Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147229 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wita Widiani
"ABSTRAK
Lama rawat dihitung dari tanggal keluar pasien dikurangi tanggal pasien masuk ruang perawatan yang tercatat pada data rekan medik.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik anak dengan lama rawat anak yang mengalami infeksi sistem saraf pusat di RSUD Cibinong tahun 2013-2016. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan studi korelasi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data rekam medik pada tahun 2013-2016. Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 0-18 tahun yang mengalami infeksi sistem saraf pusat yaitu 106 responden dengan menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik anak yang memiliki hubungan bermakna dengan lama rawat adalah jenis kelamin p value 0,032 , status gizi p value 0,000 , dan penyakit penyerta p value 0,000 . Rekomendasi bagi pelayanan keperawatan agar dapat meningkatkan asuhan keperawatan yang komprehensif dan bagi manajemen rumah sakit agar menetapkan standar lama rawat untuk anak dengan penyakit infeksi sistem saraf pusat.

ABSTRACT
The length of stay was calculated from the patient 39 s discharge date minus the date of patient enters the treatment room that recorded on the medical records. This study aimed to identify relationship between children rsquo s characteristics with the length of stay of children who had central nervous system infection at RSUD Cibinong in 2013 2016. This study used cross sectional design with correlation studies. This study used secondary data that was medical record in 2013 2016. The sample in this study were children aged 0 18 years who had central nervous system infection, that was 106 respondents by using simple random sampling. The results showed that the characteristics of children with significant association with length of stay were gender p value 0,032 , nutritional status p value 0,000 , and comorbidities p value 0,000 . The recommendation on this study is for nursing services to improve comprehensive nursing care and for hospital management to establish the standard length of stay for children with central nervous system infection. "
2017
S68264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Kadaristiana
"Latar belakang: Infeksi susunan saraf pusat (SSP) dapat berakibat fatal bagi anak. Salah satu komplikasi infeksi SSP adalah gangguan keseimbangan natrium yang dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis, memperberat gejala infeksi SSP, dan berkaitan dengan luaran buruk. Meskipun demikian, masih sedikit penelitian yang berupaya memprediksi gangguan keseimbangan natrium pada anak dengan infeksi SSP.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memprediksi gangguan keseimbangan natrium pada anak dengan infeksi SSP.
Metode: Penelitian ini merupakan studi prognostik dengan rancangan penelitian kohort retrospektif di RSCM menggunakan data rekam medis dari Januari 2020-Desember 2023. Subyek yang diteliti ialah anak berusia >1 bulan sampai 18 tahun yang mengalami infeksi SSP. Prediktor yang diteliti adalah penurunan kesadaran saat masuk rumah sakit, dugaan patogen penyebab, sepsis, kelainan struktural kranioserebral sebelumnya, dan kejang sebelum masuk RS.
Hasil: Terdapat 76 subyek yang mengalami infeksi SSP. Median usia subyek ialah 1,61 tahun (rentang 0,09-17,14 tahun). Proporsi lelaki dan perempuan hampir sama dengan lelaki sebanyak 39 (51,3%). Jenis infeksi SSP terbanyak ialah meningitis bakterialis (22 pasien, 28,9%). Terdapat 54 episode gangguan keseimbangan natrium pada 48 subyek (63,1%). Etiologi gangguan keseimbangan natrium diketahui pada 13 pasien dengan penyebab terbanyak ialah cerebral salt wasting (CSW) pada empat subyek. Pada analisis multivariat regresi logistik hanya penurunan kesadaran saat masuk rumah sakit yang dapat memprediksi gangguan keseimbangan natrium pada subyek dengan infeksi SSP probable dan terkonfirmasi dengan RR 1,5 (IK 95% 1,033-2,176), nilai p=0,033. Gangguan keseimbangan natrium pada infeksi SSP probable dan terkonfirmasi meningkatkan risiko kematian dengan RR 7,8 (IK 95% 1,074-56,65), nilai p=0,015.
Simpulan: Penurunan kesadaran saat masuk rumah sakit merupakan prediktor gangguan keseimbangan natrium pada anak dengan infeksi SSP probable dan terkonfirmasi. Gangguan keseimbangan natrium pada populasi ini dapat meningkatkan risiko kematian secara signifikan.

Background: Central nervous system (CNS) infection can be fatal for children. One of the complications of CNS infection is impaired sodium balance which can cause delayed diagnosis, aggravate symptoms of CNS infection, and is associated with poor outcomes. However, few studies have attempted to predict sodium balance disturbances in children with CNS infections.
Objective: This study aims to identify and predict impaired sodium balance in children with central nervous system infection.
Methods: This is a prognostic study with an retrospective cohort design at RSCM using medical record data from January 2020-December 2023. The subjects studied were children aged >1 month to 18 years who had CNS infections. The predictors studied were decreased consciousness at admission, suspected causative pathogen, sepsis, previous craniocerebral structural abnormalities, and seizures before admission.
Results: There were 76 subjects with central nervous system infection. The median age of the subjects was 1.61 years (range 0.09-17.14 years). The proportion of males and females was almost equal with males 39 (51.3%). The most common type of CNS infection was bacterial meningitis (22 subjects, 28.9%). There were 54 episodes of sodium balance disorder in 48 subjects (63.1%). The etiology of sodium balance disorders was known in 13 patients with the most common cause was cerebral salt wasting (CSW) in four subjects. In multivariate logistic regression analysis, only decreased consciousness at hospital admission predicted sodium balance disturbance in subjects with probable and confirmed CNS infection with RR 1,5 (95% CI 1,033-2,176), p value=0,033. Impaired sodium balance in probable and confirmed CNS infection increased the risk of death with RR 7,8 (95% CI 1,074-56,65), p value=0,015.
Conclusion: Decreased consciousness at hospital admission is a predictor of impaired sodium balance in children with probable and confirmed CNS infection. Impaired sodium balance in this population can significantly increase the risk of death.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaeti Amilia
"ABSTRAK
Kepuasan kerja perawat merupakan indikator mutu pelayanan keperawatan yang dapat mempengaruhi kinerja. Perilaku caring merupakan kinerja perawat yang menjadi inti dari praktik keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kepuasan kerja dengan perilaku caring perawat pelaksana di RSUD Cibinong. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah perawat pelaksana di ruang rawat inap sebanyak 108 orang dengan teknik proportional sampling. Uji bivariat menggunakan chi-square menunjukkan adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan perilaku caring perawat pelaksana (p=0,000, CI 95%). Perawat yang merasa puas mempunyai peluang 4,7 kali untuk berperilaku caring. Uji regresi logistik menyatakan bahwa kepuasan kerja intrinsik merupakan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja. Manajer keperawatan harus melakukan monitoring kepuasan kerja perawat pelaksana serta melakukan pengarahan dan pengawasan pelaksanaan caring. Perawat yang kurang berperilaku caring harus diberikan pembinaan, sedangkan untuk rekrut perawat baru perlu melakukan psikotes untuk mengkaji faktor intrinsik calon perawat baru.

ABSTRACT
Nurse job satisfaction is an indicator of the quality of nursing care and affects performance. Caring behavior as the performance of nurse which become the core of nursing practice in providing quality of nursing care. Caring is the essence of nursing practice that reflects the quality of nursing care. This study aims to identify the relationship of job satisfation with caring behavior of nurses in Cibinong Hospital. This study was a descriptive correlation with cross sectional approach. The research sample were taken nurses in the inpatient unit as many as 108 people with a stratified sampling technique. Bivariate test using a chi-square showed no relationship between job satisfaction and nurses caring behavior (p < 0.05). Nurses who were satisfy have the opportunity to practice caring 4.7 times. Logistic regression analysis stated that intrinsic job satisfaction is the most dominant factor. Nursing managers should be monitoring job satisfaction as well as the direction and supervision of the implementation of caring. Nurse who practice caring less should be given guidance. For new nurses in recruit nurses should emphasize the intrinsic factor this would include making psikotes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Randika Caesario
"HIV adalah virus yang menginfeksi sel darah putih dan melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. faktanya ODHIV 30 kali lebih mungkin terjangkit TB dibandingkan orang tanpa HIV. Tahun 2021 jumlah ODHIV di Indonesia 540.000. Sedangkan Kabupaten Bogor dan RSUD Cibinong menempati posisi 3 besar dengan kunjungan HIV tertinggi. oleh karena itu terapi TLD dan TLE adalah terapi terbanyak yang digunakan di wilayah tersebut. Desain penelitian menggunakan survei dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Pengambilan data melalui retrospektif dengan studi crossectional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 45 pasien. Analisis data melalui univariat untuk melihat sebarapa besar persentase dan rata-rata perhitungan biaya rumah sakit, serta analisis bivariat menggunakan uji T-Independent Test untuk membuktikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan biaya yang digunakan kasus TB HIV dengan terapi TLD dan TLEHasil penelitian membuktikan bahwa dengan banyaknya pasien TLD dari pada TLE menyebabkan biaya yang dikeluarkan rumah sakit juga lebih besar. Tarif klaim INACBGs pada terapi TLD juga mempunyai tarif yang lebih tinggi dari pada TLE. Selisih yang dihasilkan dari kedua obat tersebut adalah Rp. 543.286. Lama rawat inap terapi TLD juga lebih rendah dari pada TLE yaitu selesih 0,2 hariBiaya yang dikeluarkan pasien yang menggunakan terapi TLD lebih besar, namun profit yang dihasilkan lebih besar pula dari pada terapi TLE. Analisis statistik membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan dari biaya rumah sakit dan lama rawat. Saran dalam penelitian ini pihak rumah sakit dapat mensosilisasikan kembali terkait kebermanfaat terapi tersebut menimbang dari segi efek samping dan profit yang dihasilkan.

HIV is a virus that infects white blood cells and overcomes the human immune system. in fact people living with HIV are 30 times more likely to contract TB than people without HIV. In 2021 the number of PLHIV in Indonesia will be 540,000. Meanwhile, Bogor District and Cibinong Hospital occupy the top 3 positions with the most HIV visits. therefore TLD and TLE therapy is the most used therapy in the region. The research design uses a survey with a descriptive quantitative approach. Retrieval of data through retrospective with cross-sectional studies. The sample in this study used total sampling with a total of 45 inpatients. Data analysis was done using univariate to see how big the proportion and average hospital costs were, as well as bivariate analysis using the T-Independent Test to prove that there was a significant average difference in the costs used for TB HIV cases with TLD and TLE therapy. The results of the study proved that with the large number of TLD patients compared to TLE, the costs incurred by the hospital are also greater. INACBGs claim rates for TLD therapy also have higher rates than TLE. The resulting difference from the two drugs is Rp. 543,286. The length of stay for TLD therapy is also lower than TLE, which is 0.2 days difference. The costs incurred by patients using TLD therapy are greater, but the profit generated is also greater than TLE therapy. Statistical analysis proves that there is no significant average difference in hospital costs and length of stay. Suggestions in this study the hospital can re-socialize regarding the benefits of this therapy considering the side effects and the resulting of the profit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Roswenda
"Pengaruh obesitas terhadap morbiditas dan mortalitas pasien kritis masih kontroversial. Tingginya massa lemak pada pasien obesitas menyebabkan disregulasi sistem imun, peningkatan risiko kadiovaskular, gangguan penyembuhan luka, dan perubahan farmakokinetik antimikroba. Walau demikian, banyak studi menunjukkan pasien yang dirawat di ruang rawat intensif (intensive care unit - ICU) dengan obesitas memiliki kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 18,5 – 24,9 kg/m2. Fenomena ini disebut paradoks obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan obesitas berdasarkan IMT dengan lama rawat dan kejadian infeksi nosokomial di ICU. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dengan subjek pasien kritis yang di rawat di ICU Dewasa RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pasien dilakukan pemeriksaan antropometri kemudian IMT dihitung dan dikelompokan menjadi kelompok tidak obes dan obes berdasarkan kriteria IMT Asia-Pasifik. Pemantauan pasien dilakukan setiap hari untuk mengambil data lama rawat dan diagnosis infeksi nosokomial dari rekam medis. Dari 79 subjek, sebagian besar (65%) berjenis kelamin perempuan dengan median usia 46 tahun. Sebagian besar subjek masuk ICU pasca pembedahan (89%) dan skor qSOFA 1 (52%). Sebagian besar pasien (92%) keluar dari ICU untuk stepdown ke ruang rawat biasa dan sebanyak 8% pasien meninggal dunia. Sebanyak 5% dari seluruh subjek mengalami infeksi nosokomial berupa ventilator associated pneumonia (VAP). Tidak terdapat hubungan antara infeksi nosokomial dengan status gizi (OR (IK 95%): 1,03 (0,1-14,85)). Tidak ada perbedaan lama rawat di ICU antara pasien obesitas dibandingkan dengan pasien yang tidak obesitas (P = 0,663).Pengaruh obesitas terhadap morbiditas dan mortalitas pasien kritis masih kontroversial. Tingginya massa lemak pada pasien obesitas menyebabkan disregulasi sistem imun, peningkatan risiko kadiovaskular, gangguan penyembuhan luka, dan perubahan farmakokinetik antimikroba. Walau demikian, banyak studi menunjukkan pasien yang dirawat di ruang rawat intensif (intensive care unit - ICU) dengan obesitas memiliki kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 18,5 – 24,9 kg/m2. Fenomena ini disebut paradoks obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan obesitas berdasarkan IMT dengan lama rawat dan kejadian infeksi nosokomial di ICU. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dengan subjek pasien kritis yang di rawat di ICU Dewasa RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pasien dilakukan pemeriksaan antropometri kemudian IMT dihitung dan dikelompokan menjadi kelompok tidak obes dan obes berdasarkan kriteria IMT Asia-Pasifik. Pemantauan pasien dilakukan setiap hari untuk mengambil data lama rawat dan diagnosis infeksi nosokomial dari rekam medis. Dari 79 subjek, sebagian besar (65%) berjenis kelamin perempuan dengan median usia 46 tahun. Sebagian besar subjek masuk ICU pasca pembedahan (89%) dan skor qSOFA 1 (52%). Sebagian besar pasien (92%) keluar dari ICU untuk stepdown ke ruang rawat biasa dan sebanyak 8% pasien meninggal dunia. Sebanyak 5% dari seluruh subjek mengalami infeksi nosokomial berupa ventilator associated pneumonia (VAP). Tidak terdapat hubungan antara infeksi nosokomial dengan status gizi (OR (IK 95%): 1,03 (0,1-14,85)). Tidak ada perbedaan lama rawat di ICU antara pasien obesitas dibandingkan dengan pasien yang tidak obesitas (P = 0,663).Pengaruh obesitas terhadap morbiditas dan mortalitas pasien kritis masih kontroversial. Tingginya massa lemak pada pasien obesitas menyebabkan disregulasi sistem imun, peningkatan risiko kadiovaskular, gangguan penyembuhan luka, dan perubahan farmakokinetik antimikroba. Walau demikian, banyak studi menunjukkan pasien yang dirawat di ruang rawat intensif (intensive care unit - ICU) dengan obesitas memiliki kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 18,5 – 24,9 kg/m2. Fenomena ini disebut paradoks obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan obesitas berdasarkan IMT dengan lama rawat dan kejadian infeksi nosokomial di ICU. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dengan subjek pasien kritis yang di rawat di ICU Dewasa RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pasien dilakukan pemeriksaan antropometri kemudian IMT dihitung dan dikelompokan menjadi kelompok tidak obes dan obes berdasarkan kriteria IMT Asia-Pasifik. Pemantauan pasien dilakukan setiap hari untuk mengambil data lama rawat dan diagnosis infeksi nosokomial dari rekam medis. Dari 79 subjek, sebagian besar (65%) berjenis kelamin perempuan dengan median usia 46 tahun. Sebagian besar subjek masuk ICU pasca pembedahan (89%) dan skor qSOFA 1 (52%). Sebagian besar pasien (92%) keluar dari ICU untuk stepdown ke ruang rawat biasa dan sebanyak 8% pasien meninggal dunia. Sebanyak 5% dari seluruh subjek mengalami infeksi nosokomial berupa ventilator associated pneumonia (VAP). Tidak terdapat hubungan antara infeksi nosokomial dengan status gizi (OR (IK 95%): 1,03 (0,1-14,85)). Tidak ada perbedaan lama rawat di ICU antara pasien obesitas dibandingkan dengan pasien yang tidak obesitas (P = 0,663).

There are still many controversies regarding the impact of obesity on morbidity and mortality of the critically ill patient. Immune dysregulation, increased cardiovascular risk, impaired wound healing and changes antimicrobial pharmacokinetics can all be attributed to increased fat mass in obese individuals. Even so, numerous studies show increased survival of obese critically ill patiens compared to normal BMI. This phenomenon is known as the obesity paradox. This study aims to see the relationship between obesity with ICU Length of Stay and nosocomial infection in critically ill patient of RSUPN Cipto Mangunkusumo. Subjects’ anthropometric measurements were taken and then grouped into obese or normal BMI group based on Asia-Pacific BMI classification. Length of stay and diagnosis of nosocomial infection were recorded during daily follow up while the subjects were still admitted in the ICU. There is a total of 79 subjects, mostly female (65%) with median age of 46 years. Most patients were admitted to the ICU following surgery (89%) with a qSOFA score of 1 (52%). 92% of patients stepdown from the ICU with the remaining 8% died. 5% of patients had nosocomial infection, all of them being ventilator associate pneumonia. There is no significant relationship between rate of nosocomial infection and obesity status (OR (95% CI): 1,03 (0,1-14,85)). The median length of stay for both subject groups is 2 days. There is no difference in ICU length of stay between obese patients and normal BMI (p=0,663)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Annisa
"ABSTRAK
Terapi inhalasi merupakan salah satu strategi penatalaksanaan gangguan bersihan jalan napas pada anak balita dengan pneumonia meskipun beberapa penelitian tidak merekomendasikan tindakan tersebut dalam pengobatan rutin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian terapi inhalasi dengan lama hari rawat anak balita penderita pneumonia. Desain penelitian menggunakan cross-sectional. Seratus dua pasien penderita pneumonia dalam data rekam medis diambil secara consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian terapi inhalasi dengan lama hari rawat. Pemberian terapi inhalasi dengan menggunakan bronkodilator kombinasi ?-agonis dan antikolinergik NaCl 0,9 dan bronkodilator ?-agonis NaCl 0,9 lebih efektif mengurangi lama hari rawat.

ABSTRACT
Inhalation therapy is one of optional management of impaired airway clearance in children under age of five with pneumonia. This study aimed to examine correlation of inhalation therapy and hospital length of stay in children under age of five with pneumonia. This cross sectional study included 102 consecutive patients with pneumonia in medical record. The study result showed a significant correlation between the use of inhalation therapy and hospital length of stay. Inhalation therapy with combination of bronchodilator agonist and anticholinergic NaCl 0.9 and bronchodilator agonist NaCl 0.9 are more effective to reduce hospital length of stay in children under age of five with pneumonia."
2016
T47453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Sonia Fauziah
"ABSTRAK
Pengalaman hospitalisasi pada anak merupakan salah satu stresor utama orangtua selama
hospitalisasi. Peningkatan stres pada orangtua yang terjadi karena penampilan dan perilaku
anaknya yang sakit, dapat mengubah respon perilaku dan emosional orangtua yang berdampak
pada peran dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi untuk merawat anak mereka.
Sebelum merencanakan intervensi keluarga, adalah penting untuk menilai lingkungan yang
berpotensi menimbulkan stres orangtua. Penelitian ini bertujuan melihat gambaran tingkat stres
orangtua pada anak berusia 0-18 tahun yang sedang dihospitalisasi. Desain penelitian ini
deskriptif dengan teknik purposive sampling terhadap 75 orangtua di ruang anak RSUD
Cibinong Bogor. Dengan analisis univariat, hasilnya bervariasi yaitu orangtua merasa stres
ringan (68,0%), stres sedang (16,0%); tidak stres (13,3%); dan stres berat (2,7%). Bagi perawat
anak disarankan untuk menerapkan aspek caring dan family centered care untuk mengurangi
stres orangtua. Disarankan untuk penelitian selanjutnya menghubungkan tingkat stres dengan
variabel lain, misalnya dengan tingkat kepuasan pelayanan, dsb.

ABSTRACT
Experience of hospitalization in children is one of the major stressor parents during
hospitalization. An increase in parental distress at this time over the child’s appearance and
behavior may alter parents’ behavioral and emotional responses, impacting their role and
interfering with their ability to adapt to the situation and care for their child. Before planning a
family intervention, it is important to assess the potential environmental parental stressors. This
study aims to look at the level of parental stress in children aged 0-18 years who were
hospitalized. Design of this research is descriptive with purposive sampling technique to 75
parents in pediatric care unit Cibinong Bogor Hospital. The result are the parents feel no stress
(13,3%); mild stress (68,0%); medium stress (16,0%); and severe stress (2,7%). For caregivers
are advised to apply aspect of caring and family centered-care to reduce parental stress. It is
recommended for further research linking stress levels with other variables, such as the level of
service satisfaction, etc."
2014
S57591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Suciah Khaerani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Konstipasi pada anak merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang cukup tinggi di dunia. Konstipasi pada anak memiliki dampak penurunan kualitas hidup pada orang tua dan anak, serta menimbulkan beban ekonomi untuk segi pelayanan kesehatan. Konstipasi fungsional pada anak bersifat multifaktorial. Faktor-faktor risiko konstipasi anak bervariasi pada setiap tempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko konstipasi fungsional pada anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2013-2016. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder rekam medis yang terdapat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM dengan desain penelitian potong lintang. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan prevalensi konstipasi anak di RSCM adalah 6,85 dengan 84 diantaranya merupakan konstipasi fungsional. Melalui analisis bivariat, didapatkan hasil konsumsi ASI eksklusif p=0,088, status gizi p=1,000, riwayat keluarga p=0,332, urutan anak dalam keluarga p=0,076, dan riwayat toilet training p=1,000 tidak berhubungan bermakna dengan kejadian konstipasi fungsional anak. Pada analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik, didapatkan variabel yang paling berhubungan dan signifikan terhadap konstipasi fungsional anak adalah jenis kelamin OR 6,696; IK95 1,224-36,620; p=0,028. Kesimpulan: Jenis kelamin adalah faktor paling berhubungan terhadap konstipasi fungsional anak, hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.

ABSTRACT
Background Childhood constipation is one of the health problem with high prevalence worldwide. It affects both patients and parents quality of life. It also causes economic burdens especially for health services. Childhood constipation is multifactorial. Risk factors of childhood functional constipation differs from one place to another. This study aimed to determine factors associated with childhood functional constipation in Cipto Mangunkusumo hospital Jakarta year of 2013 2016. Methods This cross sectional study used secondary data from medical records in the Pediatrics Department RSCM. Results The results showed that the prevalence of childhood constipation is 6.85 with 84 among those are functional constipation. Through the bivariate analysis, it was found that exclusive breast milk consumption p 0.088, nutritional status p 1.000, family history p 0.332, the order of children in the family p 0.076, and history of toilet training p 1.000 were not significantly related with childhood functional constipation. On multivariate analysis with logistic regression, it was found that gender was associated with childhood functional constipation OR 6.696 IK95 1.224 36.620 p 0.028 . Conclusion It was found that gender was associated with childhood functional constipation. This result differs from other previous studies. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audria Graciela
"Latar Belakang: Tumor sistem saraf pusat (SSP) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas di seluruh dunia yang menyebabkan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Tumor SSP menyebabkan defisit neurologis dan berisiko terjadinya kaheksia. Kaheksia dihubungkan dengan penurunan respons pengobatan dan penurunan kesintasan. Peradangan sistemik merupakan ciri khas kaheksia. Rasio neutrofil limfosit (RNL) merupakan penanda inflamasi sistemik yang mudah dan rutin diperiksa dengan harga yang tidak mahal. Belum diketahui hubungan antara RNL dengan kejadian kaheksia pada tumor SSP.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada subjek berusia 18–65 tahun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, yang dirawat dengan diagnosis tumor SSP pada bulan November hingga Desember 2023. Nilai RNL diambil dari pemeriksaan darah perifer lengkap dan dilakukan penegakan diagnosis kaheksia berdasarkan kriteria Evans. Dilakukan analisis hubungan RNL dengan kejadian kaheksia.
Hasil: Terdapat 50 subjek dengan diagnosis tumor SSP. Median RNL adalah 4,13 (1,26; 23,22). Nilai RNL secara signifikan lebih tinggi pada kelompok subjek yang mengalami kaheksia (median RNL 7,19 (1,26; 23,22)) dibandingkan tanpa kaheksia (median RNL 3,10 (1,40; 8,48)) (p<0,001).
Simpulan: RNL berhubungan dengan kejadian kaheksia pada tumor SSP. Subjek yang mengalami kaheksia memiliki RNL yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak kaheksia.

Background: Central nervous system (CNS) tumors are one of the leading causes of morbidity worldwide, causing disability and decreased quality of life. Central nervous system tumors cause neurological deficits and are at risk of developing cachexia. Cachexia is associated with decreased treatment response and reduced survival. Systemic inflammation is the hallmark of cachexia. Neutrophil lymphocyte ratio (NLR) is a systemic inflammation that included in routine laboratory examination and inexpensive. The association between NLR and the incidence of cachexia in CNS tumors remain unknown.
Methods: This cross-sectional study was conducted on subjects aged 18–65 years old at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, who were admitted with CNS tumor diagnosis from November to December 2023. The NLR value was taken from the complete peripheral blood examination and the diagnosis of cachexia was based on Evans criteria. The relationship between NLR and the incidence of cachexia was analyzed.
Results: There were 50 subjects with CNS tumor diagnosis. The median NLR was 4,13 (1,26; 23,22). The mean NLR was significantly higher in the group of subjects with cachexia (median NLR 7,19 (1,26; 23,22)) than without cachexia (median NLR 3,10 (1,40; 8,48)) (p<0,001).
Conclusion: NLR is associated with the incidence of cachexia in CNS tumors. Subjects with cachexia had higher NLR compared to those withoit cachexia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andin Sefrina
"Anak dengan penyakit kronik sering mengalami gangguan rasa nyaman akibat perjalanan penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan, sehingga membutuhkan asuhan keperawatan yang tepat. Karya Ilmiah Akhir ini disusun dengan tujuan untuk menggambarkan aplikasi Theory of Unpleasant Symptoms (TOUS) pada anak dengan penyakit kronik yang mengalami gangguan rasa nyaman serta menganalisis keefektifannya. TOUS memiliki tiga komponen yaitu gejala, faktor yang mempengaruhi dan performance akhir klien. Ketiganya dapat saling mempengaruhi dan dapat diintegrasikan dalam asuhan keperawatan anak. TOUS dapat diaplikasikan pada asuhan keperawatan anak penyakit kronik dengan gangguan rasa nyaman karena melalui manajemen gejala berbasis TOUS, kebutuhan rasa nyaman anak akan terpenuhi meski gejala tak menyenangkan masih muncul. Aplikasi TOUS pada asuhan keperawatan anak hendaknya memperhatikan aspek tumbuh kembang dan aspek psikologis anak. Saat mengaplikasikan konsep TOUS, Ners spesialis telah dapat melakukan berbagai peran diantaranya sebagai praktisi, edukator, kolaborator, peneliti serta advokat bagi klien dan keluarga.

Chronically ill children often experience uncomfortable issue due to the disease pathophysiology, the diagnostic examination and medication process, so the child needs proper nursing care. This Scientific Final Assignment was arranged to describe the application of Theory of Unpleasant Symptoms (TOUS) to chronically ill children who have uncomfortable issues and also to analyze its effectiveness. TOUS has three main components which are symptoms, influencing factors and performance outcomes. Those three components influence each other and can be integrated in pediatric nursing process. TOUS can be applied in chronically ill children nursing process especially child with uncomfortable issue because through symptoms management based on TOUS, the comfort need of children can be fulfilled even the unpleasant symptoms still occur. The application of TOUS should pay attention to growth and development aspects of the children and also to the psychological aspect. When the specialist pediatric nurse applied TOUS concept, the nurse has done many role such as nurse practitioner, educator, collaborator, researcher and advocate for client and the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;;, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>