Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198932 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Huda
"Keakuratan dari skrining risiko malnutrisi merupakan hal yang penting untuk memberikan dukungan gizi yang optimal yang sesuai bagi kondisi pasien sebagai salah satu upaya untuk mencegah kejadian malnutrisi di rumah sakit dan mempercepat proses penyembuhan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi suatu hal yang penting untuk mengetahui validitas alat skrining risiko malnutrisi yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas MST pada pasien rawat inap dewasa di RSCM, Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian obervasional dengan desain studi cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 105 pasien rawat inap dewasa di RSCM. Semua pasien dilakukan skrining menggunakan MST dan SGA oleh observer dan tenaga kesehatan lain. Validitas MST ditentukan dengan mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas yang dibandingkan dengan SGA. Inter-rater reliability ditentukan dengan nilai kappa ? untuk mengetaui tingkat kesepakatan antar obsever. Prevalensi malnutrisi berdasarkan MST adalah 46,47 untuk malnutrisi ringan, 40 untuk malnutrisi sedang, dan 13,33 untuk malnutrisi berat.
Prevalensi malnutrisi berdasarkan SGA adalah 47,62 untuk malnutrisi ringan, 37,15 untuk malnutrisi sedang, dan 15,23 untuk malnutrisi berat. Kemudian apabila dibandingkan dengan SGA, MST memiliki sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 96 dan 98,2 untuk malnutrisi ringan, 94,9 dan 92,4 untuk malnutrisi sedang, serta 81,3 dan 98,9 untuk malnutrisi berat. Reliabilitas antar observer MST adalah 0,492 untuk malnutrisi ringan, 0,315 untuk malnutrisi sedang, dan 0,437 untuk malnutrisi berat. Berdasarkan hasil penelitian ini, MST direkomendasikan untuk mengidentifikasi risiko malnutrisi pada pasien dewasa. Namun diperlukan evaluasi dan pelatihan yang berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan yang menggunakan alat skrining ini.

The accuracy of nutritional screening are necessary to ensure the provision of optimal nutrition support for the patient to prevent hospital malnutrition and speed up the healing process. Thus, it is necessary to validate the nutrition screening tool used. The present study determined validities and reliabilities of MST among adult patients at risk of malnutrition at RSCM, Jakarta.
This is an observational study with cross sectional design. The subjects were 105 adult patients admitted to RSCM. All patients were screened using the MST and SGA by the observer and other health care workers. The validity of the MST will be tested by measuring the sensitivity and specificity of MST were conducted against the SGA. Inter rater reliability was evaluated using kappa value to determine the level of agreement between raters. A total of 105 adult patients participated in this study. Prevalence of malnutrition according to MST was 46,47 for mild malnutrition, 40 for moderate malnutrition, and 13,33 for severe malnutrition.
Prevalence of malnutrition according to SGA was 47,62 for mild malnutrition, 37,15 for moderate malnutrition, and 15,23 for severe malnutrition. As compared to SGA, MST had a sensitivity and specificity 96 and 98,2 for mild malnutrition, 94,9 and 92,4 for moderate malnutrition, and 81,3 and 98,9 for severe malnutrition, respectively. The inter rater reliability of MST was 0,492 for mild malnutrition, 0,315 for moderate malnutrition, and 0,437 for severe malnutrition. MST is a simple, quick and valid tool which can be used to identify patients at risk of malnutrition. Based on our result, MST is recommended for use in identifying adult patients. It can be used as a malnutrition screening tool but there is a need to evaluate and train the health care workers who use this tools.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kwan Francesca Gunawan
"Malnutrisi sering dialami oleh pasien kanker dan dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu, identifikasi awal pasien yang berisiko malnutrisi harus dilakukan pada semua pasien kanker, namun hingga saat ini, belum ada baku emas alat skrining yang digunakan di bagian rawat jalan radioterapi. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan untuk membandingkan skrining malnutrisi Malnutrition Screening Tool (MST) dan Abridged Patient-Generated Subjective Global Assessment (abPG-SGA) pada 144 pasien kanker yang akan menjalankan radioterapi di RSUPNCM, dengan Patient- Generated Subjective Global Assessment (PG-SGA) sebagai baku emas. Didapati sebanyak 41% pasien berisiko malnutrisi (PG-SGA). Skrining MST dinilai mudah dan cepat dengan rerata waktu pengerjaan 21 detik, dan memiliki nilai sensitivitas 84,75%, spesifisitas 77,65%, nilai prediksi positif (NPP) 0,73, nilai prediksi negatif (NPN) 0,88, dan nilai area under the ROC curve (AUC) 0,812. Skrining abPG-SGA memiliki sensitivitas 98,31%, spesifisitas 92,94%, NPP 0,91, NPN 0,99, AUC 0,956, dan rerata waktu pengerjaan 2 menit 24 detik. Kesimpulan yang dapat diambil adalah abPG-SGA merupakan alat skrining yang lebih baik dan akurat untuk digunakan di bagian rawat jalan radioterapi.

Malnutrition is common among cancer patients and can lead to decreased quality of life. Therefore, early identification of patients at risk of malnutrition should be performed in all cancer patients, but until now, there is no gold standard of nutrition screening tool that should be used in outpatient radiotherapy setting. This study was a cross-sectional study conducted to compare Malnutrition Screening Tool (MST) and Abridged Patient-Generated Subjective Global Assessment (abPG-SGA) as nutrition screening tools in 144 radiotherapy outpatients against Patient-Generated Subjective Global Assessment (PG-SGA) as the gold standard. Forty-one percent of patients were at risk of malnutrition (PG- SGA). The MST was a simple and quick tool with an average of 21 seconds. It had 84.75% sensitivity, 77.65% specificity, positive predictive value (PPV)=0.73, negative predictive value (NPV)=0.88, and area under the ROC curve (AUC)=0.812. The abPG-SGA yielded 98.31% sensitivity, 92.94% specificity, PPV=0.91, NPV=0.99, AUC=0.956, and it took an average of 2 minutes 24 seconds. In conclusion, the abPG-SGA is a better and more accurate screening tool in outpatient radiotherapy setting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohannessa Wulandari
"Pasien rawat inap di rumah sakit dengan keganasan sering terjadi malnutrisi. Deteksi dini malnutrisi mempercepat terapi awal nutrisi sehingga mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini merupakan studi uji diagnostik membandingkan MST dan PG-SGA dengan SGA pada pasien kanker ginekologik rawat inap di RSUPN Cipto Mangunkusumo sebanyak 66 orang pada bulan April 2015. Pengumpulan data menggunakan formulir skrining, pemeriksaan fisik, dan pengukuran antropometri. MST memiliki sensitivitas 70%, spesifisitas 88%, PPV 90%, NPV 65%, AUC 0,79. PG-SGA mempunyai sensitivitas 100%, spesifisitas 92%, PPV 95%, NPV 100%, AUC 0,96. Terdapat perbedaan signifikan lama waktu pengerjaan di antara ketiganya, dengan waktu tercepat dimiliki oleh MST. Prevalensi malnutrisi berdasarkan SGA sebesar 60,6%. PG-SGA merupakan alat skrining yang sesuai dalam mendeteksi malnutrisi pasien kanker ginekologik rawat inap.

Malnutrition is a common problem in hospitalized patients with malignancies. Early recognition of malnutrition leads to appropriate nutritional care plans and reduces rate of both morbidity and mortality. This diagnostic test study which comparing between MST and PG-SGA against SGA, was conducted on 66 hospitalized gynecologic cancer patients in April 2015. Data collection was obtained using screening tool forms, physical examination, and anthropometric measurement. According to SGA, 60.6% of patients were malnourished. MST had a sensitivity of 70% and a specificity of 88%. The PPV of MST was 90%, NPV 65%, and AUC value was 0.79. PG-SGA had a sensitivity of 100% and a specificity of 92%. The PPV of PG-SGA was 95%, NPV 100%, and AUC value was 0.96. There were a significant difference in time spent applying questionnaires between these screening tools, and MST had the quickest among three. PG-SGA is suitable screening tool for detecting risk of malnutrition in hospitalized patients with gynecologic cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komarunisa
"Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 merupakan alat skrining malnutrisi yang bertujuan untuk mendeteksi passien yang mengalami malnutrisi maupun berisiko malnutrisi. Dampak malnutrisi terhadap pasien dan rumah sakit, antara lain memperpanjang lama perawatan, meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, serta bertambahnya biaya pengobatan rumah sakit.
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap alat skrining tersebut pada pasien bedah rawat inap di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) dan membandingkan kedua hasilnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien bedah dewasa rawat inap dan mengetahui metode skrining yang tepat dan praktis untuk mendeteksi pasien berisiko malnutrisi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan mengetahui spesifisitas dan sensitivitas metode skrining NRS-2002, serta waktu pelaksanaan skrinng tersebut. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien bedah dewasa rawat inap di RSUPNCM yang memenuhi kriteria penelitian dengan jumlah sampel 75 orang. Seluruh instrumen penelitian divalidasi sebelum pengambilan data. Pengumpulan data meliputi wawancara menggunakan kuesioner dan formulir metode skrining malnutrisi, pengukuran berat badan dan tinggi badan estimasi serta penilaian indeks masa tubuh.
Didapatkan prevalensi malnutrisi sebesar 40% pada pasien bedah dewasa rawat inap di RSUPNCM dengan sensitivitas NRS 83,3% dan spesifisitas 100%. Jumlah penderita malnutrisi yang tertinggi berada pada kelompok umur >60 tahun ( p = 0,04) dengan kasus bedah gastrointestinal yang malnutrisi lebih banyak signifikan (p = 0,008) dibandingkan dengan kasus bedah non gastrointestinal serta waktu pelaksanaan berbeda signifikan antara SGA dan NRS 2002 (p = 0,00).

The Subjective Global Assessment (SGA) and Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 are screening tools aimed at detecting malnourished individuals and those at risk for malnutrition. The consequences of malnutrition for both patient and hospital include prolonged hospital length of stay, increased morbidity and mortality rate, and high hospital expenses.
In this study we examined the applicability of those screening tools in surgery hospitalized patients at Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) and compared the result.
The aim of this study is to investigate the prevalence of malnutrition in Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital and to determine which screening tools is more appropriate and practical for identifying the risk of malnutrition. Particularly, this study is to determine specificity, sensitivity and time consuming of the NRS 2002. The study is a cross-sectional study at surgery hospitalized patient in RSUPNCM and icluded 75 patients. All of the instruments will be validated prior to data collection, which includes interview using questionnaire and malnutrition tools form, weight and height estimated measurements and the assessment of body mass index.
The prevalence of malnutrition at surgery hospitalized patient in RSUPNCM was 40% with the sensitivity and the specificity of the NRS 2002 were 83,3% and 100% consecutively. The malnourished patients were significantly higher in the age group >60 years old (p= 0,04) with cases of gastrointestinal surgery more significant (p=0,08) compared with the case of non-gastrointestinal surgery as well as the time consuming significantly different between SGA and NRS 2002 (p=0,00).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susetyowati
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2015
363.82 SUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ni`Ma Nuraini Kusuma Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alat skrining malnutrisi yang sesuai untuk pasien kanker dewasa rawat inap pra bedah sehingga malnutrisi cepat dikenali dan dapat diberikan dukungan nutrisi secara dini. Penelitian ini merupakan uji diagnostik alat skrining Malnutrition Screening Tool (MST) dan Royal Marsden Nutrition Screening Tool (RMNST) dengan Subjective Global Assessment (SGA) sebagai pembanding terhadap 58 pasien kanker rawat inap pra bedah yang masuk rumah sakit kurang dari 24 jam. Sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN), dan area under the curve (AUC) dihitung untuk mengetahui metode yang paling baik diantara dua alat skrining dibanding standar baku. Hasil penelitian didapatkan prevalensi malnutrisi berdasarkan SGA sebesar 34,6%. Sensitivitas, spesifisitas, NDP, NDN, dan AUC MST berturut-turut adalah 88.9%, 97%, 94,12%, 94,28%, dan 93% sedangkan sensitivitas, spesifisitas, NDP, NDN, dan AUC RMNST masing-masing adalah 94.4%, 82.35%, 73,9%, 96,55%, and 88%. Hal ini menunjukkan bahwa RMNST lebih baik dibanding MST dalam menapis malnutrisi pada pasien kanker rawat inap pra bedah.

This study aimed to determine malnutrition screening tool which appropriate for adult hospitalized pre-surgical cancer patients, therefore, malnutrition could be recognized quickly and nutritional intervention could be provided at an early stage. This study was a diagnostic test of Malnutrition Screening Tool (MST) and the Royal Marsden Nutrition Screening Tool (RMNST) compared to Subjective Global Assessment (SGA) on 58 cancer pre-surgical inpatients who were admitted to the hospital less than 24 hours. Sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV), and area under the curve (AUC) were calculated to evaluate the perfomance of tools compared the standard. The result showed that the prevalence of malnutrition by SGA was 34.6%, the sensitivity, specificity, PPV, NPV, and AUC of MST were 88.9%, 97%, 94,12%, 94,28%, and 93% respectively while the sensitivity, specificity, PPV, NPPV, and AUC of RMNST were 94.4%, 82.35%, 73,9%, 96,55%, and 88% respectively. This indicated that RMNST better than MST in screening malnutrition in the cancer pre-surgical inpatients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Yonatan Oentiono
"Pasien rawat inap banyak yang mengalami malnutrisi di rumah sakit (RS). Malnutrisi dihubungkan dengan berbagai komplikasi, seperti risiko yang lebih tinggi mengalami infeksi, memperpanjang masa rawat (length of stay), meningkatkan biaya rawat, serta meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Variabilitas prevalensi malnutrisi masih banyak terjadi, akibat banyaknya instrumen skrining dan asesmen serta batas ambang penentuan malnutrisi. Kriteria malnutrisi terbaru menurut Global Leadership Initiative on Malnutrition (GLIM) mengusulkan model dua langkah untuk mendiagnosis malnutrisi di RS. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesahihan kriteria diagnosis GLIM dibandingkan dengan ASPEN dalam mendiagnosis malnutrisi pada pasien rawat inap dewasa. Penelitian menggunakan desain potong lintang pada subjek dewasa yang dirawat inap di RSCM. Setiap pasien didiagnosis menggunakan kriteria GLIM dan ASPEN oleh dokter yang berbeda. Sebanyak 100 subjek penelitian dengan median usia 44,5 tahun, mayoritas perempuan, diagnosis malnutrisi menurut kriteria GLIM paling banyak didapatkan pada pasien penyakit saluran cerna, hepatobilier dan pankreas 69% (20 dari 29 subjek) yang diikuti dengan penyakit keganasan 47% (10 dari 21 subjek). Menurut kriteria ASPEN, terdapat 48% pasien malnutrisi dengan rincian 22% malnutrisi sedang dan 26% malnutrisi berat. Menurut kriteria GLIM, terdapat 63% pasien dengan malnutrisi. Kriteria malnutrisi GLIM memiliki sensitivitas 97,9%, spesifisitas 69,2%, NPP 74,6%, dan NPN 97,3%. Uji chi square menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p = 0.000) antara GLIM dan ASPEN. Uji Cohen’s Kappa menunjukkan nilai k = 0,663 dan nilai p = 0.071 yang menunjukkan kesepakatan antara diagnosis GLIM dengan ASPEN dengan tingkat sedang (nilai k = 0,61-0,8) dan tidak signifikan. Median total lymphocyte count (TLC) adalah 1,725/mm3 dengan TLC terendah 340/mm3 dan tertinggi 15,660/mm3. Median kadar albumin adalah 3,85 g/dl dengan nilai terendah 1,1 g/dl dan tertinggi 5,4 g/dl.

Many inpatients are malnourished in the hospital (RS). Malnutrition is associated with various complications, such as a higher risk of infection, length of stay, increased hospitalization costs, and increased risk of morbidity and mortality. There is still a lot of variability in the prevalence of malnutrition, due to the large number of screening and assessment instruments and the threshold for determining malnutrition. The latest malnutrition criteria according to the Global Leadership Initiative on Malnutrition (GLIM) proposes a two-step model for diagnosing malnutrition in hospitals. This study aimed to examine the validity of the GLIM diagnostic criteria compared to ASPEN in diagnosing malnutrition in adult hospitalized patients. The study used a cross-sectional design on adult subjects who were hospitalized at RSCM. Each patient was diagnosed using the GLIM and ASPEN criteria by a different physician. A total of 100 patients with a median age of 44.5 years participated in the study, the majority were women, the diagnosis of malnutrition according to the GLIM criteria was mostly found in patients with gastrointestinal, hepatobiliary, and pancreatic diseases 69% (20 of 29 subjects) followed by malignancy 47% (10 of 21 subjects). According to ASPEN criteria, there were 48% of malnourished patients, 22% moderate malnutrition and 26% severe malnutrition, meanwhile according to the GLIM criteria, there are 63% of patients with malnutrition. The GLIM malnutrition criteria had a sensitivity of 97.9%, specificity of 69.2%, PPV 74.6%, and NPV 97.3%. The chi square test showed a significant difference (p = 0.000) between GLIM and ASPEN. Cohen's Kappa test showed a value of k = 0.663 and a value of p = 0.071 which indicated a moderate (k = 0.61-0.8) and insignificant agreement between the diagnosis of GLIM and ASPEN. The median total lymphocyte count (TLC) was 1.725/mm3 with the lowest TLC of 340/mm3 and the highest of 15,660/mm3. The median albumin level was 3.85 g/dl with the lowest value 1.1 g/dl and the highest 5.4 g/dl."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rabbinu Rangga Pribadi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Malnutrisi berdampak besar pada pasien kanker sehingga harus
dievaluasi dengan Patient-Generated Subjective Global Assessment (PG-SGA),
namun memakan waktu dan membutuhkan tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran
kekuatan genggam tangan (KGT) memiliki keuntungan lebih singkat dan mudah
dibandingkan PG-SGA, tetapi belum ada data titik potong dan akurasi diagnostik
KGT pada pasien kanker di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan titik potong dan akurasi diagnostik KGT sebagai penapis
malnutrisi pasien kanker rawat jalan di RSCM.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan pada pasien 18-59 tahun di
poliklinik onkologi RSCM selama 4 Mei-1 Oktober 2015. Titik potong KGT
dianalisis menggunakan kurva ROC. Akurasi diagnostik KGT dinilai dengan
menghitung sensitivitas, spesifisitas, NDP, NDN, RKP, dan RKN.
Hasil: Proporsi pasien dengan status nutrisi baik, malnutrisi sedang, dan
malnutrisi berat adalah17,4%, 64,2%, dan 18,4%. Titik potong optimal KGT
pasien kanker lelaki dan perempuan berturut-turut adalah ≤ 36,5 dan ≤ 21,5 kgf
dengan sensitivitas 92,2% dan 73,9%, spesifisitas 54,6% dan 60,9%, NDP 92,2%
dan 88,3%, NDN 54,6% dan 36,8%, RKP 2 dan 1,9, serta RKN 0,1 dan 0,4.
Simpulan: Titik potong optimal KGT pasien kanker lelaki dan perempuan
berturut-turut adalah ≤ 36,5 dan ≤ 21,5 kgf. Akurasi diagnostik KGT pasien
kanker lelaki dan perempuan sebagai penapis malnutrisi berturut-turut dinilai baik dan sedang.ABSTRACT
Background: Malnutrition has a huge impact on cancer patients and therefore it
has to be evaluated using PG-SGA, but there are limitations such as the timeconsuming
nature and the need of trained health personnels. Measurement of
HGS is faster and easier, but there is no sufficient information regarding its cutoff
point
and diagnostic
accuracy
for cancer
patients
in Indonesia.
Aim:
defining cut-off point and diagnostic accuracy of HGS as a malnutrition
screening modality for outpatient cancer population at RSCM.
Method: A cross-sectional study was conducted at RSCM oncology outpatient
clinic from May 4
th
-October 1
st
, 2015. Subjects were 18-59 years old. Cut-off
point and diagnostic accuracy of HGS were analyzed to generate sensitivity,
specificity, PPV, NPV, LR+, and LR- .
Result: The proportion of well nourished, moderately malnourished, and severely
malnourished subjects were 17.4%, 64.2%, and 18.4%, respectively. The optimal
HGS cut-off point in male and female cancer patients were ≤ 36.5 and ≤ 21.5 kgf
respectively with sensitivity 92.2% and 73.9%, specificity 54.6% and 60.9%,, PPV
92.2% and 88.3%, NPV 54.6% and 36.8%, LR+ 2 and 1.9, and LR- 0.1 and 0.4.
Conclusion: The optimal HGS cut-off point in male and female cancer patients
were ≤ 36.5 and ≤ 21.5 kgf, respectively. Diagnostic accuracy of HGS as a
malnutrition screening modality in male and female cancer patients were good and moderately good.
;Background: Malnutrition has a huge impact on cancer patients and therefore it
has to be evaluated using PG-SGA, but there are limitations such as the timeconsuming
nature and the need of trained health personnels. Measurement of
HGS is faster and easier, but there is no sufficient information regarding its cutoff
point
and diagnostic
accuracy
for cancer
patients
in Indonesia.
Aim:
defining cut-off point and diagnostic accuracy of HGS as a malnutrition
screening modality for outpatient cancer population at RSCM.
Method: A cross-sectional study was conducted at RSCM oncology outpatient
clinic from May 4
th
-October 1
st
, 2015. Subjects were 18-59 years old. Cut-off
point and diagnostic accuracy of HGS were analyzed to generate sensitivity,
specificity, PPV, NPV, LR+, and LR- .
Result: The proportion of well nourished, moderately malnourished, and severely
malnourished subjects were 17.4%, 64.2%, and 18.4%, respectively. The optimal
HGS cut-off point in male and female cancer patients were ≤ 36.5 and ≤ 21.5 kgf
respectively with sensitivity 92.2% and 73.9%, specificity 54.6% and 60.9%,, PPV
92.2% and 88.3%, NPV 54.6% and 36.8%, LR+ 2 and 1.9, and LR- 0.1 and 0.4.
Conclusion: The optimal HGS cut-off point in male and female cancer patients
were ≤ 36.5 and ≤ 21.5 kgf, respectively. Diagnostic accuracy of HGS as a
malnutrition screening modality in male and female cancer patients were good and moderately good.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nice Rachmawati Masnadi
"Anak yang dirawat di rumah sakit mempunyai risiko mengalami malnutrisi selama dirawat. Skrining nutrisi pediatrik membantu mengidentifikasi anak dengan risiko malnutrisi malnutrisi rumah sakit MRS .Tujuan: untuk mengetahui prevalens MRS dan skor risiko malnutrisi pada anak yang dirawat di RSUP Dr.M. Djamil. Metode: Penelitian kohort prospektif dilaksanakan dari November 2013 sampai Januari 2014 pada pasien rawat inap di Bagian Anak RS Dr. M. Djamil Padang. Penentuan status gizi, skor risiko malnutrisi, dan pelaksanaan asuhan nutrisi dilakukan pada semua subyek, sedangkan penilaian prevalens MRS dilakukan pada subyek yang dirawat ge;7 hari dan dinilai hubungan MRS dengan jenis kelamin, umur, status gizi, penyakit dasar dan jumlah diagnosis. Hasil: Subyek berjumlah 113 orang, 45,1 dengan status gizi kurang-buruk, median umur 36 bulan 1-168 bulan, median lama rawat 7 hari 3-47 hari dimana 52,2 subyek dirawat ge-7 hari. Berdasarkan STRONG-kids dimodifikasi didapatkan anak dengan risiko ringan 23,9, risiko sedang 61,9, dan dengan risiko tinggi 14,2. Prevalens MRS pada penelitian ini adalah 25,4. Faktor umur dan jumlah diagnosis berhubungan bermakna dengan prevalens MRS. Kesimpulan: Prevalens malnutrisi rumah sakit di Bagian Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang cukup tinggi, perlu dilakukan upaya untuk menurunkannya dimulai dari skrining risiko malnutrisi.

Abstract Background Children requiring hospitalization are at higher risk for hospital malnutrition. Pediatric nutrition screening helps to promptly identify children who are at risk of malnutrition. Objective To identify the risk and the prevalence of hospital malnutrition and in Department of Child Health Dr. M. Djamil Hospital, Padang.Methods A prospective cohort study was conducted in children who were hospitalized in Department of Child Health Dr. M. Djamil Hospital. We performed anthropometric measurement and nutritional status evaluation, determined nutritional screening, and practiced pediatric nutrition care to all children. We assessed the prevalence of hospital malnutrition at patient who hospitalized ge 7 days and its relationship with several factors.Results One hundred and thirteen children were hospitalized between November 2013 and January 2014 at our pediatric hospital, 45,1 were malnourished. Their median age was 36 months range 1 168 months, median length of stay was 7 days range 1 47 days and 52.2 were hospitalized for ge 7 days. According to the modified STRONG kids, 23.9 children were at low risk, 61.9 at moderate risk and 14,2 at high risk. Infectious disease is the most common 49.6 cause of hospitalization. Prevalence of hospital malnutrition was 25.4. Age and multiple diagnose have a significant relationship with the prevalence of hospital malnutrition. Conclusion The prevalence of hospital malnutrition in children at Dr. M. Djamil hospital Padang was high, and the need to lower that rate which began with nutrition screening."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carlson, Beverley A.
New York, NY: UNICEF, 1990
616.39 CAR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>