamatan memungkinkan terjadinya pembelajaran sosial. Pembelajaran sosial menyebabkan orangutan anak banyak mengimitasi perilaku orangutan remaja. Hasil penelitian didapatkan data yang setara dengan 396 jam waktu pengamatan di Kandang Sosialisasi dan Sekolah Hutan. Terdapat perbedaan signifikan Uji Friedman, P < 0,05 antara proporsi aktivitas orangutan anak ketika beraktivitas bersama dan terpisah dengan orangutan remaja. Proporsi aktivitas harian orangutan lebih menyerupai orangutan remaja ketika bersama dibandingkan ketika berpisah. Hal tersebut membuktikan bahwa jarak kedekatan memungkinkan terjadinya pengasuhan dan pembelajaran sosial yang berpengaruh pada perilaku orangutan anak.

ABSTRACT
Adoption or parental care behavior to unrelated individuals is a form of altruism. The adoption of orangutans is demonstrated by parental care habits, such as sharing food, sharing nests, and wait during travel, fulfilling the parent role to juvenile orangutan. This research was conducted to find out juvenile orangutan rsquo s behavior responses to adoption and social learning by unrelated adolescent orangutans that occurred at Tembak Forest School. In the case of social learning, the juvenile orangutan will copy or imitate the behavior of adolescent orangutan when in close proximity. The observation used focal instantaneous sampling with 5 minute interval and ad libitum sampling for recording the social behavior, social learning, and altruism data. The results of the study were equals to 396 hour observation at Socialization Cage and Forest School, both showed significant difference Friedman Test, P 0.05 between activity proportion when juvenile orangutan in close proximity and separated with the adolescent orangutan. When in close proximity, juvenile orangutan rsquo s behavior is more similar to adolescent orangutan than when separated. Close proximity between individuals enable parental care behavior and social learning that affecting juvenile orangutan rsquo s behavior."
2017
S69084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfi Atsiil Suandhy
"Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku bersarang orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) kandidat rilis di Sekolah Hutan Tembak Lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bersarang orangutan. Penelitian dilakukan menggunakan metode focal animal sampling dan All-occurrence sampling selama 2 jam per hari, dari pukul 16.30-18.30. Subjek yang digunakan adalah orangutan Kalimantan jantan dan betina sebanyak 2 individu. Penilaian kemampuan bersarang orangutan menggunakan sistem skala Likert dengan poin-poin yang sudah ditetapkan. Hasil yang diperoleh adalah persentase kemampuan kedua orangutan yang berbeda antara jantan dan betina. Orangutan jantan mendapat predikat sedang (68,05%) dalam kemampuan bersarang, sedangkan orangutan betina mendapat predikat kurang (41,67%) dalam membangun sarang. Kemampuan bersarang tidak memiliki korelasi dengan tinggi sarang yang ditampilkan, dengan nilai signifikansi sebesar 0,678 berdasarkan uji korelasi Spearman. Posisi sarang yang paling sering digunakan oleh kedua subjek penelitian adalah posisi 2. Kriteria pohon sarang adalah pohon dengan daun yang tidak berambut halus, terdapat sarang lama pada pohon, memiliki keliling diatas 1 m, dan terdapat kanopi yang cukup lebat di atasnya. Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah perlunya perubahan penilaian kemampuan bersarang yang lebih terarah pada proteksi terhadap predator dan hewan nokturnal lainnya, dibanding hanya untuk kenyamanan saja.
on nesting behavior of Bornean orangutan (Pongo pygmaeus) release candidates in Tembak Lestari Forest School has been done. The study aims to determine the nesting skill of orangutan. The research used focal animal sampling and All-occurrence sampling methods for 2 hours per day, from 16:30-18:30 from September to November 2019. The subjects were 2 Bornean orangutans consisted of 1 male and 1 female orangutan. Assessment of orangutans' nesting abilities used a Likert scale system with predetermined points. Results obtained in percentage form of two orangutans' ability that differ between male and female. Both male orangutan (68.06%) and female orangutan (63.89%) got moderate rank of nesting skill. Nesting ability didn't have a correlation with nest height, showed by the significance value of 0,678. The most common nest position used in Forest School is position 2. Criteria of orangutan's nesting trees are tree without fine haired leaves, existence of old nest in the tree, circumference of the tree is over 1 m, and presence of wide canopy. Suggestions from this research is the need for changes in the assessment of nesting abilities to be more directed for protection against predators and other nocturnal animals, rather than just for convenience."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zoya Nandina
"Orangutan dalam pusat rehabilitasi diketahui mulai menunjukkan perilaku reproduksi pada usia lebih muda dibandingkan dengan orangutan di alam liar. Nutrisi, perkandangan, dan kemampuan imitating dapat menjadi penyebab kemunculan perilaku reproduksi pada orangutan remaja yang dianggap belum matang kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemunculan perilaku reproduksi orangutan borneo, Pongo pygmaeus (Linnaeus 1760) jelang usia matang kelamin pada kandang orangutan kandidat rilis di Pusat Rehabilitasi Sintang Orangutan Center. Subjek pengamatan merupakan orangutan kandidat rilis dengan kelas usia remaja, menggunakan 2 metode yaitu scan sampling untuk mengamati perilaku sosial dan metode focal animal sampling untuk mengamati perilaku reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian 2 dari 6 individu sebagai subjek utama sudah menunjukkan perilaku reproduksi seperti genital checking, genital sniffing, genital touching, genital licking, mounting, dan masturbating. Kedua individu tersebut melakukan perilaku reproduksi sampai pada tahap kopulasi terhadap salah satu individu betina yang merupakan subjek sekunder. Pembelajaran dan imitating orangutan dewasa yang berada dalam satu kelompok sosial dengan kedua individu tersebut dianggap sebagai salah satu penyebab kemunculan perilaku reproduksi pada kedua individu tersebut.

Orangutan in the rehabilitation center has been known to exhibit reproductive behavior in the earlier age than the wild orangutan. Nutrition intake, captivity factor, and their imitating abilities may cause possibility of the immature orangutan in the term age and puberty occurrence, to unveil their reproductive behavior. The objective of this research is to identify the orangutan borneo, Pongo pygmaeus (Linnaeus 1760) reproductive behavior emergence during their puberty period, in The Rehabilitation Sintang Orangutan Center. The observation subject in this research is release candidate adolescent orangutans, taken using 2 methods: scan sampling and focal animal sampling. Scan sampling method is used to observe social behavior and focal animal sampling is used to observe reproductive behavior. From the total 6 of the main observation subjects, 2 of them has already shown reproductive behavior such as genital checking, genital sniffing, genital touching, genital licking, mounting, and masturbating. Copulation occurs in both of them against one of female secondary subject. It is suspected that the emergency of reproductive behavior for these 2 subjects is mainly caused by the learning and imitating process happened on adult social group they joined in."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozza Saputri Zulty
"ABSTRAK
Penelitian pengenalan sumber pakan dan perilaku bersarang orangutan borneo Pongo pygmaeus Linnaeus, 1760 golongan umur anak tanpa induk di Sekolah Hutan Tembak, Sintang Kalimantan Barat telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengamati pengenalan sumber pakan dan perilaku bersarang orangutan anak dalam Kandang Sosialisasi dan Sekolah Hutan Tembak. Sebanyak dua orangutan anak diamati melalui metode focal animal sampling dan ad libitum. Melalui 401 jam pengamatan, hasil penelitian yang diperoleh yaitu jenis makanan kedua orangutan anak di Kandang Sosialisasi didominasi oleh buah 76,82 , sedangkan di Sekolah Hutan Tembak didominasi oleh daun 38,32 . Perilaku bersarang kedua orangutan anak di Kandang Sosial dan Sekolah Hutan Tembak cukup baik. Kedua orangutan anak mampu membuat sarang meskipun belum sampai pada tahap penguncian sarang.

ABSTRACT
The research of explore to food sources and nesting behaviour of orphaned juvenile bornean orangutan Pongo pygmaeus Linnaeus, 1760 at Tembak Forest School, Sintang West Kalimantan has been conducted. The study aims to observe food sources exploration and nesting behaviour of juvenile orangutan in Socialization Cages and Tembak Forest School. Two juvenile orangutans were observed through focal animal sampling and ad libitum methods. With 401 hours observation, the result showed that food sources introduction at Socialization Cages of both juvenile orangutans are dominated by fruits 76,82 while at Tembak Forest School are dominated by leaves 38,32 . The nesting behaviour both of juvenile orangutans are quite good, both of juvenile orangutans are able to make nest even though it has not reached the nest locking stage."
[;, ]: 2017
S68753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leondy Tristan
"Kemampuan orangutan untuk mengenali sumber pakan alaminya merupakan salah satu syarat yang perlu dipenuhi sebelum hewan tersebut dilepasliarkan kembali dari fasilitas rehabilitasi seperti Sintang Orangutan Center (SOC). Tujuan dari pengamatan terhadap kemampuan orangutan rehabilitan dalam mengenali pakan alaminya adalah untuk menilai kelayakan individu tersebut untuk dilepasliarkan. Pengamatan dilakukan dari pukul 08.30 sampai 15.30 WIB setiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat pada bulan Januari – Maret 2024 menggunakan metode focal animal sampling dan ad libitum untuk mengamati kemampuan orangutan rehabilitan dalam mengenali sumber pakan alaminya. Individu yang diamati merupakan orangutan kandidat rilis dengan nama Awin, Kingkong, Tom, dan Oli. Aktivitas harian dan penggunaan tajuk juga digunakan sebagai data penunjang. Individu Awin mengenali 27 jenis pakan dengan preferensi berupa buah kempilik (Lithocarpus lucidus), buah bungkang (Syzygium polyanthum), dan buah kayu (Muntingia calabura). Individu Kingkong mengenali 38 jenis pakan dengan preferensi buah kempilik, buah bungkang, dan kubal (Willughbeia angustifolia). Individu Tom mengenali 39 jenis pakan dengan preferensi serit (Scleria sp.), buah leban (Vitex pinnata), dan kempilik serta semut dengan jumlah yang sama. Individu Oli mengenali 20 jenis pakan dengan preferensi daun muda entelang (Garcinia parvifolia), semut, dan rayap. Standar internasional yang digunakan sebagai syarat pelepasliaran orangutan adalah mengenali setidaknya 25 jenis makanan lokal, dan tiga dari empat individu orangutan kandidat rilis sudah memenuhi syarat tersebut. Individu Awin, Kingkong, dan Tom sudah memenuhi salah satu syarat untuk dilepasliarkan, sedangkan individu Oli masih butuh waktu lebih banyak untuk pembelajaran di sekolah hutan.

The ability of orangutans to recognize their natural food sources is one of the prerequisites for release into the wild from rehabilitation facilities like Sintang Orangutan Center (SOC). This study aims to observe the ability of rehabilitant orangutans to recognize their natural food sources and ultimately assess the suitability of said individual for release into the wild. Monitoring was conducted from 08.30 to 15.30 WIB four times a week on Mondays, Tuesdays, Thursdays, and Fridays of January through March in the year 2024 using focal animal sampling and ad libitum method to observe the ability of rehabilitant orangutans to recognize their natural food sources. Individuals used as subjects are release candidates Awin, Kingkong, Tom, and Oli. Daily activities and canopy preference were recorded as supplementary data. Awin recognized 27 kinds of food with preference for Lithocarpus lucidus, Syzygium polyanthum, and Muntingia calabura. Kingkong recognized 38 kinds of food with preference for Lithocarpus lucidus, Syzygium polyanthum, and Willughbeia angustifolia. Tom recognized 39 kinds of food with preference for Scleria sp., Vitex pinnata, and Lithocarpus lucidus as well as ants with the same eating frequency. Oli recognized 20 kinds of food with preference for Garcinia parvifolia, ants, and termites. The standard prerequisite for release into the wild used internationally stated that at minimum, the orangutan should be able to recognize at least 25 kinds of food, with at least half available year-round. Three of the four release candidates have met the requirement, with only Oli needing more time in the forest school."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putera Ikhsan
"Orangutan kalimantan yang sebelumnya dipelihara oleh manusia menunjukkan perilaku stereotipe dan tingkat agresivitas yang rendah sehingga mereka sulit untuk bertahan hidup ketika dilepasliarkan. Program rehabilitasi orangutan kalimantan bertujuan untuk mengurangi kemunculan perilaku stereotipe, pengurangan ketergantungan kepada manusia, dan mengembalikan perilaku alami orangutan kalimantan. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan menganalisis pola perilaku stereotipe dan agonistik pada orangutan kalimantan kandidat rilis di Sintang Orangutan Center. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Hutan Jerora, Sintang Orangutan Center. Pengamatan orangutan dilakukan secara instantaneous sampling dengan metode focal animal sampling. Subjek penelitian ini adalah empat orangutan kandidat rilis, yaitu Kingkong, Mongki, Tom, dan Awin. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, keempat individu menunjukkan perilaku stereotipe dan tingkatan perilaku agonistik yang berbeda. Frekuensi kemunculam perilaku stereotipe dan frekuensi interaksi perilaku agonistik di kandang lebih tinggi di bandingkan di sekolah hutan. Perilaku stereotipe yang memiliki kemunculan tertinggi adalah memantul, configure lips, melipat tangan kebelakang, dan menghisap jari. Berdasarkan hasil pengamatan perilaku agonistik, orangutan kandidat rilis menampilkan tingkatan agresivitas yang berbeda. Awin merupakan orangutan yang memiliki angresivitas tertinggi dan Mongki merupakan orangutan dengan agresivitas terendah.

Bornean orangutans previously kept by humans exhibit stereotypic behaviors and low levels of aggression, making it difficult for them to survive when released into the wild. The bornean orangutan rehabilitation program aims to reduce the occurrence of stereotypic behaviors, decrease dependency on humans, and restore natural behaviors in Bornean orangutans. A study has been conducted to analyze the patterns of stereotypic and agonistic behaviors in release candidate bornean orangutans at the Sintang Orangutan Center. This research was carried out at the Jerora Forest School, Sintang Orangutan Center. Observations of the orangutans were conducted using instantaneous sampling with the focal animal sampling method. The subjects of this study were four release candidate orangutans, that is Kingkong, Mongki, Tom, and Awin. According to the research results, the four individuals showed different levels of stereotypic and agonistic behaviors. The frequency of stereotypic behavior and the frequency of agonistic interactions were higher in the cage compared to the forest school. The stereotypic behaviors with the highest occurrence were bouncing, configuring lips, folding arms behind the back, and sucking fingers. Based on observations of agonistic behavior, the release candidate orangutans displayed different levels of aggressiveness. Awin was the orangutan with the highest aggressiveness, while Mongki had the lowest aggressiveness."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafif Mu'afa
"Perilaku pengasuhan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) menjadi gambaran adanya interaksi antara orangutan induk dan anaknya. Telah dilakukan penelitian mengenai pola perilaku pengasuhan orangutan kalimantan di Kebun Binatang Gembira Loka. Peralihan habitat dari alam ke kebun binatang dapat menyebabkan perubahan perilaku salah satunya perilaku pengasuhan. Perilaku pengasuhan menjadi bagian terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan orangutan anak. Penelitian ini bertujuan mengamati dan menganalisis pola perilaku pengasuhan orangutan kalimantan, sehingga orangutan dapat berperilaku secara alami dan orangutan anak dapat diasuh dengan baik. Subjek penelitian ini yaitu satu orangutan induk (Mony) dan satu orangutan anak (Hope). Metode yang digunakan yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pola pengasuhan yang terbentuk, yaitu breastfeeding, grooming, following, food sharing, protection, carried, playing, no food sharing, dan aggression. Perilaku pengasuhan tertinggi yaitu perilaku breastfeeding (32,60%), sedangkan perilaku terendah yaitu perilaku no food sharing dan aggression (0%). Pengaruh keberadaan pengunjung membuat perilaku pengasuhan yang muncul memiliki perbedaan, seperti ketika ramai pengunjung perilaku yang mendominasi (following), sedangkan ketika sepi pengunjung perilaku yang mendominasi (breastfeeding). Kesejahteraan orangutan kalimantan di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta termasuk ke dalam kategori sangat baik dengan nilai rata-rata 85,20. Perilaku pengasuhan yang diberikan orangutan induk sesuai dengan kondisi anaknya dimana masih usia yang belum disapih. Selain itu, terdapat pengaruh keberadaan pengunjung terhadap beberapa perilaku pengasuhan yang muncul pada orangutan kalimantan di Kebun Binatang Gembira Loka.

Parenting behavior of Bornean orangutans (Pongo pygmaeus) becomes an overview of interactions between parent orangutans and their children. A study regarding the parenting behavior of Bornean orangutans in Gembira Loka Zoo has been conducted. Habitat transition from nature to the zoo can cause changes in behavior, one of which is parenting behavior. Parenting behavior becomes the most important part of the growth and development of baby orangutans. Therefore, this study aims to observe and analyze the parenting behavior of Bornean orangutans, so that orangutans can behave naturally and baby orangutans can be well cared for. The subjects of the study were one parent orangutan (Mony) and one baby orangutan (Hope). Methods used were focal animal sampling and ad libitum sampling. Based on the results of the study, the parenting behaviors formed were breastfeeding, grooming, following, food sharing, protection, carried, playing, no food sharing, and aggression. The highest parenting behavior was breastfeeding (32,60%), while one lowest parenting behavior was no food sharing and aggression (0%). The influence of visitors made parenting behavior different. When there were many visitors, the dominating behavior was following, while when there were no visitors, the dominating behavior was breastfeeding. The welfare of Bornean orangutans in Gembira Loka Zoo, Yogyakarta is included in a very good category with an average score of 85,20. The parenting behavior given by parent orangutans is in accordance with the babies’ conditions, which are not weaned yet. Moreover, there is an influence of visitors on some parenting behavior that appear in Bornean orangutans in Gembira Loka Zoo."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikty Aprilinayati
"[ABSTRAK
Aktivitas makan merupakan aktivitas dominan yang paling banyak dilakukan oleh orangutan untuk pemenuhan kebutuhan dalam upaya bertahan hidup. Penelitian bertujuan mengetahui proporsi waktu makan dan proporsi waktu mencoba makan pada anak orangutan. Metode penelitian yang digunakan adalah instantaneus focal animal sampling dan ad libitum sampling. Anak sangat antusias mempelajari kemampuan dan keterampilan untuk bertahan hidup melalui hubungan sosial dengan induknya. Sejak usia 1 tahun anak sudah mulai peering (7,67 %) hingga usia 8 tahun (65 %). Induk merupakan penyangga anak dengan lingkungannya dan panutan yang dicontoh dalam melakukan sesuatu, khususnya perilaku makan. Proporsi waktu makan anak mandiri semakin meningkat dari 0,24 % (1 tahun) hingga 55,1 % (8 tahun) akan meningkat ke arah proporsi makan induknya. Pemilihan jenis makanan dan teknik makan anak orangutan dipengaruhi oleh karakteristik jenis makanan dan teknik yang digunakan oleh induk. Teknik makan yang paling banyak digunakan yaitu teknik dengan menggunakan mulut dan teknik kombinasi yaitu gabungan antara tangan dengan kaki. Hal tersebut dikarenakan anak orangutan selalu bersama induknya dan anak memiliki keterbatasan dalam memperoleh dan mengolah jenis makanan yang sulit dikonsumsi. Toleransi induk juga berperan penting dalam proses kemandirian anaknya, melalui makan bersama pada satu pohon yang sama, transfer makanan dan memberikan makanan yang sulit didapat maupun sulit diproses ketika anak meminta darinya. Selain itu, anak orangutan juga berusaha untuk meningkatkan keterampilannya dengan mencoba mengolah (try feeding) dan terlihat ketika anak orangutan baru mulai mengonsumsi kulit kayu pada usia 4 - 5 tahun dengan tingkat kesulitan tinggi.

ABSTRACT
Feeding activity is the most dominant activity of orangutans to fulfil their needs in an effort to survive. The research aims to know the proportions of feeding time and try feeding in immature orangutans. Research method used was instantaneus focal animal sampling and ad libitum sampling. Immatures orangutan are very antusiastic about learning abilities and skills to survive through social interaction with mother. Since the age of 1 year old (7,67%) infant have started try feeding until the age of 8 years old (65%). Orangutan mother is child?s buffer with its environment ad role model, in particular the eating behavior. As dependent offsprings getting older, their feeding activity proportion increased to their mothers level from 0,24 % (1 year old) until 55,1% (8 years old). Dependent offspring rely on social interactions with their mother to acquire information about the food type, feeding behaviour, and feeding techniques. Dependent offspring always with their mother to obtain the food that is difficult to consume because mother always tolerance to help and give the food when the dependent offspring beg for food. Try feeding enhances the ability to consume bark since 4 -5 years old, bark is really difficult to get and to process., Feeding activity is the most dominant activity of orangutans to fulfil their
needs in an effort to survive. The research aims to know the proportions of
feeding time and try feeding in immature orangutans. Research method used was
instantaneus focal animal sampling and ad libitum sampling. Immatures
orangutan are very antusiastic about learning abilities and skills to survive through
social interaction with mother. Since the age of 1 year old (7,67%) infant have
started try feeding until the age of 8 years old (65%). Orangutan moter is child’s
buffer with its environment ad role model, in particular the eating behaviuor. As
dependent offsprings getting older, their feeding activity proportion increased to
their mothers level from 0,24 (1 year old) until 55,1% (8 years old). Dependent
offspring rely on social interactions with their mother to acquire information
about the food type, feeding behaviour, and feeding techniques. Dependent
offspring always with their mother to obtain the food that is difficult to consume
because mother always tolerance to help and give the food when the dependent
offspring beg for food. Try feeding enhances the ability to consume bark since 4 -
5 years old, bark is really difficult to get and to process]"
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tomi Ariyanto
"Sebagai penetap, orangutan betina hampir menghabiskan seluruh waktu hidupnya pada area yang sama. Beberapa bukti dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa area jelajah orangutan betina stabil dari tahun ke tahun. Sebagai respon dari kelangkaan tumbuhan buah, orangutan betina mungkin dapat merubah pemanfatan ruang mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi area jelajah dan ukuran pemanfaatan ruang dari orangutan betina yang dibandingkan antar periode kelimpahan dan kelangkaan buah. Secara lebih jauh faktor yang menentukan pola ketersediaan tumbuhan berbuah juga diidentifikasi dalam penelitian ini.
Penelitian dilaksanakan selama 12 bulan (November 2012-Oktober 2013) di Stasiun Penelitian Tuanan Kalimantan Tengah. Metode fruit trail digunakan untuk mengestimasi kelimpahan tumbuhan berbuah dalam 9 transek dan total panjang transek sebesar 28 Km. Model interpolasi Kringing digunakan untuk mengkuantifikasi dan menentukan area yang produktif menghasilkan buah. Bulan November diidentifikasi sebagai masa puncak kelimpahan tumbuhan berbuah sedangkan bulan terendah terjadi di Juni. Perbandingan kelimpahan tumbuhan berbuah pada tingkat spesies dianalisis dengan uji Kruskall-Walis menunjukkan 10 spesies yang mendominasi tumbuhan berbuah. Akar kamunda (Leuchoplaos callicarpus) adalah spesies dengan kelimpahan tertinggi. Area yang produktif menghasilkan buah yang dihasilkan dari uji interpolasi Kriging menunjukkan korelasi dengan kelimpahan tumbuhan berbuah.
Hasil ini mengindikasikan bahwa wilayah yang produktif berubah dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh beberapa faktor spasial dan temporal. Berdasarkan model analisis regresi berganda, kelimpahan tumbuhan berbuah dipengaruhi oleh kedalaman gambut, jarak dari sungai dan curah hujan. Model terbaik yang dihasilkan dari analisis tersebut adalah y = -2, 39 + (0,24) curah hujan + (-0,12) jarak dari sungai + (-0,38) kedalaman gambut. Tetapi koefisien determinasi dari model ini hanya sebesar 21%, yang menunjukkan bahwa masih banyak faktor yang memengaruhi variasi kelimpahan tumbuhan berbuah. Metode focal animal sampling digunakan untuk menentukan pemanfaatan ruang pada orangutan betina. Sampling dilakukan pada empat betina yang paling terhabituasi di area ini. Pemanfaatan ruang dari keempat betina tersebut menunjukkan bahwa area yang dihuni sebesar 302,99 Ha atau 24,25% dari luas area penelitian. Luas daerah jelajah dari masing-masing betina tersebut bervariasi dari 91,9 ha hingga 185,17 Ha. Ukuran jelajah terkecil berasal dari betina tertua (Jinak) sementara daerah jelajah terluas adalah betina termuda (Juni).
Analisis dengan uji Kruskal-Wallis menunjukkan perbedaan yang signifikan ukuran daerah jelajah dari masing-masing individu. Perbandingan ukuran daerah jelajah antar periode kelimpahan tumbuhan berbuah tidak berbeda signifikan. Sedangkan perbandingan area jelajah yang tumpang tindih diantara individu antar periode kelimpahan tumbuhan berbuah menunjukkan bahwa area tumpang tindih akan menurun pada periode kelangkaan buah begitu juga sebaliknya. Hasil ini mengindikasikan bahwa respon orangutan betina terhadap fluktuasi kelimpahan tumbuhan berbuah terjadi pada perubahan daerah tumpang tindih untuk mengurangi kompetisi.

As the resident, female orangutan spent their entirely lifetime in the same area. Some evidence from previously research has showed the ranging of female orangutan is stable over the years. As the response of fruit scarcity, the female orangutan may changed their space utilization. The aim of this study is to identify the ranging area and size of female orangutan compared between fruit abundance and fruit scarcity periods. Furthermore the factor that determine of fruiting trees availability pattern also identified by this research.
Research was conducted over 12 months (November 2012- October 2013) at Tuanan Research Station Central Kalimantan. Fruit trail method was used to estimates the abundance of fruiting trees within 9 transects and 28 Km total transect lenght. Kriging interpolation model was used to quantification and determine of productive area. November was identified as the peak of fruiting trees abundance while June is lowest month. The fruiting trees abundance comparison within species by Kruskall-Wallis test showed 10 species that dominated the fruiting trees. Akar kamunda (Leuchoplaos callicarpus) is the species with highest abundance. The fruit productive area was resulted by Kriging interpolation model showed correlation with fruiting abundance.
This result indicated that fruit productive area was changed over time and influenced by some spatial and temporal factor. Based on the multiple regression analysis models, the fruiting trees abundance is influenced by peat depth, distance from river and rainfall rate. The best models resulted by multiple regression is combination between three those factor with model y = -2, 39 + (0,24) rain fall + (-0,12) distance from river + (-0,38) peat depth. But with coefficient determination of this models 21%, its showed there are many other factor influenced variation of fruiting trees abundance. The focal animal sampling method was used to determine the space utilization of female orangutan. The sampling from four most habituated female in his area. The space utilization of those female showed that 302,99 ha area was occupied or 24,25% of study area. The ranging size of those female is vary from 91,9 to 185,17 ha. The lowest ranging size is from oldest female (Jinak) while the highest ranging size is from youngest female (Juni).
Analysis with Kruskall-wallis test showed no significant difference of ranging size within individual. The comparison of ranging size between fruit availability period also showed no significant difference. The comparison of overlapping areas within individual between two fruit availability periods showed that the overlapping area will decrease in the fruit scarcity period and vice versa. This result indicated as the response for fluctuation of fruit availability, the female orangutan will changing the overlapping area for reduce their competition.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T45530
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wastoni
"Orangutan (Pongo pygmaeus) merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, yang
sekarang berdistribusi secara endemik di pulau Sumatera dan Borneo. Perubahan lahan akibat
penebangan hutan, konversi lahan dan kebakaran hutan, secara langsung berdampak merugikan
terhadap habitatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wilayah kesesuaian habitat
orangutan (Pongo pygmaeus) di kawasan konservasi Cakra Estate PT. REA Kaltim Plantations
di Kalimantan Timur. Variabel kesesuaian wilayah yang digunakan meliputi ketersediaan pakan
orangutan, ketersediaan air, dan bentuk medan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif secara keruangan (spatial) untuk mendapatkan wilayah kesesuaian dan analisis
korelasi dengan menggunakan metode chi-square dengan mengkorelasikan sebaran sarang
sebagai indikator keberadaan orangutan dengan ketersediaan pakan orangutan, ketersediaan air,
dan bentuk medan. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa kawasan yang sesuai sebagai habitat
orangutan berada pada ketinggian 40-50 mdpl dengan kelerengan 5-8 % dan variabel yang paling
berpengaruh adalah ketersediaan pakan dengan tingkat korelasi sebesar 0,459."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34072
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>