Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40029 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairani Shafira Utami
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini limbah grafik dipretreatment dengan proses mekanik dan termal lalu dilakukan modifikasi grafit berbasis CeO2 untuk meningkatkan kapasitas penyerapannya terhadap gas CO2. Pretreatment dilakukan dengan menghaluskan partikel menjadi ukuran seragam 200 mash 75 m , kemudian dipanaskan dalam oven 110 C selama 6 jam. Grafit diaktivasi dengan larutan HNO3, kemudian dimodifikasi menggunakan CeO2 melaui metode presipitasi. Variasi CeO2 yang digunakan yaitu 0,5, 1 dan 2 g. Daya adsorpsi dari grafit/CeO2 diuji dengan menggunakan alat uji adsorpsi CO2. Pengujian dilakukan dengan variasi temperatur 30, 35 dan 45 C dengan setiap suhu diambil data pada variasi tekanan 3, 5, 8, 15 dan 20 bar menggunakan metode volumetrik. Karakterisasi yang digunakan yaitu BET, FTIR dan SEM-EDX. Hasil BET menunjukkan bahwa luas permukaan terbaik didapatkan dari grafit/CeO2 2 g yaitu sebesar 26,82 m2/g. Data FTIR dan SEM-EDX menunjukkan adanya kandungan serium dalam grafit modifikasi. Kapasitas adsorpsi grafit sebelum modifikasi yaitu 0,0713 kg/kg pada 30 C dan 20 bar. Kapasitas maksimum yang diperoleh setelah modifikasi adalah 0,1574 kg/kg pada 30 C dan 20 bar dari grafit/CeO2 0,5 g. Adanya peningkatan kapasitas penyerapan CO2 sebelum dan sesudah modifikasi dalam penelitian ini memperluas penerapan potensial untuk pemisahan CO2.
ABSTRACT
In this research, the waste of graph be processed through pretreatment with mechanical and thermal process and then modified graphite based CeO2 to increase its absorption capacity to gas CO2. Pretreatment is done by smoothing the particles into a uniform size of 200 mash 75 m , then heated in a 110 C oven for 6 hours. Graphite is activated with HNO3 solution, and then modified using CeO2 by precipitation method. Variations of CeO2 used were 0.5, 1 and 2 g. The adsorption power of graphite CeO2 was tested using a CO2 adsorption instrument. The test was carried out with temperature variations of 30, 35 and 45 C with each temperature taken data at a pressure variation of 3, 5, 8, 15 and 20 bars with volumetric method. Characterization used is BET, FTIR and SEM EDX. The BET results showed that the best surface area was obtained from Graphite CeO2 2 g of 26.82 m2 g. FTIR and SEM EDX data indicate the presence of cerium in modified graphite. The graphite adsorption capacity before modification is 0.0713 kg kg at 30 C and 20 bars. Maximum capacity obtained after modification is 0.1574 kg kg at 30 C and 20 bars of Graphite CeO2 0.5 g. The increase in CO2 adsorption capacity before and after modification in this study would broaden its potential applicability for CO2 separation."
2017
S67226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Kurniawan Sasongko
"ABSTRAK
Melimpahnya limbah grafit dapat diolah menjadi bahan bernilai jual, salah satunya dengan menjadikannya sebagai adsorben. Rekayasa adsorben berbasis grafit dapat dilakukan dengan menambahkan nanopartikel magnetit berupa Fe3O4. Penambahan nanopartikel magnetit pada adsorben dilaporkan mampu mengadsorpsi gas lebih baik. Pada penelitian ini, dilakukan rekayasa limbah grafit yang dimodifikasi dengan menambahkan nanopartikel magnetit Fe3O4 menggunakan teknik impregnasi untuk diujicobakan dalam mengadsorpsi gas karbon dioksida CO2 sehingga diharapkan akan diperoleh alternatif adsorben yang mampu mengadsorpsi gas karbon dioksida CO2 dengan baik. Pada penelitian ini dilakukan pengujian adsorpsi gas CO2 menggunakan metode adsorpsi isotermal dengan variasi berupa suhu 300, 350, dan 450C serta tekanan 3,5,8,15, dan 20 Bar . Dari hasil uji coba menggunakan tiga jenis bahan yaitu grafit non modifikasi GNM , grafit/ Fe3O4 20 G/ Fe3O4 20 serta grafit/Fe3O4 35 G/ Fe3O4 35 melalui metode adsorpsi isotermal diperoleh kapasitas adsorpsi terbesar sebanyak 0,453 kg/kg pada suhu 300C dan tekanan 20 Bar menggunakan bahan grafit/Fe3O4 20 . Dengan demikian limbah grafit yang dimodifikasi dengan penambahan Fe3O4 mampu mengadsorpsi gas CO2 sama baiknya dengan adsorben lain.

ABSTRACT
The abundance of graphite waste can be processed into valuable materials, one alternative is by making it as an adsorbent. Graphite based adsorbent modification can be accomplished by adding nanoparticle magnetic of Fe3O4 The addition of magnetite nanoparticles is reported can improve graphite rsquo s adsorption ability. In this research, we will modify the graphite waste by adding Fe3O4 magnetite nanoparticles using impregnation technique. The modified graphite is then tested using carbon dioxide gas CO2 to see how good its adsorption ability as a gas adsorbent. In this research, the CO2 adsorption testing will be carried out using isothermal adsorption method with temperature 300, 350, and 450C and pressure 3,5,8,15, and 20 Bar variations. The experimental result, by using three types of materials non modified graphite GNM , graphite Fe3O4 20 G Fe3O4 20 and graphite Fe3O4 35 G Fe3O4 35 it can be concluded that the largest adsorption capacity is 0,453 kg kg at 300C and 20 Bar pressure using material G Fe3O4 20 . Thus, the modified graphite waste with the addition of Fe3O4 is capable of adsorbing CO2 gas as well as other adsorbents."
2017
S67212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni Pasca
"Limbah grafit ex-elektrolisis dapat dimanfaatkan sebagai adsorben melalui Pre-Treatment, aktivasi, dan modifikasi dengan nanopartikel magnetit (Fe3O4). Pre-Treatment dilakukan dengan pemanasan pada suhu 60,75, dan 90ºC selama 30,60,dan 90 menit. kemudian grafit hasil Pre-Treatment diaktifkan dengan asam HCl 0,1M dan 2M. Untuk meningkatkan luas permukaan, dimodifikasi dengan Fe3O4 pada rasio komposisi 1:0,5, 1:1, dan 1:2. Uji Adsorpsi dilakukan pada 4 pewarna tekstil (Methylene Blue, Methyl Orange, Methyl Violet, dan Rhodamine B) dalam kondisi batch pada adsorben dosis 0,1g, waktu adsorpsi 5 menit, dan konsentrasi zat warna 10ppm. Pre-Treatment optimum pada suhu 60ºC selama 30 menit dengan efisiensi 96,3% (MB), 89,2% (MO), 100% (MV), dan 75,3% (RB). Modifikasi terbaik didapat setelah aktivasi asam HCl 2M, dan rasio komposisi 1:1 dengan efisiensi 81,6% (MB), 40,9% (MO), 76,0% (MV), 20,9% (RB) dan luas permukaan 64,6 m2/g.

Graphite ex-electrolysis could be process into adsorbent through pre-treatment, activation, and modification with magnetite nanoparticle (Fe3O4). Pre-Treatment was heating process at 60,75, and 90ºC for 30,60,and 90 minutes. Then, graphite from Pre-Treatment was activating with acid HCl 0,1M and 2M. Increasing the surface area, graphite modified by Fe3O4 at composition ratio 1:0,5, 1:1, dan 1:2. The adsorption experiment has used for adsorp four textile dyes (Methylene Blue, Methyl Orange, Methyl Violet, dan Rhodamine B) in batch reactor with dosage 0,1g, adsorption time 5 minute, and dye concentration 10ppm. The result show optimum Pre-Treatment at 60ºC for 30 minute with eficiency 96,3% (MB), 89,2% (MO), 100% (MV), and 75,3% (RB). The best modification (Graphite- Fe3O4) reached after acid activation (HCl 2M), and composition ratio 1:1 with efficiency 81,6% (MB), 40,9% (MO), 76,0% (MV), 20,9% (RB) and surface area 64,6 m2/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Wicaksono
"ABSTRAK
Limbah grafit ex-elektrolisis hanya digunakan secara ulang maupun fuller pada industri baja dan sangat melimpah keberadaan. Grafit memiliki sifat yang berongga, sehingga dalam penelitian limbah grafit ex-elektrolisis akan dimanfaatkan sebagai adsorben untuk pewarna tekstil. Adsoben digunakan untuk penghilang zat warna untuk tekstil karena pewarna tekstil memberikan dampak buruk bagi ekosistem. Hal ini dikarenakan pewarna tekstil merupakan senyawa organik yang dapat terakumulasi dalam tubuh mahluk hidup. Adsorben ini dibuat dari grafit yang dipanaskan dengan suhu 80 °C untuk menghilangkan pengotor. Adsorben ini dimodifikasi dengan menggunakan kitosan dan lantanum. Kitosan berfungsi untuk mengikat logam dengan gugus amina dan lantanum mampu mengikat pewarna tekstil dalam bentuk ion negative. Adsorben diuji karakteristiknya dengan FESEM-EDX, FTIR, dan BET. Adsoben ini dimodifikasi dengan kitosan dan lantanum sehingga adsorbansi pewarna tekstil akan semkin tinggi. Hasil yang didapatkan bahwa penambahan lantanum dan kitosan tidak memberikan dampak positif. Model adsorbsi isotermal yang sesuai untuk adsorben adalah model Freundlich dan model kinetika yang sesuai adalah pseudo kinetika orde pertama

ABSTRAK
Ex-electrolysis graphite waste is only used by regenerate graphite to process or as fuller in steel and iron industry and has abundant stock in nature now days. Graphite is a porous material so in this experiment, we utilize the graphite waste as dye adsorbent. Adsorbent is used for dye removal because dye gives bad effect in ecosystem. Adsorbent was made using graphite activation with heating over 200 oC. Adsorbent is modified using chitosan and lanthanum to enhance dye adsorption. Chitosan used to bond with dye by amine chain and lanthanum could bind dye by free orbital. Characteristic test that will be used is FESEM-EDX, FTIR and BET. Lanthanum and chitosan modificatied graphite doesn?t give positive result. Isothermal adsorbtion model that compatible with the adsorbent is Freundlic model and kinetic model is first order pseudo kinetic."
2016
S63606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferriansyah Hasan
"Salah satu cara yang sangat menjanjikan dalam teknologi penyimpanan gas adalah metoda-adsorptive storage - , dimana gas tersebut disimpan dalam keadaan teradsorpsi pada suatu-adsorben - tertentu. Nanotube carbon (NTC) merupakan jenis adsorben sintesis yang memiliki kapasitas adsorpsi hidrogen sehingga dapat menjadi alternatif yang menjanjikan sebagai storage hidrogen. Penelitian ini mengembangkan storage hidrogen, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan storage hidrogen, preparasi adsorben dan alat adsorpsi, pengukuran helium void volume, uji adsorpsi dan desorpsi hidrogen pada tekanan tinggi, serta permodelan sederhana adsorpsi Langmuir. Adsorben yang digunakan adalah NTC komersial dan lokal dalam bentuk curah dan compacted yang dilakukan pada kondisi isotermal yaitu 25_C. Uji adsorpsi tekanan tinggi dilakukan untuk setiap kondisi nanotube karbon (curah dan compacted) sampai diperoleh kurva adsorpsi isotermal dengan kenaikan tekanan 1 Mpa sampai 6 Mpa.
Hasil yang ditunjukkan oleh uji adsorpsi gas hidrogen tekanan tinggi pada kondisi isotermal (25_C), yaitu adsorpsi hidrogen dengan menggunakan variasi tiga adsorben akan meningkat kapasitas adsorpsinya seiring dengan meningkatnya tekanan. NTC lokal curah mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi NTC komersial. Pada tekanan 600 psia, kapasitas adsorpsi NTC lokal sekitar 0,38 %, sedangkan NTC komersil curah pada tekanan yang sama daya adsorpsinya sekitar 0,6 %. Secara umum, data adsorpsi hidrogen dengan menggunakan variasi tiga adsorben dapat direpresentasikan dengan baik oleh permodelan Langmuir, dengan % deviasi NTC lokal curah sebesar 5- 6 %, dan % deviasi pada NTC komersial curah sebesar 0,004- 5. Sedangkan untuk % deviasi NTC komersial compacted sekitar 9- 13 %.

One of the most promising way in the gas storage technology is a method of "adsorptive storage", where the gas is stored in an "adsorbent". Carbon nanotubes (NTC) is a type of synthesis adsorbent which has hydrogen adsorption capacity, so that would be a promising alternative for hydrogen storage. This research consists of several stages; preparation of hydrogen storage, preparation adsorbent and adsorption equipment, measurement of Helium void volume, and also hydrogen adsorption and desorption at high pressure, as well as simple modeling Langmuir adsorption. This research using a commercial and local NTC in bulk and compacted form, which treated in an isothermal conditions of 25_C. High pressure adsorption analysis is performed for each condition of carbon nanotubes (bulk and compacted) to obtain the isothermal adsorption curve with increasing of pressure from 1 to 6 Mpa.
The results shown by high pressure adsorption of hydrogen gas at isothermal conditions (25_C) is the adsorption of hydrogen by using variations of three adsorbent, will increase the adsorption capacity with the increase of pressure. Local NTC bulk adsorption capacity is lower than the adsorption capacity of commercial NTC. At pressure of 600 psia, local NTC adsorption capacity is around 0.38%, while the bulk of commercial NTC at the same pressure is around 0.6%. In general, the hydrogen adsorption data using variations of three adsorbent could be well represented by Langmuir models, the deviation of the local NTC is about 5 to 6%, the deviation in the bulk of commercial NTC is about 0.004 to 5%, and the deviation of NTC commercial compacted is about 9 to 13%."
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51824
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Theresia Lunardi
"Penelitian ini berhasil mensintesis nanokomposit karbon aktif dari limbah teh yang dimodifikasi dengan magnetit-ZnO untuk degradasi fotokatalisis zat warna Congo red. Karbon aktif (KALT) disintesis dengan suhu kalsinasi optimum pada 800 ⁰C memiliki luas permukaan besar. Nanopartikel ZnO dan Fe₃O₄ disintesis dengan metode hidrotermal dan kopresipitasi, masing-masing memiliki energi band gap 3,15 eV dan 1,58 eV dengan ukuran partikel 29,59 nm dan 14,51 nm. Gabungan nanokomposit ZnO/Fe₃O₄ memiliki energi band gap sekitar 1,74 eV. Sedangkan nanokomposit KALT/ZnO/Fe₃O₄ diperoleh ukuran partikel 23,47 nm dan energi band gap 1,74 eV. Optimasi degradasi menggunakan response surface methodology (RSM) menunjukkan efisiensi degradasi 99% dengan kondisi dosis 25 mg, konsentrasi Congo red 34 ppm, pH 4, dan waktu reaksi 95 menit di bawah sinar tampak. Studi kinetika mengikuti pseudo orde kedua (R² = 0,9780) dan persamaan laju reaksi v=k[CR]^2 dengan kontanta laju reaksi 0,02336 g.(mg.min)⁻ˡ. Berdasarkan hasil penelitian ini, pengembangan nanokomposit berbasis karbon aktif dari limbah teh dengan magnetit-ZnO efektif sebagai fotokatalis untuk pengolahan limbah zat warna yang berpotensi untuk katalis yang ramah lingkungan.

This study successfully synthesized activated carbon from tea waste modified with magnetite-ZnO for photocatalytic degradation of Congo red dye. Activated carbon (KALT) synthesized with optimal calcination temperature at 800 ⁰C has large surface area. ZnO and Fe₃O₄ nanoparticles were synthesized by hydrothermal and coprecipitation methods, respectively, having energy band gap of 3.15 eV and 1.58 eV with particle sizes of 29.59 nm and 14.51 nm. The combined ZnO/Fe₃O₄ nanoparticles have a band gap energy of about 1.86. While the KALT/ZnO/Fe₃O₄ nanocomposite obtained a particle size of 23.47 nm and a band gap energy of 1.74 eV. Degradation optimization using response surface methodology (RSM) showed 99% degradation efficiency under the condition of 25 mg catalyst dosage, 34 ppm Congo red concentration, pH 4, and 95 min reaction time under visible light. The kinetics study followed the pseudo second order (R² = 0.9780) and the reaction rate equation v=k[CR]^2 with a reaction rate constant of 0.02336 g.(mg.min)⁻ˡ. Based on the results of this study, the development of nanocomposites based on activated carbon from tea waste with magnetite-ZnO is effective as a photocatalyst for dye waste treatment which has the potential for environmentally friendly catalysts.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmia Rizka Nafisah
"ABSTRAK
Gas emisi dari asap kendaraan bermotor merupakan contributor utama pada perubahan
iklim dengan menyumbang total 14% emisi tiap tahunnya. Asap buangan kendaraan
bermotor mengandung berbagai macam gas berbahaya, diantaranya adalah gas CO2 dan
CO. Potensi yang paling besar untuk mengurangi polusi adalah dengan adsorpsi. Salah
satu jenis adsorben yang menarik untuk dikembangkan adalah karbon aktif. Karbon aktif
memiliki luas permukaan yang tinggi dan daya serap yang baik. Penggunaan karbon aktif
komersial mulai ditinggalkan dan digantikan oleh karbon aktif berbahan baku biomassa.
Salah satu limbah biomassa yang jumlahnya berlimpah di Indonesia adalah cangkang
kelapa sawit. Dengan jumlah limbah sebanyak 4 ton pertahunnya, cangkang sawit dapat
menjadi bahan baku alternatif untuk pembuatan karbon aktif. Salah satu tantangan yang
dihadapi dalam pembuatan karbon aktif dari biomassa adalah struktur permukaannya
yang tidak baik sehingga menurunkan kemampuan adsorpsinya. Untuk meningkatkan
afinitas terhadap gas CO2 dan CO, dilakukan modifikasi menggunakan oksida logam
MgO. Struktur kristal menjadi salah satu faktor penting yang menentukan kapasitas
adsorpsi. Akan tetapi pengaruh perubahan struktur kristal karbon aktif modifikasi logam
yang diwakili oleh d002 (lapisan aromatis), Lc (tinggi kristalit), dan La (diameter kristalit)
terhadap adsorpsi emisi gas kendaraan bermotor belum banyak dikaji sehingga diperlukan
analisa lebih mendalam mengenai hal ini. Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan dua
metode dan uij adsorpsi gas emisi dilakukan pada motor. Hasil penelitian menunjukkan
karbon aktif yang dibuat menggunakan metode two-step menghasilkan struktur
permukaan yang paling baik dengan nilai d002 sebesar 0.33 nm dan memiliki bilangan
iodin sebesar 1168 mg/g. Penambahan MgO pada karbon aktif juga meningkatkan
kemampuan penyerapan CO2 dan CO hingga 80%. Hasil karakterisasi menggunakan
SEM menunjukkan pembentukan pori yang baik pada permukaan sehingga meningkatkan
porositas dari karbon aktif. Kandungan utama dari karbon aktif adalah 80% karbon
dibuktikan dari pengujian menggunakan EDX.

ABSTRACT
Gas emissions from motor vehicle are a major contributor to climate change by
contributing a total of 14% of emissions annually. Motor vehicle exhaust contains various
kinds of dangerous gases, including CO2 and CO gases. The best potential option for
reducing pollution is using adsorption. One type of adsorbent that is interesting to be
developed is activated carbon. Activated carbon has a high surface area and good
adsorption capability. The use of commercial activated is replaced by activated carbon
made from biomass. One of the abundant biomass wastes in Indonesia is the palm shell.
With a total of 4 tons of waste per year, palm shells can be an alternative raw material for
activated carbon producstion. One of the challenges faced in the activated carbon
production from biomass is the ungood surface crystallite structure, thereby reducing the
adsorption capability. To increase the affinity of CO2 and CO gases, a modification was
carried out using a metal oxide, MgO. The crystallite structure is one important factor that
determines the adsorption capacity. However, deeper analysis is needed in the crystalline
structure modification represented by d002 (aromatic layer), Lc (crystallite height), and La
(crystallite diameter) on the adsorption of motor vehicle gas emissions. The production
activated carbon was carried out by two methods and the emission gas adsorption was
carried out on the motorcycle. The results showed that activated carbon made using the
two-step method produces the best surface structure with a d002 value of 0.33 nm and has
an iodine number of 1168 mg/g. The impregnation of MgO to activated carbon also
increases the ability to adsorb CO2 and CO up to 80%. The results of the characterization
using SEM showed pore formation on the surface which increases the porosity of
activated carbon. The main content of activated carbon is 80% carbon proven from EDX
characterization."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Kusrini
"The abundance of graphite waste can be processed into valuable materials; one alternative is by making it into an adsorbent. Graphite-based adsorbent modification can be accomplished by adding magnetite nanoparticles Fe3O4. The addition of magnetite nanoparticles has been reported to improve the adsorption ability of the graphite waste. In this study, we have developed a new carbon dioxide (CO2) adsorbent based on graphite waste modified with magnetite nanoparticle Fe3O4. The Fe3O4 were prepared using an impregnation technique. The graphite/Fe3O4 composites were characterized by scanning electron microscopy with an energy-dispersive X-ray system (SEM-EDX) and Brunauer, Emmett, and Teller (BET). The CO2 adsorption performance was evaluated using an isothermal adsorption method at various temperatures (30, 35, and 45oC) and pressures (3, 5, 8, 15, and 20 bar). This resulted in graphite with different magnetite modification levels, namely non-modified graphite (GNM), a graphite/Fe3O4 20% (w/w) composite (G/Fe3O4 20%), and a graphite/Fe3O4 35% (w/w) (G/Fe3O4 35%), which indicated that the largest adsorption capacity is 10.305 mmol.g-1 at 30oC and 20 bar pressure for the G/Fe3O4 20% composite. This finding further revealed that modifying graphite waste with magnetite nanoparticles Fe3O4 has been proved to increase the capacity for adsorbing CO2 gas."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:8 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Wisnu Kusuma
"Katun merupakan salah satu bahan pakaian yang umumnya sering ditemui dan digunakan. Pembersihan katun dari kotoran yang menempel memerlukan usaha dan biaya. Titanium dioksida (TiO2) menjadi salah satu bahan yang sering dan ekstensif dipelajari sebagai bahan swabersih, self-cleaning. Namun, pelapisan TiO2 secara langsung pada katun menghasilkan tingkat keberhasilan pelapisan yang rendah. Diperlukan spacer, yaitu bahan kimia (gugus fungsi) yang dicangkokkan kepada rantai selulosa pada katun untuk membantu pengikatan TiO2. Lapisan TiO2 pada permukaan katun akan membuat katun menjadi material yang memiliki kemampuan membersihkan diri sendiri (self-cleaning). Sebelum pelapisan, kain katun dipotong sebesar 3x3 cm dan di treatment menggunakan H2O2 10 %, NaOH 1 M, dan ammonia pekat. Pelapisan dilakukan menggunakan asam suksinat sebagai spacer dan suspensi TiO2 dengan cara dip coating. UV-VIS DRS, FT-IR, SEM, pengukuran sudut kontak air dilakukan untuk mengkarakterisasi permukaan katun yang dilapisi oleh TiO2. Permukaan katun yang telah berhasil dilapisi TiO2 ditandai oleh kemunculan indikasi band gap optis sebesar 3,43 eV; dan keberadaan puncak serapan IR pada daerah bilangan gelombang 676 cm-1 (indikasi adanya ~Ti-O-Ti~). Hasil SEM menunjukkan morfologi permukaan katun yang menunjukkan adanya lapisan TiO2 yang menempel. Sudut kontak yang didapat pada keadaan gelap sebesar 108, 48o dan pada saat diiiluminasi dengan lampu UV selama 150 detik sebesar 9,505o, yang menunjukkan permukaan katun memiliki sifat ampifilik. Katun yang dilapisi oleh TiO2 mampu mendegradasi senyawa methylene blue hingga 94.34 % dalam keadaan diiiluminasi dengan lampu UV selama 100 menit dan 86.5 % dalam keadaan diiiluminasi dengan sinar matahari selama 6 jam.

Cotton is one of the most common Clothing found and used. Cleaning of the dirt cotton requires more effort and expense. Titanium dioxide (TiO2) became one of the ingredients that often and extensively studied as self-cleaning materials. However, TiO2 coating directly on cotton have low success rate. Required spacer, namely chemical (functional group) is grafted to the cellulose chains in cotton to help the binding of TiO2. TiO2 layer on the surface of cotton into cotton will make a material that has the ability to clean it yourself (self-cleaning. Before coating, cotton cut by 3x3 cm and treatment using 10 % H2O2, 1 M NaOH, and concentrated ammonia. Coatings using succinic acid as a spacer and TiO2 suspension by dip coating technique. UV - VIS DRS, FT - IR, SEM, contact angle measurements were performed to characterize the surface of cotton coated by TiO2. Surfaces coated cotton that has been successfully characterized by the TiO2 band gap of 3.43 eV and the existence of the IR absorption peaks at wavenumber region 676 cm-1 (indicative of the presence of ~ Ti - O - Ti ~). SEM results showed that cotton surface morphology indicates that TiO2 layer attached. Contact angle obtained in the dark at 108, 48o and when illuminated with UV light for 150 seconds at 9.505 °, which shows the surface of cotton has amphiphilic properties. Cotton coated with TiO2 able to degrade compounds up to 94.34 % methylene blue in illuminated with UV light for 100 minutes and 86.5 % when illuminated by sunlight for 6 hours.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Raditia Irvany Jun
"Kopi merupakan salah satu hasil perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai komoditas strategis untuk perkembangan perekonomian negara. Namun, limbah ampas kopi memiliki kandungan senyawa organik yang dapat mencemari lingkungan. Pemanfaatan limbah ampas kopi sebagai prekursor material karbon telah banyak dilakukan karena ampas kopi memiliki kandungan karbon yang cukup tinggi. Pada penelitian ini, limbah ampas kopi yang telah dipirolisis digunakan sebagai prekursor utama dalam modifikasi grafit menjadi graphene nanosheets melalui metode liquid exfoliation dengan bantuan surfaktan anionik (SDS) dan kationik (CTAB). Graphene nanosheets hasil modifikasi telah dikarakterisasi menggunakan spektroskopi raman, XRD, FTIR, dan SEM. Hasil karakterisasi spektroskopi raman terlihat adanya perubahan intensitas pada pita D dan pita G yang mengindikasikan adanya perubahan struktur material grafit. Hal ini didukung dengan hasil karakterisasi XRD yang menunjukkan adanya perubahan ukuran kristalit . Hasil karakterisasi SEM menunjukkan adanya perubahan morfologi dari struktur amorf grafit menjadi lapisan tipis graphene. Analisis BET dilakukan dan menunjukkan adanya perubahan luas permukaan dan ukuran pori dari sampel. Aplikasi graphene nanosheets yang dihasilkan pada adsorpsi senyawa rhodamine b menunjukkan adanya peningkatan adsorpsi sebelum dimodifikasi dan setelah dimodifikasi menjadi graphene, yang semula 18.74 % pada 5 ppm menjadi 54.14 % (G-25 Kopi/SDS), 22.67 % (G-25 Kopi/CTAB), 76.17 % (GS Kopi/SDS), dan 66.56 % (GS Kopi/CTAB).

Coffee is one of the plantation products that has high economic value and can be used as a strategic commodity for the development of the country's economy. However, coffee grounds waste contains organic compounds that are harmful to the environment. The use of coffee grounds waste as a carbon material precursor has been widely carried out because coffee grounds have a fairly high carbon content. In this study, coffee grounds from pyrolysis produced graphite coffee grounds. The resulting coffee grounds graphite is then used as the main precursor in the modification of graphite into graphene nanosheets using the liquid exfoliation method with the help of surfactants, in the process two types of surfactants are used, namely anionic (SDS) and cationic (CTAB). The modified graphene nanosheets were then characterized using Raman spectroscopy, XRD, FTIR, and SEM. Raman spectroscopic characterization results prove that there is a change in intensity in the D band and G band which indicates a change in the structure of the graphite material. This is supported by the results of XRD characterization which shows a change in crystallite size. The results of SEM characterization showed that there was a morphological change from the amorphous structure of graphite to a thin layer as in graphene. BET analysis was carried out and showed a change in the surface area and pore size of the sample. The application of graphene nanosheets produced on the adsorption of rhodamine b compounds showed an increase in adsorption before modification and after modification to graphene, which was originally 18.74 % at 5 ppm to 54.14% (G-25 Coffee/SDS), 22.67% (G -25 Coffee/CTAB). ), 76.17% (GS Coffee /SDS), and 66.56% (GS Coffee /CTAB)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>