Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146820 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arnita Rut Murnandityas
"ABSTRAK
Implan gigi merupakan solusi terdepan penggantian gigi hilang karena memiliki berbagai kelebihan, seperti lebih kuat, efisien dan bertahan lama. Akan tetapi, kelemahan pemakaian implan gigi adalah resiko timbulnya peri-implantitis yang disebabkan oleh terbentuknya biofilm bakteri di permukaan implan yang belum bersifat anti-bakteri. Selain itu, permasalahan lain muncul dari material yang digunakan sebagai implan gigi, yaitu Ti-6Al-4V, karena mengandung ion vanadium yang bersifat sitotoksik bagi membran. Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi pada permukaan material implan gigi non-toksik, Ti-6Al-7Nb agar terbentuk TiO2 nanotubes array TNTAs berdopan Ag, sehingga dapat terjadi aktivitas fotokatalisis yang mampu mendisinfeksi bakteri. Ti-6Al-4V juga digunakan sebagai pembanding dari Ti-6Al-7Nb. TNTAs dibentuk dengan menggunakan metode anodisasi dalam larutan elektrolit yang mengandung gliserol, air dan NH4F. Metode Photo-assisted Deposition PAD dilakukan untuk mendopankan Ag ke dalam TNTAs. Karakterisasi morfologi permukaan dilakukan dengan FESEM dan EDX, serta kristalinitas dengan XRD. Potensi hambat pembentukan biofilm diuji terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Pophyromonas gingivalis dengan metode Optical Density dan Total Plate Count. Hasil FESEM menunjukkan pada kedua material yang digunakan terbentuk TiO2 nanotubes array berdopan Ag. Pengujian potensi hambat pertumbuhan biofilm menunjukkan bahwa dengan modifikasi yang dilakukan, Ti-6Al-7Nb berpotensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans dan P. gingivalis, pada 3 dan 16 jam, dengan nilai yang sebanding dengan Ti-6Al-4V. Maka, Ti-6Al7Nb sebagai material implan gigi non-toksik sangat berpotensi untuk menggantikan Ti-6Al-4V, terutama dari segi anti-bakteri.Kata Kunci: Implan, non-toksik, TNTAs, anti-bakteri, fotokatalisis.

ABSTRACT
Dental implant is leading solution for replacing missing tooth, due to its advantages compared to other solutions for the replacement of missing teeth, such as stronger, efficient and durable. However, the weakness of the use of dental implants is the risk of peri implantitis, and inflammation disease that can cause erosion of the bone around the implant and caused implant failing. Peri implantitis caused by the formation of bacterial biofilms on the surface of non anti bacterial implant. Then, another problem comes from material commonly used for dental implants, Ti 6Al 4V, because it contains vanadium that are cytotoxic to membrane. These problems in dental implants must be addressed urgently in view of the increasing need for dental implants in Indonesia. This study proposes to modify dental implants nontoxic material, Ti 6Al 7Nb to have antibacterial properties by modifying the surface to form TiO2 nanotubes arrays, so it can provide photocatalytic activity. Photocatalyst activity can disinfect bacteria attached to the surface of the implant. TiO2 nanotubes will also be added Ag doped to improve the effectiveness of disinfection of bacteria on the implant material. Surface morphologies analyzed by FESEM and EDX and crystallinity by XRD. The antibacterial properties will be tested against gram positive Streptococcus mutans and gram negative Pophyromonas gingivalis with Optical Density and Total Plate Count method. FESEM analysis shows that Ag doped TiO2 nanotubes array was organized in both materials with different diameters. Evaluation of inhibition potential of biofilm shows that Ti 6Al 7Nb is comparable to Ti 6Al 4V. "
2017
S68555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalil Gibran
"ABSTRAK
Teknologi implan gigi semakin banyak dikembangkan karena menjadi solusi terbaik untuk menggantikan gigi yang hilang. Tetapi salah satu kelemahannya adalah resiko timbulnya peri-implantitis yang disebabkan oleh terbentuknya lapisan biofilm karena sifat antibakteri material implan masih kurang baik. Material implan Ti-6Al-4V yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi permukaannya menjadi TiO2 NT dan didopan dengan logam Ag agar kemampuan hambat pembentukan biofilm meningkat. Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT sebelum dopan Ag untuk melihat pengaruhnya terhadap persebaran Ag pada permukaan TiO2 NT. Penambahan SiO2 dilakukan juga untuk melihat karakteristik hidrofilitas material implan yang berguna untuk laju pertumbuhan sel. TiO2 NT disintesis dengan metode anodisasi dengan 2 variasi pelarut organik yang berbeda, yaitu etilen glikol dan gliserol, setelah itu akan dipilih pelarut terbaik untuk digunakan dalam sintesis SiO2/TiO2 NT secara in situ saat anodisasi. Pembuatan SiO2/TiO2 NT dilakukan dengan penambahan SiO2 dengan variasi 1 , 3 dan 5 volume . Metode PAD Photo Asissted Deposition dilakukan saat pendopanan Ag pada material TiO2 dan SiO2/TiO2. Hasil Karakterisai FESEM-EDX, menunjukkan SiO2 dan Ag berhasil menempel di permukaan TiO2 NT dengan komposisi massa Ag berkurang dengan semakin banyaknya SiO2 pada permukaan TiO2 NT. Hasil FTIR menunjukkan ikatan Ti-O-Si terbentuk dan hidrofilitas material implan Ti-6Al-4V meningkat setelah ditambah SiO2. Pengujian potensi hambat pembentukan biofilm dilakukan dengan uji TPC Total Plate Count menggunakan material Ti-6Al-4V dan Ag/SiO2/TiO2 NT hasil sintesis. Uji pertumbuhan sel tidak dilakukan. Hasil uji TPC dari inkubasi bakteri selama 3 jam menunjukkan Ag/TiO2 tanpa SiO2 memiliki potensi hambat biofilm terbesar yaitu mencapai 64 . Penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT menurunkan komposisi Ag yang terdopan sehingga menurunkan kinerja Ag dalam menghambat biofilm. Penambahan SiO2 kurang efektif jika diaplikasikan dalam uji hambat pembentukan biofilm dibandingkan dengan material tanpa SiO2.

ABSTRACT
Teknologi implan gigi semakin banyak dikembangkan karena menjadi solusi terbaik untuk menggantikan gigi yang hilang. Tetapi salah satu kelemahannya adalah resiko timbulnya peri implantitis yang disebabkan oleh terbentuknya lapisan biofilm karena sifat antibakteri material implan masih kurang baik. Material implan Ti 6Al 4V yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi permukaannya menjadi TiO2 NT dan didopan dengan logam Ag agar kemampuan hambat pembentukan biofilm meningkat. Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT sebelum dopan Ag untuk melihat pengaruhnya terhadap persebaran Ag pada permukaan TiO2 NT. Penambahan SiO2 dilakukan juga untuk melihat karakteristik hidrofilitas material implan yang berguna untuk laju pertumbuhan sel. TiO2 NT disintesis dengan metode anodisasi dengan 2 variasi pelarut organik yang berbeda, yaitu etilen glikol dan gliserol, setelah itu akan dipilih pelarut terbaik untuk digunakan dalam sintesis SiO2 TiO2 NT secara in situ saat anodisasi. Pembuatan SiO2 TiO2 NT dilakukan dengan penambahan SiO2 dengan variasi 1 , 3 dan 5 volume . Metode PAD Photo Asissted Deposition dilakukan saat pendopanan Ag pada material TiO2 dan SiO2 TiO2. Hasil Karakterisai FESEM EDX, menunjukkan SiO2 dan Ag berhasil menempel di permukaan TiO2 NT dengan komposisi massa Ag berkurang dengan semakin banyaknya SiO2 pada permukaan TiO2 NT. Hasil FTIR menunjukkan ikatan Ti O Si terbentuk dan hidrofilitas material implan Ti 6Al 4V meningkat setelah ditambah SiO2. Pengujian potensi hambat pembentukan biofilm dilakukan dengan uji TPC Total Plate Count menggunakan material Ti 6Al 4V dan Ag SiO2 TiO2 NT hasil sintesis. Uji pertumbuhan sel tidak dilakukan. Hasil uji TPC dari inkubasi bakteri selama 3 jam menunjukkan Ag TiO2 tanpa SiO2 memiliki potensi hambat biofilm terbesar yaitu mencapai 64 . Penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT menurunkan komposisi Ag yang terdopan sehingga menurunkan kinerja Ag dalam menghambat biofilm. Penambahan SiO2 kurang efektif jika diaplikasikan dalam uji hambat pembentukan biofilm dibandingkan dengan material tanpa SiO2"
2018
T50540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajrina Busri
"Latar belakang: Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) terhadap Streptococcus mutans 25% dan 15% terhadap Streptococcus sanguinis single species (in vitro). Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis saling berkompetisi untuk memperoleh nutrisi.
Tujuan: Menganalisis efek antibakteri ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus in vitro.
Metode: Uji antibakteri dengan metode perhitungan koloni dan kuantifikasi dengan Real-time PCR. Analisis data menggunakan Kruskal Wallis, Mann-Whitney dan Unpaired T-test.
Hasil: KHM ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus 0,2% dan KBM 10%. Di dalam biofilm dual species Streptococcus, proporsi S.mutans lebih tinggi daripada S. sanguinis (p<0.05).
Simpulan: Konsentrasi efektif ekstrak etanol temulawak sebagai antibakteri terhadap S.mutans dan S.sanguinis dalam dual species lebih rendah dari pada terhadap kedua bakteri tersebut sebagai single species. Di dalam biofilm dual species, S. sanguinis lebih sensitif terhadap ekstrak temulawak daripada S.mutans.

Background: Minimal Bactericidal Concentration (MBC) of Java turmeric (Curcuma xanthorriza Roxb.) ethanol extract against Streptococcus mutans is 25% and 15% against Streptococcus sanguinis. In dental biofilm S.mutans and S.sanguinis competes each other to obtain nutrients.
Objectives: Analize the antibacterial effect of Java tumeric ethanol extract (MIC and MBC) against dual species Streptococcus in vitro.
Methods: Antibacteria activity of the extract was analyzed by measuring the growth of the bacteria after being exposed to the extract by counting colony formation and by quantifying the existing bacterial cell number using real-time PCR. Statistic analysis using Kruskal Wallis, Mann Whitney test and Unpaired t-test.
Results: The MIC of the extract was 0,2% and the MBC was 10%. After exposure of the extract to the dual species biofilm, the growth of S.mutans was higher than S.sanguinis (p<0,05).
Conclutions: Java tumeric ethanol extract is more effective against S.mutans and S.sanguinis as dual species Streptococcus than as single species. S.sanguinis is more sensitive to Java tumeric ethanol extract than S. mutans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Amanda Putri
"Latar Belakang : Aktivitas fisik pada saat melakukan olahraga lari menstimulasi saraf simpatik yang dapat mempengaruhi sekresi dan komposisi saliva, termasuk salah satunya Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein Protein saliva berperan dalam menghambat atau memfasilitasi pembentukan biofilm.
Tujuan : Menganalisis pengaruh Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein terhadap pembentukan biofilm P. gingivalis.
Metode : Pemilihan subjek pelari dan nonpelari ditetapkan berdasarkan pengukuran VO2max dan riwayat lari rutin. Profil protein Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein ATCC 25175 pada pelari dan nonpelari diidentifikasi dengan uji SDS PAGE. Uji pembentukan biofilm P. gingivalis ATCC 33277 dilakukan dengan pewarnaan crystal violet. Data yang didapat kemudian diolah menggunakan uji korelasi.
Hasil : Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein memfasilitasi pembentukan biofilm P. gingivalis ATCC 33277, baik pada waktu inkubasi 3 jam maupun 24 jam.
Kesimpulan : Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein yang diisolasi dari subjek pelari dan nonpelari memfasilitasi pembentukan biofilm P.gingivalis terhadap pembentukan biofilm P. gingivalis ATCC 33277.

Background : Physical activity during exercise induced sympathetic stimuli which may affect the secretion and composition of saliva, including anti S.mutans salivary protein. Salivary protein may act as inhibitor or facilitator on biofilm formation.
Objective : To analyze the effect of Streptococcus mutans Binding Salivary Protein towards the formation of Porphyromonas gingivalis biofilm.
Method : The runners and non runners subjects were selected using VO2max measurement and running routine history. Streptococcus mutans Binding Salivary Protein profile from the runners and non runners group were identified using SDS PAGE method. Biofilm assay with crystal violet was used to test the formation of P. gingivalis ATCC 33277. Data was done using correlation test.
Result : Streptococcus mutans Binding Salivary Protein facilitate P. gingivalis biofilm formation on 3 and 24 hours incubation time.
Conclusion : Streptococcus mutans Binding Salivary Protein from runners and non runners facilitate P. gingivalis ATCC 33277 biofilm formation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmawati Caesaria
"Latar belakang : Semen dikalsium silikat campuran kalsium cangkang telur dan silika sekam padi (C2S CS) mempunyai sifat hidrofilik dan dapat bereaksi dengan air atau cairan pada suhu ruang/suhu tubuh. Semen dikalsium silikat apabila berekasi dengan air antara lain akan menghasilkan senyawa kalsium hidroksida. Dalam mekanisme antibakteri dari semen dikalsium silikat, ion hidroksil yang dilepaskan oleh kalsium hidroksida akan meningkatkan pH, menyebabkan terjadinya kerusakan membran sitoplasma bakteri, denaturasi protein dan kerusakan pada DNA bakteri 
Tujuan: Mengetahui kemampuan antibakteri dari semen C2S CS yang dilarutkan dengan berbagai konsentrasi (1:1, 1:2 dan 1:4) terhadap viabilitas biofilm S. mutans.
Metode: Terdapat 4 kelompok penelitian yang terdiri dari 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok Kontrol negatif. Menggunakan metode mikrodilusi, 3 kelompok perlakuan terdiri dari ekstrak semen C2S CS berbagai konsentrasi (1:1, 1:2 dan 1:4) lalu dipaparkan dengan biofilm S.mutans ATCC 25175. Kemudian ditentukan viabilitasnya melalui microplate reader dengan Panjang gelombang 570 nm dan juga pembacaaan visual. Nilai MIC ditentukan apabila terdapat penurunan pertumbuhan bakteri 
Hasil: terdapat perbedaan signifikan yang terjadi antara kelompok perlakuan dan kontrol (p< 0.05). viabilitas bakteri terendah pada konsentrasi 1:1 yaitu 18,92% dan tertinggai pada konsentrasi 1:4 46,52%. Nilai MIC didapatkan pada konsentrasi ekstrak 1:1, dengan penurunan jumlah viabilitas biofilm bakteri S mutans sebesar 81,1%. 
Kesimpulan: Konsentrasi ekstrak semen C2S CS yang secara signifikan mampu menurunkan viabilitas biofilm S.mutans adalah Konsentrasi 1:1.

Background : Cement dicalcium silicate a mixture of eggshell calcium and rice husk silica (C2S CS) has hydrophilic properties and can react with water or liquids at room temperature/body temperature. When dicalcium silicate cement reacts with water, among others, it will produce calcium hydroxide compounds. In the antibacterial mechanism of dicalcium silicate cement, hydroxyl ions released by calcium hydroxide will increase the pH, causing damage to the bacterial cytoplasmic membrane, protein denaturation and damage to bacterial DNA. 
Objective: To determine the antibacterial ability of C2S CS cement dissolved in various concentrations (1: 1, 1:2 and 1:4) on the biofilm viability of S. mutans. 
Methods: There were 4 groups consisting of 3 treatment groups and 1 negative control group. Using the microdilution method, 3 treatment groups consisting of C2S CS cement extracts of various concentrations (1:1, 1:2 and 1:4) were then exposed to S. mutans biofilm. Then the viability was determined through a microplate reader with a wavelength of 570 nm and visual reading. The MIC value was determined if there was a decrease in bacterial growth 80% compared to the control. 
Results: there were significant differences between the treatment and control groups (p < 0.05). The lowest bacterial viability was at a concentration of 1:1, namely 18.92% and the highest at a concentration of 1:4 46.52%. The MIC value was obtained at a concentration of 1:1 extract, with a decrease in the number of S. mutansbiofilm viability by 81.1%. 
Conclusion: The concentration of C2S CS cement extract which significantly reduced the viability of S. mutans biofilm was a concentration of 1:1.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deajeng Laras Hanayurianingtyas
"ABSTRAK
Streptococcus mutans adalah agen penyebab utama karies gigi, dan aptamer adalah DNA untai tunggal atau RNA oligonukleotida yang disintesis in vitro menggunakan teknik SELEX Systematic Evolution of Ligands by Exponential Enrichment yang memiliki kemampuan mengikat dengan afinitas dan spesifisitas yang tinggi terhadap target molekul. Salah satu RNA-aptamer yang sedang dikembangkan yaitu Ca-apt 12 spesifik terhadap C.albicans mengalami cross binding dengan S.mutans. Penelitian ini menggunakan uji biofilm kristal violet dan uji TPC Total Plate Count untuk menguji potensi Ca-apt 12 konsentrasi 10, 1, 0,1 ng/ l sebagai biomaterial penghambat pembentukan biofilm dan viabilitas S.mutans serotipe c, d, e masing-masing dengan konsentrasi 102, 104, 106, 108 CFU/ml . Ca-apt 12 yang telah diikat oleh bakteri diinokulasi pada mikroplat sumur dan diinkubasi pada waktu 3 jam dan 24 jam dengan suhu 37oC. Hasil menunjukkan bahwa Ca-apt 12 berpotensi sebagai ligan penghambat S.mutans tidak berdasarkan serotipe bakteri, konsentrasi bakteri, maupun konsentrasi aptamer itu sendiri namun berdasarkan waktu inkubasi.

ABSTRACT
Streptococcus mutans is the main causative agent of tooth caries, and aptamer is a single stranded DNA or RNA oligonucleotide synthesized in vitro using the SELEX Systematic Evolution of Ligands by Exponential Enrichment technique that has the ability to bind with high affinity and specificity towards the target molecule. One of the RNA strand being developed is Ca apt 12 that is specific towards C.albicans crosslinked with S.mutans. This research used crystal violet biofilm assay and TPC Total Plate Count to test the potential of Ca apt 12 in concentration 10, 1, 0,1 ng l as the biomaterial to inhibit biofilm formation and viability of S.mutans serotype c, d, e each serotype in different concentrations of 102, 104, 106, 108 CFU ml. Ca apt 12 binded with bacterias were inoculated in well microplates and incubated within 3 hours and 24 hours period in room temperature 37oC. Results showed that Ca apt 12 has the potential as ligand inhibiting S.mutans biofilm formation that is not differentiated based on bacterial serotype, bacterial concentration, nor the aptamer concentration, but by the incubation period."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Khoirunnisa
"Latar Belakang: Nano Silver Fluoride NSF memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans bakteri penyebab karies.
Tujuan: Menganalisis pengaruh NSF terhadap viabilitas S.mutans dalam berbagai fase pembentukan biofilm.
Metode: Biofilm S.mutans diinkubasi selama 4 jam fase adhesi, 12 jam fase akumulasi aktif dan 24 jam fase maturasi pada suhu 37 C. Ketiga model biofilm dipapar NSF dengan konsentrasi Ag 0,4 F- 2,26, Ag 0,9 F- 2,26, Ag 1,4 F- 2,26, Ag 1,9 F- 2,26 selama 1 jam. Persentase viabilitas dinilai dengan menggunakan MTT assay.
Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna p>0,05 antara viabilitas biofilm pada fase adhesi, fase akumulasi aktif, ataupun fase maturasi.
Kesimpulan: NSF mampu menurunkan viabilitas biofilm S.mutans dalam berbagai fase pembentukan.

Background: Nano Silver Fluoride NSF has antibacterial effect against Streptococcus mutans that cause dental caries.
Objective: To analyze the effect of NSF on the viability of S.mutans in various phases of biofilm formation.
Methods: S.mutans biofilm was incubated for 4 hours adherence phase, 12 hours active accumulation phase and 24 hours maturation phase at 37 C then exposed by NSF at concentration Ag 0,4 F 2,26, Ag 0,9 F 2,26, Ag 1,4 F 2,26, Ag 1,9 F 2,26 for 1 hour. The percentage of viability was tested with MTT assay.
Result: Biofilm viability of S.mutans in various phases showed no significant difference p 0,05.
Conclusion: NSF can reduce the viability of S.mutans in various phases of biofilm formation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazchya Sana
"Pendahuluan: protein saliva merupakan komposisi yang terkandung dalam saliva
dan berperan penting bagi keseimbangan ekosistem rongga mulut manusia. Total konsentrasi
protein saliva pada setiap individu bervariasi tergantung pada usia individu tersebut. Banyak
dari protein saliva berfungsi untuk memproteksi rongga mulut dengan aktivitas antimikroba
yang dimilikinya. Di sisi lain, saliva juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme
rongga mulut dengan membentuk pelikel. Streptococcus mutans bersama dengan pelikel
saliva berpartisipasi dalam adhesi bakteri di permukaan gigi. Selanjutnya mereka akan
berkoordinasi sehingga membentuk dental plaque. Tujuan: menganalisis perbedaan massa
bakteri dan viabilitas Streptococcus mutans setelah pajanan protein saliva subjek anak dan
subjek dewasa. Metode: sampel saliva subjek anak dan subjek dewasa dilakukan uji
Bradford untuk mengetahui total protein saliva. Kemudian dilakukan perhitungan massa
biofilm dengan uji crystal violet staining dan viabilitas bakteri dengan TPC. Setelah itu
dilakukan uji One-way Anova Hasil: Nilai signifikansi uji statistic menunjukan > 0,05
sehingga tidak terdapat perbedaan bermakna massa bakteri maupun viabilitas bakteri
Streptococcus mutans setelah pajanan protein saliva yang berasal dari subjek anak dan subjek
dewasa secara statistik. Total konsentrasi protein saliva anak dan dewasa condong berbeda.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan dampak pemajanan protein saliva asal subjek anak
dan subjek dewasa terhadap pembentukan biofilm bakteri Streptococcus mutans ditinjau dari
massa biofilm dan viabilitas bakteri.

Background: Salivary protein is the composition contained in saliva and plays an
important role in the balance of the human oral cavity ecosystem. The total salivary protein
concentration in each individual varies depending on the age of the individual. Many of
salivary proteins function to protect the oral cavity with their antimicrobial activity.
Therefore, saliva can also support the growth of oral microorganisms by forming pellicles
and as a source of nutrtion to bacteria. Streptococcus mutans together with the salivary
pellicle participate in the adhesion of bacteria on the tooth surface. Furthermore, they will
coordinate to form dental plaque. Objective: to analyze the differences in bacterial mass and
viability of Streptococcus mutans after the exposure of the salivary proteins from children
and adult subjects. Methods: Bradford test was used to determine the total of salivary protein
in saliva samples from children and adult subjects. The biofilm mass was calculated by using
crystal violet staining and bacterial viability by TPC. The distribution was analyzed using the
One-way Anova test Results: The p value of the statistical test shows > 0,05 so that there
were no significant difference in bacterial mass and viability of Streptococcus mutans after
exposure of salivary protein from children’s or adult’s saliva statisticaly. However, the total
salivary protein concentrations of children and adults tend to be different. Conclusion: There
was no differenece in the impact of salivary protein exposure from children’s and adult’s
saliva on the formation of Streptococcus mutans biofilm in terms of biofilm mass and
bacterial viability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Linggriani
"Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut yang sering terjadi. Prevalensi karies pada anak di berbagai negara masih tinggi. Cara mencegah karies dapat dilakukan dengan pemberian agen antibakteri, dimana penggunaan antibakteri alami semakin diminati. Flavonoid yang berasal dari bahan alam dapat menghambat glukosiltransferase GTF . GTF memfasilitasi pembentukan plak/ biofilm. Dari penelitian terdahulu, flavonoid propolis diketahui memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans namun belum ada penelitian yang menggunakan strain S.mutans klinis. S.mutans diisolasi dari plak gigi anak, kemudian dilakukan uji biofilm dengan crystal violet pada 96-microwell plate. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh flavonoid propolis konsentrasi 0,05 dan 0,1 terhadap pembentukan biofilm S.mutans p>0,01 . Hal ini berarti flavonoid propolis 0,05 memiliki efek antibakteri yang sama dengan flavonoid propolis 0,1 dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans.

Objective This study was conducted to analyze the effects obtained with different concentrations 0.5 and 0.1 of propolis flavonoids on in vitro biofilm formation by clinical Streptococcus mutans S. mutans strains isolated from children rsquo s dental plaque. Methods S. mutans isolated from children 39 s dental plaque was assayed for biofilm formation in 96 microwell plates using crystal violet. Results The effects on S. mutans biofilm formation were the same for propolis flavonoids administered at concentrations of 0.05 and 0.1 p 0.01 . Conclusion A 0.05 propolis flavonoids concentration was deemed as effective as a 0.1 concentration at inhibiting S.mutans biofilm formation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi Nadya
"Latar Belakang: Perkembangan karies gigi berkaitan dengan bakteri Streptococcus mutans atau Streptococcus gordonii. Propolis dilaporkan sebagai agen antibakteri karena mengandung flavonoid berupa apigenin dan tt-farnesol yang dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase dan mempengaruhi integritas membran bakteri.
Tujuan: Menganalisis potensi hambat pasta gigi mengandung ekstrak propolis UI terhadap pembentukan biofilm Streptococcus mutans atau Streptococcus gordonii.
Metode: Biofilm Streptococcus mutans atau Streptococcus gordonii yang telah dipaparkan pasta gigi ekstrak propolis UI dengan  konsentrasi 25mg/10ml, 50mg/10ml, dan 100mg/10ml kemudian diinkubasi selama 4 jam (fase adhesi), 12 jam (fase akumulasi aktif) dan 24 jam (fase maturasi) pada suhu 37ºC. Persentase inhibisi dinilai dengan menggunakan MTT assay.
Hasil: Persentase potensi hambat biofilm Streptococcus mutans tertinggi setelah inkubasi 12 jam dan Streptococcus gordonii setelah inkubasi 4 jam dengan konsentrasi 100mg/10 ml. 
Kesimpulan: Efek paparan pasta gigi mengandung ekstrak propolis UI dalam menghambat pembentukan biofilm Streptococcus mutans atau Streptococcus gordonii dipengaruhi oleh konsentrasi dan durasi paparan pasta gigi UI.

Background: The development of dental caries has been found to be associated with Streptococcus mutans and Streptococcus gordonii. Propolis has been reported as a potent antimicrobial material because containing flavonoids such as apigenin and tt-farnesol that inhibit glucosyltransferase enzyme activity and membrane integrity.
Objective: To analyze the effect of toothpaste containing propolis wax UI in inhibit Streptococcus mutans or Streptococcus gordonii biofilm formation.
Methods: Streptococcus mutans and Streptococcus gordonii biofilm that has been exposed by propolis UI toothpaste at concentration 25mg/10ml, 50mg/10ml, dan 100mg/10ml was incubated for 4 hours (adherence phase), 12 hours (active accumulation phase) and 24 hours (maturation phase) at 37ºC. The percentage of inhibition was tested with MTT assay.
Result: Inhibition percentage of Streptococcus mutans the highest is on active accumulation phase and Streptococcus gordonii biofilm is on adherence phase at concentraton 100mg/10ml.
Conclusion: Propolis UI toothpaste effect on inhibiting biofilm formation of Streptococcus mutans or Streptococcus gordonii depend on concentration and duration of time.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>