Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90592 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairunisa Damayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat ukur inteligensi yang digunakan untuk peminatan siswa SMA, yang khusus pada kemampuan quantitative reasoning QR. Alat ukur ini terdiri dari dua subtes, yakni subtes yang mengukur penalaran kuantitatif deduktif QR-VA dan subtes yang mengukur penalaran kuantitatif induktif QR-DA. QR-VA terdiri dari 25 soal berbentuk soal cerita dan QR-DA terdiri dari 30 soal berbentuk deret angka. Sebelum dilakukan pengambilan data lapangan, kedua subtes terlebih dahulu diujikan melalui proses expert judgement, uji keterbacaan dan uji coba. Kedua alat ukur QR diujikan pada siswa SMA kelas X di Jakarta, baik QR-VA n = 98 dan QR-DA n = 101. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha untuk mengetahui konsistensi internal dan diperoleh bahwa QR-VA belum memiliki konsistensi internal yang baik 0,644, sementara QR-DA sudah dapat dikatakan memiliki konsistensi internal yang baik 0,732. Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan teknik correlation with other test.
Hasil korelasi validitas yang diperoleh untuk QR-VA sebesar 0,388 p < 0,01 menandakan bahwa QR-VA valid untuk mengukur kemampuan quantitative reasoning berdasarkan korelasi dengan TKD 5-R. Hasil korelasi yang diperoleh untuk QR-DA sebesar 0,565 p < 0,01 menandakan bahwa QR-DA valid untuk mengukur kemampuan quantitative reasoning berdasarkan korelasi dengan TKD 6-R. Pengujian analisis item dilakukan dengan menggunakan indeks item difficulty dan item discrimination. Kedua subtes quantitative reasoning memiliki derajat kesulitan yang bervariasi dari mudah hingga sulit dan kemampuan untuk mendiskriminasi siswa SMA dengan kemampuan quantitative reasoning tinggi dan rendah CrIT > 0,2. Dari hasil analisis item integratif maka diperoleh 15 item terpilih untuk QR-VA dan 20 item terpilih untuk QR-DA yang memiliki kemampuan diskriminasi yang baik dan tingkat kesulitan yang sesuai. Norma yang digunakan pada alat ukur QR adalah within group norms dengan standard score M=10, SD=3.

This study is intended to develop intelligence test used for specialization of high school students, which is specific to quantitative reasoning QR. This test consists of two subtests, which are deductive quantitative reasoning QR VA and inductive quantitative reasoning inductive QR DA. QR VA consists of 25 verbal arithmetic questions and QR DA consists of 30 number series questions. Before field, the two subtests were first tested through the expert judgment process, the legality and trial test. Both QR measurements were tested in high school class X students in Jakarta, both QR VA n 98 and QR DA n 101. Reliability testing performed using Cronbach Alpha to see internal consistency and QR VA does not have good internal consistency 0,644, while QR DA can have good internal consistency 0,732. Validity testing is done by using correlation with other test technique.
The correlation obtained for QR VA is 0.388 p 0.01 which means QR VA is valid for measuring quantitative reasoning abilities based on correlation with TKD 5 R, meanwhile the correlation for QR DA is 0.565 p 0.01 which means QR DA is valid for measuring quantitative reasoning abilities based on correlation with TKD 6 R. Item analysis was done by using item difficulty and item discrimination. Both subtests of quantitative reasoning have varying degrees of difficulty from easy to difficult and the ability to discriminate high school students with high and low quantitative reasoning abilities CrIT 0,2. From the integrative item analysis result, 15 items were selected for QR VA and 20 items were selected for QR DA with a good and appropriate degree of difficulty. The norm used in the QR is in the norm group with the standard score of M 10, SD 3.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuuresa Adhe Kautsari
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang alat ukur inteligensi komprehensif berbasis teori CHC. Alat ukur ini berguna untuk membantu siswa SMA memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Pada penelitian ini, subtes yang akan dirancang adalah subtes perceptual speed subtes PS. Subtes ini termasuk ke dalam jenis speed test, terdiri dari 150 item dengan batas waktu pengerjaan maksimal lima menit. Sampel pada penelitian ini berjumlah 97 siswa yang berasal dari tiga sekolah menengah atas negeri Jakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Teknik pengujian reliabilitas menggunakan teknik split-half. Koefisien Spearman-Brown yang dihasilkan dari pengujian reliabilitas sebesar 0,943 yang berarti subtes ini konsisten dalam mengukur konstruk yang sama.
Pengujian validitas konstruk pada subtes PS dilakukan menggunakan metode correlation with other test, yaitu tes TIKI-M subtes ldquo; Meneliti rdquo; r = 0,785, p < 0,01. Analisis item dilakukan melalui uji item difficulty dengan hasil keseluruhan item sudah termasuk ke dalam derajat kesulitan mudah atau sangat mudah. Norma subtes disusun dengan within-group norms, menggunakan standard scores. Raw scores diubah ke dalam distribusi standard scores dengan nilai mean 10 dan nilai standar deviasi 3. Data raw score terdistribusi secara normal sehingga standard score didapatkan dari transformasi linear.

This research was conducted to construct an intelligence test based on CHC theory. It is necessary to assist senior high school students to choose their major that suits their interests and abilities. In this research, we focus on perceptual speed subtest PS subtest. This subtest is classified as speed test, consists of 150 items with five minutes as the maximum time limit. The sample of this research was 97 students from three senior high schools in Jakarta. The sampling technique used was convenience sampling. The reliability testing technique used was split half technique. The Spearman Brown coefficient obtained from the reliability testing was 0,943 which means this subtest is consistent in measuring the same construct.
Testing of construct validity on PS subtest was carried out using correlation with other test method, one of subtest on TIKI M test which is ldquo Meneliti rdquo was used r 0,785, p 0,01. Item analysis was done through item difficulty test with result indicated that the entire item is included into the degree difficulty easy or very easy. The subtest norm was developed using within group norms, standard scores. The raw scores was converted to a distribution of standard scores with a mean of 10 and an SD of 3. The raw scores is normally distributed so standard scores was obtained by linear transformation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Anita Dwinata
"Penelitian ini bertujuan untuk menyusun tes Penalaran Induktif Figural PIF sebagai subtes dari battery test inteligensi yang didasarkan oleh teori inteligensi Cattell-Horn-Carroll CHC. Pengambilan data lapangan dilakukan pada siswa kelas X dari tiga SMA di Jakarta N=97. Dari pengujian reliabilitas dengan metode Cronbah rsquo;s Alpha menunjukkan bahwaTes PIF memiliki konsistensi internal yang baik dalam mengukur sebuah konstruk ?=0,727. Pengujian validitas konstruk dengan mengorelasikan Tes PIF dengan Standard Progressive Matrices, diperoleh hasil Tes PIF valid dalam mengukur konstruk penalaran induktif r= 0,67, p=0,000. Hasil analisis derajat kesukaran aitem menunjukkan secara umum aitem-aitem pada tes tergolong mudah p antara 0,14 hingga 0,97.
Dari analisis daya diskriminasi aitem diperoleh hasil sebagian aitem telah mampu membedakan individu yang memiliki kemampuan penalaran yang induktif yang tinggi dan yang rendah crit ge; 0,2= 23 aitem . Hasil analisis distraktor menemukan bahwa sebagian besar aitem belum memiliki distraktor yang berfungsi dengan baik dalam mengecoh peserta. Within-group norm dengan transformasi non-linear standard score M=10, SD=3 dibuat untuk menginterpretasi skor tes. Diperlukan revisi terhadap aitem dan pengujian kembali tes PIF sebelum tes ini dapat digunakan untuk tujuan peminatan siswa SMA.

This research was conducted to develop new figural inductive reasoning test as part of the new intelligence battery test based on Cattell Horn Carroll Theory of Human Inteligence CHC. Field data was collected from X grade students in three different high schools in Jakarta N 97. Cronbach's Alpha test showed that PIF Test has adequate internal consistency in measuring a construct 0,727. Correlation with Standard Progressive Matrices found that PIF Test is valid in measuring inductive reasoning r 0,67, p 0,000. Item difficulty analysis indicates that most items have dissatisfying item difficulty level 0,14 le p le 0.97.
Item discrimination analysis describes that half of items has sufficient item discrimination index crit ge 0,2 23 item . Distractors power analysis explains that most items have distractors that poorly deceive the test taker. Within group norms with normalized transformation M 10, SD 3 is available for interpretation. Revision is required regarding the aitem as well as re examination of the PIF Test before this test is suitable to be used for high school student streaming purposes.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Mardianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan salah satu subtes dari tes inteligensi, yaitu tes working memory capacity WM yang akan digunakan sebagai salah satu acuan dalam pertimbangan proses peminatan siswa SMA di Indonesia. Penyusunan tes WM didasarkan pada teori CHC yang merupakan teori yang paling komprehensif dan kontemporer pada saat ini. Pengujian tes WM dilakukan pada siswa SMA kelas X di wilayah Jakarta yang berasal dari peminatan IPA dan IPS. Pengujian reliabilitas terhadap tes WM menggunakan metode Cronbach Alpha menunjukan bahwa tes WM memiliki konsistensi internal yang baik untuk mengukur suatu konstruk.
Pengujian validitas konstruk menggunakan metode correlation with other test, menunjukan bahwa tes WM merupakan tes yang valid untuk mengukur konstruk working memory capacity karena berkorelasi secara signifikan dengan tes IST subtes ME yang juga mengukur memori. Selain itu, berdasarkan hasil analisis aitem, tes WM telah memiliki aitem-aitem dengan derajat kesulitan aitem yang beragam dan daya diskriminasi yang baik. Telah disusun norma tes WM dengan menggunakan normalized standard score, dengan M=10 dan SD=3.

This research was conducted to develop one of the subtests from intelligence test, that is working memory capacity WM test that will be used as a reference to make considerations in the high school student rsquo s specilization in Indonesia. The constructions of WM test was based on CHC theory which is the most comprehensive and contemporary theory of intelligence. The tested of WM test was conducted at the first year of high school students in Jakarta region, including students from sciences and social science major. Reliability testing using Cronbach Alpha method showed that WM test has good internal consistency.
Validity testing using correlation with other test method showed that WM test is a valid test to measure working memory capacity, because the WM test significantly correlated with the ME subtest of IST test which also measure memory. Furthermore, based on the item analyses, WM test has good item with a variant item difficulty and good item discriminant. The norm of WM test was using normalized standard score, M 10 and SD 3.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Putri Utami
"Kurikulum 2013 K13 yang sedang berlaku saat ini mengharuskan siswa SMA kelas X yang baru masuk tahun ajaran baru untuk langsung melakukan peminatan sebelum proses pembelajaran dimulai. Salah satu cara menentukan kelompok peminatan ialah dengan menggunakan tes psikologis atau tes peminatan. Selain itu, metode belajar dalam kurikulum 2013 pun secara tidak langsung memaksa siswa SMA untuk lebih aktif membaca materi pelajaran secara mandiri karena guru mengurangi pemberian materi pelajaran dengan metode ceramah. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman bacaan merupakan hal yang utama bagi siswa SMA saat ini, sehingga diperlukan adanya tes psikologis, khususnya tes inteligensi yang mengukur pemahaman bacaan sebagai alat bantu penetapan kelompok peminatan.
Alat ukur ini dibuat berdasarkan teori inteligensi CHC. Sampel dari uji coba ini ialah 97 siswa SMA kelas X dari berbagai SMA di daerah Jakarta dan Depok. Alat ukur terdiri dari 15 item dan menggunakan multiple-choice dengan 4 pilihan jawaban. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa Tes RC tidak memiliki konsistensi antar item dalam mengukur pemahaman bacaan dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,61. Hasil uji validitas konstruk menunjukkan bahwa Tes RC valid dalam mengukur konstruk pemahaman bacaan dengan koefisien korelasi sebesar 0,323 p < 0,01 . Hasil uji analisis item menunjukkan bahwa item-item pada alat ukur belum dapat membedakan individu yang memiliki kemampuan pemahaman bacaan yang tinggi dengan yang rendah. Norma yang digunakan ialah scaled score dengan M=10 dan SD=3.

The current curriculum K13 requires new high school students to choose a major when entering the new academic year before the learning process begins. One way to determine the major is to use psychological testing. In addition, the learning method in the current curriculum also indirectly forced high school students to more actively read the subject matter independently. It happens because the teacher reduces the provision of subject matter by lecture method. Based on that, it can be said that reading comprehension is the main ability needed by high school students nowadays, so it takes a psychological testing that measures reading comprehension as a tool for majoring.
This intelligence testing construction is based on CHC theory. The sample of this trial involves 97 high school students of 10th grader from various high schools in Jakarta and Depok area. The intelligence testing consists of 15 items and uses multiple choice with 4 choices. The reliability statistic indicates that RC test does not have inter item consistency in measuring reading comprehension with reliability coefficient equals to 0.61. The result of construct validity shows that RC test is valid for measuring reading comprehension with correlation coefficient equals to 0,323.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat tes inteligensi berdasarkan teori Cattel-Horn-Caroll CHC yang ditujukan untuk rekomendasi peminatan siswa SMA. Tes yang dikembangkan pada penelitian ini adalah tes yang mengukur kemampuan associative memory tes AM . Pengambilan data dilakukan di Jakarta dengan sampel siswa SMA kelas X N=96. Hasil uji reliabilitas tes AM memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0,86. Dari hasil uji validitas konstruk dengan metode correlation with other test menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,45.

The objective of this research is to construct the intelligence test based on Cattel Horn Caroll CHC theory as a tool to student placement in senior high school. The intelligence test that is developed in this research constructs the assosiative memory AM test. The sample of this research is the first grade senior high school students N 96 in Jakarta. The realiability test shows the result coefficient alpha 0,86. The construct validity correlation with other test shows correlation result 0,45."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Jasmine
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara persepsi siswa terhadap program Bimbingan Konseling (BK) Karir dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 3 di Jakarta. Pengukuran persepsi siswa terhadap BK Karir dikembangkan berdasarkan Tujuan BK Karir pada Permendikbud No. 111 Tahun 2014 dan terbagi ke dalam dua aspek yaitu kurikulum BK Karir dan Guru BK. Pengukuran adaptabilitas karir diukur menggunakan Skala Adaptabilitas Karir (Indianti, 2015) yang disesuaikan untuk anak SMA. Partisipan berjumlah 272 siswa SMA yang berasal dari sekolah negeri dan swasta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara BK Karir yang dipersepsi positif oleh siswa dengan adaptabilitas karir (r = 0,144; p = 0,009; signifikan pada L.o.S 0,01). Artinya semakin tinggi peran BK Karir yang dipersepsi positif oleh siswa, maka semakin tinggi adaptabilitas karirnya. Selain itu, penelitian juga membuktikan bahwa kurikulum karir memiliki koefisien korelasi lebih besar daripada guru BK. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan program bimbingan konseling karir di sekolah mampu meningkatkan kualitas kurikulum BK Karir dan guru BK agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam memutuskan karir selepas SMA.

This research was conducted to find the correlation between student perception toward Career Counseling program and career adaptability among 3rd grader students in Senior High School in Jakarta. Students? perception in Career Counseling was measured by adapting The Vision of School Counseling Program which stated in Permendikbud No. 111 Tahun 2014 and divided into two aspects which are career curriculum and teacher. Meanwhile career adaptability was measured by Skala Adaptabilitas Karir (Indianti, 2015) which adjusted to high school students. Number of participants in this research was 272 students came from public and private senior high school in Jakarta.
Result of this research shown that career counseling which is perceived positively by students has a correlation with career adaptability (r = 0,144; p = 0,009; significant at L.o.S 0,01). Which means, the higher amount of career counseling perceived positively, the higher career adaptability. Research also found that career curriculum has higher correlation coefficient than teacher. The research result could be used to improve the quality of curriculum and teacher to develop students? career adaptability.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Fitriyanti
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara peer attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12. Pengukuran peer attachment dilakukan dengan alat ukur Inventory of Parental and Peer Attachment (IPPA) ? Revised Peer Version (Armsden & Greenberg, 2009). Untuk pengukuran adaptabilitas karir menggunakan modifikasi alat ukur Skala Adaptabilitas Karir oleh Indianti (2015). Partisipan berjumlah 272 dari siswa kelas 12 SMA Negeri dan Swasta di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara peer attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12 (r=0,225 dan p=0,000, signifikan pada LoS 0.01). Artinya, semakin tinggi peer attachment seseorang semakin tinggi pula adaptabilitas karirnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi siswa SMA kelas 12 untuk memiliki adaptabilitas karir yang baik dalam memilih jurusan kuliah, dan bagaimana hubungan peer attachment dapat berpengaruh pada adaptabilitas karir siswa SMA kelas 12.

This research aimed to find the correlation between peer attachment and career adaptability among 12th grader senior high school students. Peer attachment was measured using the Inventory of Parental and Peer Attachment (IPPA) - Revised Peer Version, Armsden & Greenberg (2009). Career Adaptability was measured using modification from the Career Adaptability Scale by Indianti (2015). The participants of this research are 272 senior high school student grade 12th, both state and private school in Jakarta. The result of this research found that positive correlation between peer attachment and career adaptability among 12th grader senior high school student (r=0,225 and p=0,000, significant at LoS 0.01). The higher peer attachment of student, the more career adaptability they had. Based on this result, its important for 12th grader senior high school student to have a good career adaptability in order to choose and preparing the next level education, and how peer attachment relationship among students can effect career adaptability for 12th grader senior high school student.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophie Dwiyanti
"ABSTRAK
Collaborative learning/CL sebagai suatu metode pengajaran alternatif, diyakini bisa
membawa perubahan bagi falsafah pengajaran tradisional yang masih dianut di
Indonesia saat ini. Ciri pengajaran tradisional yang bertumpu pada pusat otoritas guru
dalam kelas, banyak mengakibatkan situasi berharga yang bisa dipetik siswa di kelas,
menjadi begitu saja terlewatkan dan bahkan pada akhirnya hanya menjadikan siswa
bersikap pasif pada proses pembelajaran dirinya sendiri (Harris & Graham, 1994;
Hewitt & Scardamalia, 1995).
Metode CL dibangun melalui pendekatan belajar yang mendefinisikan belajar sebagai
proses konstruksi pengetahuan, penggunaan pengetahuan terdahulu dan selalu terkait
dengan situasi (Resnick, 1989), sehingga implikasinya adalah harus ada kegiatan aktif
dalam proses belajar. Dengan demikian dalam kelas CL guru diminta untuk berbagi
otoritas dengan siswa, saling memberikan pengalaman dan pengetahuan bersama
menetapkan pilihan tugas dan menyelesaikannya secara bersama (Tinzmann, dkk.,
1990)
Aktivitas kelas yang demikian, didominasi oleh keadaan saling berbagi, yang akan
berimplikasi pada penggunaan alat dan kegiatan bersama. Kenyataan ini hanya bisa
sampai pada tujuan yang ditetapkan hanya bila ada pemahaman bersama (shared
understanding) mengenai tugas (Traum, 1996). Tercapainya pemahaman bersama
dalam CL dapat terlihat dari mekanisme social grounding/ SG (Dillenbourg &
Schneider, 1993). SG adalah proses dimana dua orang yang berdiskusi berusaha
mengelaborasi keyakinan bersarna (mutual belief) bahwa salah satu rekan diskusinya
telah memahami apa yang disampaikan pembicara SG terlihat dalam setiap unit
percakapan dimana masing-masing pembicara secara terus menerus berkoordinasi
untuk tetap ?terhubung? dengan ini pembicaraan, dengan cara menunjukkan bukti-
bukti yang dapat memandu pembicara mengetahui bahwa lawan bicaranya telah
memahami ucapannya.

Dalam aktivitas CL, komunikasi yang terjadi adalah hasil aktivitas kolektif yang
memerlukan tindakan yang terkoordinasi. Oleh karena itu grounding menjadi penting
artinya untuk melihat bahwa tiap anggota tetap berada di jalur yang sama. Selain itu,
shared understanding ini adalah kondisi yang dibutuhkan agar aktivitas CL berjalan,
karena kita tidak mungkin berasumsi bahwa kelompok rnemang berkolaborasi, bila
setiap anggota tidak mengerti apa yang dikolaborasikan. Dari pemikiran ini, maka
peneliti ingin memperoleh gambaran bagaimana social grounding yang terjadi pada
sekelompok siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan collaborative learning.
Grounding dalam percakapan dapat dilihat melalui model kontribusi yang
dikemukakan oleh Clark dan Schaefer (dalam Clark & Brennan, 1991). Dalam model
ini, setiap kalirnat dianalisa dengan melihat bukti-bukti grounding, seperti relevant
next turn, continued attention, gelengan kepala atau dari teknik yang digunakan,
seperti menunjuk sesuatu, memberikan deskripsi alternatif dan sebagainya. Analisis
yang dilakukan dari tiap kalimat yang ada, dikenal dengan analisis percakapan
(conversation analysis) yang dikemukakan Schegloff (1991).
Untuk melihat gambaran social grounding, maka satu kelompok (terdiri dari 5 orang
siswa) berdiskusi mengenai suatu tugas (materi AIDS), dan direkam secara audio-
video selama kegiatan berlangsung. Penelitian yang dilakukan selama 8 kali sesi
diskusi, menghasilkan 8 buah transkrip percakapan, dengan total kalimat/giliran
bicara sebanyak 6452 buah. Selain itu penelitian ini menunjukkan juga bahwa dalam
kelompok terjadi grounding dengan persentase yang cukup tinggi (88,8%). Hal ini
dikuatkan dengan bukti-bukti positif bahwa siswa memiliki pemahaman dengan isi
diskusi.
Beberapa saran bisa diberikan untuk penelitian ini, bila guru ingin menerapkan CL
dalam kegiatan belajarnya, maka ia harus memainkan peran sebagai mediator yang
terus memantau jalannya diskusi yang rnemastikan siswa tetap terkoordinasi. Saran
lain yang dapat diberikan antara lain perumusan tujuan yang lebih jelas, pengaturan
jadwal kegiatan yang lebih lama namun dalarn frekuensi 1 kali saja dalam seminggu.
Selain itu, penulisan transkrip harus lebih mengikuti kaidah penulisan yang baku, dan
perlu untuk menonton kembali rekaman video nntuk melihat kalimat-kalimat yang
tidak bisa diidentifikasi dan sekaligus untuk mernperkaya observasi."
1998
S2756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Nursusilowati
"ABSTRAK
Informasi di dalam sistem ingatan manusia disusun dalam suatu jaringan
informasi yang terorganisasi. Informasi akan disimpan dengan membentuk suatu
hubungan antar satu konsep dengan konsep yang telah ada sebelumnya (Solso,
1991). Hubungan antara sejumlah konsep yang tersimpan di dalam sistem ingatan
manusia itu disebut sebagai struktur pengetahuan (Jonassen, et.al., 1993).
Struktur pengetahuan berperan penting dalam aktivitas kognitif karena
memudahkan untuk melacak informasi yang dibutuhkan, memudahkan untuk
mengaktifkan hubungan antar konsep dan memudahkan untuk menggunakan
strategi pemrosesan informasi (Chi & Glaser, dalam Flavel, et.al., 1993).
Dalam belajar, seorang siswa perlu dibantu untuk mengembangkan
struktur pengetahuannya. Agar struktur pengetahuan siswa berkembang, siswa
harus mendapat kesempatan untuk mengintegrasikan pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumnya, berperan aktif dalam belajar dan terjadi konflik kognitif
dalam ingatan siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan siswa dalam
lingkungan belajar kelompok (Brown & Palincsar, 1991).
Salah satu bentuk belajar dalam kelompok adalah belajar kolaboratif.
Belajar kolaboratif ditandai oleh adanya pembagian pengetahuan antara guru dan
siswa, pembagian otoritas antara guru dan siswa, guru berperan sebagai mediator
dan pengelompokan siswa yang heterogen (Tinzmann, et.a1., 1990).
Penelitian ini hendak melihat bagaimana perkembangan struktur
pengetahuan siswa yang mengikuti kegiatan belajar kolaboratif Penelitian ini
dilakukan dengan memperhatikan perkembangan struktur pengetahuan setiap scsi.
Untuk itu pengamatan dilakukan pada l kelompok siswa yang beranggotakan 5
orang_
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa selama mengikuti kegiatan belajar
kolaboratif, struktur pengetahuan siswa menunjukkan adanya kecenderungan
meningkat. Peningkatan tersebut diamati pada 2 hal, yaitu hubungan semantik
antar pasangan konsep dan pengelompokan konsep dalam peta kognitif.
Dilihat dari hubungan semantik antar konsep, selama mengikuti kegiatan
belajar kolaboratif, siswa semakin mampu mengidentifikasikan kekuatan
hubungan semantik antar konsep, dan nilai hubungan semantik yang dibentuk
siswa semakin sesuai dengan nilai semantik yang dibentuk pakar.
Dilihat dari peta kognitif yang dibentuk siswa selama mengikuti kegiatan
belajar kolaboratif, pengelompokan konsep dalam peta kognitif semakin
menyerupai pengelompokan konsep yang terdapat di peta kognitif pakar dan
jumlah konsep yang posisi pengelompokannya sama dengan peta kognitif pakar
bertambah jumlahnya.
Fakta lain yang ditemui dalam penelitian yaitu bahwa perkembangan
struktur pengetahuan kemungkinan dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya (prior knowledge). Namun demikian, fakta ini masih perlu
diteliti lebih lanjut
Mengingat penelitian ini dilakukan pada 1 kelompok siswa dengan
anggota 5 orang, maka akan lebih baik bila dilakukan penelitian lebih lanjut yang
melibatkan subyek dengan jumlah yang besar."
1998
S2573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>