Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tyas Ika Budi Setyowati
"ABSTRAK
Penyakit zoonosis telah menjadi ancaman global, salah satunya adalah rabies. 150 negara di dunia terjangkit rabies dan 55.000 orang meninggal setiap tahunnya. Case Fatality Rate CFR rabies sebesar 100 dan belum terdapat obat yang efektif untuk menyembuhkan rabies. Di Indonesia, terdapat 25 provinsi endemis rabies. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara faktor agen, pejamu dan lingkungan dengan prevalensi rabies di Indonesia Tahun 2015. Desain studi yang digunakan adalah korelasi dengan uji statistik regresi linier sederhana serta unit analisisnya adalah Provinsi. Terdapat korelasi antara spesimen positif r=0,606, Pvalue=0,003 , tingkat partisipasi angkatan kerja r=0,435, Pvalue=0,004 , dan cakupan vaksin anti rabies r= -0,567 , Pvalue=0,041 dengan prevalensi rabies. Perlu penelitian lebih lanjut pada tingkat yang lebih kecil dengan variabel yang bervariasi.

ABSTRACT
Zoonotic diseases has become global threats, one of which is rabies. 150 countries around the world contracted rabies and 55,000 people died every year. case fatality rate CFR of rabies is 100 and there is not yet an effective medicine to cure rabies. In Indonesia, there are 25 provinces of contracting rabies. The purpose of this research is to know the correlation between the factors of the agent, host, and environment with rabies prevelency in Indonesia by 2015.the study design used is correlation with simple linear regression statistical tests and analysis unit was provincial. There is a correlation between a positive specimens r 0,606, pvalue 0,0003 . labour force participation rate 9r 0,435, pvalue 0,004 and coverage of rabies vaccine 9r 0,567, pvalue 0,041 with rabies prevelensi. Needs to be more research on a smaller level with variables that varied."
2017
S69691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luton: White Crescent Press , 1976
614.563 OFF r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Widarso
"ABSTRAK
Program pemberantasan rabies telah dilaksakan secara terpadu lintas sektoral sejak Pelita V, yang tertuang dalam SKB Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri, tahun 1978 dengan peran dan tanggung jawab sesuai masing-masing sektor. Rabies tersebar di 20 propinsi, dengan terdapat kematian karena rabies setiap 3 hari 1 orang meninggal (1986-1989). Penyakit ini bersifat fatal. Hanya dengan cara memberikan vaksin anti rabies/serum anti rabies sesuai dengan SOP terhadap orang digigit hewan penular rabies dapat mencegah tidak terjadi kasus rabies pada manusia. Propinsi Jawa Barat menempati urutan ke dua setelah Sumatera Barat (1992). Penderita gigitan per-tahun di Jawa Barat rata-rata 2571 orang, kematian karena rabies 4,3 per 1000 gigitan. Lokasi penelitian adalah Kotamadya dan Kabupaten Bandung, sample diambil secara total populasi.
Penelitian ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP terhadap penderita gigitan hewan penular rabies. Metode yang dipergunakan adalah survai retrospektif dengan menggunakan data sekunder sejak 5 tahun yang lalu (1989-1993). Hasil penelitian didapatkan 2 variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemberian VAR/SAR sesuai SOP dan terhadap kematian karena rabies. Variabel tersebut adalah jenis luka gigitan dan keadaan hewan. Penular utama adalah hewan anjing. Jenis luka gigitan sangat menentukan indikasi pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP secepat mungkin. Demikian juga keadaan hewan penggigit, bila keadaan hewan lari/mati/dibunuh tanpa pemeriksaan laboratorium/diobservasi/ laboratorium positif maka ini merupakan indikasi kuat untuk pemberian VAR/SAR. Dari pengamatan sebanyak 4708 kasus gigitan hewan penular rabies yang terjadi/tercatat selama periode 1989-1993 di Kodya dan Kab. Bandung ternyata hanya didapat 11 kematian. Keadaan ini menunjukkan tingkat efektivitas yang sangat tinggi didalam penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular
rabies. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai S0P (yang mengaca pada SOP yang dibuat WHO) menunjukkan efektivitas sebesar 99,76% dalam menekan kematian karena rabies. Padahal kegagalan penetapan indikasi pemberian VAR/5AR dapat menyebabkan kematian 100X. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai SOP secara tepat dalam penanganan kasus gigitan hewan penular rabies, dapat menekan angka kematian sampai dengan 0,0055%.
Para petugas kesehatan (dokter/paramedis) di Kodya dan Kab. Bandung telah mengenai dan mengetahui dengan melaksanakan SOP dengan benar. Namun demikian agar petugas tetap segar tentang pengetahuan rabies maka perlu dilakukan pelatihan/penyegaran secara teratur.
Hasil yang sudah dapat dicapai di Kodya dan Kab. Bandung dapat dijadikan model serta direplikasikan kedaerah endemic lain.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustamar
"Rabies merupakan zoonosis penting yang dapat menular dari hewan kepada manusia, disamping case fatality rate-nya 100% juga mengurangi pemasukan devisa negara di bidang pariwisata sebab rabies merupakan penyakit yang ditakuti oleh wisatawan mancanegara setelah malaria. Sampai akhir tahun 1999, kasus rabies pada manusia tertinggi di Indonesia adalah di Pulau Sulawesi kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera dengan kasus rabies yang tertinggi terjadi di Propinsi Sumatera Barat. Di Sumatera Barat kasus rabies pada manusia sampai akhir tahun 1999,yang tertinggi terdapat di Kabupaten Tanah Datar dimana terdapat 7 kematian akibat rabies di kabupaten ini atau 39 % dari seluruh kematian akibat rabies di Propinsi Sumatera Barat.
Program pemberantasan rabies bertujuan untuk menurunkan kasus rabies baik pada manusia maupun pada hewan sehingga seluruh Indonesia pada tahun 2005 terbebas rabies, dimana salah satu kegiatan utama program pemberantasan rabies adalah memberikan vaksin anti rabies kepada anjing. Di Kabupaten Tanah Datar pencapaian vaksinasi rabies bagi anjing tersebut masih rendah yang sampai pada akhir tahun 1999 rata-rata hanya 26,8% dari target 70% populasi anjing di kabupaten ini.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi penyebab rendahnya perilaku pemberian vaksin anti rabies bagi anjing oleh masyarakat pemiliknya di Kabupaten Tanah Datar yang dihubungkan dengan pengetahuan, persepsi dari sikap masyarakat terhadap cara-cara memelihara anjing, rabies serta terhadap manfaat vaksin anti rabies bagi anjing. Juga untuk memperoleh informasi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam memelihara anjing pemburu oleh masyarakat pemburu di daerah ini,serta mendapatkan informasi baik tentang faktor pemungkin maupun faktor penguat yang dapat mempengaruhi untuk tetap berlangsungnya pemberian vaksinasi anti rabies bagi anjing oleh pemiliknya di daerah ini.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Emas, Lintau Buo dan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Pengumpulan data dimulai bulan November 2000 sampai Pebruari 2001. Desain penelitian adalah metode kualitatif dengan teknik diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih rendahnya perilaku masyarakat dalam pemberian vaksin anti rabies bagi anjing terutama oleh masyarakat pemburu pemilik anjing, hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara-cara memelihara anjing dan pengetahuan tentang penyebab rabies serta kegunaan vaksin anti rabies bagi anjing, yang menyebabkan timbulnya persepsi yang salah baik terhadap penyebab rabies maupun terhadap manfaat vaksin anti rabies untuk anjing, Persepsi yang salah ini ternyata menimbulkan sikap negatif terhadap pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemiliknya di daerah ini.
Dalam penelitian ini juga terungkap anjing pemburu mempunyai nilai tinggi bagi pemburu di daerah ini, namun tidak ditemui hubungan antara nilai tersebut dengan rendahnya pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemilik anjing pemburu di daerah ini. Selanjutnya dalam penelitian ini juga terungkap bahwa target pemberian vaksin anti rabies untuk anjing ditentukan berdasarkan ketersediaan vaksin, bukan berdasarkan jumlah anjing yang harus di vaksinasi per tahun, serta waktu pelaksanaan pemberian vaksinasi tersebut hanya sekali setahun dan ketua kelompok pemburu belum memberi dorongan kepada pemburu untuk selalu memberikan vaksin anti rabies bagi anjingnya. Semuanya itu berkemungkinan juga menjadi penyebab rendahnya perilaku masyarakat untuk memberi vaksin anti rabies kepada anjing.
Daftar Bacaan : 33 (1974-2000)

Analysis to the Respond of People Having Dogs to Anti Rabies Vaccination in Tanah Datar District Year 2000
Rabies is an important zoonotic disease transmissible from animal to human, with case fatality rate of 100% and has a potency to reduce the Country Foreign Exchange from tourism. Rabies is the most frightening disease to tourist after malaria. By the end of 1999, the highest member of rabies to human in Indonesia is in Sulawesi followed by Sumatera. West Sumatera has the highest record where Tanah Datar District has the most significant with 7 deaths over 39% of Rabies Deaths within West Sumatera.
Rabies Elimination program is aimed to reduce rabies case on human as well as animals until Indonesia is deemed free from rabies by the year 2005. The main activity of the program is to vaccinatie pet dogs. In Tanah Datar by the year 1999, the vaccination coverage is very low with oney 26.8% from 70% of target dogs in the community.
This research is to collect information of why people are reluctant to give anti rabies vaccination to their dogs in Tanah Datar in relation to their knowledge, perception and their good care of dogs, of rabies and anti rabies vaccination as well as its worth. It is furthermore aimed to know the norms of how hunters take care of their hunting dogs and to analyze enabling and reinforcing factors which could possibly encourage people within the district to vaccinate their dogs with anti rabies vaccination.
The research took place in Tanjung Mas Sub District, Lintau Buo and X.Koto Tang' Datar District, West Sumatera Province. Data collection started in November 2000 up to February 2001. The research is done using a qualitative method with focus group discussion techniques and in depth interview.
Result indicates that the reluctance in giving anti rabies vaccination were due to insufficient knowledge about good care of dogs and rabies and about the anti rabies vaccination is worth to dogs. The insufficient knowledge lead to misunderstanding on rabies and the effect of vaccination that causes negative respond to the vaccination program.
The research also revealed that hunters esteem their dogs highly, but there is no correlation between the value and the low respond to vaccination. The research result indicates that the target of vaccination depends on the vaccination availability and not on the number of dogs to be vaccinated per year. The vaccination only conducted once a year. The Chief Hunter did not encourage the hunting members to vaccinate their dogs. Currently there is District Regulation to control dogs entering form other regions. All these cause the low respond of the community to vaccinate their dogs.
Reference: 33 (1974-2000)."
2001
T4627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat jendral P3M Depkes , 1982
636.089 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Sri Gunawardhani
"Faktor sosial seperti jenis pekerjaan, penghasilan, pendidikan, agama, suku bangsa, akses terhadap informasi dan pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku pemilik hewan rentan rabies terutama pemilik dan pemelihara hewan anjing belum menunjukkan sikap dan perilaku yang baik atau positif sehingga upaya pengendalian rabies di DKI Jakarta tidak optimal. Saat ini Jakarta belum dinyatakan sebagai wilayah bebas rabies, padahal Rabies merupakan penyakit zoonosis yang membahayakan karena case of fatality 100% dan penyebab ketakutan masyarakat.
Jenis pekerjaan pemilik hewan tidak mempunyai korelasi dengan sikap dan perilaku, walaupun lebih dari separuhnya bekerja di bidang swasta (non pemerintahan). Demikian juga agama yang dianut tidak menunjukan hubungan tetapi hanya memperlihatkan karakteristik saja dimana agama Kristen/katholik lebih dominan dibanding agama lain. Jadi orang Kristen belum tentu bersikap dan berperilaku baik walaupun dalam agamanya tidak ada batasan untuk memelihara hewan rentan rabies utama yaitu anjing. Suku bangsa atau etnik Jawa merupakan suku pemilik terbanyak dibanding Tionghoa dan Batak belum dapat menunjukkan adanya hubungan dengan sikap maupun perilaku. Etnis Tionghoa juga Batak bukan jaminan sebagai pemilik hewan yang baik, tetapi orang Jawa yang di daerah asalnya tidak mempunyai tradisi/kebiasaan memelihara anjing, di Jakarta mereka lebih menghargai anjing sebagai hewan penjaga sekaligus kesayangan.
Melalui teori stimulus-response, pembentukan sikap dan perilaku pemilik hewan ternyata berhubungan dengan penghasilan, pendidikan dan pengetahuan. Sikap itu sendiri secara langsung mempengaruhi terbentuknya perilaku. Tingkat penghasilan sedang sampai tinggi lebih siap mengalokasikan dana untuk kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan hewannya. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi (rata-rata lulusan diploma atau sarjana) telah membuat kesadaran yang tinggi dalam berperilaku baik. Sedangkan pengetahuan tentang hewan, penyakit dan upaya pengendalian lebih banyak berhubungan dengan pembentukan sikap. Semakin banyak akses terhadap informasi maka banyak pengetahuan, sehingga semakin baik sikap. Perilaku yang ditunjukkan akan menjadi feed back sesuai teori umpan balik terhadap perilaku berikutnya yang lebih baik.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kombinasi kuantitatif dan kualitatif ini berhasil mempelajari dan mengidentifikasi lebih dari 70 % pemilik hewan rentan rabies bersikap dan berperilaku baik. Dan dapat memberikan solusi agar dihentikannya program vaksinasi massal gratis diganti dengan monitoring dan penegakan peraturan, pemberlakuan pajak anjing yang dikembalikan dalam bentuk kemudahan pelayanan kesehatan hewan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulasri Suwarno
"Rabies adalah penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat dan disebabkan oleh virus rabies. Kasus rabies di Kecamatan Makale dari tahun 2010-2011 terjadi peningkatan kasus yang disebabkan oleh perilaku kontak dengan anjing, keterbatasan pengetahuan dan cara memelihara anjing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mayarakat dan hubungannya dengan perilaku pencegahan rabies di Kecamatan Makale tahun 2013.
Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif, menggunakan desain studi cross sectional dengan cara menyebarkan kuesioner dan wawancara. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 171 responden yaitu pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Makale dan berdomisili di Kecamatan Makale.
Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam pada ketiga instansi yaitu camat makale, petugas peternakan dan petugas puskesmas yang menangani rabies. Analisa dengan menggunakan Chi Square pada 7 variabel dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pencarian pengobatan dan keterpaparan informasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pencarian pengobatan (OR=5,80) dan keterpaparan informasi (OR=1,99) terhadap perilaku pencegahan rabies.Variabel karakteristik (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan) dan pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan rabies.

Rabies is the acute infection disease which assault central nerves system and it is caused by rabies virus. The case of rabies at sub district of Makale from 2010-2012 has increase caused by contact with dog behavior, limitation of knowledge and the way of raising the dog. The observe of research is to determine the people’s knowledge and its relationship to rabies prevention at Sub District of Makale District of Tana Toraja South Sulawesi Province in 2013.
Research design is quantitative and qualitative. In quantitative, cross sectional design is conducted by questionnaire and interview. Sampling used is Systematic Random Sampling. Sample taken is 171 respondents of the people visit Makale Public Health Center and live in Sub District of Makale.
In qualitative, comprehensive interview is conducted in three departments which are Head of Makale Sub Distirct, livestock officer, and Public Health Center officer who deal with rabies. The analysis is using Chi Square with seven variables which are age, gender, education, occupation, knowledge, treatment, and information exposure.
Research result showed that there is a meaningful relationship between treatment (OR= 5,80) and information exposure (OR=1,99) to rabies prevention action. Characteristics variable (age, gender, education and occupation) and knowledge do not have any relationship to rabies prevention action.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Ariani
"Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang disebabkan oleh Lyssa virus (virus rabies) dan ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies. Rabies ini mempunyai masa kesakitan yang relatif pendek, Case Fatality Rate (CFR) 100%, menyerang semua umur dan jenis kelamin, sekali gejala klinis muncul selalu berakhir dengan kematian. Bali menjadi daerah endemis tahun 2008 dengan kasus GHPR dan lyssa yang cukup tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah memgetahui gambaran kasus rabies di provinsi Bali dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi masa inkubasi rabies di Bali. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional dengan jumlah sampel 72 kasus.
Rata rata masa inkubasi kasus rabies di provinsi Bali adalah 113 hari, dengan rata rata masa inkubasi paling pendek yaitu 20 hari adalah kasus dengan lokasi luka di kepala. Faktor umur, jenis kelamin dan jumlah luka gigitan terbukti tidak mempengaruhi masa inkubasi rabies di provinsi Bali. Faktor yang mempengaruhi masa inkubasi rabies di Bali adalah lokasi luka. Lokasi luka yang dekat dengan saraf memiliki risiko 81,8% untuk mengalami masa inkubasi  90 hari.

Rabies (hydrophobia) is a zoonosis disease caused by Lyssa virus (rabies virus) and is transmitted to humans through the bite of infected animal. Rabies has short duration of illness, Case Fatality Rate (CFR) 100%, attacks all ages and genders, once clinical symptoms occured it will ends with death. Bali has been infected since 2008 with a high number of animal bite cases and lyssa cases.
The purpose of this study was to describe rabies cases in the province of Bali and to know the factors affecting rabies incubation period in Bali province. The research was conducted with cross sectional design with 72 sample cases.
Average incubation period of rabies cases in the province of Bali is 113 days, and the shorter average incubation period is 20 days for the case with wound location at head. Factors age, sex and number of bite wounds proved not to affect the incubation period of rabies in the province of Bali. Factors affecting the incubation period of rabies in Bali is the location of the wound. Location close to the nerve injury had 81.8% risk for having an incubation period < 90 days.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz Ridwan
"Penyakit rabies atau anjing gila adalah suatu penyakit yang sangat ditakuti dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini ditularkan dari hewan yang sudah terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan lyssa virus. Lyssa virus dapat menularkan dengan secara cepat dari Hewan pada penderita lain melalui saliva (air liur). Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kejadian rabies di provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan data Laporan Kasus Rabies tahun 2008 hingga tahun 2011 dan data Kecamatan di Provinsi dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian rabies di Provinsi Bali dapat terjadi di semua wilayah baik di wilayah padat penduduk, di wilayah persawahan, dan di wilayah selain sawah seperti perkarangan, perkebunan, dan hutan.

Rabies or hydrophobia is a disease that is feared and can cause death. The disease is transmitted from animals that have been exposed to rabies virus to humans is called lyssa virus. Lyssa virus can quickly spread to other sufferers of Animals on through saliva. This study was made in order to determine the incidence of rabies in the province of Bali. This study uses data Rabies Case Reports 2008 to 2011 and District in the Province of data with univariate and bivariate analyzes. The results showed that the incidence of rabies in Bali province can occur in all areas both in densely populated areas, in the rice-fields, and in Land use such as besides rice, plantations, and forest."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>