Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176434 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hani Ferrani
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar berdasarkan rekomendasi WHO dan Permenkes. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan jenis studi deskriptif dan data diperoleh dari penelusuran rekam medis secara retrospektif dan wawancara. Analisis data meliputi karakteristik pasien berdasarkan usia dan indikasi, gambaran penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar berdasarkan jenis, dosis, waktu pemberian, dan cara pemberian, serta kejadian infeksi luka operasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian bedah sesar paling banyak terjadi pada ibu dengan usia 20 ndash; 35 tahun 73 dengan indikasi terbanyak yaitu pre eklamsia berat PEB 13,33 . Antibiotik profilaksis yang paling banyak digunakan adalah Cefazolin 53,33 , dengan dosis 2 gram 54,67 , diberikan 100 secara intravena, dengan waktu pemberian yang paling sering yaitu > 60 menit 47,33 . Jenis antibiotik yang digunakan 60,66 sesuai. Dosis dan cara pemberian antibiotik 100 sesuai. Waktu pemberian antibiotik 52,67 sesuai. Terdapat 2 kasus ILO 1,33 dari 150 sampel pasien bedah sesar yang mendapatkan antibiotik profilaksis.

ABSTRACT
This study discusses the use of prophylactic antibiotics in patients with cesarean section at dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. The purpose of this study was to determine the description and appropriateness of prophylactic antibiotic use in cesarean section patients based on the recommendation of WHO and Permenkes. This study is a non experimental study with descriptive study type and data obtained from retrospective by tracking data from the medical record document of patient who where undergoing cesarean section uring 2016 and interview. Data analysis included patient characteristics by age and indications, use of antibiotic prophylaxis in patients with cesarean sections based on the type, dose, timing and mode of administration, and the incidence of surgical site infection. The result of the research shows that the incidence of cesarean section is most common in women aged 20 35 years 73 with the highest indication of severe pre eclampsia PEB 13.33 . Antibiotic prophylaxis is the most widely used is Cefazolin 53.33 , with a dose of 2 g 54.67 , given intravenously 100 , with the most frequent time of administration that is 60 minutes 47.33 . The type of antibiotic used is 60.66 accordingly. Dosage and method of administration of antibiotics 100 appropriate. The timing of antibiotics is 52.67 appropriate. There are 2 cases of ILO 1.33 of the 150 samples of caesarean section patients receiving prophylactic antibiotics."
2017
S69819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Wulandari
"ABSTRAK
Family-work conflict (FWC) adalah salah satu bentuk inter role conflict yaitu
tekanan atau ketidakseimbangan peran, antara peran di dalam keluarga dengan
peran di pekerjaan. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari family-work conflict
adalah penurunan hasil kinerja yang ditandai dengan indikator meningkatnya
absensi perawat perempuan diluar cuti tahunan dengan alasan ketidakhadiran
karena kepentingan keluarga.
Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara family-work conflict yang terdiri dari time-based
conflict, strain-based conflict dan behaviour-based conflict dengan kinerja pada
perawat perempuan di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Metode penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan sampel
sebanyak 78 responden perawat perempuan di bagian rawat inap. Hasil analisis
menunjukkan terdapat hubungan antara time-based conflict (p-value 0,007),
strain-based conflict (p-value 0,007) dan behaviour based conflict (p-value 0,026)
dengan kinerja pada perawat perempuan di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.

ABSTRACT
Family-work conflict (FWC) is a form of inter-role conflict, namely the role of
stress or imbalance, between the roles in the family with roles in the job. One
impact of family-work conflict is characterized by reduction in performance with
increased absenteeism indicators female nurse outside absences due to leave the
family's interests.
The purpose of this study was to determine the relationship
between family-work conflict consisting of time-based conflict, strain-based
conflict and behavior-based conflict with the performance of female nurses in
hospitals Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Methods This study uses
cross-sectional design with a sample of 78 respondents female nurse on the
inpatient. The results show there is a relationship between time-based conflict (pvalue
0.007), strain-based conflict (p-value 0.007) and behavior-based conflict (pvalue
0.026) with the performance of the female nurses in hospitals Dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabet Lana Astari Kinanthi
"Infeksi daerah operasi (IDO) merupakan salah satu komplikasi pembedahan. Hal tersebut menjadi beban untuk pasien dan penyedia kesehatan. Sebagian besar IDO dapat dicegah, dengan salah satu upaya pencegahan yaitu pemberian antibiotik profilaksis sesuai pedoman. Namun, pemberian antibiotik tersebut dapat tidak sesuai dengan pedoman yang ada yang dapat memicu IDO. Di rumah sakit penulis, terdapat pedoman yang dibuat untuk pemberian antibiotik profilaksis yang tepat. Studi ini menganalisis kepatuhan pemberian antibiotik profilaksis berdasarkan pedoman yang ada dan hubungannya dengan IDO. Pasien yang menjalani operasi elektif di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan Maret - Agustus 2019 diinklusikan dalam studi ini. Data mengenai pemberian antibiotik profilaksis dan karakteristik pasien dikumpulkan. Insidens IDO dievaluasi dalam waktu 30-90 hari pascaoperasi sesuai dengan definisi durasi waktu terjadinya IDO. Analisis data menggunakan uji Chi square. Insidens IDO dalam studi ini yaitu 11,3%. Tingkat kepatuhan pemberian antibiotik profilaksis sesuai pedoman rumah sakit yaitu 55%. Secara statistik, tidak ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan pemberian antibiotik profilaksis sesuai pedoman terhadap IDO (p = 0,225). Jenis luka operasi (p = 0,001) dan penggunaan drain (p = 0,046) adalah dua faktor yang memiliki hubungan bermakna terhadap IDO. Analisis multivariat terhadap faktor risiko IDO menyatakan bahwa dua faktor memiliki hubungan bermakna terhadap IDO, yaitu jenis luka operasi (p = 0,003; OR 6,30[IK95% 1,90-20,83]) dan penggunaan drain (p = 0,032; OR 3,45[IK95% 1,12-10,67]). Sebagian besar subjek yang menjalani operasi elektif memiliki kepatuhan pemberian antibiotik sesuai pedoman yang baik. Namun, secara statistik, studi ini menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan pemberian antibiotik profilaksis sesuai pedoman terhadap IDO.

One of surgical procedure complications is surgical site infection (SSI). It is a burden on both patients and health care providers. Most of SSIs are preventable, with prophylactic antibiotics administration as one of the interventions to control the incidence of SSI. However, it is prone to non-compliance leading to SSI. For this reason, our hospital created guideline about antibiotics administration. In this study, we analyze the compliance of prophylactic antibiotics administration and its relation to surgical site infection. Patients who underwent elective surgery at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital in March-August 2019 were included. Prophylactic antibiotics administration and patient medical characteristics were recorded. We evaluated SSI incidence in 30–90 days postoperatively according to the type of surgery. Analysis was performed using Chi square. The incidence of SSI was 11.3%. The compliance of prophylactic antibiotics administration to hospital guideline was 55%. There was no significant association between the prophylactic antibiotics administration adherence to hospital guideline with SSI (p = 0.225). The type of surgical wound (p = 0.001) and the usage of drains (p = 0.046) were two significant factors related to SSI. Based on multivariate analysis of risk factors affecting SSI, there were two factors, the type of surgical wound (p = 0.003; OR 6.30[95CI 1.90-20.83]) and the usage of drain (p = 0.032; OR 3.45[95CI 1.12-10.67]). More than half of our subjects underwent elective surgery has good compliance of prophylactic antibiotics administration according to hospital guideline. However, statistically in this study, we found no significant association between the compliance of prophylactic antibiotics administration and SSI."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binerta Bai Agfa
"Angka kejadian bedah caesar di seluruh dunia terus meningkat setiap tahun. Namun, angka risiko kematian pasca bedah caesar sangat tinggi akibat infeksi. Pemakaian suatu jenis antibiotik profilaksis pada sebagian kasus bedah caesar telah terbukti dapat mengurangi kejadian infeksi luka operasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik profilaksis serta kerasionalan antibiotik profilaksis yang digunakan pada pasien bedah caesar di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2015.
Penelitian dilakukan secara observasional dengan menggunakan metode deskriptif dan data diperoleh dari rekam medis pasien secara retrospektif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dinilai dari ketepatan pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu pemberian dan tanpa infeksi luka operasi.
Pasien yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian sebanyak 245 pasien. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis antibiotik profilaksis yang paling banyak digunakan adalah sefazolin (72,66%). Pada penelitian terdapat pasien bedah caesar yang menerima antibiotik profilaksis 100% tepat pasien, 100% tepat indikasi, 98,78% tepat obat, 98,37% tepat dosis dan 72,24% tepat waktu pemberian, serta 98,37% tanpa infeksi luka operasi. Penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar terbukti 72,24% pasien menunjukkan kerasionalan.
The number of caesarean section in all over the world continue to increase each year. But the rate of post caesarean section risk of death is very high due to infection. The use of a type of antibiotics prophylaxis in some cases of caesarean section has been proven to reduce the occurrence of surgical site infection. The purpose of this study was to know the image of antibiotic prophylaxis and the rationality of antibiotic prophylaxis on caesarean section patients in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in 2015.
This study was conducted in observation using descriptive method and the data is acquired from medical record investigation retrospectively. Data were collected using purposive sampling technique. Rational use of antibiotics assessed evaluation of the appropriate patient, appropriate indication, appropriate drug, appropriate dose, appropriate time and without the provision of surgical site infection.
Eligible patients as subjects of research were 245 patients. Data obtained showed that the most common kind of antibiotic prophylaxis that being used is cefazoline (72.66%). In this study were caesarean patients who received antibiotic prophylaxis showed 100% appropriate patient, 100% appropriate indication, 98.78% appropriate drug, 98.37% appropriate dose, 72.24% appropriate time and 98.37% no surgical site infection. The usage of antibiotic prophylaxis in patients with proven 72.24% caesarean section patients showed rationality."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Najwa Rokhmah
"Kejadian infeksi luka operasi menjadi salah satu jenis infeksi nosokomial yang sering banyak terjadi di beberapa negara. Belum maksimalnya penggunaan antibiotik profilaksis ditandai dengan penggunaannya yang tidak sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan secara nasional maupun internasional mengakibatkan meningkatnya resiko kejadian infeksi luka operasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik profilaksis bedah terhadap kejadian infeksi luka operasi yang dievaluasi selama 23 hari di RS Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel secara total sampling dan retrospektif dengan menggunakan data sekunder (rekam medis). Sampel penelitian sebanyak 577 rekam medis pasien sejak Januari 2013-Desember 2013.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 6 kejadian infeksi luka operasi (1,04%) dengan penggunaan antibiotik profilaksis tidak sesuai dengan Kepmenkes no 2046 tahun 2011. Tidak terdapat hubungan antara jenis dan waktu penggunaan antibiotik terhadap kejadian infeksi luka operasi serta tidak terdapat hubungan antara faktor resiko dengan kejadian infeksi luka operasi.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kejadian infeksi luka operasi di RS Dr H Marzoeki Mahdi cukup rendah dibandingkan penelitian lain yang pernah dilakukan dan tidak terdapat pengaruh signifikan antibiotik profilaksis serta faktor resiko terhadap kejadian infeksi luka operasi.

Surgical site infection is one of nosocomial infection that frequently happened in some countries. Unappropriate used of prophylactic antibiotic signed by the used of antibiotic not accordance with local or international guidelines and it caused surgical site infection increase.
This study aim to assesed and evaluated factors that affect antibiotic prophylactic use to surgical site infection in Marzoeki Mahdi Hospital Bogor. The design of this study cross sectional with total sampling, and data collected retrospectively. Sample of this study are 577 patient from January 2013- December 2013.
The result showed surgical site infection occur in 6 patients (1,04%), the used od prophylactic antibiotic is not appropriate Kepmenkes No 2046. There is no relationship between types and duration of prophylactic antibiotic to surgical site infection cases and also there is no relation between risk factors and surgical site infection cases.
In this study we can conclude incidence of surgical site infection in Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital was low and there is no significant relation between prophylactic antibiotic used and risk factors with surgical site infection cases.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Pursita
"Pemakaian antibiotik profilaksis pada sebagian kasus bedah caesar telah terbukti dapat mengurangi kejadian infeksi daerah operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik profilaksis serta kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis yang digunakan pada pasien bedah caesar di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Tahun 2016. Penelitian dilakukan secara observasional dengan menggunakan metode deskriptif analitik dan data diperoleh dari rekam medis pasien secara retrospektif. Data yang di analisis meliputi kesesuaian jenis antibiotik, dosis, dan waktu pemberian dibandingkan degan pedoman. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 267 pasien.
Hasil analisis data menunjukkan antibiotik profilaksis yang banyak digunakan adalah seftriakson injeksi. Ditinjau dari jenis antibiotik yang digunakan, dosis, dan waktu pemberiaan kesesuaiannya masing-masing sebesar 59,18, 74,91, 76,40. Secara keseluruhan, penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah caesar 28,46 mendapatkan penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai dan 71,54 tidak sesuai terhadap Clinical Pathway Sectio Caesarea di RSAB Harapan Kita, American Society of Health-System Pharmacists ASHP 2013, dan Drug Information Handbook 17th Edition.

The use of antibiotics prophylaxis in some cases of caesarean has been shown to reduce the incidence of surgical site infections. The purpose of this study was to know the description of the use of antibiotics prophylaxis and the suitability of antibiotics prophylaxis used in cesarean section patients at Mother and Children 39 s Hospital Harapan Kita in 2016. The study was conducted in observation using descriptive analytics method and data aquired from the patient 39 s medical records investigation retrospectively. The data analyzed included suitability of antibiotic type, dosage, and delivery time compared with guidelines. Patients who met the inclusion criteria were 267 patients.
The results of the data analysis show that the widely used prophylactic antibiotics are ceftriaxone injection. Judging from the type of antibiotics used, dose of confirmity, and time of conformity, suitability was 59.18, 74.91, and 76.40, respectively. Overall, the use of prophylactic antibiotics in cesarean section 28.46 of the use of appropriate prophylactic antibiotics and 71.54 were incompatible with the clinical pathway of Sectio Caesarea at Mother and Children 39 s Hospital Harapan Kita, American Society of Health System Pharmacists ASHP 2013, and Drug Information Handbook 17th Edition.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Corry Shirleyana Putri
"Gangren kaki diabetik ialah salah satu bentuk komplikasi yang dialami oleh banyak pasien penderita diabetes melitus. Pemberian terapi antibiotik sudah menjadi hal yang umum untuk mengatasi infeksi gangren kaki diabetik. Terapi antibiotik yang rasional sangat diperlukan bagi penderita infeksi gangren kaki diabetik kerena diharapkan dapat mengurangi terjadinya resistensi bakteri dan mencegah dilakukannya tindakan amputasi, mengurangi biaya dan waktu lama perawatan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien penderita gangren kaki diabetik yang di RSAL Dr. Mintohardjo pada tahun 2012, melalui penilaian ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan dosis ketepatan pasien, dan tidak adanya interaksi obat. Peneliti melakukan pengambilan data melalui data sekunder berupa rekam medis pasien periode Januari–Desember 2012 dengan desain cross-sectional. Dengan menggunakan teknik total sampling, didapatkan 18 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.
Pada hasil penyajian data secara deskriptif, penilaian ketepatan berdasarkan pemberian antibiotik pada pasien terdapat tepat dosis sebesar 27,78%, tepat indikasi 38,89%, tidak adanya interaksi obat 72,22%, tepat pasien 8,33%, dan tepat obat 13,89%. Pada penilaian terhadap jumlah pasien gangren kaki diabetik, terdapat 16,67% pasien sudah mendapatkan dosis yang tepat, 16,67% pasien mendapatkan antibiotik sesuai indikasi, 55,56% pasien tidak mengalami interaksi obat, 11,11% pasien mendapatkan terapi antibiotik tepat dengan kondisi pasien, dan 0% pasien mendapatkan antibiotik tepat obat. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tidak ada pasien gangren kaki diabetik yang mendapatkan pengobatan antibiotik secara rasional.

Diabetic foot gangrene is one of complications happened in many patients with diabetes mellitus. Antibiotic therapy has become a common thing to overcome diabetic foot infection. Rational antibiotic therapy is necessary for patients with diabetic foot gangrene infection because it is expected to reduce the occurrence of bacterial resistance, prevent the amputation, reduce cost, and patient's length of stay time.
The purpose of this study was to obtain an overview rational usage of antibiotics in patients with diabetic foot gangrene in Naval Hospital Dr. Mintohardjo during 2012, through the appropriate indication, appropriate drug, appropiate dose, appropiate patient, no drugs interaction. Researcher collected secondary data from medical record during January-December 2012 and used cross-sectional design. By total sampling technique, there were 18 samples were obtained in accordance with inclusion criteria of study.
Appropriate assessment based on number of antibiotics given, showed 27,78% appropriate dose, 38,89% appropriate indication, 72,22% no drugs interaction, 8,33% appropriate patient, and 13,80% appropriate drug. Based on the number diabetic foot gangrene patients, there were 16,67% patients received appropriate dose, 16,67% received appropriate indication of antibiotics, 55,56% patients had no drugs interaction 11,11% patients received appropriate antibiotics as their own condition, and 0% patients received appropriate drug. Based on the result of, it was concluded that, there were no diabetic foot gangrene patients who received rational antibiotic treatment.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martyarini Budi S
"Perawatan luka dianggap sebagai prosedur yang menyakitkan dan menyebabkan kecemasan bagi pasien. Agen analgesia yang diberikan terkadang tidak dapat mengatasi nyeri proseduraldan memberikan efek samping yang merugikan. Intervensi dengan permainan elektronik berdasarkan pada distraksi yang digunkan untuk menghambat rangsang nyeri mengarah ke otak. Penelitian ini betujuan ingin mengetahui efek dari permainan elektronik terhadap nyeri pada pasien post ORIF. Metode penelitian menggunakan quasi-experimental with a post-test only with control group, dengan 12 sampel dalam tiap kelompok ( Kelompok kontrol dan Kelompok Intervensi). Penelitian ini mengunakan uji t independent sebagai uji statistik. Hasilnya, rata-rata skala nyeri pada pasien kelompok kontrol adalah 65.5 (SD.10.75) dan kelompok intervensi adalah 47.75 (SD 15.1). Penelitian ini mebuktikan bahwa permainan elektronik mempunyai ekef distraksi pada nyeri prosedur dan dapat digunakan sebagai pilihan untuk terapi komplementer pada nyeri akut.

The management of wound dressing is reported as painful, distressing and a cause of anxiety for the patient. The traditional method of pharmacologic analgesia is often insufficient to cover procedural pain, and it can have deleterious side effects. Intervention with electronic games is based on distraction or interruption in the way current thoughts, including pain, are processed by the brain.This study investigates whether playing a electronical game, decreases procedural pain in patient with post ORIF. The paper reports on the findings of aquasi-experimental with a post-test only with control group, in which 12 patient in each group (Control Group & Intervention Group).This study used t - independet test for the statistical test.The result showed average pain scores for control group was, 65.5 mm (SD 10.75), while the intervention group who having electronical games, the average pain score was 47.75 mm(SD 15.1). The study provides strong evidence supporting electronical games in providing distraction effect on the procedural pain, suggesting another option in complementary theraphy of patient acute pain."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30744
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Fathni
"Laparotomi merupakan salah satu prosedur medis yang dilakukan secara manual dan menyebabkan banyak perlukaan, yang berisiko tinggi mengalami infeksi, yang dicegah dengan antibiotik profilaksis. Pemberian antibiotik profilaksis yang dilakukan secara empiris dapat menyebabkan banyak dampak negatif jika dilakukan tanpa pengkajian kerasionalan penggunaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data penggunaan antibiotik profilaksis dan melakukan evaluasi kerasionalannya dilihat dari ketepatan indikasi, ketepatan obat, dan ketepatan dosis. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data penggunaan antibiotik profilaksis laparotomi dari rekam medis pasien yang menerima prosedur laparotomi pada bulan Januari - Desember 2012 secara retrospektif dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling. Populasi penelitian berjumlah 486 pasien, dan 161 pasien diterima sebagai sampel penelitian, dengan total administrasi antibiotik profilaksis laparotomi sebanyak 230 kali.
Hasil penelitian menunjukkan pola penggunaan antibiotik profilaksis yang kebanyakan diberikan adalah antibiotik profilaksis tunggal (57,14%), dan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah seftriakson dan sefotaksim (34,78%). Penggunaan antibiotik profilaksis yang memenuhi kriteria tepat indikasi adalah 54,78%, tepat obat 3,48%, dan tepat dosis 88,70%. Namun demikian, dari seluruh sampel penelitian tidak ada yang dapat dikategorikan rasional dilihat dari ketepatan indikasi, obat, dan dosis.

Laparotomy is a manual medical procedure which causes many wounds, and has a high infection risk. Surgical site infection is usually prevented by administration of prophylaxis antibiotics. Empirical administration of prophylaxis antibiotics without rationality study can cause many negative impacts.
The aim of this study was to collect prophylaxis antibiotics usage data and to evaluate rationality of the administration, observed from the accuracy of indication, medication, and dose. This retrospective cross-sectional study was done by collecting laparotomy prophylaxis antibiotics usage data from medical record of patients who had received laparotomy procedure on January - December 2012 using total sampling. Population of study included 486 patients, and 161 patients were accepted as samples of study, with total 230 times administration of laparotomy prophylaxis antibiotics.
The results showed that most of prophylaxis antibiotics were given as single type antibiotic (57.14%), and the most antibiotics used were ceftriaxone and cefotaxime (34.78%). Patients given prophylaxis antibiotics with rational indication were 54.78%, only 3.48% were given the appropriate medication, and 88.70% were given antibiotics with the right dose. However, among all samples, none was considered rational in terms of indication, medication, and dose accuracy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursyahidah
"ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan antibiotik profilaksis bedah bertujuan untuk mencegah infeksi daerah operasi pada pasien yang dianggap mempunyai risiko tinggi. Meskipun kebijakan penggunaan antibiotik profilaksis dalam operasi telah ditetapkan, masih terdapat penggunaan yang tidak sesuai yang dapat menyebabkan peningkatan risiko resistensi antibiotik dan peningkatan biaya perawatan di rumah sakit.Tujuan: Mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik profilaksis serta efisiensi biaya penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah digestif di RSUPN-CMMetode: Penelitian ini merupakan studi retrospektif. Data sekunder diambil dari rekam medik pasien rawat inap Departemen Bedah RSUPN-CM selama periode Januari hingga Desember 2015. Pada penelitian ini 102 pasien yang mendapatkan antibiotik profilaksis dievaluasi berdasarkan panduan NHS Lanaskhire untuk ketepatan dosis dan waktu pemberian pada tindakan pembedahan dan panduan antibiotik profilaksis divisi bedah digestif RSUPN-CM untuk pemilihan antibiotik berdasarkan indikasi tindakan.Hasil: Dari 102 pasien penelitian 81,4 pasien mendapatkan antibiotik profilaksis dengan indikasi sesuai tindakan dan 90,8 pasien mendapatkan antibiotik profilaksis tepat dosis. Berdasarkan ketepatan waktu pemberian antibiotik profilaksis, sebanyak 52 pasien mendapatkan antibiotik profilaksis tepat waktu 30 menit . Sementara itu, pasien yang mendapatkan antibiotik profilaksis lebih dari satu dosis yang berarti bukan lagi profilaksis sebanyak 15,7 . Tambahan biaya obat akibat pemberian antibiotik profilaksis yang tidak sesuai pedoman sebesar Rp. 16.016.007,-.Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan masih adanya penggunaan antibiotik profilaksis yang tidak sesuai pedoman pada pasien bedah digestif RSUPN-CM. Pemberian antibiotik profilaksis yang tidak sesuai pedoman dapat menyebabkan peningkatan biaya perawatan rumah sakit. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pedoman yang digunakan.
hr>
b>ABSTRACT
"Background Prophylactic antibiotic is used to prevent surgical wound infections in surgery patients who are considered to have high risk of contamination. Despite established guideline, some studies reported inappropriate use of prophylactic antibiotic which potentially increase the risk of antibiotic resistance and hospitalization cost.Aim To evaluate the appropriateness and cost of prophylactic antibiotic usage in digestive surgery patients at Cipto Mangunkusumo hospital.Methods This was a retrospective study conducted on digestive surgery patients. Secondary data were collected from medical records of hospitalized patients in Surgery Department of Cipto Mangunkusumo hospital during the periode January to Desember 2015. In this study, 102 patients receiving prophylactic antibiotics were evaluated based on NHS Lanaskhire guideline for dosage and timimg in accordance with surgical types and guideline of digestive surgery division Cipto Mangunkusumo hospital for antibiotic selection.Results In 102 patients 81,3 patients received prophylactic antibiotics with appropriate indications and 91,2 patients received prophylactic antibiotics with appropriate doses. While 52 patient received prophylactic antibiotic with appropriate timing of 30 minutes. Meanwhile, patients that received prophylactic antibiotics more than once, which means not prophylactic anymore, were accounted for 15,7 . The estimated extra cost due to of inappropriate use of prophylactic antibiotics was Rp. 16.016.007, .Conclusion The results showed that inappropriate use of antimicrobial prophylaxis was still found in digestive surgery Cipto Mangunkusumo hospital and it increased drug cost. The most frequent inappropriateness was the timing of administration followed by inappropriate indication and dose. More work is needed in order to increase the adherence to the guidelines. "
2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>