Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52600 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emyr Armandiego Soeharto
"Dewatering of ultra fine coal and tailings slurries using the conventional technologies are difficult. In this report, a novel Centribaric technique was applied to study the effect of surfactants, flocculant, and mixed surfactant flocculant on the dewatering of coal and tailings. The results of both coal and tailings revealed that anionic surfactants were effective at reducing moisture content, but they decreased solid recovery. On the other hand, the effect of the anionic surfactant was negligible even at high dosages. The flocculant showed an increase in moisture content with increasing its dosage. However, there was a significant increase in solid recovery. Synergistic effect of mixed anionic surfactant flocculent was observed. In the mixture of anionic surfactant and flocculant, the final moisture acquired for a 0.5 kg t, 1 kg t, and 2 kg t surfactant concentration is 17.63 , 16.79 , and 13.39 , respectively.

Proses dewatering batubara dengan menggunakan teknologi konvensional sulit dilakukan. Dalam laporan ini, Teknik centribaric baru ditetapkan untuk mempelajari pengaruh surfaktan, flokulan, dan campuran surfaktan/flokulan pada performa dewatering batubara. Hasil dari eksperimen menunjukan bahwa surfaktan anionic efektif dalam mengurangi kadar air, namun menurunkan solid recovery. Di sisi lain, efek surfaktan anionic dapat diabaikan bahkan pada dosis tinggi. Flokulan menunjukan terdapatnya peningkatan kadar air saat dosis ditambahkan. Namun, ada peningkatan yang signifikan dalam solid recovery. Dari pengamatan efek sinergis dari surfaktan anionik campuran / flokulan, dalam campuran surfaktan anionik dan flokulan, kelembaban akhir yang diperoleh untuk konsentrasi surfaktan 0,5 kg / t, 1 kg / t, dan 2 kg / t adalah 17,63 , 16,79 , dan 13,39."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deviani Nabila Ridovi
"Penghantaran obat untuk penyakit retinopati diabetic membutuhkan teknik enkapsulasi mikropartikel Poly lactic-co-Glycolic Acid yang dimodifikasi dengan surfaktan kationik Didecyldimethylammonium bromide (DDAB) dan Surfaktan Amfoterik Betaine Hydrochloride agar bermuatan positif sehingga terjadi gaya lektrostatis dengan mucus ocular mata yang bermuatan negatif. Pembuatan mikropartikel PLGA menggunakan metode emulsifikasi dan penguapan pelarut. Berdasarkan hasil uji zeta potensial, dapat disimpulkan, mikropartikel PLGA termodifikasi campuran surfaktan kationik dan surfaktan amfoterik bernilai paling tinggi yaitu sebesar 94.6 mV lalu diikuti oleh mikropartikel PLGA termodifikasi surfaktan kationik Didecyldimethylammonium bromide (DDAB) yaitu sebesar 89.2 mV, dan terakhir mikropartikel PLGA termodifikasi surfaktan amfoterik Betaine Hydrochloride yaitu sebesar 70.6 mV. Sedangkan mikropartikel Poly lactic-co-Glycolic Acid tanpa surfaktan tidak dapat dihantarkan ke mata karena bermuatan negative yaitu sebesar -4.8 mV dan bersifat tidak stabil sehingga dapat memicu terjadinya agregasi pada partikel.
Berdsarkan hasil uji Morfologi dengan Scanning Electron Microscope , mikropartikel Poly lactic-co-Glycolic Acid tanpa surfaktan berbentuk bulat dan memiliki ukuran partikel lebih besar dibandingkan dengan yang termodifikasi surfaktan. Sedangkan Morfologi mikropartikel Poly lactic-co-Glycolic Acid dengan surfaktan kationik dan amfoterik berbentuk bulat dengan kristal yang memanjang di sekeliling partikel.

Drug delivery for diabetic retinopathy disease requires encapsulation technique of microparticles Poly lactic - co - Glycolic Acid that surface modified by cationic surfactants Didecyldimethylammonium bromide ( DDAB ) and Betaine Hydrochloride amphoteric surfactants that are positively charged so that will be electrostatic force with ocular eye that is negativeky charged. microparticles PLGA synthesis use emulsification and solvent evaporation method. Based on zeta potential test result, PLGA microparticles modified cationic and amphoteric surfactants highest value that is equal to 94.6 mV followed by a cationic surfactant-modified PLGA microparticles Didecyldimethylammonium bromide (DDAB) that is equal to 89.2, and last-modified PLGA microparticles Betaine Hydrochloride amphoteric surfactant that is equal to 70.6 mV. While microparticles Poly lactic-co-glycolic acid without the surfactant can not be delivered to the eye because of the negatively charged in the amount of -4.8 mV and are not stable so the possibility for aggregation of the particles is high.
Based on morphology test by Scanning Electron Microscope, microparticles Poly lacticco- glycolic acid without surfactant has round shape and has a particle size larger than the modified surfactant. While the morphology of microparticles Poly lacticco- glycolic acid with cationic and amphoteric surfactants are round with a crystal that extends around the particles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Asih Ramadhani
"Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif dan kronis yang ditandai dengan gejala klinis dan distorsi jaringan sendi. Ketoprofen oral merupakan obat golongan Nonsteroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) yang mendominasi dalam tatalaksana gejala OA namun memiliki faktor risiko terhadap iritasi lambung. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah memformulasikan ketoprofen menjadi suatu sediaan transdermal berupa dissolving microneedle (DMN). Akan tetapi ketoprofen merupakan obat golongan Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II yang memiliki kelarutan buruk sehingga penambahan surfaktan dalam formulasi diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah memformulasikan ketoprofen dalam DMN dengan penambahan surfaktan dan mengetahui profil farmakokinetik dari sediaan tersebut. DMN ketoprofen dengan penambahan surfaktan dibuat dengan kombinasi polimer poli(vinil alkohol) (PVA) dan poli(vinil pirolidon) (PVP) dengan menambahkan surfaktan berupa Tween-80 (T-80) dan Poloxamer-188 (P-188) dalam berbagai konsentrasi. Dari hasil evaluasi fisik, kehilangan massa setelah pengeringan, uji kemampuan insersi dan mekanik, uji pelarutan jarum dalam kulit didapatkan bahwa F7 (P-18: 0,5%; PVA: 5%; dan PVP: 10%), F8 (P-18: 0,5%; PVA: 10%; dan PVP: 10%) dan F11 (P-18: 2%; PVA: 5%; dan PVP: 10%) memiliki hasil evaluasi fisik yang optimum. Hasil uji penetapan kadar didapatkan bahwa F7, F8 dan F11 memiliki kadar ± 15 mg dan hasil uji permeasi in vitro didapatkan bahwa F7 memiliki jumlah kumulatif permeasi tertinggi (2,79 ± 0,974 mg). Pengujian bioavailabilitas dilakukan pada F7 dibandingkan dengan oral ketoprofen, didapatkan profil farmakokinetik berupa AUC0-t, AUC0-inf, T½ , Tmaks, Cmaks dari F7 dan oral ketoprofen berturut-turut adalah 2602,42 µg.jam/mL; 2605,71 µg.jam/mL; 10,19 jam; 5 jam; 48,87 µg/mL untuk F7 dan 2454,91 µg.jam/mL; 2456,43 µg.jam/mL; 5,05 jam; 1,5 jam; 102,20 µg/mL untuk oral ketoprofen. Berdasarkan profil farmakokinetik tersebut DMN ketoprofen berpotensi sebagai bentuk sediaan lepas lambat.

Osteoarthritis (OA) is a degenerative and chronic joint disease characterized by clinical symptoms and distortion of joint tissue. Oral ketoprofen is a nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) that dominates in the management of OA symptoms yet has a risk factor of gastrointestinal irritation. To overcome these limitations, ketoprofen can be formulated in the form of dissolving microneedles (DMN). However, ketoprofen is a Biopharmaceutical Classification System (BCS) class II drug which has poor solubility, so its solubility must be improved by adding surfactants to the formulation. The aim of this research was to formulate DMN containing ketoprofen with the addition of surfactant and determine the pharmacokinetic profile of this preparation. DMN ketoprofen with the addition of surfactants was fabricated by using a combination of poly (vinyl alcohol) (PVA) and poly(vinyl pyrrolidone) (PVP) polymers and surfactants, namely Tween-80 (T-80) and Poloxamer-188 (P-188), were added at various concentrations. The result of physical evaluation, loss of mass after drying, insertion and mechanical ability tests, in skin dissolution test showed that F7 (P-18: 0.5%; PVA: 5%; and PVP: 10%), F8 (P-18: 0.5%; PVA: 10%; and PVP: 10%) dan F11 (P-18: 2%; PVA: 5%; and PVP: 10%) has optimum physical evaluation. DMN assay showed that F7, F8 and F11 have 15mg ketoprofen concentration and in vitro permeation test showed that F7 has the highest cumulative permeation (2.79 ± 0.974 mg). The bioavailability study conducted to F7 compared to oral ketoprofen. The pharmacokinetic profiles obtained are AUC0-t, AUC0-inf, T½, Tmaks, Cmaks of F7 and oral ketoprofen respectively: 2602.42 µg.jam/mL; 2605.71 µg.jam/mL; 10,19 jam; 5 jam; 48.87 µg/mL for F7 dan 2454.91 µg.jam/mL; 2456.43 µg.jam/mL; 5.05 jam; 1.5 jam; 102.20 µg/mL for oral ketoprofen. Based on its pharmacokinetic profile, DMN-ketoprofen has potential as a sustained-release dosage form."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Ramli
"Proses pengeluaran air pada batu bara merupakan hal yang sangat penting dalam industri batu bara disebabkan oleh dampak yang ditimbulkan pada saat penanganan dan penentuan karakteristik daripada produk batu bara dan tailing. Metode filtrasi komersil yang ada saat ini tidak cukup efektif serta berat dalam segi biaya. Dengan demikian, proses pengeluaran air dibantu oleh bahan kimia aditif dengan berbagai dosis diperkenalkan untuk melihat dampaknya pada perubahan jumlah filtrasi dan kelembaban hasil filtrasi tanpa harus meningkatkan biaya operasional secara signifikan. Eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan tekanan vakum dan dengan sinergi oleh software komputer, data air yang dapat dikeluarkan daripada campuran air dan batu bara terhadap waktu dapat diamati. Perbedaan tekanan yang digunakan pada peralatan ini adalah 60 kPa dan diaplikasikan untuk seluruh rangkaian eksperimen dengan komposisi campuran solid dan liquid sebesar 20 . Tujuan daripada eksperimen ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa kinetik daripada filtrasi dan sifat hasil filtrasi batu bara dan tailing dengan menggunakan surfaktan anionik dan kationik: AERODRI 104, AERODRI 105 dan CTAB, diikuti oleh penggunaan flokulan anionik: A962, dan yang terakhir dengan mencampurkan surfaktan anionik, AERODRI 105, dengan flokulan anionik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan menggunakan surfaktan anionik pada sampel batu bara, penurunan kelembaban dapat dicapai. Selanjutnya, ditemukan juga bahwa flokulan dapat meningkatkan kelembaban hasil filtrasi dan dengan menggunakan campuran flokulan dan surfaktan anionik menghasilkan produk dengan kelembaban yang lebih rendah dan jumlah pengeluaran air yang lebih tinggi.

Dewatering of ultrafine coal and refuse slurries are of major importance to the coal industry due to their impacts on the handling and utilisation characteristics of coal products and tailings disposal. Available commercial filtration methods are either ineffective or costly for ultrafine coal and tailings dewatering. Therefore, dewatering assisted by chemical is introduced at various dosages to observe the changes in filtration rate and moisture content of cake without significantly increase the operating cost. The experiment was conducted by utilising vacuum pressure and synergising with computer software, data of water removal from the coal slurry over time was observed. The pressure difference of the equipment was set at 60 kPa throughout the series of experiments with slurries composition of 20 . The experiment purpose was to study and analyse the filtration kinetics and filter cake properties of coal concentrate and tailings by utilising anionic and cationic surfactant AERODRI 104, AERODRI 105, and CTAB, followed by usage of anionic flocculant A962, and lastly by combining anionic surfactant, AERODRI 105, with an anionic flocculant. The results showed that with applying anionic surfactants in coal samples, lower final moisture content could be achieved. Furthermore, flocculant was found to be increasing moisture content of filter cake and using mixed flocculent and anionic surfactant yielded a product with lower final moisture and a higher dewatering rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardina Ayu Wulandari
"Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif terbarukan yang berasal dari bahan bakar fosil biologis. Biodiesel memiliki sifat mudah teroksidasi sehingga biodiesel mengalami Penurunan kualitas. Beberapa antioksidan digunakan untuk meningkatkan stabilitas biodiesel. PY adalah aditif antioksidan yang paling efektif. Tapi PY \dan biodiesel memiliki polaritas yang berbeda sehingga tidak dapat terdistribusi dengan baik. Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan kombinasi biner dari berbagai antioksidan. Upaya lain dilakukan dengan menambahkan surfaktan. Pada penelitian ini dilakukan penambahan surfaktan Dalam campuran antioksidan biner PY dan TBHQ, surfaktan yang ditambahkan adalah SMO dan GMS dengan variasi konsentrasi 200, 400 dan 600 ppm. Tes dispersi menunjukkan bahwa surfaktan dapat meningkatkan dispersi antioksidan biner dalam
biodiesel. Peningkatan dispersi antioksidan dapat meningkatkan stabilitas oksidasi dibuktikan dengan peningkatan dispersi antioksidan 0,06% mampu meningkatkan periode induksi 2,44 jam. Penambahan surfaktan lebih dari 200 ppm terbukti menimbulkan endapan coklat tua. Komposisi optimal diperoleh pada penambahan surfaktan SMO dengan konsentrasi 200 ppm dengan periode induksi 39,74 jam dan komposisi tidak menimbulkan sedimen. Peningkatan stabilitas oksidasi biodiesel disebabkan oleh peningkatan dispersi disebabkan oleh peningkatan dispersi antioksidan karena interaksi sinergis antara PY, TBHQ dan SMO dibuktikan dengan adanya gugus C=O melalui uji FTIR
Biodiesel is a renewable alternative energy derived from biological fossil fuels. Biodiesel has the property of being easily oxidized so that biodiesel has decreased in quality. Several antioxidants are used to increase the stability of biodiesel. PY is the most effective antioxidant additive. But PY \ and biodiesel have different polarities so they can't be distributed properly. Several studies have been conducted using binary combinations of various antioxidants. Another attempt was made by adding surfactants. In this study, surfactant was added. In a mixture of binary antioxidants PY and TBHQ, the surfactants added were SMO and GMS with varying concentrations of 200, 400 and 600 ppm. Dispersion tests showed that surfactants could increase the dispersion of binary antioxidants in biodiesel. Increasing antioxidant dispersion can increase oxidation stability as evidenced by an increase in antioxidant dispersion of 0.06% which can increase the induction period of 2.44 hours. The addition of surfactants of more than 200 ppm was proven to cause dark brown deposits. The optimal composition was obtained by adding SMO surfactant with a concentration of 200 ppm with an induction period of 39.74 hours and the composition did not cause sediment. The increase in the oxidation stability of biodiesel was caused by the increase in dispersion caused by the increase in antioxidant dispersion due to the synergistic interaction between PY, TBHQ and SMO as evidenced by the presence of C=O groups through the FTIR test."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Fatticianita J.
"Teknologi konversi katalitik senyawa organik menjadi hidrokarbon masih sangat jarang sehingga sangat memerlukan dukungan dari hasil penelitian serta pengkajian teknik reaksi dan katalis. Selama ini teknologi konversi senyawa organik masih terfokus pada konversi katalitik dengan bahan baku metanol menjadi Gasoline (Methanol To Gasoline Process) dengan menggunakan katalis H-ZSM-5. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan konversi hasil biomassa (aseton-butanol-etanol) menjadi hidrokarbon dengan menggunakan katalis H-ZSM-5. Konversi katalitik senyawa ABE dilakukan dengan menggunakan Packed bed reactor pada tekanan atmosferik dengan variasi rasio Si/Al. Penelitian ini mempelajari pengaruh rasio Si/Al terhadap reaksi konversi katalitik senyawa ABE menjadi hidrokarbon. Karakterisasi katalis yang dilakukan meliputi komposisi kimiawi dari H-ZSM-5 sehingga didapat rasio Si/Al untuk H-ZSM-5 sebesar 15, 47, 227, 2500. Karakterisasi dengan XRD menunjukkan kristalinitas untuk HZSM-5 yang berada pada daerah 2? dengan nilai 23 derajat. Dari karakterisasi keasaman diketahui bahwa katalis yang memiliki jumlah keasaman tertinggi adalah H-ZSM-5 dengan rasio Si/Al = 47 pda rentang temperatur 350_C-450_C. Rasio Si/Al sangat mempengaruhi produk cair yang diperoleh (yield dan konversi). Konversi tertinggi dihasilkan dari reaksi dengan menggunakan HZSM-5 rasio Si/Al = 47. Yield tertinggi yang dihasilkan dari reaksi konversi katalitik senyawa ABE menjadi hidrokarbon adalah sebesar 46,6% atau sekitar 1,168 gram umpan ABE yang terkonversi menjadi produk hidrokarbon pada temperatur 425_C dengan menggunakan katalis H-ZSM-5 rasio Si/Al = 47."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Zilvania
"Mikrosfer polimer biodegradable secara luas diselidiki dalam sistem pengiriman untuk senyawa bioaktif. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan mikrosfer dari polipaduan poli asam laktat dan polikaprolakton menggunakan metode penguapan pelarut emulsi air dalam minyak w/o dengan Nonidet SF-5 sebagai surfaktan. Pengaruh dari surfaktan nonidet SF-5 terhadap ukuran mikrosfer dan distribusinya dipelajari dengan memvariasikan volume surfaktan 1 mL; 1,5 mL; dan 2 mL. Variasi tambahan seperti kecepatan pengadukan emulsi 700 rpm, 800 rpm, dan 900 rpm dan waktu pengadukan dispersi 0,5 jam; 1 jam; 1,5 jam; dan 2 jam juga dilakukan. Karakterisasi mikrosfer dilakukan menggunakan Particle Size Analyzer PSA dan FTIR. Bentuk dan permukaan mikrosfer diamati dengan menggunakan mikroskop optik.
Hasil menunjukkan bahwa penambahan volume surfaktan menurunkan ukuran mikrosfer dari 34,58 m ke 28.70 m dengan ukuran mikrosfer yang paling seragam diperoleh pada 1 mL Nonidet SF-5. Sedangkan mikrosfer yang dihasilkan melalui variasi kecepatan pengadukan emulsi menunjukkan ukuran yang sama, yaitu sebesar 31,50 m, serta ukuran mikrosfer yang paling seragam diperoleh pada kecepatan 800 rpm. Kemudian peningkatan waktu pengadukan dispersi juga menurunkan ukuran mikrosfer dari 31.50 m ke 19.76 m, akan tetapi tidak mempengaruhi distribusi ukuran mikrosfer.

Microspheres of biodegradable polymers have been widely investigated in delivery system for bioactive compounds. In this study, microspheres were prepared from polyblend of poly lactic acid and polycaprolactone using water in oil w o emulsion solvent evaporation method with Nonidet SF 5 as surfactant. The effect of Nonidet SF 5 on the size of microspheres and its distribution was studied by varying the volume of surfactant 1, 1.5, and 2 mL. Additional variations such as emulsion stirring speed 700, 800, and 900 rpm and dispersion stirring time 0.5, 1, 1.5, and 2 h were also conducted. Microspheres were characterized using Particle Size Analyzer PSA and FTIR. The physical form and appearance of microspheres were observed by optical microscope.
The results showed that the addition of surfactant volume decreased the microspheres size from 34.58 m to 28.70 m with the most uniform microspheres size was obtained at 1 mL of Nonidet SF 5. While the microspheres that produced through variations of emulsion stirring speed showed the same size, that was 31.50 m and the most uniform microspheres size was obtained at 800 rpm. Moreover, the increasing of dispersion stirring time also decreased the microspheres size from 31.50 m to 19.76 m, but it did not affect the microspheres size distribution.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitha Adriyani
"ABSTRAK
Oksiresveratrol merupakan salah satu kelompok stilben yang berpotensi digunakan sebagai agen pencerah kulit, serta memiliki aktivitas antioksidan, antiviral, dan antibakteri. Oksiresveratrol dapat ditemukan pada bagian ranting tanaman murbei Morus alba L. Ekstraksi oksiresveratrol dari tanaman ini dapat dilakukan dengan berbagai metode. Pada penelitian ini, ekstraksi dilakukan dengan metode Microwave-Assisted Extraction MAE menggunakan pelarut surfaktan, yaitu polioksietilen 20 sorbitan monolaurat, atau yang biasa disebut dengan Tween 20, untuk mendapatkan kadar oksiresveratrol optimum dari ranting murbei. Optimasi dilakukan terhadap beberapa faktor yaitu waktu ekstraksi, rasio pelarut terhadap sampel, dan konsentrasi pelarut, dengan menggunakan Response Surface Methodology RSM. Selain itu, dilakukan juga ekstraksi oksiresveratrol dengan pelarut etanol 96 secara maserasi, sebagai pembanding hasil ekstraksi. Penetapan kadar oksiresveratrol dilakukan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT dengan fase gerak larutan asam asetat 0,5 -asetonitril 3:1 v/v dan dideteksi pada panjang gelombang 320 nm. Kondisi optimum diperoleh pada waktu ekstraksi 5 menit, rasio pelarut-sampel 40:1 mL/g, dan konsentrasi pelarut 100 mM dengan kadar oksiresveratrol 0,0172 mg/g simplisia. Sementara, pada ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96, diperoleh kadar oksiresveratrol sebesar 1,5704 mg/g simplisia.

ABSTRACT
Oxyresveratrol belongs to stilbenoid group that has been reported possess many biological activities such as whitening agent, antioxidant, antiviral, and antibacterial. Oxyresveratrol can be found in white mulberry Morus alba L. The highest content was found in the twigs. There are many methods can be used to extract oxyresveratrol from white mulberry twigs. In this study, polyoxyethylene 20 sorbitan monolaurate Tween 20 used as solvent with Microwave Assisted Extraction MAE as extraction method to obtain optimum oxyresveratrol content from mulberry twigs. Extraction parameters were extraction time, liquid solid ratio, and solvent concentration. The parameters were optimized using response surface methodology RSM. This research also comparing the content of oxyresveratrol with conventional extraction methods. The method was maceration with 96 ethanol as solvent. Oxyresveratrol content was determined using High Performance Liquid Chromatography HPLC with 0.5 acetic acid acetonitrile 3 1 v v as mobile phase and detection wavelength was 320 nm. Based on the result, the optimum condition was extraction time 5 minutes, liquid solid ratio 40 1 mL g, and Tween 20 concentration 100 mM. Oxyresveratrol content from optimum condition was 0.0172 mg g dry weight. Meanwhile, the result from maceration method was 1.5704 mg g dry weight. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Adhitya
"Biodiesel merupakan salah satu solusi bahan bakar alternatif yang tepat digunakan di Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu produsen Crude Palm Oil CPO terbesar di dunia. Saat ini, Biodiesel digunakan sebagai campuran dari diesel dari minyak bumi Solar. Masalah utama yang terjadi adalah kecenderungan biodiesel untuk teroksidasi sehingga menurunkan storage life. Masalah tersebut dapat diatasi dengan penambahan aditif antioksidan seperti tert-Butylhydroquinone TBHQ yang harganya murah dan banyak tersedia di pasaran. Performa TBHQ kurang memuaskan karena dispersinya yang buruk saat dicampur pada biodiesel. Oleh karena itu, TBHQ dicampurkan kedalam biodiesel dengan bantuan surfaktan Sorbitan monooleate yang bertujuan untuk meningkatkan dispersi sehingga performanya sebagai antioksidan lebih baik. Pencampuran tersebut dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama-tama mencampurkan TBHQ dengan surfaktan, kemudian dicampurkan kedalam biodiesel, serta dilakukan uji dispersi. Biodiesel diuji ketahanan oksidasinya sebelum dan setelah dicampurkan TBHQ dan surfaktan dengan bilangan asam dan bilangan iodin. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa penambahan surfaktan Sorbitan Monooleate mampu meningkatkan dispersi TBHQ pada biodiesel. Peningkatan ketahanan oksidasi pada biodiesel paling baik terjadi setelah penambahan surfaktan Sorbitan Monooleate 300 ppm dan TBHQ 2000 ppm.

Biodiesel is one of the best alternative fuels solutions to be used in Indonesia because Indonesia is one of the largest producers of Crude Palm Oil CPO in the world. Currently, Biodiesel is used as a mixture of diesel from petroleum Solar. The main problem that occurs is the tendency of biodiesel to oxidize, thus lowering the shelf life. The problem can be solved by the addition of antioxidant additives such as tert Butylhydroquinone TBHQ which is cheap and widely available in the market. TBHQ performance is less satisfactory because of poor dispersion when mixed in biodiesel. Therefore, TBHQ is incorporated into biodiesel with the help of Sorbitan monooleate surfactant which aims to increase dispersion so that its performance as an antioxidant is better. Mixing can be done with several steps, namely first mixing TBHQ with surfactant, then mixed into biodiesel, and conducted by dispersion test. Biodiesel tested its oxidation resistance before and after mixed TBHQ and surfactant with acid number and iodine number. The tests showed that the addition of Sorbitan Monooleate surfactant increased the dispersion of TBHQ antioxidant additive in biodiesel. The best improvement of oxidative stability of biodiesel occur after adding the Sorbitan Monooleate 300 ppm and TBHQ 2000 ppm to the biodiesel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Tedjo
"Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia telah melakukan beberapa penelitian tentang kemampuan pendegradasian satu jenis mikroorganisme terhadap senyawa hidrokarbon tertentu. Untuk melanjutkan dan lebih mengembangkan penelitian sebelum-sebelumnya, dilakukan penelitian untuk menguji ketahanan dan keefektifan konsorsium bakteri (kultur campuran) dalam mendegradasi limbah produk petroldmia yang digunakan oleh masyarakat secara luas. Dalam penelitian ini digunakan jenis sampel kontaminan berupa surfactant sintetis Linear AlkylBenzene Sulfonate (LAS), yang banyak diaplikasikan dalam detergen pembersih. Sedangkan mikroorganisme yang digunakan adalah mikroorganisme konsorsium yang telah dikultur sendiri oleh LEMIGAS, yaitu Pseudomonas aeroginosa, Bacillus subtilis, Bacillus aglomerans. Bacillus cereus, Bacillus alvae. Pelaksanaan proses biodegradasi dilakukan selama 12 hari dengan medium Lockhead and Chase, pada temperatur ruang, kecepatan pengocokan tetap, dengan inokulum awal bakteri sebesar 1.59 x 108 CFU/mL. Sementara itu variasi konsentrasi awal LAS yang digunakan adalah 100,400,700,1000 dan 1500 ppm. Hasil yang diperoleh dan penelitian menunjukkan bahwa konsorsium bakteri yang digunakan dapat hidup dalam lingkungan LAS sampai 1500 ppm. Pertumbuhan dan penurunan chemical oxygen demand teriadi maksimum pada konsentrasi yang terkecil, yaitu 100 ppm. Di sini LAS dapat berfungsi sebagai sumber karbon namun juga dapat berisiko tinggi terhadap kelangsungan hidup beberapa jenis bakteri karena faktor penurunan tegangan permukaan. Hal ini menyebabkan konsorsium bakteri dengan jenis bakteri yang digunakan dalam penelitian ini dapat mendegradasi LAS, namun kurang efektif."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>