Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
hapus3
"Penyakit infeksi bakteri memiliki prevalensi yang tinggi di negara berkembang. Selain obat-obatan kimia sintesis, herbal menjadi salah satu pilihan. Skrining aktivitas antimikroba ekstrak metanol kulit buah dan ekstrak metanol daun Garcinia latissma telah dilakukan dan memberikan efek hambat terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis. Penelitan ini bertujuan untuk menguji aktivitas antimikroba fraksi-fraksi dari eksrak metanol buah dan ekstrak metanol daun Garcinia latissima terhadap Bacillus subtilis. Metode yang digunakan adalah uji zona hambat menggunakan cakram kertas, uji konsentrasi hambat minimal KHM mikrodilusi, dan uji bioautografi kontak. Hasil yang diperoleh menunjukkan kedua ekstrak memiliki fraksi yang potensial sebagai antimikroba. Pada uji zona hambat dan uji KHM, hasil menunjukkan fraksi yang paling potensial adalah fraksi yang cenderung bersifat semipolar. Hal itu ditunjukkan dengan diameter zona yang paling lebar yaitu 0,82 cm untuk buah; 0,89 cm untuk daun dan angka KHM mikrodilusi yang paling rendah yaitu 312,5 ppm untuk buah dan daun. Pada uji bioautografi fraksi-fraksi ekstrak metanol buah, hasil pengamatan menunjukkan bahwa bercak yang menghasilkan zona hambat paling jelas ditunjukkan oleh fraksi A dengan Rf = 0-0,157; fraksi B dengan Rf = 0,114 dan 0,686; fraksi C dengan Rf = 0,257 dan 0,528; fraksi D dengan Rf = 0-0,214; dan fraksi E dengan Rf = 0-0,186. Sedangkan pada fraksi-fraksi ekstrak metanol daun, hasil pengamatan menunjukkan bahwa zona hambat paling jelas ditunjukkan oleh fraksi B dengan Rf = 0,443 dan 0,557; fraksi C dengan Rf = 0,729; fraksi D dengan Rf = 0,586 dan 0,471; dan fraksi E dengan Rf = 0,686.

In developing country, bacterial infection disease has a high prevalence. Aside from synthesis chemical drugs, herbs can be also chosen as an option. Antimicrobial activity screening of fruits methanol extract and leaves methanol extract of Garcinia latissima had been tested and showed the growth inhibition effect against Bacillus subtilis. This study aimed to examine the fractions of fruits methanol extract and leaves methanol extract of Garcinia latissima which showed the antimicrobial activity against Bacillus subtilis. The methods used were inhibitory zone test with paper disk method, minimum inhibitory concentration MIC with microdilution method, and bioautography test with contact method. Results showed that both extracts contained potential fractions as antimicrobial agents. The inhibitory zone test and MIC test showed the most potential fractions were the fractions with semi polar properties. It was shown by the widest diameter data inhibitory zone test which resulted were 0.82 cm for fruits extract fractions 0.89 cm for leaves extract fractions and the lowest MIC numbers were 312,5 ppm for both fruits and leaves extract fractions. Through bioautography test, fruits methanol extract fractions resulted the best inhibitory zones were shown by the observation data of fraction A, Rf value 0 0,157 fraction B, Rf value 0,114 and 0,686 fraction C, Rf value 0,257 and 0,528 fraction D, Rf value 0 0,214 and fraction E, Rf value 0 0,186. The leaves methanol extract fractions resulted the best inhibitory zones were shown by the observation data of fraction B, Rf value 0,443 and 0,557 fraction C, Rf value 0,729 fraction D, Rf value 0,586 and 0,471 and fraction E, Rf value 0,686."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ageng Tri Lestari
"Munculnya penyakit infeksi baru dan peningkatan resistensi bakteri menimbulkan keharusan untuk menemukan antimikroba baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi antimikroba fraksi-fraksi ekstrak etil asetat buah Garcinia latissima Miq. tanaman obat tradisional dari Indonesia. Aktivitas antimikroba ditentukan menggunakan metode zona hambat metode difusi cakram kertas, metode mikrodilusi secara kolorimetri, dan bioautografi kontak terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633. Hasil dari metode zona hambat menunjukkan bahwa terdapat 14 fraksi yang dapat menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis pada konsentrasi 20 mg/mL. Berdasarkan metode mikrodilusi secara kolorimetri, fraksi O, S, H, dan T memiliki nilai KHM.

The emergence of new infectious diseases and the increase in bacterial resistance have created the necessity for development of new antimicrobials. The objective of this study was to evaluate the antimicrobial potentials of fractions from Garcinia latissima Miq. an ethnomedicinal plant from Indonesia fruits ethyl acetate extract. The antimicrobial activity was determined using agar disc diffusion method, colorimetric broth microdilution method, and contact bioautography against Bacillus subtilis ATCC 6633. The results from the disc diffusion method showed that 14 out of 22 fractions could inhibit the growth of Bacillus subtilis at a concentration of 20 mg mL. Based on a colorimetric broth microdilution method, the MIC values of O, S, H, and T fractions were"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwana
"Permasalahan resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terus meningkat dan menjadi penyebab utama kegagalan pengobatan infeksi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa berbagai senyawa yang diperoleh dari tanaman, berpotensi sebagai antimikroba baru. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antimikroba dari fraksi-fraksi ekstrak etil asetat buah Garcinia latissima terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 . Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya aktivitas antimikroba pada ekstrak etil asetat buah Garcinia latissima terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan menggunakan metode difusi cakram kertas, metode mikrodilusi dengan MTT, dan bioautografi kontak. Dari 22 fraksi, terdapat 14 fraksi yang menunjukkan adanya zona hambatan. Mikrodilusi dengan MTT digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimal. Seluruh fraksi diujikan dari rentang konsentrasi 5000 ?g/mL hingga 78 ?g/mL. Terdapat 9 fraksi yang memiliki nilai KHM dalam rentang tersebut, sedangkan fraksi lainnya memiliki nilai KHM lebih dari 5000 ?g/mL. Bioautografi kontak kemudian diujikan terhadap 14 fraksi aktif. Fraksi-fraksi aktif ekstrak etil asetat buah Garcinia latissima dianggap memiliki aktivitas antimikroba yang lemah terhadap Pseudomonas aeruginosa berdasarkan nilai KHM yang dimilikinya. Adapun fraksi yang cukup kuat dari seluruh fraksi yang diujikan adalah fraksi J dan fraksi V.

Antibiotic resistance is an increasing public health problem and a major cause of infection treatment failure. Many studies showed that chemical compounds in plants, can potentially be a source of new antimicrobial. The aim of this study was to assess the antimicrobial activity of the fractions of ethyl acetate extract of Garcinia latissima fruit against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 . This study was based on a previous research that reported antimicrobial activity of the ethyl acetate extract of Garcinia latissima fruit against Pseudomonas aeruginosa. Antimicrobial activity of fractions were tested using disc diffusion method, MTT microdilution assay, and contact bioautography. Fourteen out of 22 fractions showed zones of inhibition. MTT microdilution assay was used to determine minimum inhibitory concentrations. All fractions were tested from concentrations ranging from 5000 g mL to 78 g mL. There are 9 fractions that have MIC values in that range, while other fractions have MIC value more than 5000 g mL. Contact bioautography were then used to test 14 active fractions. The active fractions of ethyl acetate extract of Garcinia latissima fruit are considered to have weak antimicrobial activity against Pseudomonas aeruginosa based on their MIC value. The most potent fractions of all tested fractions were fraction J and fraction V."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ma`ulfi Hanif
"Sebagian besar bakteri patogen telah mengalami resistensi terhadap antibiotik yang sudah ada. Hal ini memicu penelitian lebih lanjut mengenai penemuan antibiotik baru, termasuk dari bahan tanaman. Skrining awal telah dilakukan mengenai daya antibakteri dari tanaman Garcinia latissima dan didapatkan ekstrak metanol dan etil asetat dari tanaman tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya antibakteri dan memperoleh konsentrasi hambat minimal dari ekstrak metanol buah, kulit batang dan daun, serta ekstrak etil asetat buah dan daun tanaman G. latissima terhadap bakteri B. subtilis. Pengujian daya antibakteri ini dilakukan dengan uji konsentrasi hambat minimal dengan metode mikrodilusi dan uji bioautografi kontak.
Hasil menunjukkan bahwa nilai konsentrasi hambat minimal KHM dari ekstrak metanol buah, kulit batang dan daun terhadap bakteri B. subtilis adalah 1.250 g/mL, 4.000 g/mL dan 10.000 g/mL. Pada ekstrak etil asetat daun dan buah menunjukkan nilai KHM sebesar 3.500 g/mL dan 2.500 g/mL terhadap B. subtilis. Hasil uji bioautografi kontak mengindikasikan keberadaan senyawa dengan daya antibakteri, yaitu senyawa yang dikategorikan bersifat polar pada semua ekstrak metanol dan etil asetat, senyawa bersifat semi polar pada semua ekstrak etil asetat dan metanol daun dan senyawa bersifat non polar pada ekstrak etil asetat daun tanaman G. latissima terhadap B. subtilis.

Almost of the bacterial pathogens get resistance to the common antibiotics. This problem triggered further research on the discovery of new antibiotics, including from plant material. The initial screening had been conducted regarding the antibacterial activity of Garcinia latissima plant and obtained that methanol and ethyl acetate extracts of this plant can inhibit the growth of Bacillus subtilis. This research aimed to test the antibacterial activity and obtain the minimum inhibitory concentration of the methanol extracts of the fruit, stem bark and leaves, with ethyl acetate extracts of fruit and leaves of the G. latissima plant against B. subtilis. The antibacterial susceptibility test was conducted by performing microdilution and contact bioautography methods.
The result showed that the minimum inhibitory concentration MIC value of methanol extract of fruit, stem bark and leaves against B. subtilis are 1.250 g mL, 4.000 g mL and 10.000 g mL, respectively. Whereas, ethyl acetate extract of leaves and fruit showed MIC value 3.500 g mL and 2.500 g mL against B. subtilis. The result of contact bioautography test indicates the presence of antibacterial compounds, there are polar compounds in methanol and ethyl acetate extracts, while semi polar compounds in ethyl acetate extracts and methanol extract of leaves and non polar compound in ethyl acetate extract of leaves of the G. latissima plant against B. subtilis.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Rut Juliany
"Penyakit akibat infeksi merupakan penyebab tertinggi kedua kematian di dunia. Untuk mengatasi infeksi bakteri diperlukan antibiotik, namun pada kenyataannya saat ini resistensi terhadap antibiotik menjadi masalah yang serius. Skrining aktivitas antimikroba ekstrak metanol kulit batang Garcinia latissma telah dilakukan pada penelitian sebelumnya dan memberikan efek hambat terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis. Penelitan ini bertujuan untuk menguji fraksi-fraksi dari ekstrak metanol kulit batang Garcinia latissima yang menunjukkan aktivitas antimikroba paling aktif terhadap Bacillus subtilis. Uji difusi zona hambat menggunakan kertas disk dilakukan dan diikuti oleh mikrodilusi konsentrasi hambat minimum (KHM), serta uji bioautografi dengan metode kontak. Hasil yang diperoleh menunjukkan fraksi-fraksi ekstrak metanol kulit batang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis. Uji zona hambat dan uji KHM menunjukkan bahwa fraksi yang paling potensial adalah fraksi semipolar dengan diameter zona hambat yang paling lebar adalah 0,78 dan nilai KHM yang paling rendah adalah 2500 ppm. Pada uji bioautografi fraksi-fraksi ekstrak metanol kulit batang, hasil pengamatan menunjukkan bahwa bercak yang menghasilkan zona hambat paling jelas ditunjukkan oleh fraksi E dengan Rf = 0,58 dan 0,60; fraksi F dengan Rf = 0,50; 0,51 dan 0,61; fraksi G dengan Rf = 0,60 dan fraksi H dengan Rf = 0,50. Adapun fraksi yang paling potensial dari seluruh fraksi adalah fraksi G.

Infectious diseases are the second largest death causes in the world. Antibiotic is crucial in treating infectious diseases. However, the resistances of bacteria towards existing antibiotics requires more study in finding alternative drugs which potentially work as antibiotics. Antimicrobial activity screening of stem bark methanol extract of Garcinia latissima had been carried out previously and showed growth inhibition effect against Bacillus subtilis. This study aimed to examine the fractions of stem bark methanol extract of Garcinia latissima which showed the most active antimicrobial activity against Bacillus subtilis. The inhibitory zone diffusion assay using paper disk was conducted and followed by microdilution minimum inhibitory concentration (MIC), as well as bioautography test with contact method. In this study, the fractions of stem bark methanol extract exhibited antibacterial activity against Bacillus subtilis. The inhibitory zone test and MIC test showed the most potential fraction is semipolar fraction, with widest inhibitory zone was 0,78 cm and lowest MIC value was 2500 ppm. The result of bioautography test of the fractions showed that the best inhibitory activity was shown by fraction E, Rf value = 0,58 and 0,60; followed by fraction F, Rf value = 0,50; 0,51; and 0,61 and fraction G, Rf value = 0,60 and also fraction H, Rf value = 0,50. The most potential fraction of all tested fractions was fraction G."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriantika Sari
"Adanya penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan adanya resistensi obat, mengaharuskan untuk penemuan obat baru selain obat sintetis, yaitu obat tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa fraksi-fraksi ekstrak etil asetat daun dari Garcinia latissima Miq mempunyai aktivitas sebagai antibakteri. Aktivitas antibakteri ini diuji dengan menggunakan metode zona hambat metode cakram kertas , dan metode bioautografi bioautografi kontak terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633. Berdasarkan uji dengan metode zona hambat, dihasilkan bahwa 6 fraksi etil asetat daun Garcinia latissima Miq menunjukkan penghambatan pada pertumbuhan Bacillus subtilis dengan konsentrasi 20 mg/mL.
Pada uji bioautografi dengan bioautografi kontak, dari keenam fraksi, menunjukkan 4 fraksi aktif yang menimbulkan zona hambat pada konsentrasi 200 mg/mL dengan menggunakan eluen optimum n-heksana, etil asetat pada perbandingan yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan fraksi etil asetat daun Garcinia latissima Miq yang cenderung bersifat semipolar mempunyai aktivitas antibakteri sebagai agen terapeutik yang signifikan dari Garcinia latissima Miq. terutama terhadap bakteri Bacillus subtilis.

Infection diseases caused by bacterial and drug resistances have lead to new drug discovery attempts besides synthetic drug, that is traditional medicine. The aim of this research is to prove that fractions of ethyl acetat from leaf Garcinia latissima Miq possess anti bacterial agents factor. This anti bacterial factor was tested by using zone inhibition by performing assay method disc diffusion , and bioautography method bioautography contact against Bacillus subtilis ATCC 6633. According to the zone inhibition method 6 fractions of etyhl acetat extract of Garcinia latissima Miq showed growth inhibition on Bacillus subtilis at concetration of 20 mg mL.
Result of bioautography contact showed that four out of six fractions were active and show inhibiton againts tested bacteria by 200 mg mL employing optimum n hexane as mobile phase. This research result showed that fractions of ethyl acetat Garcinia latissima Miq leaf which tend to be semi polar possesses anti bacterial factors which can be developed as significant terapeutic agent from Garcinia latissima Miq, mainly to bacterial Bacillus subtilis.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmawan Putra
"Latar belakang: Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia. Dari sekian banyak penyakit infeksi, diare merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas tinggi untuk semua usia di Asia Tenggara. Pengobatan diare dilakukan dengan pemberian antibiotik. Namun, saat ini resistensi mikroba terhadap antibiotik semakin meningkat. Oleh karenanya perlu dikembangkan pengobatan alternatif memanfaatkan bahan aktif yang terkandung dalam tanaman (bahan alam). Salah satunya adalah pemanfaatn kulit buah manggis.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi experimental dengan 7 perlakuan yaitu kontrol negatif (aquades), kontrol positif (antibiotik tetrasiklin), ekstraksi dalam berbagai macam pengenceran dan besar sampel setiap perlakuan adalah 4. Aktivitas antibakteri dilihat dengan pengukuran zona hambat atau diameter pada agar yang mengandung bakteri Escherichia coli. Data akan dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis kemudian akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
Hasil: Uji hipotesis memperlihatkan nilai signifikansi p=0,000 dan pada uji Mann-Whitney terdapat perbedaan bermakna p<0,05 pada perbandingan antara antibiotik tetrasiklin dibandingkan dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis pada berbagai pengenceran. Hal ini juga dapat dilihat pada perbandingan antara aquades dengan ekstrak kulit buah manggis pada pengenceran 10x dengan nilai p=0,13 (p>0,05) yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna. Sedangkan antara aquades dan ekstrak kulit buah manggis pada pengenceran lainnya tidak terdapat perbedaan bermakna.
Simpulan: Ekstraksi kulit buah manggis pada pengenceran 10x mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli atau mempunyai aktivitas antimikroba.

Background: Infectious diseases are still tops the cause of health problems in developing countries, including Indonesia. Of the many infectious diseases, diarrhea is the cause of high morbidity and mortality for all ages in Southeast Asia. Diarrhea treatment is done with antibiotics. However, the current microbial resistance to antibiotics is increasing. Therefore necessary to develop alternative treatments utilizing the active ingredient contained in the plant (natural materials). One is the utilization of mangosteen rind.
Method: This study uses an experimental study with 7 treatment that negative control (distilled water), positive control (tetracycline antibiotic), extraction in a large variety of sample dilution and each treatment was 4. Antibacterial activity seen with inhibition zone measurement or diameter on agar containing the bacteria Escherichia coli. The data will be analyzed with the Kruskal-Wallis test will then be followed by the Mann-Whitney test.
Result: Hypothesis test showed a significance value p = 0.000 and the Mann-Whitney test significant difference p <0.05 in comparison between tetracycline antibiotics compared with distilled water and mangosteen peel extract at various dilutions. It can also be seen in the comparison between the distilled water with mangosteen peel extract at 10x dilution with p = 0.13 (p> 0.05), which showed significant difference. While between distilled water and mangosteen peel extract on other dilution is not significantly different.
Conclusion: Extraction of mangosteen rind at 10x dilution capable of inhibiting the growth of bacteria Escherichia coli or having antimicrobial activity.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nur Sa`adah
"Tanaman dari marga Garcinia adalah tanaman yang dikenal sebagai tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan. Telah banyak dilakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan dari beberapa marga Garcinia, namun belum ditemukan literatur mengenai aktivitas antioksidan dari tanaman Garcinia latissima Miq. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antioksidan secara in vitro terhadap ekstrak dan fraksi teraktif dari daun Garcinia latissima Miq. dengan metode DPPH 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 516 nm, dan dengan metode FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power dengan menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 593 nm. Ekstrak heksan, etil asetat, dan metanol pada konsentrasi 100 ?g/mL berturut-turut memiliki nilai inhibisi 12,25, 86,91, dan 85,16 . Ekstrak etil asetat menunjukan aktivitas antioksidan tertinggi, dengan nilai IC50 6,5526 ?g/mL. Ekstrak etil kemudian dilakukan fraksinasi dengan kromatografi kolom hingga didapatkan sebelas fraksi. Dari kesebelas fraksi, fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi adalah fraksi G, yang memiliki nilai IC50 6,5526 ?g/mL dan nilai FeEAC 859,55 ?mol/g. Hasil identifikasi pada fraksi teraktif menunjukan bahwa pada fraksi teraktif G mengandung senyawa golongan antron dan flavonoid.

Plants from genus Garcinia are known to have antioxidant activity. Many research have been conducted to explore the antioxidant activity of some plants from genus Garcinia, but no research have been found about the antioxidant activity of Garcinia latissima Miq. The purpose of this research was to explore the in vitro antioxidant activity from the extract and fraction with the highest antioxidant activity from the leaves of Garcinia latissima Miq. by DPPH 2,2 diphenyl 1 picrylhydrazyl method using spectrophotometry UV Vis at 516 nm, and FRAP Ferric Reduction Antioxidant Power method using microplate reader at 593 nm. Hexane, ethyl acetate, and methanol extract at 100 g mL shows inhibition 12.25, 86.91, and 85.16 , respectively. The ethyl acetate extract showed the highest antioxidant activity, with IC50 value was 6.5526 g mL. The Ethyl acetate extract then was subjected to fractionation by column chromatography and give eleven fractions. Fraction G showed the highest antioxidant activity, with IC50 value was 6.4377 g mL and the FeEAC value was 859.55 mol g. The chemical identification of fraction G showed the positive result for antrhone and flavonoid."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuko Olivia
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan dan menganalisa aktivitas antimikroba pada ekstrak etanol dari biji dan buah Jeruk Bali (Citrus maxima) dibandingkan dengan ekstrak etanol dari biji dan buah grapefruit (Citrus paradisi). Ekstrak etanol dari Jeruk Bali dan grapefruit diselidiki untuk aktivitas antimikroba terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans. Efek antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar. Aktivitas antimikroba dibandingkan dengan aktivitas antibiotik spektrum luas sebagai kontrol positif. Meskipun kedua ekstrak etanol tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans, ekstrak etanol dari pomelo yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil positif dengan efek mematikan pada Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan zona inhibisi dari 22 - 30 mm, dan lebih unggul dari ekstrak etanol grapefruit (17-25 mm). Ekstrak etanol dari Jeruk Bali memiliki efek antimikroba yang baik, dan dapat dipakai sebagai alternatif dari pengawet alami untuk kosmetik.

The purpose of this study is to formulate and analyze the antimicrobial activity of ethanolic extract of Indonesian pomelo (Citrus maxima) seeds and pulp compared to the grapefruit (Citrus paradisi) seeds and pulp ethanolic extract. Ethanolic extracts of pomelo and grapefruit seeds and pulp were investigated for activity against Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Candida albicans. The level of antimicrobial effects was established using agar diffusion method. Their antibacterial and antifungal activity was compared to the activity of broad spectrum antibiotic as a control. Although both of the ethanolic did not show any antimicrobial activity against Candida albicans, the ethanolic extract of pomelo seeds and pulp used in this research gave positive results with lethal effect on Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus and Escherichia coli with zones of inhibition ranging from 22 – 30 mm in diameter, which is more superior to grapefruit seeds and pulp ethanolic extract (17 – 25 mm). Ethanolic extract of pomelo seeds and pulp has a good antimicrobial effect, which makes it a good natural preparation for use as an alternative preservative for cosmetic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianto Dwikaguri
"Kekhawatiran akan resistensi bakteri terhadap antibiotika semakin berkembang di dunia kesehatan. Untuk itu diperlukan metode terapi inovatif dalam mengatasi hal tersebut. Bakteriosin, yaitu suatu peptida antimikroba diproduksi oleh bakteri, termasuk bakteri asam laktat (BAL) yang telah diketahui mampu menghambat bakteri lain. Lysotaphin, yaitu bakteriosin yang dihasilkan oleh Staphylococcus dan Nisin yang dihasilkan oleh Lactococcus, masing-masing terbukti memiliki kerja sinergis terhadap antibiotik Polimiksin dan enzim Endolisin dari bakteriofage. Weissella confusa MBF8-1 termasuk galur BAL yang diketahui menghasilkan Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). Untuk pengembangan bakteriosin sebagai komplemen antibiotik, penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas bakteriosin dari W. confusa MBF8-1 sebagai kombinasi antibiotik dengan pembanding antibiotik tunggal menggunakan metode difusi sumur agar. Antibiotik uji yang digunakan adalah Ampisilin, Tetrasiklin, dan Kanamisin, sedangkan bakteri indikator yang digunakan adalah Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesenteroides. Hasil menunjukkan kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin meningkatkan zona inhibisi pada empat dari tujuh bakteri indikator uji, yaitu M. luteus, L. lactis, E. coli, dan S. aureus. Efek sinergis terbaik didapatkan dari kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin.

Due to the alarming spread of resistance to antimicrobial agents is growing in the world. To overcome this problem, Innovative therapeutic method are urgently required. Bacteriocins, which is an antimicrobial peptide produced by bacteria, including lactic acid bacteria (LAB) have been known to inhibit other bacteria. Lysotaphin from Staphylococcus and nisin from Lactococcus, a another type of bacteriocins, shown to have a synergistic action against Polymyxin and Endolysin, the enzymes of bacteriophage. Weissella confusa MBF8-1 including LAB strains are known to produce bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). In order to develop bacteriocin as antibiotic complement, we study the bacteriocin activity of BLIS MBF8-1 in combination with antibiotic compare to the antibiotic alone by performing agar well diffusion assay. The antibiotic used in this study were Ampicillin, Tetracycline, and Kanamycin, whilst the indicator bacteria used in this study were Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, and Leuconostoc mesenteroides. The results showed that the combination with Ampicillin increases the diameter of inhibition zone on four out of seven indicator bacteria, that is M. luteus, L. lactis, E. coli, and S. aureus. The best synergistic effect of the combination of Weissella confusa MBF8-1 BLIS fraction is in combination with Ampicillin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>