Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180382 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johanes James
"Flotasi merupakan proses pengambilan mineral berharga dari pengotornya. Flotasi kolom digunakan untuk pengambilan mineral berharga dengan nilai kadar lebih tinggi dibandingkan flotasi konvensional. Dalam rangka menentukan efisiensi proses flotasi, diperlukan proses monitoring. Desain kolom dibuat dalam skala laboratorium dengan tinggi 120 cm dan diameter 5 cm. Proses monitoring dilakukan dengan kamera berkecepatan 240 fps. Kemudian dilakukan image processing dengan Picsara dan MatLab. Bijih yang digunakan adalah ZnS dengan variasi ukuran partikel 163, 127 89.5, dan 74 mikron. Percobaan dilakukan dengan injeksi udara 2, 2.5, 3, 3.5 dan 4 L/menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses monitoring mampu meningkatkan efisiensi dari nilai recovery pada proses flotasi.

Flotation is the process of taking valuable minerals from its impurities. Flotation columns are used for the retrieval of valuable minerals with higher grade values than conventional flotation. In order to determine the efficiency of the flotation process, a monitoring process is required. Column design is made in laboratory scale with height 120 cm and diameter 5 cm. Monitoring process is done with camera speed 240 fps. Then image processing is done with Picsara and MatLab. The ore used is ZnS with particle size variations of 163, 127, 89.5 and 74 micron. The experiments were performed with 2, 2.5, 3, 3.5 and 4 L min of air injections. The results showed that the monitoring process can improve the efficiency of the recovery value in the flotation process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destrianti Syamzida
"Teknologi gelembung mikro memiliki tingkat efisiensi yang tinggi pada proses flotasi dan aerasi untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang telah digunakan di banyak negara maju. Di Indonesia sendiri penerapannya baru pada sektor perikanan dan lab industri skala kecil. Beberapa institusi seperti Indonesia Water Institute (IWI) telah mencoba meneliti gelembung mikro yang diperuntukkan untuk IPA. Namun, sistem reaktor yang ada saat ini belum mencapai kriteria gelembung mikro, terlebih lagi investigasi alat tersebut terhadap kemampuannya dalam proses flotasi dan areasi belum dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan sistem reaktor serta investigasi pengaruh dari kemampuan flotasi (kecepatan naik gelembung) dengan variasi ukuran gelembung serta kemampuan aerasi (waktu kontak perpindahan oksigen) dengan variasi koefisien transfer massa (KLa) dari berbagai sparger lokal dilakukan. Tindakan untuk pengembangan sistem reaktor adalah dengan meningkatkan kapasitas pompa dan kompresor, serta melakukan variasi debit air dan debit udara untuk diobservasi gelembung mikro terkecilnya. Metode untuk menganalisis kemampuan sparger adalah dengan menggunakan 3 sparger lokal, dimana  gelembung diukur secara optik (dan dianalisis gambar dengan software ImageJ) dan pengukuran konsentrasi DO setiap menitnya untuk menghasilkan ukuran gelembung dan KLa. Dari ketiga sparger, ukuran gelembung terkecil dihasilkan oleh sparger vortex yaitu 89 m. Hal ini berdampak pada hasil kecepatan naik terbaik nilai 17,67 m/h. Sparger vortex juga menghasilkan serta KLa tertinggi dengan nilai 0,297/min yang berdampak pada waktu kontak tercepat yaitu 3,64 menit dalam absorpsi gas ke dalam larutan. Berdasarkan hasil tersebut, sparger lokal ini memiliki kemampuan yang masuk ke dalam kriteria desain unit flotasi dan aerasi. Oleh karena itu, teknologi gelembung mikro dengan eksperimen skala lab untuk ketiga sparger dapat menjadi acuan dalam perkembangan teknologi mikro pada IPA di Indonesia.

Microbubble technology has a high level of efficiency in the process of flotation and aeration for Water Treatment Plants (WTP) and has been used in many developed countries. In Indonesia, this technology is not optimally utilized yet, only to fisheries and small-scale industrial laboratories. Although several institutions such as the Indonesian Water Intitute (IWI) have tried to evaluate microbubble technology for WTP but the current reactor system has not yet reached the microbubble criteria. In addition, there remains a significant gap in knowledge and research on microbubble local sparger manufacturers and their capabilities for WTP. Therefore, the development of the reactor system and the investigation of flotation ability (rising velocity) with variations in bubble size and aeration ability (oxygen transfer contact time) with variation in transfer coefficient (KLa) of various local spargers were carried out. To develop the reactor system, the capacity of pumps and compressor were increased, and variation in water & air discharge were carried out until the ideal microbubbles size were obtained. The method for analyzing sparger ability is to use 3 local spargers, where bubbles are measured optically (and analyzed with ImageJ) and measurement of DO concentration every minute produce bubble and KLa sizes. Of the three spargers, the smallest bubble size was produced by sparger vortex, which was 89 μm. This has an impact on the results of the best rising velocity 17,37 m/h. Sparger vortex also produced the highest KLa with a value of 0,297/min which had the fastest contact time of 3,64 minutes in gas absorption into the solution. Based on these results, these local spargers have capabilities that fall into the flotation and aeration unit design criteria. Therefore, these three spargers of microbubble technology lab-scale experiments can be a reference in the development of microbubble technology for WTP in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradityo Nur Oktoviarto
"Sirkuit flotasi rougher biasa digunakan pada pabik pengolahan mineral yang bertujuan untuk mendapatkan perolehan maksimal pada mineral berharga dengan standard minimal kadar yang telah ditentukan oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh profil kecepatan buih 9.67 cm/s ndash; 13.76 cm/s ndash; 19.55 cm/s ndash; 22.58 cm/s dan profil 11.40 cm/s ndash; 19.36 cm/s ndash; 13.87 cm/s ndash; 6.17 cm/s terhadap perolehan dan kadar Tembaga dan Emas yang nantinya sampel umpan, konsentrat, dan tail akan diuji AAS serta XRD untuk mengetahui kadar dan kandungan mineral yang terdapat pada sampel sehingga kita bisa menghitung serta menganalisa performa untuk setiap profil kecepatan buih. Hasil penelitian yang didapat adalah kedua profile memiliki hasil yang sama pada perolehan Tembaga tetapi profil pertama memiliki kadar yang lebih tinggi dan pada perolehan Emas, profil kedua memiliki hasil perolehan yang lebih tinggi namun memiliki kadar yang lebih rendah dibanding profil pertama.

Rougher Flotation circuit commonly used in mineral processing industry to aiming to get maximum recovery, within minimum standar of valuable mineral grade which has been determined by the company. The purpose of this research is to know the effect of the froth velocity profile 9.67 cm s ndash 13.76 cm s ndash 19.55 cm s ndash 22.58 cm s and profile 11.40 cm s ndash 19.36 cm s ndash 13.87 cm s ndash 6.17 cm s against the recovery and grade of Copper and Gold which later the sample of feed, concentrates, and tail to be tested with AAS and XRD to find out the grade and mineral content in the sample, so we can calculate and analyze the performance for every froth velocity profile. The result of this research is both profile has the same Copper recovery result but the first profile has higher Copper grades. On the Gold recovery, second profile has higher perolehan result but has lower Gold grades than the first profile."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Asijati Widijaningsih Ichsan
"Percobaan untuk menurunkan konsentrasi logam dalam larutan dilakukan terhadap ion-ion logam Cu(II), Cd(II) dan Ni(II) yang telah dikomplekskan dengan tanin dan diflotasikan (diambangkan) dengan bantuan surfaktan. Perbandingan stoikiometri kompleks logam-tanin ditentukan dengan cara perbandingan mol. Pengaruh pH, konsentrasi dan jenis surfaktan terhadap hasil flotasi diamati dengan mengukur konsentrasi logam sebelum dan sesudah flotasi dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS).
Kondisi terbaik untuk flotasi ion Cu(II) adalah pada pH 4 dengan kedua jenis surfaktan, dan untuk ketiga logam lainnya pada pH 8 dengan surfaktan dodesilamina dan pH 7 dengan surfaktan oktadesil amina. Hasil flotasi dengan surfaktan dodesilamina lebih baik dibandingkan dengan oktadesilamina.
Flotasi dengan menggunakan surfaktan dodesilamina dapat dimanfaatkan untuk menurunkan konsentrasi keempat logam tersebut dalam larutan dan memisahkan sebagian besar logam Cu(II) dari ketiga logam lainnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaksana Permana
"Proses konsentrasi berdasarkan konsetrasi secara flotasi dapat digunakan untuk meningkatkan kadar nikel laterit yang memiliki kandungan nikel rendah (dibawah 1,2 %). Diharapkan dengan penelitian yang menggunakan bijih nikel laterit dari Sulawesi Tenggara ini dapat meningkatkan kandungan nikelnya.
Pada penelitian ini kondisi flotasi yang tetap adalah : ukuran sampel - 200 mesh, kecepatan putar impeller 1250 rpm, frother minyak pinus dengan konsentrasi 85 g/ton, waktu conditioning 3 menit dan waktu flotasi 15 menit. Sedangkan kondisi flotasi yang dibuat bervariasi adalah : pemakaian kolektor asam oleik dari 664, 1328, 1992, 2656 dan 3320 g/ton, pH dari 10, 10,5 dan 11 % padatan dan jumlah pemakaian depressan sodium silikat dari 1000, 1500 dan 2000 g/ton. Karakterisasi awal dilakukan setelah klasifikasi ukuran +10,-10+20,- 20+40,-40+60,-60+100,-100+140,-140+200,-200+325 dan -325 dengan pengujian XRF dan Mineragrafy.
Hasil flotasi baik konsentrat ataupun tailing dilakukan karakterisasi menggunakan X-Ray Flourosence (XRF) dan X-Ray Diffraction (XRD) dengan maksud untuk memperoleh kadar unsur dan senyawa yang ada.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa flotasi yang terjadi adalah reverse flotation karena konsentrat terkumpul pada mineral tenggelam. Semakin bertambah nilai pH maka kadar nikel konsentrat semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi kolektor maka kadar nikel konsentrat semakin kecil. Perolehan nikel pada konsentrasi depressan 1000 gram/Ton relatif lebih tinggi dibanding perolehan nikel pada konsentrasi 1500 gram/Ton. Konsentrasi depressan 2000 gram/Ton menunjukkan nilai perolehan nikel yang tidak teratur.
Hasil perolehan terbaik didapat pada pH 11, konsentrasi depressan 1000 gr/ton dan konsentrasi kolektor 664 gr/Ton dengan nilai 98,68 %.

The concentration process based on the flotation can be used to increase the contents of nickel laterite that has a low nickel contents (below 1.2%). It is expected that research using lateritic nickel ore from South East Sulawesi, this can increase the contents of nickel.
In this study, flotation conditions which were fixed are: sample size - 200 mesh, 1250 rpm impeller speed, pine oil frother concentration of 85 grams/ton and flotation time of 15 minutes. While the flotation conditions which were varied are: the use of collectors oleic acid of 664, 1328, 1992, 2656 and 3320 grams/ton, pH of 8, 9 and 10 % solids and the amount of sodium silicate depressants usage from 1000, 1500 and 2000 grams/ton. Initial characterization performed after classification size +10, -10 +20, -20 +40, -40 +60, -60 +100, -100 +140, -140 +200, -200 +325 and -325 with X-Ray Flouresence (XRF) and mineragraphy.
The results showed that flotation products, concentrate or tailings were characterized using X-Ray Flourosence (XRF) and X-Ray Diffraction (XRD) with the intention to obtain contents of elements and compounds involved.
The results showed that the flotation is happening is a reverse flotation for mineral concentrates collected in the sink. Increasing the pH value of the levels of nickel concentrates is increasing. The greater the concentration of the collector is getting smaller levels of nickel concentrate. Obtaining nickel at concentrations depressants 1000 grams/ton is relatively higher than the acquisition of nickel at a concentration of 1500 grams/ ton. Depressant concentrations 2000 grams/ton demonstrate the value of the acquisition of nickel irregular.
Obtaining the best results obtained at pH 11, the concentration of depressant
1000 grams/ton and collector concentration of 664 grams/ton with a value of
98.68%."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29626
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nanda Kurniawan
"In this research, Parrot AR.Drone as an Unmanned Aerial Vehicle (UAV) was used to track an object from above. Development of this system utilized some functions from OpenCV library and Robot Operating System (ROS). Techniques that were implemented in the system are image processing al-gorithm (Centroid-Contour Distance (CCD)), feature extraction algorithm (Principal Component Ana-lysis (PCA)) and an artificial neural network algorithm (Generalized Learning Vector Quantization (GLVQ)). The final result of this research is a program for AR.Drone to track a moving object on the floor in fast response time that is under 1 second.
Pada penelitian ini, Parrot AR.Drone digunakan sebagai pesawat tanpa awak untuk menjejaki sebuah objek dari atas. Pengembangan sistem ini memanfaatkan beberapa fungsi dari pustaka OpenCV dan Robot Operating System (ROS). Teknik-teknik yang diimplementasikan pada sistem yang dikem-bangkan adalah algoritma pengolahan citra (Centroid-Contour Distance (CCD)), algoritma ekstraksi fitur (Principal Component Analysis (PCA)), dan algoritma jaringan syaraf tiruan (Generalized Lear-ning Vector Quantization (GLVQ)). Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebuah program untuk AR. Drone yang berfungsi untuk menjejaki sebuah objek bergerak di lantai dengan respon waktu yang ce-pat dibawah satu detik."
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Buono
"Pada paper ini, dilakukan pemilihan feature dari citra RGB (Red-Green-Blue) untuk memprediksi tingkat kemanisan buah belimbing yang dicirikan dengan kandungan TPT (Total Padat Terlarut). Dari feature terpilih, dilakukan transformasi komponen utama satu dimensi (1D-PCA) dan dua dimensi (2D-PCA) untuk mereduksi dimensi citra. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengenalan tingkat kemanisan yang dalam paper ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu manis, sedang, dan asam. Nilai batas tiap kelompok didasarkan pada bentuk histogram nilai TPT. Dari 300 citra buah belimbing diperoleh hasil bahwa secara akurasi, teknik 1D-PCA maupun 2D-PCA memberikan hasil yang relatif sama. Namun dari segi kecepatan, 2D-PCA jauh lebih cepat dibanding 1D-PCA, khususnya pada bagian pembentukan sumbu. Model hubungan tingkat kemanisan sebagai fungsi dari nilai RGB memberikan tingkat determinasi terbesarnya 69.9%. Percobaan menunjukkan bahwa 1D-PCA maupun 2D-PCA mampu menerangkan sekitar 95% model hubungan tersebut yang dikembangkan pada ruang asal. Teknik PCA digabungkan dengan jarak Euclidean untuk pengenalan mampu mengenali buah kelompok manis dengan akurasi 100%. Sedangkan untuk kelompok asam dan sedang teknik yang dilakukan gagal melakukan pengenalan dengan baik"
Depok: [Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia;IPB. Departemen Ilmu Komputer;IPB. Departemen Ilmu Komputer, IPB. Departemen Ilmu Komputer], 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyani Rahmawati
"Penyakit kanker payudara merupakan salah satu penyakit mematikan bagi para wanita dewasa yang diakibatkan oleh tumor ganas. Untuk melakukan pendeteksian dini tumor pada daerah payudara, dilakukan kegiatan mamografi yang dapat mendeteksi benjolan pada payudara bahkan untuk ukuran yang kecil. Citra mamogram dari kegiatan mamografi tidak hanya menampilkan jaringan yang dicurigai sebagai kanker, tetapi menampilkan jaringan-jaringan lainnya yang terdapat pada organ payudara seperti jaringan pembuluh darah dan kelenjar air susu dengan bentuk curvilinear yang sulit dipisahkan dari wilayah sel kanker.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan dua jenis modifikasi metode pengeliminasi struktur curvilinear dari citra yang diajukan oleh Sheshadri dan Kandaswamy. Metode pertama hasil modifikasi adalah pendeteksian dan penghilangan struktur curvilinear yang dilakukan sebelum segmentasi thresholding berlangsung, sedangkan metode kedua hasil modifikasi adalah metode segmentasi thresholding yang dilakukan sebelum pendeteksian dan penghilangan struktur curvilinear.
Dari kegiatan analisis hasil eksperimen yang dilakukan secara visual pada dua belas mamogram, diketahui bahwa suatu nilai thresholding tidak dapat digunakan secara masal untuk seluruh mamogram karena nilai yang dapat memberikan hasil yang baik pada suatu mamogram belum tentu dapat digunakan pada mamogram lainnya. Selain itu, kegagalan pendeteksian dapat terjadi apabila jaringan penghalang wilayah kanker tidak memiliki struktur curvilinear, tetapi merupakan suatu region.
Penerapan metode kedua, segmentasi thresholding yang dilakukan sebelum kegiatan pendeteksian dan penghilangan struktur curvilinear berlangsung, memiliki angka keberhasilan pendeteksian struktur yang dicurigai sebagai kanker yang lebih besar dibandingkan metode pertama karena proses thresholding dilakukan dengan melibatkan nilai gray level dari mamogram asal, bukan mamogram hasil pengolahan citra seperti pada metode pertama."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sardy S.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Amran Sujudi
"Citra tipikal hitam-putih merupakan citra kontinyu karena gray level shade-nya bcrgabting secara kontinyu dalam intensitas dan spatiality.
Dalam suatu pemrosesan citra dilakukan proses kuantisasi, dimana citra terkuantisasi tidak kontinyu, namun tersusun dari piksel diskrit.
Resolusi citra didefinisikan sebagai kemampuan untuk memproduksi citra dengan kualitas visual dan dapat dibandingkan dcngan citra kontinyu aslinya. Diperlukan jumlah piksel nicmadai untuk penampilan kontinyu spasial dan juga jumlah gray level untuk penampilan depth of field dan kontras. Piksel merupakan elemen utama dalam resolusi citra diskrit.
Dalam tesis ini diusulkan peningkatan resolusi citra untuk pencitraan medik memakai Filter Infinite Impulse Response. Tiga teknik peningkatan resolusi citra yang dikenal, masing-masing : (1) Pendekatan frekuensi/Fast Fourier Transform dari teorema sampling, (2) Pendekatan spasial memakai fungsi interpolasi; dan (3) pendekatan alternatif memakai Infinite Impulse Response Filter (mirip dengan pendekatan FFT, namun lebih mudah dalam pelaksanaan).
Peningkatan resolusi citra melalui FFT dilakukan dengan, pertama, memakai sifat spektrum yang akan cepat mcnurun akibat meningkatnya frekuensi dan kedua, memakai teorema sampling untuk obyek oversumpled.
Peningkatan resolusi citra memakai interpolasi spasial dilakukan dengan mengkonvolusikan citra yang sudah diekspansi 2 N x 2 N dengan operator interpolasi. Hasilnya tampak agak buram, namun hal ini dapat di-deblur memakai high pass filter.
Peningkatan resolusi citra memakai Infinite Impulse Response fitter, meningkatkan ukuran citra melalui replikasi piksel dan garis horisontal. Effeknya, terjadi peningkatan perioda sampling pada arah horisontal maupun vertikal. Pendekatan ini sama dengan pendekatan FFT dan langkah-langkah tersebut di atas sama dengan menerapkan fungsi interpolasi square.
Kualitas citra yang dihasilkan sama dengan pada pendekatan FFT.

Typical black and white images are called continuous - tone images because the shade of gray level blend continuosly both in intensity (level) and spatiality (area). The quantized images is not continuous, but is composed of discrete pixels with each having a discrete gray level assigned to it. Image resolution may be defined as the ability to reproduce images with a visual quality that is comparable to the continuous-tone original.
This requires a suffient number of pixels to give the appearance of spatial continuity and a sufficient number of gray levels to give the appearance of depth and contrast. The pixel is the basic element.of picture resolution in the discrete pixel system.
In the next discussion, three means of doubling image resolution are compared respectively ; (1) The Fast Fourier Transform Frequency approach of the sampling theorem, (2) through spatial approach using interpolation functions; and (3) an alternative approach using Infinite Impulse Response filter, which is similiar to the FFT approach, but much simpler to implement.
Doubling image resolution through FFT are implemented by using, first, the rapidly decreasing spectrum with increasing frequency and second, the whittakershannon sampling theorem for oversampled objects.
Doubling using spatial interpolation are held by convolving the stretched 2 N x 2 N image with an interpolation operator. The result is slightly blurry, it is, however, possible to deblur through high-pass filtering.
Doubling image resolution using Infinite Impulse Respons filter, double the image size by replication of pixels and horizontal lines this has the effect of increasing the horizontal and vertical sampling periods to twice their values. The approach is similar to the FFT approach and the step mentioned above is equivalent to applying the square interpolation function. The enlarged image obtained should be similar to the one obtained from the FFT approach."
2001
T8117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>