Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59240 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Indra Pramadhana
"Saat ini, video call sudah tidak asing lagi digunakan dalam sehari-hari. Layanan video call tersebut diberikan oleh banyak layanan aplikasi OTT seperti WhatsApp, Line dan aplikasi berbasi client-server lainnya. Jumlah layanan video call berbasis end-to-end atau peer-to-peer seperti VoIP jauh lebih sedikit daripada layanan video call berbasis client-server. Hal tersebut dikarenakan adanya limitasi yang dirasakan baik oleh developer maupun user. Developer harus mengeluarkan biaya besar untuk membangun sistem VoIP, sedangkan user harus mempunyai perangkat khusus untuk bisa menggunakan layanan VoIP. Limitasi ini mampu ditangani oleh standar baru yaitu WebRTC yang menggabungkan teknologi web dengan VoIP, sehingga menghasilkan teknologi komunikasi baru yaitu komunikasi peer-to-peer berbasis web yang dapat dibangun dengan biaya yang jauh lebih rendah dan tidak membutuhkan perangkat khusus dalam penggunaannya.

Nowadays, video call are commonly used in daily life. The video call service is provided by many OTT application services such as WhatsApp, Line, and other client server based applications.The number of end to end or peer to peer video call service like VoIP are lesser in number than client server based video call service, due to the limitation felt by both developer and user. Developer have spend a large sum of money to build VoIP system, while user must have a special equipment to be able using VoIP service. The new standard WebRTC could overcome this limitation by incorporating web techologies with VoIP, which create new communications technology that is web based peer to peer communications that can be built with cheaper cost and does not require a special equipment to be used."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Eka Setiawan
"Komunikasi real-time merupakan komunikasi yang dilakukan tanpa adanya waktu transmisi yang signifikan. VoIP dan video telephony merupakan beberapa teknologi komunikasi real-time dimana aliran media dilewatkan dalam jaringan IP. webRTC sebagai teknologi baru, membawa teknologi seperti VoIP dan Video Telephony ke dalam web. Untuk menjamin keamanan data yang dikirimkan, webRTC mengharuskan implementasi dengan menggunakan enkripsi. Namun, RTP yang merupakan protokol komunikasi real-time, tidak menggunakan enkripsi dalam implementasinya sehingga perlu penggunaan protokol yang lebih aman yaitu SRTP. SRTP menggunakan kunci simetris untuk melakukan enkripsi data dalam komunikasi real-time. SRTP menggunakan DTLS untuk melakukan manajemen kunci, pertukaran kunci dan autentikasi. DTLS menggunakan sertifikat digital dan mekanisme tanda tangan digital dalam skema autentikasinya. Kriptografi dengan kunci asimetris diimplementasikan pada skema autentikasi DTLS. Dua algoritma yang pada umumnya digunakan untuk melakukan autentikasi tersebut adalah RSA dan ECDSA. Pendekatan perhitungan antara kedua algoritma tersebut berbeda. RSA menggunakan faktorisasi bilangan prima yang besar sedangkan ECDSA menggunakan perhitugnan pada kurva eliptis. Perbedaan tersebut menghasilkan parameter komputasi yang berbeda. Dalam tulisan ini dilakukan perbandingan algoritma RSA dan ECDSA dalam hal penggunaan sumber daya dan implikasinya dalam webRTC. Tulisan ini menggunakan dua pendekatan dalam percobaan perbandingan. Pendekatan pertama melakukan komputasi langsung dalam sebuah perangkat untuk melihat penggunaan sumber daya yang diperlukan. Perdekatan kedua dilakukan dalam sistem panggilan video sehingga perbedaan terlihat dalam implementasi webRTC. Dari hasil pengujian pada dua pendekatan tersebut, didapatkan bahwa RSA memiliki peningkatan kebutuhan sumber daya dan waktu penyelesaian autentikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ECDSA. Rasio waktu CPU ECDSA terhadap RSA terus berkurang seiring peningkatan tingkat keamanan. Rasio menurun dari 0.2 menjadi 0,0002 pada pembuatan kunci, 2,6 menjadi 0,01 pada pembuatan signature, dan 62,0 menjadi 0,02 pada verifikasi signature untuk tingkat keamanan 80 dan 256. Alokasi memori RSA mendekati sepuluh kali lipat dibandingkan ECDSA pada tingkat keamanan 256 dan diprediksi meningkat seiring meningkatnya tingkat keamanan. Besar kunci yang digunakan mempengaruhi besar sertifikat dan verifikasi yang kirimkan. DTLS dengan maximum transmission unit sebesar 1500 byte memerlukan mekanisme fragmentasi untuk mengirimkan keseluruhan informasi. RSA dengan panjang kunci 15360 bit mengirimkan tiga puluh fragmen untuk sertifikat dan lima belas fragmen untuk verifikasi yang mempengaruhi waktu penyelesaian DTLS.Komunikasi real-time merupakan komunikasi yang dilakukan tanpa adanya waktu transmisi yang signifikan. VoIP dan video telephony merupakan beberapa teknologi komunikasi real-time dimana aliran media dilewatkan dalam jaringan IP. webRTC sebagai teknologi baru, membawa teknologi seperti VoIP dan Video Telephony ke dalam web. Untuk menjamin keamanan data yang dikirimkan, webRTC mengharuskan implementasi dengan menggunakan enkripsi. Namun, RTP yang merupakan protokol komunikasi real-time, tidak menggunakan enkripsi dalam implementasinya sehingga perlu penggunaan protokol yang lebih aman yaitu SRTP. SRTP menggunakan kunci simetris untuk melakukan enkripsi data dalam komunikasi real-time. SRTP menggunakan DTLS untuk melakukan manajemen kunci, pertukaran kunci dan autentikasi. DTLS menggunakan sertifikat digital dan mekanisme tanda tangan digital dalam skema autentikasinya. Kriptografi dengan kunci asimetris diimplementasikan pada skema autentikasi DTLS. Dua algoritma yang pada umumnya digunakan untuk melakukan autentikasi tersebut adalah RSA dan ECDSA. Pendekatan perhitungan antara kedua algoritma tersebut berbeda. RSA menggunakan faktorisasi bilangan prima yang besar sedangkan ECDSA menggunakan perhitugnan pada kurva eliptis. Perbedaan tersebut menghasilkan parameter komputasi yang berbeda. Dalam tulisan ini dilakukan perbandingan algoritma RSA dan ECDSA dalam hal penggunaan sumber daya dan implikasinya dalam webRTC. Tulisan ini menggunakan dua pendekatan dalam percobaan perbandingan. Pendekatan pertama melakukan komputasi langsung dalam sebuah perangkat untuk melihat penggunaan sumber daya yang diperlukan. Perdekatan kedua dilakukan dalam sistem panggilan video sehingga perbedaan terlihat dalam implementasi webRTC. Dari hasil pengujian pada dua pendekatan tersebut, didapatkan bahwa RSA memiliki peningkatan kebutuhan sumber daya dan waktu penyelesaian autentikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ECDSA. Rasio waktu CPU ECDSA terhadap RSA terus berkurang seiring peningkatan tingkat keamanan. Rasio menurun dari 0.2 menjadi 0,0002 pada pembuatan kunci, 2,6 menjadi 0,01 pada pembuatan signature, dan 62,0 menjadi 0,02 pada verifikasi signature untuk tingkat keamanan 80 dan 256. Alokasi memori RSA mendekati sepuluh kali lipat dibandingkan ECDSA pada tingkat keamanan 256 dan diprediksi meningkat seiring meningkatnya tingkat keamanan. Besar kunci yang digunakan mempengaruhi besar sertifikat dan verifikasi yang kirimkan. DTLS dengan maximum transmission unit sebesar 1500 byte memerlukan mekanisme fragmentasi untuk mengirimkan keseluruhan informasi. RSA dengan panjang kunci 15360 bit mengirimkan tiga puluh fragmen untuk sertifikat dan lima belas fragmen untuk verifikasi yang mempengaruhi waktu penyelesaian DTLS.

Real time communication RTC is a communication type without any significant transmission delay. VoIP and Video Telephony is an example of RTC technology where media streams are passed on IP networks. webRTC as a new technology brings VoIP and Video Telephony technologies into the web. To ensure the security data, webRTC requires implementation with encryption. RTP which is an RTC protocol does not implement encryption, so it needs to use a more secure protocol which is SRTP. SRTP uses symmetric keys to perform data encryption in the RTC. SRTP uses DTLS to perform key management, key exchanges and authentication. DTLS uses digital certificates and digital signature mechanisms to authenticate. Cryptography with asymmetric keys is implemented in the DTLS authentication mechanism. Two commonly used algorithms for authentication are RSA and ECDSA. The calculation approach between those two algorithms is different. RSA uses prime factorization while ECDSA uses elliptical curve computation. These differences produce different computational parameters. In this paper we compare the RSA and ECDSA algorithm in terms of resources and its implication in webRTC. This paper uses two approaches for comparative experiments. The first approach is do direct computing in a device to see the use resources. The second approach is done in a video call system so that differences are seen in webRTC implementation. From the test results in both approaches, it was found that RSA has higher resource requirements and process completion times compared to ECDSA. The ratio for CPU time of ECDSA to RSA continues to decrease as security levels increase. The ratios decreases from 0.2 to 0.0002 in key generation, 2.6 to 0.01 in key generation, and 62.0 to 0.02 in key generation for security levels of 80 and 256. RSA memory allocation approximately ten times higher than ECDSA at 256 security level and predicted to increases with increasing of security level. Size of key affect the size of the certificate and the verification in DTLS. DTLS with a maximum transmission unit of 1500 bytes requires a fragmentation mechanism to send whole information. RSA with a key length of 15360 bits sends thirty fragments for certificates and fifteen fragments for verification which affect DTLS completion time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helen
"Video streaming saat ini menjadi teknologi yang mempermudah kita dalam mendapatkan informasi dalam bentuk tampilan video. Semakin interkatif sebuah video, user akan mendapatkan informasi lebih banyak. Pada penelitian ini dibuat sebuah sistem video streaming yang interaktif yaitu video clickable dengan menggunakan HTML5. Untuk mengetahui kualitas dari video interaktif ini, maka sistem ini akan diuji QoS nya yaitu delay dan jitter, kemudian dibandingkan dengan video streaming biasa.
Pada pengukuran TCP dan HTTP menunjukan bahwa terjadi peningkatan delay sebesar 31.99% dari delay video streaming biasa sehingga menyebabkan delay semakin lama. Namun delay video clickable masih dalam standar delay yang baik karena di bawah 150 ms. Sedangkan pada pengukuran jitter, terjadi penurunan jitter sebesar 13.21% dari jitter video streaming biasa. Namun jitter video streaming biasa masih dalam standar jitter yang baik karena diantara 0-75 ms.
Dari hasil survey menggunakan kuisioner, diperoleh nilai uji antarmuka dari keseluruhan sistem 4.32 dari nilai maksimal 5. Uji fungsionalitas sistem secara keseluruhan sudah berfungsi dengan baik. Pengujian terhadap browser yang berhasil mengakses halaman Web dengan baik adalah IE, Chrome dan Safari.

Nowadays, streaming video is becoming a technology that facilitate us to get information easier from video. More interactive the video is, more infomation that user will get. In this research, created an interactive streaming video, especially clickable video using HTML5. To know quality of interactive video, system will tested for its QoS that are delay and jitter.
In TCP and HTTP measurement, the enhancement delay of clickable video up to 31.99% from common streaming video so it is cause the delay time longer. However, the delay of clickable video still in a good standard of delay, because it is under 150 ms. On the other hand, in jitter measurement, the increased jitter of clickable video up to 13.21% from the common jitter streaming video. But, the normal condition of jitter streaming video still in a good standard for jitter, because it is between 0-75 ms.
From the survey that using questionnaire, the score of interface get 4.32 from the overall system of maximum score 5. Functionality test from the whole system are well functioning. Testing of the browser to access web pages successfully are IE, Chrome and Safari.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Adhika Putra
"Sebagian besar informasi yang beredar di internet merupakan konten video. Informasi video ini perlu dianalisis karena tidak semuanya yang beredar adalah video dengan konten yang baik. Banyak video dengan konten yang buruk beredar luas di internet dan dapat diakses oleh siapapun yang mengakses internet. Pada penelitian ini, dibuat sistem klasifikasi video pada Youtube dengan metode Symbolic Distance dan Focal Point menggunakan model pemrograman MapReduce pada Hadoop. Sistem klasifikasi ini mengidentifikasi tag yang tersemat pada setiap video di Youtube kemudian dibandingkan dengan matriks co-occurrence untuk mencari nilai symbolic distance pada sebuah video. Penggunaan metode Focal Point pada sistem klasifikasi bertujuan untuk meningkatkan akurasi dan focus untuk klasifikasi video.
Dalam penelitian ini diukur juga kecepatan pemrosesan sistem klasifikasi dengan menggunakan Hadoop serta dicari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan pemrosesan. Untuk itu dilakukan 3 skenario pengujian berdasarkan ukuran InputSplit yang digunakan, jumlah node, serta konfigurasi pada YARN masing-masing dengan 3 ukuran file (500 MB, 1 GB, 1,5 GB) dengan masing-masing jumlah tag sebesar 58718, 119697, dan 160395 tag. Pada file berukuran 500 MB, 1 GB, 1,5 GB, penambahan jumlah node dapat mempercepat kecepatan rata-rata pemrosesan sebesar 0,2 detik, 5 detik, dan 16,3 detik. Kemudian dengan melakukan konfigurasi pada YARN, kecepatan pemrosesan dapat dipercepat hingga 47 detik, 277,1 detik, dan 354,3 detik pada file berukuran 500 MB, 1 GB, 1,5 GB. Dari pengujian juga diketahui semakin kecil InputSplit maka semakin tinggi kecepatan pemrosesan MapReduce. Namun jika mapper tidak dapat menangani jumlah split yang ada, maka kecepatan pemrosesan data akan menjadi lebih lambat dari sebelumnya.

Most information that widely spread on the internet is video. This video information needs to be analyze because not all of the information have a good content. There are many video with bad content widely spread on the internet and anyone can access that video easily. In this research, Youtube Video Classification System with Symbolic Distance and Focal Point Method is made using a MapReduce from Hadoop framework. This system identifying the tag that assign in every Youtube video and then compare the tag with co-occurrence matrix to find the symbolic distance value for a single video. Focal Point in this system is useful to improve accuracy and focus of video classification.
This research will measure the processing speed of this classification system and then search the factor that can affect processing speed. For that, three skenarios are implemented based on InputSplit size, amount of node, and YARN configuration with three file size (500 MB, 1 GB, 1,5 GB) with the number of each tag are 58718, 119697, and 160395 tag. For file with 500 MB, 1 GB, and 1,5 GB size, increasing the amount of node from two to three can speed up the process for 0,2 second, 5 second, and 16,3 second. Optimize the YARN configuration can speed up the process for 47 second, 277, 1 second, and 354,3 second for file with size of 500 MB, 1 GB, and 1,5 GB. This Reasearch also discover that if the size of InputSplit is small, then the speed of data processing is faster. But if the mapper can?t handle the amount of the split, it can make the processing speed slower than before.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brury Sulandra
"ABSTRAK
Sistem Call Center adalah bentuk penerapan Customer Relationship Management yang dapat meningkatkan hubungan Perusahaan dengan Pelanggan. Namun untuk membangun Sistem ini diperlukan biaya yang tinggi. Sistem Call Numbering menggunakan Platform Cloud merupakan bentuk penerapan Cloud Computing yang berfungsi menyerupai Call Center dan memerlukan biaya yang terjangkau. Dengan dibangunnya Sistem Call Numbering menggunakan Platform Cloud untuk Perusahaan Menengah Kebawah, maka hubungan dengan Pelanggan akan semakin terbina dengan baik. Karya ilmiah ini mengusulkan Pengembangan Aplikasi dan Analisis Bisnis Call Numbering berbasis Cloud. Pembangunan Sistem dilakukan menggunakan platform Web Hosting, Database Mangement System, dan Interactive Voice Response didalam Cloud dengan output berupa Aplikasi Web. Sedangkan Analisis Sistem menggunakan Tools Strategi “Samudra Biru”. Sistem Call Numbering menggunakan Platform Cloud yang telah dibangun memenuhi syarat kelayakan setelah diuji kualitasnya dengan menggunakan metode Pengambilan Data melalui Angket. Kemudian Sistem dianalisis mengunakan Tools Strategi “Samudra Biru” yang terdiri Analisis Kerangka Kerja Empat Langkah, Analisis Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan, Analisis Strategi Kanvas, Analisis Pemetaan Pioneer-Migrator-Setler, Analisis Rangkaian Strategi “Samudra Biru”, dan Analisis Tiga Tingkatan Konsumen. Hasil analisis menggunakan Tools Strategi “Samudra Biru” menyimpulkan bahwa Sistem Call Numbering menggunakan Platform Cloud memiliki keunggulan efisiensi biaya, peningkatan mobilitas, dan jaminan keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan Sistem Call Center, Sistem ini juga dapat bertransformasi menjadi Call Numbering Mobile dan siap untuk dikomersialkan.

ABSTRACT
Call Center System is a Customer Relationship Management application form which can increase the Company's relationship with the customer. However, this system is necessary to build a high cost. Call Numbering system using Platform Cloud Cloud Computing is a form of application that functions like a call center and an affordable cost. By Call Numbering System built using Cloud Platform for Midsize Company Move Down, then the relationship with the customer will be nurtured well. This paper proposes Application Development and Business Analysis Cloud based Call Numbering. System development is done using the platform Web Hosting, Database Mangement System, and Interactive Voice Response in the Cloud with output in the form of Web Applications. While the use of System Analysis Tools Strategy "Blue Ocean". Call Numbering system using Cloud platform that has been built to meet eligibility requirements after quality tested using the method of data collection through questionnaire. Then analyzed using the System Tools Strategy "Blue Ocean" which consisted Four Steps Framework Analysis, Analysis Eliminate-Reduce-Raise-Create, Canvas Strategy Analysis, Analysis Mapping Pioneer-Migrator-Setler, Analysis of Strategies series "Blue Ocean", and Analysis of Three Consumer level. The analysis using the Tools Strategy "Blue Ocean" concluded that the Call Numbering System using Cloud Platform has the advantage of cost efficiency, improved mobility, and security better than the Call Center System, this system can also be transformed into Call Mobile Numbering and ready for commercialization."
2013
T35777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Kharisma Adhiputra Suardy
"Skripsi ini membahas rancang bangun jaringan IMS yang berbasis SIP menggunakan Open IMS core serta pengimplementasian layanan video call pada jaringan tersebut. Kualitas layanan video call diukur dengan memvariasikan besarnya bandwidth jaringan, parameter QoS objektif yang diukur adalah delay dan packet loss. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa layanan video call ini dapat bekerja dengan baik pada bandwidth 384 kbps keatas, dimana besarnya delay dan packet loss memenuhi standard yang dikeluarkan oleh ITU-T.

The focus of this study is build and design of IMS network that based on SIP using Open IMS Core and the implementation of video call service on it. The quality of video call service was measured by varying network's bandwidth, parameters of the objective QoS that were measured are delay and packet loss. From the measurement, video call service works well on bandwidth 384 kbps and above, where delay and packet loss that occurred satisfy ITU-T standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51251
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hocky Yudhiono
"Penelitian ini memaparkan sebuah aplikasi editor kode kolaboratif local-first berbasis peer-to-peer yang diimplementasi dengan WebRTC dan CRDT. Selain itu, aplikasi ini menyertai shell bersama yang dapat dijalankan oleh salah satu pengguna dan digunakan oleh setiap pengguna lain dalam suatu kelompok jaringan. Terdapat beberapa variasi arsitektur backend pada aplikasi yang dibandingkan dalam penelitian ini. Dari segi algoritma dalam menjaga konsistensi dokumen, dua pendekatan berbeda yang diteliti ialah algoritma OT (operational transformation) dan metode yang memanfaatkan struktur data CRDT (conflict-free replicated data types). Dari segi arsitektur jaringan, penelitian ini mengevaluasi CRDT berbasis client-server, CRDT berbasis peer-to-peer, serta OT berbasis client-server. Keterbatasan OT yang diimplementasi pada penelitian ini membutuhkan suatu sumber kebenaran berupa server, sehingga OT berbasis peer-to-peer tidak dievaluasi. Penelitian ini menemukan bahwa variasi implementasi CRDT peer-to-peer yang diujikan memiliki performa lebih baik untuk sejumlah pengguna n≤8. Selain itu, signalling server pada variasi ini menggunakan resource yang minim, sehingga lebih optimal untuk kelompok jaringan yang lebih banyak. Sementara itu, variasi CRDT client-server dapat dipertimbangkan penggunaannya ketika terjadi masalah saat melakukan inisialiasi jaringan peer-to-peer atau jumlah pengguna dalam suatu kelompok jaringan jauh lebih banyak dari eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini.

This research presents a peer-to-peer and local-first collaborative code editor application implemented with WebRTC and CRDT. In addition, the application includes a shared shell that can be run by one user and used by every other user in a network group. There are several variations of architecture in the applications compared in this study. In terms of algorithms for maintaining document consistency, two different approaches were evaluated, OT (operational transformation) algorithm and CRDT (conflict-free replicated data types) data structure. In terms of network architecture, this study assessed client-server based CRDT, peer-to-peer based CRDT, and client-server based OT. The limitation of OT implemented in this research is that it requires a single source of truth in the form of a server, so peer-to-peer-based OT was not evaluated. This study found that the peer-to-peer based CRDT variation tested performed better for a number of users n <= 8. Moreover, the signaling server in this variation uses minimal resources, making it more optimal for larger network groups. However, the client-server CRDT variation’s usage can be considered when there are problems initializing a peer-to-peer network or the number of users in a network group is much larger than the experiments conducted in this study."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardisty, David
Oxford Oxford University Press 1989
407 H 38 c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hardisty, David
England: Oxford University Press, 1989
407 HAR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hardisty, David
England: Oxford University Press, 1989
407 HAR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>