Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171135 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bimmo Ciptono Kuncoro
"ABSTRAK
Konsentrasi rendah oksigen reaktif dan nitrogen reaktif berfungsi dalam mediasi pemberian sinyal regulator Kelch-like ECH-associated Protein-1 Keap1 . Konsentrasi tinggi oksigen reaktif dan nitrogen reaktif akan mengakibatkan kadar nitrat oksida tinggi dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh parameter optimum penambatan molekuler dan mengetahui afinitas serta interaksi senyawa derivat sakarin terhadap target terkait antioksidan, yaitu Kelch-like ECH-associated 1-Nuclear factor erythroid 2-related factor 2 Keap1-Nrf2 dan enzim inducible nitric oxide synthase iNOS . Saat ini, penelitian mengenai senyawa antioksidan sudah berkembang dan salah satu senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan adalah senyawa derivat sakarin. Beberapa senyawa derivat sakarin telah diuji secara in vitro dan memiliki aktivitas antioksidan. Metode pendekatan pada penelitian ini adalah secara in silico. Pada penelitian ini, dilakukan penambatan sembilan senyawa derivat sakarin terhadap kompleks Keap1 dan enzim inducible nitric oxide synthase iNOS menggunakan parameter AutoDock, AutoDock4Zn, dan Vina. Berdasarkan hasil penambatan, metode terbaik terhadap kompleks Keap1 dengan menggunakan Vina dan terhadap enzim inducible nitric oxide synthase iNOS dengan menggunakan AutoDock4Zn. Senyawa yang memiliki afinitas ikatan dan interaksi terhadap kompleks Keap1 dan enzim inducible nitric oxide synthase iNOS terbaik adalah senyawa 9 dan senyawa 5.<

ABSTRACT
Low concentrations of reactive oxygen and reactive nitrogen have a function to mediate signaling of regulator Kelch like ECH associated protein 1 Keap1 . High concentrations of reactive oxygen and reactive nitrogen resulted in high levels of nitric oxide which could cause various diseases. This research aimed to obtain molecular docking optimum parameter, determine binding affinity and saccharine derivative compound interaction to antioxidant target, Kelch like ECH associated 1 Nuclear factor erythroid 2 related factor 2 Keap1 Nrf2 and inducible nitric oxide synthase iNOS enzyme. Current research on antioxidant compounds has developed and one of the potential antioxidant compounds is saccharine derivative. Some saccharine derivative compounds have been tested by in vitro method and it shown antioxidant activity. The approaching method in this research is done by in silico method. In this study, nine saccharine derivative compounds were docked to Keap1 complex and inducible nitric oxide synthase iNOS enzyme by AutoDock, AutoDock4Zn, and Vina parameters. Based on the docking results, the best method for Keap1 complex by using Vina and on the inducible nitric oxide synthase iNOS enzyme by using AutoDock4Zn. The compounds which have the best binding affinity and the best interaction against Keap1 complex and inducible nitric oxide synthase iNOS enzyme are compound 9 and compound 5."
2017
S68839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Rianissa Putri
"Latar Belakang: Berbagai polimorfisme gen nitric oxide synthase 2 (NOS2) telah diteliti dalam kaitannya dengan penyakit asma dengan pola yang bervariasi, bergantung pada ras dan negara. Beberapa di antaranya menunjukkan hubungan yang bermakna dengan asma atau penanda hayati asma, misalnya polimorfisme Ser608Leu diketahui berhubungan dengan keparahan asma. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara polimorfisme gen NOS2 Ser608Leu dan fractional exhaled nitric oxide (FeNO) pada pasien asma terkontrol dan tidak terkontrol. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang. Subjek penelitian adalah pasien berusia dewasa di Klinik Asma-PPOK RS Persahabatan Pusat Respirasi Nasional yang direkrut secara total sampling. Kontrol asma dinilai dengan Asthma Control Test (ACT), pengukuran FeNO dilakukan dengan menggunakan alat monitor FeNO dan pemeriksaan polimorfisme dilakukan dengan teknik PCR-RFLP menggunakan DNA dari sampel darah perifer. Hasil: Sebagian besar subjek penelitian berjenis kelamin perempuan (70,9%), tergolong obesitas (50,9%), bukan perokok (60,0%) dan berdomisili di Jakarta Timur (60,0%). Sekitar 49,1% subjek penelitian mendapatkan kortikosteroid inhalasi dengan dosis jika perlu-rendah, diikuti oleh dosis sedang sebesar 41,8% subjek penelitian. Terdapat 40,0% subjek penelitian dengan kepatuhan berobat (adherence) yang baik. Berdasarkan skor ACT, 56,4% tergolong asma terkontrol. Frekuensi nilai FeNO yang tergolong rendah pada asma tidak terkontrol sebesar 12,7% total pasien sedangkan pada asma terkontrol sebesar 20,0% total pasien. Frekuensi nilai FeNO yang tergolong meningkat pada asma tidak terkontrol sebesar 30,9% total pasien sedangkan pada asma terkontrol sebesar 36,4% total pasien. Hasil uji multivariat regresi logistik variabel jenis kelamin, riwayat merokok, kepatuhan penggunaan inhaler, kontrol asma dan polimorfisme gen NOS2 Ser608Leu juga tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara polimorfisme gen NOS2 Ser608Leu dan peningkatan nilai FeNO (p = 0,629, OR 0,741, IK95% 0,219-2,507, aOR 0,971, IK95% 0,232-4,070). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara genotip gen NOS2 dan kategori FeNO pada pasien asma terkontrol dan tidak terkontrol di RS Persahabatan Pusat Respirasi Nasional.

Background: Various polymorphisms of nitric oxide synthase 2 (NOS2) had been studied in asthma which showed varied patterns among race and countries. Several NOS2 polymorphisms showed significant association with asthma or its biomarker, e.g. Ser608Leu polymorphism was associated with asthma severity. This research aims to analyse the relationship of NOS2 Ser608Leu polymorphism and fractional exhaled nitric oxide (FeNO) in controlled and uncontrolled asthma patients. Methods: This was observational research with cross-sectional design. Subjects were adult patients in Asthma-COPD Clinics of Persahabatan Hospital National Respiratory Center who were recruited using total sampling. Asthma control was assessed with Asthma Control Test (ACT), FeNO testing were performed using FeNO monitor and polymorphism testing were performed with PCR-RFLP using DNA from peripheral blood samples. Results: Most subjects were female (70.9%), obese (50.9%), non-smoker (60.0%) and living in East Jakarta (60.0%). About 49.1% subjects were taking as needed-low dose of inhaled corticosteroids (ICS), 41.8% subjects were taking medium dose of ICS. About 40.0% subjects had good adherence. Based on ACT score, 56.4% were controlled asthma. Low FeNO value were found in 12.7% of total patients in uncontrolled asthma and 20.0% of total patients in controlled asthma patients. Increased FeNO value were found in 30.9% of total patients in uncontrolled asthma patients and 36.4% of total patients in controlled asthma patients. Logistic regression of gender, history of smoking, adherence to inhaler, asthma control and Ser608Leu polymorphism of NOS2 did not show significant association between NOS2 polymorphism and increased FeNO (p = 0.629, OR 0.741, 95% CI 0.219-2.507, aOR 0.971, 95% CI 0.232-4.070). Conclusion: Genotypes of NOS2 were not significantly associated with increased FeNO value in controlled and uncontrolled asthma patients of Persahabatan Hospital National Respiratory Center."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Khairunnisa Salsabila
"iNOS merupakan enzim yang diketahui terekspresi pada sel kanker kolorektal dan dapat mempengaruhi tumorigenesis kanker kolorektal dengan cara menghasilkan Nitrat Oksida (NO) dalam jumlah banyak, sehingga memicu terbentuknya p53 mutan. Tingginya prevalensi kanker kolorektal di Indonesia dan beberapa efek samping serius yang dihasilkan dari pengobatan kanker kolorektal melalui kemoterapi, menjadikan pencarian senyawa lain yang dapat bekerja secara spesifik dalam menginhibisi iNOS perlu dilakukan sebagai upaya dalam mencegah tumorigenesis dan perkembangan kanker kolorektal. Penelitian kali ini bertujuan untuk memperoleh kandidat inhibitor iNOS dari senyawa bahan alam Indonesia pada HerbalDB beserta interaksinya terhadap residu asam amino pada situs aktif iNOS yang dilakukan dengan metode penapisan virtual menggunakan makromolekul iNOS (PDB ID: 3E7G), serta parameter penambatan berupa grid box berukuran 15 x 15 x 15 Å dengan exhaustiveness 8 dan num mode 9 yang diujikan pada Vina Wizard di dalam PyRx. Berdasarkan hasil penapisan virtual, diperoleh 32 senyawa bahan alam Indonesia dengan ∆G terendah (-11,2 hingga -10,0 kkal/mol), yaitu Eriodiktin, Epigalokatekin, 5,7,2',4'-Tetrahidroksiisoflavon-8-C-glukosida Isookaninrhamnosida, Kuersetin-3-(6''-galloilgalaktosida), Derhamnosilmaysin, 5-Hidroksi-7,8-dimetoksiflavon, 5-Hidroksi-7,8-dimetoksiflavon-5-glukosida, 3'-Deoksiderhamnosilmaysin, Isoorientin, Jasmolakton-D, 3'-O-Metilmaysin, 5,7,3',4'-Tetrahidroksiflavanon-7-alfa-L-arabinofuranosil-(16)-glukosida, Galokatekin-3'-O-galat, Isoetin-7-glukosida, Sojagol, 2''-O-Galloilisoviteksin, Luteolin-7-(2''-p-kumaroilglukosida), Luteolin-7-apiosil-(12)-glukosida, Orientanol-C, Rubranin, 2''-O-alfa-L-Rhamnosil-6-C-fukosil-3'-metoksiluteoin, Daidzein, Prunin-6''-p-kumarat, Strigol, (-)-Kubebin, 3'-Deoksimaysin, Karthamon, Mirisetin-3-robinobiosida, Ovalikalkon, Torvanol-A dan Wogonin-5-glukosida. Selain itu, Glu377, Gln263, Tyr347, Arg266, Arg388, dan Hem901 diketahui menunjukkan adanya interaksi dengan sebagian besar senyawa yang diujikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa 32 senyawa bahan alam Indonesia dengan ∆G terendah tersebut adalah kandidat senyawa inhibitor iNOS yang menunjukkan interaksi dengan residu asam amino pada situs aktif iNOS, yaitu Glu377, Gln263, Tyr347, Arg266, Arg388, dan Hem901.

iNOS is an enzyme that expressed in colorectal cancer cell and can affect colorectal cancer tumorigenesis by producing large amounts of Nitric Oxide (NO), thus triggering the formation of mutant p53. The high prevalence of colorectal cancer in Indonesia and some of the side effects of chemotherapy make it necessary to search for other compounds that can specifically inhibit iNOS as an effort to prevent tumorigenesis and the development of colorectal cancer. This research aimed to obtain the candidates of iNOS inhibitor from Indonesian natural compounds in HerbalDB and its interaction towards amino acid residues in iNOS active site by virtual screening method using iNOS macromolecules (PDB ID: 3E7G), docking parameters with a grid box of 15 x 15 x 15 Å, exhaustiveness 8 and num mode 9, which were tested on Vina Wizard in PyRx. Based on the result of virtual screening, there are 32 Indonesian natural compounds with the lowest ∆G (-11,2 to -10,0 kcal/mol), namely Eriodictin, Epigallocatechin, 5,7,2',4'-Tetrahydroxyisoflavone-8-C-glucoside, Isookaninrhamnoside, Quercetin-3-(6''-galloylgalactoside), Derhamnosylmaysin, 5-Hydroxy-7,8-dimethoxyflavone, 5- Hydroxy-7,8-dimethoxyflavone-5-glucoside, 3'-Deoxyderhamnosylmaysin, Isoorientin, Jasmolactone-D, 3'-O-Methylmaysin, 5,7,3',4'-Tetrahydroxyflavanone-7-alpha-L- arabinofuranosyl-(16)-glucoside, Gallocatechin-3'-O-gallate, Isoetin-7-glucoside, Sojagol, 2''-O-Galloylisovitexin, Luteolin-7-(2''-p-coumaroylglucoside), Luteolin-7- apiosyl-(12)-glucoside, Orientanol-C, Rubranine, 2''-O-alpha-L-Rhamnosyl-6-C- fucosyl-3'-methoxyluteoiin, Daidzein, Prunin-6''-p-coumarate, Strigol, (-)-Cubebin, 3'-Deoxymaysin, Carthamone, Myricetin-3-robinobioside, Ovalichalcone, Torvanol-A, and Wogonin-5-glucoside. Moreover, Glu377, Gln263, Tyr347, Arg266, Arg388, and Hem901 were known to show an interaction with most of the compounds tested. In conclusion, that 32 Indonesian natural compounds with the lowest ∆G are the candidates of iNOS inhibitor and interacts amino acid residues in iNOS active site, specifically Glu377, Gln263, Tyr347, Arg266, Arg388, and Hem90l."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Dio Naldo
"ABSTRAK
Penemuan antibakteri sangat diperlukan mengingat resistensi bakteri dan adanya efek samping yang tidak dikehendaki. Sementara, sakarin yang dikenal sebagai pemanis sintetik memiliki potensi menjadi kandidat obat baru dikarenakan telah diketahui memiliki banyak aktivitas farmakologi, memungkinkan derivatisasi serta didukung dengan ketersediaannya yang berlimpah dan ekonomis. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian in silico secara penambatan molekuler 40 senyawa derivat sakarin terhadap enzim isoleucyl-tRNA synthetase yang bekerja pada ribosom bakteri untuk sintesis protein, DNA gyrase bekerja dengan membuat struktur DNA bakteri lebih stabil selama replikasi dan transkripsi serta dihidrofolat reduktase yang bertanggung jawab dalam pembentukan asam tetrahidrofolat untuk sintesis DNA bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan 5 besar senyawa terbaik hasil penambatan terhadap ketiga enzim serta mendapatkan situs pengikatan inhibisinya. Penambatan molekuler dilakukan dengan peranti lunak Autodock4 dan Vina. Pemilihan jenis bakteri disesuaikan dengan uji antibiotik standar yakni Staphylococcus aureus yang merupakan indikator bakteri Gram positif, Escherichia coli merupakan indikator bakteri Gram negatif dan Mycobacterium tuberculosis yang tidak termasuk keduanya. Dari hasil penambatan molekular didapatkan 5 senyawa yang memiliki aktivitas inhibisi terbaik secara in silico setiap enzim menggunakan parameter Autodock4 maupun Vina. 5 senyawa ini kemudian divisualisasi untuk melihat interaksi kompleks ligan-enzim.

ABSTRACT
Antibacterial discovery is important because of antibacterial resistance and side effect. In other side, saccharin well known as artificial sweetener has potential to become a novel drug candidate because saccharin have many pharmacological activities, possible to derivatitation, cheap and abundant availability. In this study, we employed in silico docking of 40 saccharin derivatives for determine inhibition activity of isoleucyl tRNA synthetase that work on the bacterial ribosome for protein synthesis DNA gyrase, work by making bacterial DNA structures more stable during replication and transcription and dihydrofolate reductase, responsible for the formation of tetrahydrofolic acid for bacterial DNA synthesis. The research aim to determine 5 best compound from molecular docking results and determine the active site inhibition. Molecular docking has been doing with AutoDock4 and Vina. The selection of bacteria species was adjusted with standard antibiotic test, Staphylococcus aureus which indicator of Gram positive bacteria, Escherichia coli which indicator of Gram negative bacteria and Mycobacterium tuberculosis which not belong both. From the result of molecular docking, 5 compounds was the best inhibition in silico activity in every enzyme using AutoDock4 and Vina. The 5 compounds were then visualized to look ligand enzyme complex interactions."
2017
S69849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lesya Wiradini Pradita
"

Latar BelakangNitric Oxide  (NO) merupakan mediator penting dalam sistem inflamasi dan imunitas. Gen eNOS merupakan salah satu dari tiga isoform Nitric Oxide Synthase (NOS), yang bertugas mensintesis NO. Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi dengan keterlibatan faktor genetik. Adanya polimorfisme pada gen eNOS menyebabkan perubahan dalam aspek fungsional pada gen tersebut yang dapat meningkatkan kerentanan pada berbagai penyakit inflamasi, termasuk periodontitis. Tujuan: Mendeteksi adanya polimorfisme gen EndothelialNitric Oxide Synthase (eNOS) intron 4 pada penderita periodontitis di Indonesia. Metode: Analisis polimorfisme gen eNOS dilakukan dengan metode PCR-VNTR. Analisis statistik dilakukan dengan uji Chi-square dan odds ratioHasil: Dalam penelitian ini, pada kelompok periodontitis ditemukan 34 sampel dengan genotip AA, 3 sampel dengan genotip AB, dan 13 sampel dengan genotip BB. Sedangkan pada kelompok kontrol, ditemukan 41 sampel dengan genotip AA dan 9 sampel dengan genotip BB. Tidak ditemukan genotip AB pada kelompok kontrol. Pada kelompok periodontitis ditemukan 71 alel A dan 29 alel B, serta pada kelompok kontrol ditemukan 82 alel A dan 18 alel B. Genotip dan alel polimorfik ditemukan lebih banyak pada kelompok periodontitis (32% dan 29%) dibandingkan kelompok kontrol (18%). Kesimpulan: Polimorfisme gen eNOS intron 4 ditemukan pada pasien periodontitis. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada distribusi polimorfisme gen eNOS intron 4 antara penderita periodontitis dan kelompok kontrol. Polimorfisme gen eNOS intron 4 tidak memengaruhi tingkat risiko terjadinya periodontitis.

 


Background: Nitric Oxide (NO) is an important mediator in the inflammatory and immune system. The eNOS gene is one of the three isoforms of Nitric Oxide Synthase (NOS), which is responsible for synthesizing NO. Periodontitis is an inflammatory disease in periodontal tissue with genetic involvement.  Polymorphism in eNOS gene changes the functional aspect of this gene and is associated with several inflammatory diseases including periodontitis. Aim: To detect Endothelial Nitric Oxide Synthase intron 4 gene polymorphism in Indonesian population with periodontitis. Method:Analysis of the Endothelial Nitric Oxide Synthase (eNOS) intron 4  gene polymorphism was observed by carrying out PCR method followed by electrophoresis for the analysis, without the usage of restriction enzyme. The chi-square test and odds ratio were performed for statistical analysis. Result: In this study, there were 34 samples with AA genotype, 3 samples with AB genotype, and 13 samples with BB genotype in periodontitis group. Whereas in control group, there were 41 samples with AA genotype and 9 samples with BB genotype. AB genotype was absent in control group. In periodontitis group, there were 71 A alleles and 29 B alleles, and in control group, 82 A alleles and 18 B alleles were found. Polymorphic genotypes and alleles were found higher in periodontitis sample (32% and 29%) than healthy controls (18%). Conclusion: The polymorphism of eNOS intron 4 was found in periodontitis patients. There is no significant distribution difference was found between the periodontitis patients and the control group. ENOS intron 4 gene polymorphism does not affect the risk of periodontitis.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tena Djuartina
"Gastro Esophageal Reflux Disease)  adalah suatu kondisi terjadinya refluks isi lambung ke dalam esophagus yang menyebabkan  berbagai gejala klinis. Penyebab dari GERD sudah banyak diketahui namun patofisiologi  densitas saraf pleksus Meissner dan pleksus Aurbach di daerah gastroesofagus junction (GEJ) akibat pemberian senyawa nitrat (NO3) sehingga menyebabkan  GERD belum diketahui.
Metode : Membuat model hewan  GERD dan menilai variabel-variabel   pengaruh senyawa nitrat  di daerah GEJ menggunakan tikus wistar usia 10-12 minggu dengan berat badan 200-300 gram yang  dibagi dalam 4 kelompok :  kontrol (n=12) dan  kelompok perlakuan (n=36). Pada kelompok perlakuan dilakukan pemberian senyawa nitrat masing kelompok (n=12)  sebanyak 1 ml, 1.5 ml dan 2 ml  NaNO3 . Pada hari ke 2,4,6 dan 8 setelah   puasa dan diberikan  senyawa nitrat, sebanyak 3 tikus dari setiap kelompok dianalisis menggunakan pemeriksaan biokimia, histologi, histokimia dan imunohistokimia (IHK).
Hasil: Tikus  model GERD berhasil dibuat. Dimana  pada hari ke 2 terdapat korelasi antara NO luminal dengan  fibroblast, NO jaringan dengan perpanjangan lamina propria, penebalan sel basal dengan limfosit, hiperplasi sel basal dengan  IHK IL6 dan perpanjangan lamina propria dengan  limfosit.  Pada hari ke 4 didapat korelasi antara NO luminal dengan penebalan sel basal, NO luminal dengan GSH, penebalan  sel basal dengan GSH, dan korelasi limfosit dengan IHK IL6.  Pada ke 6 terdapat korelasi antara NO luminal dengan FGF2. Pada hari ke 8 didapati  korelasi antara NO luminal dengan densitas saraf pleksus Meissner dan pleksus Auerbach didapat korelasi kuat dan bermakna ( r = 0,758 dan p = 0,004) , penebalan sel basal dengan fibroblas , limfosit dengan fibroblast, IHK IL6 dengan fibroblast dan IHK FGF2 dengan penebalan sel basal.
Kesimpulan: Pemberian senyawa NO3 meningkatkan kadar NO luminal yang mengakibatkan  perubahan morfologi makrokopis dan mikroskopis, penurunan antioksidan endogen, inflamasi serta peningkatan densitas saraf pleksus Meissner dan pleksus Auerbach didaerah sfingter GEJ sehingga menyebabkan terjadinya GERD.

Background: GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease) is a condition with reflux of gastric contents into the esophagus which causes various clinical symptoms. The causes of GERD have been  known but the pathophysiology of the density of the Meissner plexus nerve and the Aurbach plexus in the gastroesofagus junction region (GEJ) due to administration of nitrate (NO3) compounds is not known unknown.
Methods: GERD animal models were prepared to asses the variables affected by nitrate compounds in the GEJ area using wistar mice aged 10-12 weeks with a weight of 200-300 grams divided into 4 groups: control (n = 12) and treatment group (n = 36). In the treatment group, nitrate compounds were given as NaNO3 in each group (n = 12) with the doses of 1 ml, 1.5 ml and 2 ml. On days 2,4,6 and 8 after fasting and gavage of nitrates, 3 rats from each group were sacrificed, and esophageal tissue was taken for biochemical, histological, histochemical and immunohistochemical (IHC) examinations.
Results: GERD model rats were successfully made. On day 2, there was a significant correlation between luminal NO level with fibroblasts, tissue NO with extension of lamina propria, thickening of basal cells with lymphocytes, basal cell hyperplasia with IL6 IHC and extension of lamina propria with lymphocytes. On day 4, there was a correlation between luminal NO and basal cell thickening, luminal NO with GSH, basal cell thickening with GSH, and lymphocyte with IL6 IHK. On day 6, we found a significant correlation between luminal NO and FGF2. On day 8, there was a correlation between luminal NO and the density of Meissner plexus nerve and Auerbach plexus with a strong and significant correlation (r = 0.758 and p = 0.004), thickening of basal cells with fibroblasts, lymphocytes with fibroblasts, IL6 IHC with fibroblasts and FGF2 IHC with thickening of basal cells.
Conclusion: The administration of NO3 compounds increases luminal NO levels which results in changes in macroscopic and microscopic morphology, decreased endogenous antioxidants, inflammation and increased density of Meissner plexus nerve and Auerbach plexus in the area of the GEJ sphincter leading to development of GERD."
2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Cyntia Putri
"ABSTRACT
Latar Belakang : Nitric oxide (NO) merupakan sistem pertahanan non spesifik yang berperan sebagai antibakterial di dalam rongga mulut yang dapat ditemukan di dalam saliva. Tujuan : Mengetahui hubungan konsentrasi NO sebagai sistem pertahanan non spesifik dengan derajat kebersihan gigi dan mulut yang dinilai melalui skor OHI-S. Metode : Sampel yang diteliti adalah saliva unstimulated dan diukur dengan metode Griess Reagent pada 50 subjek dewasa muda yang terdiri dari dua kelompok, yaitu 25 subjek perokok dan 25 subjek non perokok. Indeks skor OHI-S dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik Independent T-test, dan korelasi Spearman. Hasil : Konsentrasi NO saliva pada dewasa muda perokok lebih tinggi dari non perokok dengan adanya perbedaan bermakna (p < 0,05) dan hubungan antara konsentrasi NO dengan skor indeks OHI-S adalah positif sedang dengan tidak ada hubungan yang signifikan (r = 0,305, p > 0,05). Kesimpulan : Konsentrasi nitric oxide saliva pada perokok meningkat diakibatkan oleh kondisi kebersihan rongga mulut subjek yang buruk.

ABSTRACT
Background: Nitric oxide (NO) is a non-specific defense system that acts as an antibacterial in the oral cavity which can be found in saliva. Objective: To determine the relationship between NO concentration as a non-specific defense system and the degree of oral hygiene as assessed by the OHI-S score. Methods: The sample studied was unstimulated saliva and measured by the Griess Reagent method on 50 young adult subjects consisting of two groups, namely 25 smoking subjects and 25 non-smoking subjects. The OHI-S score index was categorized into good, moderate, and bad. The analytical method used is the Independent T-test statistical test, and the Spearman correlation. Results: NO salivary concentration in young adult smokers was higher than non-smokers with a significant difference (p <0.05) and the relationship between NO concentration and OHI-S index score was moderate positive with no significant relationship (r = 0.305, p> 0.05). Conclusion: The concentration of salivary nitric oxide in smokers is increased due to poor oral hygiene conditions in the subject."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Humaira
"Pre-eklampsia adalah sekumpulan sindrom klinis khusus kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang akan berhenti setelah kelahiran sang bayi. Faktor seperti genetik, imunologis, perilaku dan lingkungan terlibat dalam proses patologis pre-eklampsia. Di Indonesia sendiri, hipertensi adalah penyebab utama kedua dari kematian ibu. Berkurangnya konsentrasi Nitric Oxide NO diduga berperan dalam patogenesis pre-eklampsia karena Nitric Oxide NO berfungsi sebagai vasorelaksan dan antikoagulan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah konsentrasi Nitric Oxide sebagai penanda stres oksidatif untuk plasenta dengan pra-eklampsia pada usia 26-40 minggu menurun atau tidak. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional pada tahun 2016 dengan sampel jaringan plasenta manusia yang telah disetujui sebelumnya. Absorbansi diukur menggunakan reaksi Griess dan dianalisa dengan uji Mann-Whitney pada software SPSS. Uji Mann-Whitney membuktikan bahwa konsentrasi Nitric Oxide NO pada jaringan plasenta dengan pra-eklampsia akhir n = 12 lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi Nitric Oxide NO yang didapat dari jaringan plasenta kehamilan normal. Uji Mann-Whitney telah mengkonfirmasi hubungan antara konsentrasi Nitric Oxide NO dengan patogenesis preeklampsia. Oleh karena itu, Nitric Oxide NO dapat dianggap sebagai penanda stres oksidatif pada preeklampsia karena berperan penting dalam patogenesis preeklampsia.

Pre eclampsia PE is a clinical syndrome specific to pregnancy which are distinguished by hypertension and proteinuria that remits after delivery. Many factors such as genetic, environmental, behavioral and immunological factors are involved in the development of PE. In Indonesia itself, hypertension is the second leading cause of of maternal deaths. It is implied that reduced concentration of Nitric Oxide NO will induce the pathogenesis of PE as it can not function as vasorelaxant and anticoagulant factors well. The study aims to identify whether the concentration of Nitric Oxide as an oxidative stress marker for pre eclamptic placenta age 26 40 weeks decrease or not. The cross sectional study was held on 2016 with human placental tissue which have been consented before as the samples. The absorbance was measured using the Griess reaction and analyzed through SPSS Software using the Mann Whitney test. The result showed that the concentration of Nitric Oxide NO in late pre eclamptic placental tissues n 12 were lower compared to the concentration of Nitric Oxide NO taken from placental tissue of normal pregnancy. The Mann Whitney test has confirmed the relation of Nitric Oxide NO concentration to the pathogenesis of pre eclampsia. Therefore, Nitric Oxide NO can be considered as an oxidative stress marker to pre eclampsia as it plays a pivotal role in the pathogenesis of PE."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sotya Prawatyasiwi
"Latar Belakang: Penurunan eNOS secara signifikan terjadi pada penyelam terlatih yang melakukan penyelaman dekompresi. Latihan fisik submaksimal akut diperkirakan dapat mencegah terjadinya penurunan eNOS pada penyelaman dekompresi. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh pemberian latihan fisik submaksimal akut prapenyelaman tunggal dekompresi dalam mencegah penurunan kadar eNOS pada kelompok perlakuan dan kontrol.
Metode: Penelitian menggunakan studi eksperimental murni. Kadar eNOS diperiksa pada awal penelitian, sebelum penyelaman dan setelah penyelaman. Kelompok perlakuan melakukan latihan fisik submaksimal akut 70 frekuensi kardiak maksimal dengan ergocycle putaran 60 rpm 24 jam sebelum penyelaman 280 kPa selama 80 menit. Subjek penelitian adalah penyelam laki-laki terlatih.
Hasil: Latihan fisik submaksimal akut dapat mencegah penurunan ekspresi eNOS setelah penyelaman tunggal dekompresi pada kelompok perlakuan dengan kadar eNOS awal penelitian 2.7 2.07 - 20.76 dan kadar eNOS sesudah penyelaman dekompresi 2.7 1.81 - 34.77 serta terdapat perbedaan perubahan rerata ekspresi eNOS bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan perbedaan rerata 0.00 -6.66 ndash; 29.27 pada keleompok perlakuan dan -0.39 -122.03 - 0.84 pada kelompok kontrol.
Kesimpulan dan Saran: Latihan fisik submaksimal akut dapat mencegah terjadinya penurunan ekspresi eNOS setelah penyelaman tunggal dekompresi. Terdapat perbedaan perubahan rerata ekspresi eNOS bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol. Kajian lebih lanjut diperlukan mengenai manfaat secara klinis dan subjek penelitian selain penyelam laki-laki terlatih.

Background: eNOS decreased significantly in trained divers who do decompression dives. Acute Submaximal exercise can prevent a decrease of eNOS in decompression dives. This study aims to prove the effect of exercise before a single decompression dive in preventing reduction of eNOS levels in the treatment group and control.
Methods: This research uses true experimental study design. eNOS levels were checked at the beginning, before and after dive. The experiment group performed acute submaximal exercise 70 of maximum cardiac frequency with ergocycle 60 rpm 24 hours before dive 280 kPa for 80 minutes. The control group did not do ergocycle before dive. Subjects were male trained divers.
Result: In experiment group, acute submaximal exercise can prevent a decrease of eNOS levels after a single decompression dive with baseline levels of eNOS 2.7 2.07 20.76 and eNOS levels after decompression dives 2.7 1.81 34.77 , and there are differences in changes of the mean levels of eNOS significantly between experiment group and control with mean difference 0.00 6.66 ndash 29.27 on experiment group and 0.39 122.03 ndash 0.84 in control group.
Conclusion and Recommendation: Acute submaximal exercise can prevent a decrease of eNOS levels after single decompression dive. There are significant differences between treatment group and control. Further study is needed on the clinical benefits and the research subject other than a male trained diver.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hawa Deniati
"Ruang Iingkup dan cara penelitian: Beberapa penelitian membuktikan bahwa buah dan sayur berperan panting dalam mencegah berbagai penyakit degeneratif dan penuaan dini. Di dalam bahan slam pangan ini banyak terkandung senyawa fitokimia yang berperan sebagai somber antioksidan. Beberapa antioksidan terdapat di dalam bahan alam pangan, seperti vitamin C, vitamin E, karotenoid dan polifenol. Telah banyak dilaporkan bahwa kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan vitamin C, E dan karotenoid. Setiap bahan slam pangan memiliki jenis dan aktivitas antioksidan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dan kandungan fenol total yang terkandung dalam ekstrak bahan alam pangan, yaitu jahe, mengkudu, pisang, tomat, bawang merah, bawang putih dan minyak buah merah (MBM), serta menganalisis kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan total ekstrak tersebut. Aktivitas antioksidan total ditentukan dengan metode penghambatan radikal bebas sintetik 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH'), sedangkan kandungan fend total diukur dengan metode Singleton dan Rossi menggunakan pereaksi Folln Ciocalteu. Analisis kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan total ekstrak dilakukan dengan metode statistik analisis regresi. Pengujian diawali dengan mencelupkan bahan ke dalam alkohol mendidih kemudian bahan tersebut dilumatkan, ekstraksi dilakukan dengan aseton 80% atau metanol 70%, sedangkan MBM diekstraksi dengan campuran air dan heksan. Larutan ekstrak kerudian dikeringkan dan residu dilarutkan dengan metanol 50% seterusnya dilakukan pengukuran kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total. Kandungan fenol total dinyatakan sebagai mg ekivalen asam galat/l00 g bahan segar, sedangkan aktivitas antioksidan total dinyatakan sebagai pmo! ekivalen - TROLOX, butil hidroksi toluen (BHT), dan vitamin C/100 g bahan segar. Hasil dan kesimpulan: Kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total untuk semua bahan (kecuali MBM) yang diekstraksi dengan aseton 80% dibandingkan dengan metanol 70% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Jahe mempunyai kandungan fenol total yang paling tinggi, diikuti mengkudu, bawang merah, bawang putih, pisang, tomat dengan pembanding asam galat. Sedangkan kandungan fenol total MBM hampir tidak terdeteksi. Antioksidan sintetik TROLOX mempunyai kekuatan antioksidan yang lebih besar dibandingkan vitamin C dan BHT dalam menangkal radikal bebas DPPH. Jahe mempunyai aktivitas antioksidan yang paling tinggi, diikuti mengkudu, pisang, bawang merah, bawang putih dan MBM bail( dengan pembanding TROLOX, BHT maupun vitamin C. Berdasarkan hasil analisis regresi dinyatakan korelasi antara kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total cukup kuat dengan koefisien korelasi, R2 = 0.81, terutama untuk jahe, mengkudu, pisang dan MBM. Dad hasii ini dapat disimpulkan bahwa senyawa fenol pada bahan alam tersebut memberikan kontribusi kuat terhadap aktivitas antioksidan, karena 81% kapasitas antioksidan dari bahan alam pangan tersebut berasal dari senyawa-senyawa fenol. Sedangkan senyawa fenol pada bawang merah, bawang putih dan tomat memberi kontribusi yang kurang kuat, yang mungkin disebabkan adanya kandungan antioksidan lain di dalam bahan alam tersebut yang lebih dominan seperti: karotenoid, vitamin C dan vitamin E.

Several studies have demonstrated that fruits and vegetables play an essential role in preventing degenerative diseases and aging process. Plant foods contain many phytochemicals which have an antioxidant effect, such as vitamin C, vitamin E, carotenoids and polyphenols. There were several reports that the contribution of phenol compounds to antioxidant activity was much greater than those of vitamin C, vitamin E and carotenoids. Plant foods contain many different classes and activity of antioxidant. The aim of this study was to determine the antioxidant activity and total phenols content in several plant food extracts, i.e. ginger, noni, tomato, banana, shallot, garlic and red fruit oil (RFC)), as well as to analyze the contribution of phenol compounds to total antioxidant activity of these extracts. The total antioxidant activity was determined using 1-diphenyl-2 pycrilhydrazyl (DPPH') free radical scavenging method, whereas the total phenols content was measured using Fofin Ciocalteu reagent based on Singleton & Rossi method. The contribution of phenol compounds was statistically analyzed using regression analysis method. The experiment was started by plunging the materials into boiling alcohol then blend and extracted the materials with 80% acetone and 70% methanol respectively, whereas RFO was extracted using H2O : hexane (1:1). Extract solution was evaporated until dryness then dissolved with methanol 50%. The total phenols content were expressed as galic acid equivalent/100 g fresh weight and the total antioxidant activity as TROLOX, Butyl hydroxy toluene (BHT) and vitamin C equivalent/100 g fresh weight. The total phenols content and total antioxidant activity of almost every plant foods (except RFO) extracted using 80% of acetone compared to 70% of methanol statistically showed no significant difference. Ginger extract has the highest total phenols content, followed by noni, shallot, garlic, banana and tomato. Surprisingly, the total phenol content of RFO extract was almost undetected. In scavenging the free radical of DPPH', TROLOX, an synthetic antioxidant, has an antioxidant capacity higher than other synthetic antioxidant, such as Vitamin C and BHT. The total antioxidant activity of ginger was the highest one, followed by noni, banana, shallot, garlic and RFO extracts, using either TROLOX, BHT or Vitamin C as a standard. The result of statistical regression analysis showed the good correlation between total phenols content and total antioxidant activity with a coefficient of R2 = 0.81, especially in ginger, noni, banana and RFO extracts. Therefore, we could conclude that the phenol compounds of these plant food extracts give a strong contribution to antioxidant activity, since 81% of antioxidant capacity of these extracts come from the phenol compounds. However, the contribution of phenol compounds in shallot, garlic or tomato extracts to total antioxidant activity was not dominant due to the presence of other essential natural antioxidants, such as carotenoids, vitamin C and vitamin E."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>