Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135057 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dega Syamsu Nur Adhiyat
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai rekacipta kesenian Kuntulan di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia, yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Tirto Arum. Pengertian rekacipta yang digunakan merujuk pada Hobsbawn 1987:1 , yakni sebuah upaya untuk memunculkan kembali suatu kesenian dengan wajah dan fungsi yang baru. Gambaran mengenai proses rekacipta yang terjadi pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan wawancara secara mendalam. Proses observasi dilakukan dengan mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Kuntulan Tirto Arum dalam kurun waktu enam bulan, sedangkan wawancara secara mendalam dilakukan kepada dua informan kunci dan beberapa informan pendukung. Secara garis besar, proses rekacipta pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi dilakukan agar kesenian Kuntulan dapat tetap bertahan dan diterima masyarakat, walaupun proses rekacipta ini ternyata juga mengakibatkan adanya fungsi kesenian Kuntulan yang awalnya digunakan sebagai media dakwah berubah menjadi fungsi hiburan.

ABSTRACT
This study is a qualitative research with ethnography approach that aims to describe about the reinvention of Kuntulan art in Banyuwangi, East Java, Indonesia, spesifically who conducted by Tirto Arum Kuntulan Art Group. The definition used is referred to Hobsbawn 1987 1 , an attempt to bring back an art with a new face and function. The description of Kuntulan art reinvention in Banyuwangi is obtained by using the method of observation and indepth interview. The observation process was done by observing various activities from Tirto Arum Kuntulan Arts Group within six months, while indepth interviews were conducted to two key informants and some supporting informants. In general, this study suggest that the process of Kuntulan art reinvention is done for get the accepted from society, so Kuntulan art can be survive, although the process of this invention of tradition also resulted in a Kuntulan art function that was originally used as a medium of da 39 wah turned into a function of entertainment."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hafsoh Shoparina
"ABSTRAK
Seni Tari sebagai bentuk Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) Indonesia sangat beragam dan dengan jumlah sangat banyak belum dapat terakomodir dengan baik. Seringkali masyarakat tradisional beranggapan tarian tradisional adalah milik bersama (komunal) sehingga terhadap kurangnya perhatian terkait hak cipta menyebablkan klaim terhadap EBT Indonesia oleh pihak asing seperti halnya Tari Pendet Bali. Bertujuan mengkaji konsep perlindungan Hak Cipta dalam rangka melindungi seni tari tradisional, tesis ini meengangkat pokok permasalahan tentang pengaturan EBT dalam perundang-undangan di Indonesia, perlindungan, upaya serta kendala dalam melindungi EBT dari klaim pihak asing.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normative, yang dilakukan dengan cara wawancara, dan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Hasil penelitian menunjukan bahwa UU Hak Cipta belum dapat memberikan perlindungan terhadap EBT khususnya Tari Pendet Bali meskipun pasal EBT tertuang jelas. Hal ini dikarenakan belum ada perangkat peraturan pelaksana dari UU Hak Cipta menyulitkan penegak hukum melaksanakan UU, masyarakat tradisional berparadigma komunal serta kurang memiliki kesadaran dan pemahaman bahwa EBT Indonesia dilindungi oleh Hak Cipta, sehingga banyak terjadi klaim oleh pihak asing terhadap EBT Indonesia. Namun demikian, upaya positif dilakukan antara lain, dari pihak pemerintah dan peran serta masyarakat. Langkah awal pemerintah perlu melakukan inventarisasi dan dokumentasi secara konsisten dan berkesinambungan, sosilisasi pentingnya perlindungan hukum terhadap EBT, dan mengkaji EBT dibuat UU Sui Generis.

ABSTRACT
The dance as a form of the traditional cultural expressions (EBT) of Indonesia very diverse and so many can not be accommodated properly. Often traditional society assume traditional dance is generally owned (communal) so that the lack of attention led to a claim of copyright related to EBT Indonesia by foreigners as well as Pendet Bali. With a vieq to analyzing the concept of copyright protection the framework of to protect traditional dance, this thesis brings forward the issues on regulating EBT in legislation in Indonesia, protection, efforts and constraints in protecting EB T of claims from foreigners.
The method of this study is juridicial normative which is done by interviews, statutory approach and case approach. The study shows that the copyright law could not provide protection against EBT especially Pendet Bali even though Article EBT clearly stated. This is because there is no device implementing regulations of the copyright law make it difficult for law enforcement to implement legislation, the traditional society has paradigm of communal and have less awareness and understanding that EBT Indonesia protected by copyright, so prevalent claims by foreigners against EBT Indonesia. However, positive attempts made, among others, from the government and the role of community. The first step the government needs to conduct an inventory and documentation consistenly and continuously, socialize the importance of legal protection over EBT, and study EBT made law sui generis.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Dyan Ratna
"ABSTRACT
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk dapat mengetahui dan memahami Tek Tok Dance sebagai seni pertunjukan pariwisata baru di Bali. Penelitian yang berlokasi di Puri Kantor, Ubud, Bali ini dilakukan karena adanya ketimpangan antara asumsi dan kenyataan di lapangan. Pada umumnya di Bali berkembang seni pertunjukan pariwisata antara lain : Cak Dance, Legong Dance, dan Barong Dance. Tetapi kenyataannya ini berbeda. Pertanyaannya: (1). Bagaimana bentuk pertunjukan Tek Tok Dance di Puri Kantor, Ubud?, (2). Mengapa Puri Kantor Ubud menciptakan Tek Tok Dance?, dan (3). Apa kontribusinya bagi Puri Kantor, masyarakat, dan industri pariwisata di Bali?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah pertunjukan Tek Tok Dance itu sendiri, para informan, buku-buku, dan jural terkait. Seluruh data yang telah dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi kepustakaan dianalisis secara kritis dalam perspektif kajian budaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Sebagai sebuah seni pertunjukan pariwisata baru, Tek Tok Dance disajikan dalam bentuk dramatari. Hal itu dapat dilihat dari cara penyajian, koreografi, struktur pertunjukan, lakon, tata rias busana, dan iringan musik pertunjukannya, (2) Puri Kantor di Ubud menciptakan Tek Tok Dance pads tahun 2013 karena adanya peluang pasar dan potensi berkesenian masyarakat setempat yang memadai, (3) Muncul dan berkembangnya Tek Tok Dance sebagai sebuah seni pertunjukan pariwisata baru di Bali berkontribusi positif bagi kehidupan ekonomi, sosial, budaya masyarakat setempat,para pihak terkait, dan pengayaan bagi industri
pariwisata Bali."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kidung Larasmoyo Dwiwiyati
"Indonesia memiliki banyak kekayaan tradisional mulai dari Sabang sampai Merauke namun sangat disayangkan pengarsipan dari naskah dan tulisan ke bentuk video tidak diatur dengan baik Untuk mencegah dan menghindari hilangnya tradisi terutama dalam catatan tari dan legenda atau kisah dibaliknya harus segera dilakukan upaya pembuatan video dalam upaya untuk melestarikan ide ide budaya berbentuk nonmaterial di Indonesia 'CeriTari' merupakan prototype sebuah program dokumenter video dengan anggaran yang rendah namun memiliki semangat yang tinggi dalam rangka melestarikan kebudayaan tradisional Indonesia khususnya di catatan tarian dan kisah dibalik tarian yang ada di berbagai daerah seperti Betawi Dayak hingga Papua 'CeriTari' adalah sebuah proyek percontohan yang akan diajukan sebagai proposal untuk Kompas TV sebagai pipa distribusi yang peduli akan warisan budaya Indonesia Manfaat dan tujuan dari program 'CeriTari' adalah memberikan informasi serta pengenalan mengenai tarian tradisional dan cerita yang terkandung di dalamnya kepada khalayak Program ini memiliki tema besar yang secara tidak disadari tidak pernah lepas dari kehidupan sehari hari yaitu tari sehingga khalayak tertarik untuk menyaksikan program ini karena tarian merupakan sesuatu yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari hari.

Indonesia provides a wide range of products of rich traditions from Betawi to Papua Unfortunately the archiving from manuscript to videos is not well arranged To avoid fading out traditions especially in traditional dance and the story behind them a video for preserving the ideas intagible products of Indonesia must be initiated 'CeriTari' is a prototype video documentary program with low budget but high enthusiasm to archive Indonesian traditions especially in traditional dance and the story behind them from various areas like Minang Sumatra to Betawi Java to Papua It is a pilot project as a proposal to Kompas TV as a distribution pipe that is concerned about Indonesia's cultural heritage The benefits and goals from developing this program is to give an information and introduction about traditional dance to the audience This program has theme about traditional dance which is still rare on our television programs
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hannie Riestyaninda
"Penelitian ini mencoba memberikan gambaran mengenai pembentukan identitas Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif berupa wawancara, observasi, dan pengamatan terlibat sebagai metode pengumpulan data. Identitas Kota Tangerang diwujudkan dengan kemunculan Tari Lenggang Cisadane. Tari Lenggang Cisadane tidak lahir dari masyarakat, melainkan dikonstruksi oleh Pemerintah Daerah Kota Tangerang untuk menjadi tari khas Kota Tangerang, dan dijadikan sebagai ikon budaya Kota Tangerang. Tari Lenggang Cisadane diperkenalkan kepada masyarakat Kota Tangerang sebagai bentuk rekonstruksi melalui pelatihan Tari Lenggang Cisadane yang diikuti oleh guru dan pemilik sanggar; pemberlakukan kegiatan ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane di sekolah; pembuatan CD Tari Lenggang Cisadane; perlombaan dan pertunjukan Tari Lenggang Cisadane; pengajuan legalisasi Tari Lenggang Cisadane sebagai aset kekayaan budaya tradisi Kota Tangerang; dan pembuatan patung penari Lenggang Cisadane yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Tangerang melalui Dinas Kebudayaan serta dinas terkait lainnya, seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata. Melalui pembentukan identitas Kota Tangerang dapat terlihat kekuasaan Pemerintah Daerah Kota Tangerang, serta agency dari pihak-pihak yang terlibat dalam pembentukan identitas ini. Indentitas Kota Tangerang tidak lahir dari masyarakat Kota Tangerang, Pemerintah Daerah Kota Tangerang sengaja menciptakan identitas tersebut untuk menunjukan bahwa Kota Tangerang memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan kota atau daerah lain.

This research tries to give a description about the identity making of Tangerang City. The manifestation of the identity of Tangerang City can be seen from the emergence of Lenggang Cisadane dance. A research has been done with qualitative approach, with interview, observation, and participant observation as the method of data collection. Lenggang Cisadane was not born from the people of Tangerang City, rather, it was constructed by the local government to be the special dance from Tangerang City, and it has been made to be the cultural icon of the city. Lenggang Cisadane dance was introduced to the people of Tangerang City as a form of reconstruction through Lenggang Cisadane dance training where teachers and art studio rsquo s owners were involved in The implementation of Lenggang Cisadane dance as an extracurricular at school The production of Lenggang Cisadane dance CD 39 s The contests and performances of Lenggang Cisadane dance The submissions of legalization for Lenggang Cisadane dance as the asset of cultural property of Tangerang City and The making of the Lenggang Cisadane dancer statue which was done by the local government through Culture Department, and other related departments such as The Education and Tourism Department. During the process of the identity making, the power of local government and the agencies of related parties can be easily seen. The identity of the people of Tangerang City was not made by the people itself, but it was intentionally made by the local government to show that Tangerang City has special characteristics that differentiate Tangerang City from other city or area.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Cinthya Gani
"Menjadi suatu keunikan bagi bangsa Indonesia sendiri, alat musik yang beragam saat dimainkan dapat terdengar baik oleh pengunjung tanpa harus menambahkan alat akustik. Elemen apa saja yang dapat mempengaruhi sehingga musik tradisional Indonesia dapat menghasilkan suatu pertunjukkan yang baik, apakah dari tata letak alat tersebut, ataukah ada elemen lain yang mendukung.
Kajian secara langsung tentang akustik pada penelitian ini yaitu membandingkan tata letak panggung pertunjukkan dengan jenis musik yang dimainkan dalam pertunjukan tersebut. Jenis tata letak pertunjukkan berdasarkan sejarah pertunjukkan musik tradisional Indonesia yang sering kali ditampilkan pada kegiatan adat tersebut.
Pengukuran kenyamanan terhadap elemen akustik tidak berdasarkan dari subyek (pendengar) melainkan lebih ditekankan dari obyektifnya. Perhitungan dan pengkajian yang dilakukan tidak hanya berdasarkan reveberation time (RT) melainkan berdasarkan response impulse (tiap titik dari tempat duduk pengunjung). Dengan menghitung response impulse maka dapat dilihat seberapa besar gelombang suara yang sampai pada pendengar dibandingkan dengan gelombang suara yang dihasilkan dengan dari sumber suara. Metode untuk penyelesaian penelitian ini menggunakan sofware akustik yang disebut CATT-Acoustic. Dengan simulasi tersebut kita dapat mengetahui tata letak yang optimal bagi pertunjukkan musik tradisional di Indonesia.

Become a uniqueness for the Indonesian traditional music, diverse musical instrument can sound good when played by the visitors without having to add an acoustic instrument. What kind of element that can affect traditional music of Indonesia can produce a good performance, whether from the layout of stage, or whether there are other elements that support.
Studies about acoustics in this research is to compare the layout of the stage performances with the type of music played in the show. This type of layout based on the historical performance of Indonesian traditional music performances that are often displayed on the customary activities.
Measurement of acoustic comfort against the elements not on the basis of the subjects (listeners), but with more emphasis than objectives. Calculations and assessments are conducted not only by reverberation time (RT) but by the impulse response (each point of the booth visitors). By calculating the impulse response can then be seen how big the sound waves to the listener than the sound waves generated by the sound source. Methods for completion of this research using acoustic software called CATT-Acoustic. With this simulation we can find the optimal layout for performances of traditional music in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30151
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Bustanuddin
"Masyarakat Serawai Bengkulu memiliki tradisi pertunjukan seni dendang yang dipertunjukkan pada upacara adat nundang padi, upacara bimbang adat, dan upacara akikah anak. Pertunjukan seni dendang merupakan kombinasi pertunjukan tuturan, tarian yang iringi alat musik rebana, biola, dan serunai. Pertunjukan seni dendang ini sebagai pertunjukan adat yang ditampilkan oleh sekelompok laki-laki di atas pengujung. Disertasi ini berupaya mengungkapkan pemertahanan ekosistem budaya masyarakat Serawai melalui pertunjukan seni dendang sebagai representasi majelis adat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan sejarah, etnografi, dan antropologi dengan konsep-konsep tradisi lisan. Hasil dan temuan mengungkapkan pertunjukan seni dendang Serawai diinterpretasikan majelis adat yang berkaitan dengan adat budaya lamo yang diwariskan turun-temurun. Pertunjukan seni dendang sebagai pembuka adat dalam ekosistem budaya Serawai yakni upacara adat nundang padi, upacara bimbang adat, dan upacara akikah anak. Penelitian ini menemukan bahwa struktur pertunjukan seni dendang memiliki kebaruan setiap pertunjukannya dengan pola yang tersimpan dalam memori pemain dendang. Sistem pengelolaan dahulunya mengandalkan masyarakat desa beralih pada unsi. Komponen-komponen dalam pertunjukan seni dendang menjadi jaringan adat dalam pemertahanan ekosistem budaya Serawai. Pertunjukan seni dendang merepresentasikan adat pinjam pakai caro dahulu yang masih dipertahankan masyarakat Serawai.

The Serawai Bengkulu community has a tradition of performing seni dendang, which is performed at the nundang padi ceremony, the bimbang adat ceremony, and the aqiqah ceremony. The performance of seni dendang is a combination of speech performances and dances accompanied by tambourine, violin, and trumpet musical instruments. This performance of seni dendang is a traditional performance performed by a group of men at the pengujung. This dissertation seeks to reveal the maintenance of the cultural ecosystem of the Serawai community through the performance of seni dendang as a representation of the traditional assembly. This research uses qualitative research methods through historical, ethnographic, and anthropological approaches to the concepts of oral tradition. The results and findings reveal that the performance of seni dendang Serawai was interpreted by the traditional assembly as relating to the traditional budaya lamo, which has been passed down from generation to generation. The performance of seni dendang is an opening for customs in the Serawai cultural ecosystem, namely the traditional nundang padi ceremony, the traditional bimbang ceremony, and the aqiqah ceremony. This research found that the structure of the performance of seni dendang is novel in each performance, with patterns stored in the memory of the singing performer. The management system that previously relied on village communities has shifted to unsi. The components of the performance of seni dendang form a traditional network for maintaining the Serawai cultural ecosystem. The performance of seni dendang represents the adat pinjam pakai caro dahulu, which is still maintained by the Serawai people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakanti Widyadhani
"Film Our Shining Days《闪光少女 shǎnguāng shàonǚ》adalah film drama musikal karya sutradara Wang Ran yang dirilis pada 20 Juli 2017 di Cina. Film ini menceritakan mengenai rivalitas antara dua kelompok musik, yaitu kelompok musik barat dan kelompok musik rakyat yang ada di sebuah sekolah musik orkestra di Cina. Rivalitas yang terjadi di antara keduanya kemudian memicu adanya upaya yang dilakukan oleh kelompok musik rakyat. Selanjutnya, film ini menceritakan mengenai perjalanan dan upaya dari kelompok musik rakyat yang terdiri dari Chen Jing, salah satu tokoh utama dan beberapa teman lainnya dalam membangkitkan kembali musik rakyat yang sudah mulai tergantikan dengan keberadaan musik barat. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai film ini menitikberatkan pada konflik dari tokoh utama dan nilai moral yang terkandung pada film. Namun, penelitian ini akan fokus membahas mengenai upaya yang dilakukan oleh kelompok musik rakyat dalam membangkitkan kembali musik rakyat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa musik rakyat akhirnya mendapatkan pengakuan serta kembali dikenal oleh masyarakat, dan bahkan membangkitkan minat masyarakat luar sekolah untuk mempelajari musik rakyat.

Our Shining Days《闪光少女 shǎnguāng shàonǚ》 is a musical drama film made by director Wang Ran released on July 20, 2017 in China. The movie tells the story of a rivalry between two music groups, a western music group and a folk music group in an orchestra school in China. The rivalry that occurs between the two then triggers an effort made by the folk music group. Furthermore, the movie tells about the journey and efforts of the folk music group consisting of Chen Jing, one of the main characters and several other friends in reviving folk music that has begun to be replaced by the existence of western music. Previous studies on this movie focused on the conflict of the main character and the moral values contained in the movie. However, this research will focus on discussing the efforts made by folk music groups in reviving folk music. The results of this study show that folk music finally gained recognition and is again recognized by the community, and even aroused the interest of community outside the school to learn folk music."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rae Sita Michel
"ABSTRAK
Indonesia dengan keberagaman budaya memiliki keberagaman lagu rakyat daerah. Pada masa kini ada banyak aransemen lagu daerah dengan berbagai macam gaya musik, salah satunya diaransemen dengan gaya musik tradisi barat. Gaya musik tradisi barat yang dimaksud adalah aransemen yang ditulis dalam partitur dan dimainkan oleh paduan suara, orkestra, dan instrument orkestra seperti piano. Skripsi ini membahas perspektif dan ekspresi musisi tentang Indonesia ketika membuat aransemen lagu rakyat Indonesia yang dimainkan dalam tradisi musik barat. Makna atau ekpresi Indonesia dari para musisi digali dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode life history dengan melihat kepada pengalaman-pengalaman yang dialami oleh para komposer yang membentuk orientasi musik mereka dalam berkarya. Pengalaman-pengalaman tersebut terbentuk dari kebudayaan yang mereka alami dan perjalanan karir musik mereka. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan cara dan faktor musisi mengekspresikan Indonesia dalam karya musik melalui pengalaman dan pengetahuan mereka terkait musik dan budaya Indonesia yang telah dialami.

ABSTRAK
Indonesia with cultural diversity has a diversity of local folk songs. In the present there are many arrays of regional songs with a variety of musical styles, one of them arranged with the style of western music. The style of western music is the arrangement written in the score and played by the chorus, the orchestral instrument such as a piano. This thesis explaining the perspective and expression of musician about Indonesia when they making arrangement of Indonesian folk songs which is played in Western music tradition. The meaning or expression of Indonesia from the musicians is dug by using qulitative approach and life history method by looking to the experiences experienced by the composers who shape their musical orientation in the work. These experiences are shaped by the culture and their music career. The result of this study show the ways and factors of musicians to express Indonesia in their musical works and experiences related to the music and culture of Indonesia who have experienced."
2017
S69661
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Sulkarnaen
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai perubahan tradisi Royong Makassar. Penelitian ini bertujuan membahas proses perubahan tradisi royong, menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan, dan untuk mengetahui kesinambungan (pewarisan) tradisi royong. Sumber data diperoleh dari data lapangan dan studi pustaka.
Landasan pemikiran yang digunakan adalah konsep the circuit of cultures. Kerangka teori yang digunakan adalah eklektik-teori yakni menggunakan beberapa teori dalam penelitian ini.
Landasan metodologi adalah pendekatan royong sebagai tradisi lisan dalam pertunjukannya dan Cultural Studies untuk penelitian perubahan budaya (cultural production research), yaitu pendekatan etnografi dan pendekatan teks dan analisis teks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi adalah perubahan sosial politik royong, yaitu sebagai nyanyian politik dan perubahan sosial budaya royong, dari ritual ke seni pertunjukan. Penelitian ini juga menunjukan beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tradisi. Penelitian ini juga membicarakan proses pewarisan tradisi royong. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T37449
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>