Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan performa protokol routing dan codec pada aplikasi Voice over Internet Protocol (VoIP) berdasarkan parameter Quality of Service (QoS). VoIP termasuk salah satu aplikasi yang paling sering digunakan saat ini. Karena berkembangnya berbagai aplikasi yang membutuhkan dukungan bandwidth yang tinggi, maka pengukuran parameter QoS seperti delay, jitter, packet loss, dan throughput pada berbagai aplikasi tersebut juga perlu untuk dilakukan. Oleh karena itu, pengujian ini berfokus pada pengecekan QoS VoIP, dimana dibangun sebuah topologi jaringan dengan berbagai protokol routing yang diimplementasikan. Protokol routing tersebut diantaranya adalah Routing Information Protocol (RIP), Open Shortest Path First (OSPF), dan Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP). Dengan protokol routing tersebut, nilai QoS dipantau dalam berbagai jenis codec, seperti G.711 dan GSM, dan dijalankan dalam keadaan trafik 0 (tanpa trafik lain), trafik 50 Mbps, dan trafik 100 Mbps, dengan teknik priority queuing diimplementasikan pada router. Hasil dari analisis digunakan untuk membandingkan pada protokol routing, codec, dan trafik seperti apa dihasilkan nilai persentase QoS yang lebih baik, serta performa dari teknik priority queuing terhadap nilai parameter QoS yang diperoleh. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa EIGRP dan G.711 (u-law) adalah protokol routing dan codec yang terbaik dalam komunikasi VoIP.
This research aimed to analyze the performance comparison of routing protocols and codecs on Voice over Internet Protocol (VoIP) application based on the parameters of Quality of Service (QoS). VoIP is one of the applications which are most used nowadays. Due to the growth of applications that require high bandwidth support, then the measurement of QoS parameters, such as delay, jitter, packet loss, and throughput, also needs to be done. Therefore, this research focused on checking the performances of VoIP based on these parameters. The network topology was made with variety of routing protocols and codecs. The routing protocols used were Routing Information Protocol (RIP), Open Shortest Path First (OSPF), and Enhanced Interior Gateway Protocol (EIGRP). With the routing protocols, QoS values were monitored in various types of codec, such as G.711 and GSM, and were executed in zero traffic, 50 Mbps traffic, and 100 Mbps traffic, with priority queuing techniques were implemented on the router. The results of the analysis were used to compare the routing protocols and codecs as what percentages of the value of better QoS, also priority queuing techniques performances toward the QoS parameters values obtained. In this research, data showed that EIGRP is the best for routing protocol implementation and G.711 (u-law) is the best for codec used in VoIP communication.
"Internet of Things (IoT) tidak hanya mengubah cara perangkat berinteraksi dan terhubung, tetapi juga membawa risiko keamanan serius, seperti kebocoran data. Penelitian ini mengatasi masalah tersebut dengan menggabungkan Advanced Encryption Standard (AES) dan shift left security. AES digunakan untuk mengenkripsi data yang ditransmisikan melalui perangkat IoT dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya komputasi, khususnya pada perangkat Smart Fan System, yang bekerja dengan mengaktifkan mini fan berdasarkan threshold suhu tertentu yang dapat dimonitor melalui web app. Pada penelitian ini, shift left security diterapkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi kerentanan sejak tahap awal pengembangan. Efektivitas integrasi AES dan shift left security diuji dengan membandingkan waktu eksekusi dan kerentanan keamanan. Penetration testing dilakukan terhadap SQL injection, Man in the Middle (MITM) attack, dan Distributed Denial of Service (DDoS) attack. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keamanan sebesar 66.67% dengan waktu eksekusi 485.51 ms pada sistem IoT yang mengintegrasikan AES dan shift left security, tanpa penurunan performa signifikan. Meskipun efektif terhadap SQL injection dan MITM attack, sistem masih rentan terhadap DDoS attack, sehingga diperlukan strategi tambahan yang lebih komprehensif. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi penting dalam desain perangkat IoT yang lebih aman dan andal di masa depan.