Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40422 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Loora
"Menyimpulkan sifat kepribadian individu melalui sepatu yang dimilikinya. Penelitian ini merupakan penelitian zero acquaintance pertama di Indonesia dengan foto sepatu. Penulis mencaritahu aspek sepatu yang menggambarkan sifat kepribadian Big Five pemilik sepatu, aspek sepatu yang digunakan pengamat dalam mempersepsi, hubungan kedua aspek tersebut, konsensus persepsi antar pengamat, dan akurasi persepsi tersebut. Penelitian membandingkan dua kelompok pemilik sepatu, yaitu yang ekspresif pada sepatu dan yang ekspresif pada benda selain sepatu.
Hasil menunjukkan bahwa sifat openness to experience kelompok ekspresif pada sepatu diketahui dari aspek perkiraan jenis kelamin pemilik sepatu wanita dan aspek tersebut digunakan oleh pengamat. Sedangkan pada kelompok ekspresif pada benda lain, ditemukan aspek tinggi sepatu Dari kedua kelompok ini ditemukan sedikit perbedaan konsensus antar pengamat, dan tidak ada perbedaan akurasi persepsi pengamat.

Title Inferring someone rsquo s personality traits by her shoes A research on zero acquaintance through pictures of shoes was carried out for the first time in Indonesia. The author examined the aspects of shoes that descibed th Big Five characteristics of shoes rsquo owners and used by observers in making a perception, the correlation between those aspects, consensus of perceptions between observers, and the perceptions rsquo accuracy. The research compared two groups of shoes rsquo owner, the one who is expressive on shoes and the other one who is expressive on other things than shoes.
The results showed that the openness to experience trait from the group that was expressive on shoes was known from the gender aspect of shoes rsquo owners female and this aspect was used by obervers. On the other hand, the aspect of shoes height was found on the group that was espressive on other things. Based on these group, the difference on concensus between observers was found to be little, and no difference was noticed on the accuracy of observers rsquo perceptions.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Linggar Saraswati
"Sehari-hari, memersepsi ciri kepribadian dari orang-orang di sekitar dilakukan oleh manusia. Penelitian ini merupakan penelitian zero-acquaintance kedua di Indonesia yaitu memersepsi ciri kepribadian Big Five melalui foto sepatu. Persepsi dilakukan melalui aspek-aspek sepatu yang mengandung informasi terkait ciri kepribadian pemiliknya dan dilihat akurasi persepsi yang disebut sebagai akurasi pengamat. Di sisi lain, kekuatan situasi mampu memengaruhi peran ciri kepribadian dalam bertingkah laku, termasuk memilih sepatu. Situasi kuat membatasi peran ciri kepribadian dalam memilih sepatu, sedangkan situasi lemah tidak.
Penelitian ini membandingkan akurasi pengamat pada dua kelompok sepatu yang berbeda, yaitu digunakan dalam situasi kuat dan dalam situasi lemah. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan akurasi persepsi ciri kepribadian antar kedua kelompok sepatu, yaitu openness to experience dan conscientiousness melalui sepatu yang digunakan dalam situasi lemah, sedangkan hanya conscientiousness melalui sepatu yang digunakan dalam situasi kuat.

On a daily basis, people perceive other peoples personality traits. The current research is the second zero acquaintance research in Indonesia that uses shoe photos to perceive the Big Five personality traits. Perceptions are done through shoe aspects that contain information regarding the owner rsquo s personality traits and the accuracy of the perception is sought, known as observers rsquo accuracy. On the other hand, situational strength constraints the role of personality traits in producing behavior, which include shoe choosing. A strong situation constraint the role of personality traits when choosing shoes, while a weak situation does not.
The research compares the observers rsquo accuracy between two different shoe groups, worn in strong and in weak situations. The results indicate that accuracy of perception differ between the two shoe groups, openness to experience and conscientiousness are accurately perceived from shoes worn in a weak situation, while only conscientiousness is accurately perceived from shoes worn in a strong situation.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmina Hasna
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan akurasi persepsi pengamat terhadap ciri kepribadian pemilik sepatu berdasarkan tingkat ekspresi diri pada sepatunya. Pemilik sepatu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada sepatu dan pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada benda lain, untuk membedakan tingkat ekspresi diri pada sepatu. Skripsi ini memperbaiki beberapa kelemahan prosedur penelitian dari studi sebelumnya Loora, 2017 yang menemukan tidak ada perbedaan pada akurasi persepsi pengamat terhadap ciri kepribadian pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada sepatu dan benda lain. Modifikasi yang dilakukan pada skripsi ini adalah menambahkan jumlah responden, mengubah kriteria responden, mengubah definisi aspek-aspek sepatu, dan menambahkan ilustrasi aspek-aspek sepatu.
Hasil menunjukkan bahwa pengamat lebih akurat memersepsi ciri kepribadian pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada sepatu, dibanding pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada benda lain. Pengamat berhasil memersepsi ciri openness to experience dan conscientiousness pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada sepatu.

This study aims to compared observers accuracy on the shoes owners personality based on the level of self expression on their shoes. Shoe owners divided into two groups based on the level of self expression on shoes shoe owners who express themselves through shoes and shoes owners who express themselves through other objects. This thesis is conducted to improve Loora 2017 which found that there was no difference between the accuracy of observers perception on the shoe owners who express themselves through shoes and those who express themselves through other objects. This thesis modificated Loora 2017 by adding more respondents, changing respondent's criteria, changing definition of shoe's aspects, and adding shoe's aspects illustration.
The results of this thesis indicates that observers are more accurate to the perceived personality of shoe owners who express themselves through shoes, compared to those who express themselves through other objects. Openness to experience and conscientiousness of shoe owners that express themselves through shoes were accurately perceived by observers.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ammar Malik Fajar
"Penelitian ini bertujuan membuktikan bahwa sepatu dapat menjadi media untuk menilai dan menyimpulkan kepribadian sang pemilik, serta melihat akurasi dan perbedaan hasil penilaian pengamat pada sepatu yang digunakan di situasi longgar (pergi ke mal) dan situasi ketat (kantor magang). Penelitian menggunakan pendekatan thin slices dengan menyajikan foto sepatu sebagai media penilaian kepribadian sang pemilik, teori kepribadian yang digunakan adalah BigFive. Responden merupakan psikolog klinis (N=144) yang diberikan 5-6 foto sepatu dan responden diminta menilai kepribadian pemilik sepatu menggunakan alat ukur BFI10. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik sepatu yang digunakan pada situasi longgar dan situasi ketat, pengamat mampu menyimpulkan trait kepribadian conscientiousness dan neuroticism dengan baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana sepatu dapat menjadi media penilaian kepribadian dari individu dan penulis berharap dapat menjadi alternatif bagi psikolog klinis dalam memberikan penilaian first impression pada saat melakukan pekerjaan.

This study aims to prove that shoes can be a medium for assessing and inferring the owner's personality, as well as seeing the accuracy and differences in the results of observers' assessments on shoes used in weak situations (going to the mall) and strong situations (offices). The study uses a thin slices approach by presenting photos of shoes as a medium for assessing the owner's personality, the personality theory used is BigFive. Respondents are clinical psychologists (N=144) who are given 5-6 photos of shoes and respondents are asked to assess the personality of the shoe owner using the BFI10 measuring instrument. The results of this study indicate that both shoes are used in weak situations and strong situations, observers can conclude the personality traits of conscientiousness and neuroticism well. The results of this study are expected to provide an overview of how shoes can be a medium for assessing the personality of individuals and the author hopes to be an alternative for clinical psychologists in providing first impression assessments when doing work."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arindina Meisitta Widhikora
"Tesis ini meneliti mengenai peran traits kepribadian terhadap gaya pengambilan keputusan pada mahasiswa. Teori traits yang digunakan dalam penelitian ini adalah Five-Factor Model of Personality (McCrae & Costa (1990), dengan lima buah faktor yaitu neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness. Gaya pengambilan keputusan adalah kecenderungan yang dimiliki seseorang dalam proses pengambilan keputusan dalam berbagai situasi (Scott & Bruce, 1995), dan terdiri dari gaya rasional, dependen, intuitif, avoidant dan spontaneous. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain noneksperimental dan cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara traits kepribadian dan gaya pengambilan keputusan. Traits kepribadian juga memberikan kontribusi sebesar 10% hingga 23.3% terhadap munculnya gaya pengambilan keputusan.

The focus of this thesis is to study the role of personality traits in decision makingstyles in undergraduate students. The trait theory used in this study is the Five-Factor Model of Personality (McCrae & Costa, 1990), which consists of neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness and conscientiousness. Decision making-style is defined as an individual's tendency to behave when faced with decision making process (Scott & Bruce, 1995), and consists of rational, intuitive, dependent, avoidant and spontaneous styles. This study is a quantitative research with a non-experimental and cross-sectional design. This study shows that there are significant correlations between personality traits and decision making-styles. Furthermore, personality traits also contribute, between 10% to 23.3%, to the emergence of decision making-styles.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar Djaafar
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1980
S16509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Valencia Astari Dewi
"Studi tentang faktor-faktor yang mempromosikan perdamaian dapat dianggap sebagai salah satu upaya penelitian yang paling penting karena lingkungan yang damai mendukung perkembangan individu, komunitas, dan bangsa. Telah diketahui bahwa seperlima dari populasi dunia adalah remaja dan sebagai anggota kelompok yang dinamis dalam masyarakat, remaja memainkan peran penting dalam mentransformasikan situasi konflik secara positif dan menjadi agen perubahan yang membangun fondasi masyarakat yang harmonis dan damai. Penelitian ini didasarkan pada penemuan studi terdahulu bahwa kepribadian cenderung mempengaruhi sikap terhadap perdamaian, dan studi ini menyelidiki apakah terdapat hubungan trait kepribadian dengan sikap terhadap perdamaian pada remaja. Secara lebih spesifik, penelitian mengkorelasikan lima subskala The Big Five Personality atau FFM dengan sikap terhadap perdamaian. Sebanyak 91 individu yang termasuk dalam kategori remaja (usia 10-24 tahun) dan berkewarganegaraan Indonesia berpartisipasi dalam mengisi kuesioner self-report yang terdiri skala IPIP-BFM-25-INDONESIA untuk mengukur trait kepribadian dan skala Peace Attitude Scale (PAS) untuk mengukur sikap terhadap perdamaian. Data yang terkumpul mengenai kedua variabel kemudian diolah menggunakan uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara masing-masing dimensi trait kepribadian dengan nilai total keseluruhan sikap terhadap perdamaian. Hasil yang diperoleh membuktikkan bahwa dimensi Agreeableness dan Conscientiousness terbukti memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan sikap terhadap perdamaian. Meski demikian, tidak ditemukannya hubungan yang positif maupun signifikan pada korelasi antara dimensi Extraversion dan sikap terhadap perdamaian bertentangan pada hipotesis berdasarkan penelitian terdahulu.

The study of factors that promote peace can be considered one of the most important research endeavors as a peaceful environment supports the development of individuals, communities and nations.It is known that a fifth of the world's population are adolescents and as members of a dynamic group in society, adolescents play an important role in positively transforming conflict situations and becoming agents of change who build the foundations of a harmonious and peaceful society. Based on the findings of previous studies that personality traits tend to influence views toward peace among adolescents, this study investigated whether there is a relationship between personality traits and attitudes toward peace. More specifically, the study correlated the five subscales of The Big Five Personality or FFM with peace attitude. In this study, a total of 91 individuals who fall into the category of adolescents (aged 10-24 years) and who are Indonesian citizens participated in filling out a self-report questionnaire consisting of the IPIP-BFM-25-INDONESIA scale to measure personality traits and the Peace Attitude Scale (PAS) scale to measure peace attitude. The data collected on both variables were then processed using Pearson correlation test to determine the relationship between each personality trait dimension and the overall total score of peace attitude. The results obtained confirmed that Agreeableness and Conscientiousness were shown to have a positive and significant relationship with peace attitude. However, neither a positive nor significant relationship was found in the correlation between the Extraversion dimension and peace attitude, contradicting the hypothesis based on previous research."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
O. U. Herlina Narulita
"Latar Belakang : Tinea pedis dapat terjadi karena memakai sepatu tertutup (safety shoes) dalam waktu lama yang dapat menyebabkan keringat berlebih sehingga menambah kelembaban di daerah sekitar kaki. Selain itu kondisi sepatu tertutup (safety shoes), khususnya safety shoes dengan kondisi bau, lembab, kotor, rusak dan sempit juga dapat menambah faktor resiko terjadinya tinea pedis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama pemakaian safety shoes dan kondisi safety shoes terhadap kejadian tinea pedis pada pekerja kebersihan di RS Swasta Jakarta Selatan.
Metode : Desain penelitian menggunakan desain potong lintang yang melibatkan 86 pekerja kebersihan di RS Swasta Jakarta Selatan. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang terdiri kuesioner Pengetahuan tentang foot hygiene, kuesioner perilaku tentang foot hygiene, pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%.
Hasil : Prevalensi Tinea Pedis pada Petugas Kebersihan (n=86) 31,4%. Pada penelitian ini didapatkan bahwa faktor yang memiliki hubungan bermakna untuk terjadinya tinea pedis adalah lama pemakaian safety shoes dengan tinea pedis (p = 0,003), kondisi safety shoes yang tidak baik (p = 0,002), kondisi kaos kaki yang tidak baik (p = < 0,001), perilaku tentang foot hygiene yang tidak baik (p = < 0,001).
Kesimpulan dan Saran : Pada penelitian menemukan bahwa prevalensi tinea pedis pada pekerja kebersihan RS Swasta cukup tinggi. Didapatkan bahwa faktor lama pemakaian safety shoes, kondisi safety shoes yang tidak baik, kondisi kaos kaki yang tidak baik dan perilaku tentang foot hygiene yang tidak baik mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya tinea pedis di RS Swasta Jakarta Selatan.

Background : Tinea pedis may occur due to wear occlusive footwear for along time that can add excessive sweating that add humidity in the area around the foot. Conditions occlusive footwear, safety shoes with a particular odor conditions, damp, dirty, broken and narrow also can increase risk tinea pedis. The aim of this study was determine the assosiation of duration of use safety shoes and safety shoes conditions on the tinea pedis on housekeeper in hospital.
Methods: Cross sectional design using 86 samples on housekeeping workers of Hospital. Data are obtained from questionnaire, consists of knowledge quetionnaire about foot hygiene, Behavioral questionnaire about foot hygiene, and examination of KOH 10% field observations.
Results: Prevalensi of tinea pedis in housekeeper (n=86) 31,4%.In this study was found that the factors have significant relationship to the occurance of tinea pedis is the use of occlusive footwear (safety shoes) for along time (p = 0,003), safety shoes are not good conditions (p = 0,002) ,shocks are not good conditions (p = < 0,001), and behaviors about foot hygiene is not good conditions (p = < 0,001).
Conclution: The study found that the prevalence of tinea pedis on housekeeper is quite high. Several risk factors Tinea is use occlusive footwear which long time each day, conditions of safety shoes, conditions of socks and behaviors about foot hygiene is not good conditions have significant relationship.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Dyah Agustiyanthi
"ABSTRAK
Pioneers (yaitu first mover yang pertama kali masuk ke suatu pasar sebelum para imitators), seringkali digambarkan sebagai mesin-mesin penggerak peliumbuhan ekonomi. Sebaliknya, imitators dipandang tidak lebih sebagai copycats yang malas melakukan inovasi. Namun, siapakah yang seringkali menguasai pasar? Fakta memperlihatkan bahwa tidak sedikit imitators yang mampu mengungguli pioneer-nya dan menjadi market leader.
Imitasi merupakan strategi yang umum dipakai oleh banyak perusahaan, dimana pada strategi ini imitators cukup meniru atau meng-copy beberapa aspek (baik produk, proses atau prosedur) yang telah dilakukan oleh pioneer. Banyak kemudahan yang didapat oleh suatu perusahaan!produsen dengan melakukan imitasi. Sementara pioneer dihadapkan pada sejumlah kendala dan tantangan, seperti: pengembangan produk bese1ia pasarnya, resiko kegagalan dan kerugian serta kesulitan dana; imitators justru menikmati sejumlah kemudahan, seperti: cepat, murah dan produk-produk yang dihasilkan juga telah lebih sesuai keinginan konsumen.
Ada tiga strategi imitasi yang lazim dilakukan imitators . Pertama, beberapa imitators menjual generic version dari produk-produk pioneer dengan harga yang jauh lebih murah, seperti yang dilakukan oleh pulpen Bic. Kedua, imitators dapat meniru dan mengembangkan (imitate and improve) produk pioneer, seperti pada kasus Boeing. Dan terakhir, banyak imitator yang mengalahkan smaller pioneer dengan memanfaatkan kekuatan pasar, kekuatan dana atau jalur distribusi yang telah dimiliki. Hal ini dapat dilihat pada kasus IBM yang mengalahkan sang pioneer (Apple II).
Industri yang terbilang raJm mengadaptasi strategi imitasi ini adalah industri sepatu kulit. Sebagai salah satu atribut penting dari fashion, sepatu kulit senantiasa mengalami perubahan. Berbeda dengan barang-barang elektronik (dimana perubahan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama), pada sepatu kulit perubahan trend dapat terjadi hanya dalam hitungan bulan. Sehingga mau tidak mau, produsen harus terus dapat mengimbangi perubahan trend yang terjadi di masyarakat.
Maraknya praktek peniruan terlihat j elas disalah satu sentra industri sepatu kulit, yaitu di PIK Penggilingan. Hampir seluruh toko (dari sekitar 75 toko yang berada di sana) memproduksi serta menjual sepatu/sandal imitasi. Mereka tidak hanya sekedar mencontek atau meniru model-model sepatu/sandal yang ada di pasaran, namun lebih jauh lagi mereka menggunakan beberapa merek sepatu/sandal temama, seperti: Buccheri, Charles Jourdan, Nike, Reebok, Eagle, Spotec dan masih banyak lagi untuk memasarkan sepatu/sandalnya.
Sebagai salah satu toko yang beroperasi di sana, Al Kausar pun tidak menabukan praktek imitasi ini. Di dalam tokonya dapat ditemui model-model sepatu/sandal yang memakai beragam merek. Untuk sepatu olahraga, terlihat beragam merek temama terpajang di rak, seperti: Nike, Reebok, Nekerman, Spotec atau Eagle. Bedangkan untuk sepatu kulit selain menggunakan nama tokonya, AI Kausar juga menggunakan beberapa merek lain, seperti: Yongki Komaladi Shoes dan Pierre Cardin. Penggunaan merek-merek yang telah dikenal masyarakat tadi terbukti ampuh untuk memasarkan sepatu/sandai imitasi. Keinginan memiliki sepatu/sandal bermerek nampaknya telah mendorong konsumen untuk membeli produk-produk bajakan ini. ''Beda rasauya memakai sepatu bermerek", demikian alasan umum yang mcrcka kemukakan.
Dalam memasarkan sepatu/sandal imitasinya, Al Kausar menerapkan lower-price strategy. Artinya, harga sepatu/sandal bajakan ini tidak semahal produk aslinya yang biasa dijual di toko-toko besar atau di mal. Selain bahan baku yang dipakai memang tidak terlalu baik, muralmya sepatu/sandal produksi Al Kausar juga dikarenakan belum memiliki brand name sebaik original product.
Kerasnya persaingan di industri sepatu kulit (khususnya di PIK Penggilingan) serta usia perusahaan yang memang belum terlalu lama, nampaknya telah menjadi pertimbangan utama Al Kausar untuk mengadopsi strategi imitasi. Ada beberapa keuntungan yang didapat Al Kausar dengan memproduksi dan menjual sepatu/sandal imitasi, diantaranya: cukup mudah dilakukan, tidak mengeluarkan banyak biaya promosi, menghemat waktu, lebih menguntungkan dan masih banyak lagi.
Walaupun penerapan Undang-Undang Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia tidak berj alan sebagaimana mestinya, namun praktek saling tiru dan saling contek tetap riskan untuk dilakukan. Maka alangkah lebih baik jika dalam perjaianmmya, Al Kausar secara perlahan-lahan merubah strategi imitasi yang dilakukannya. Jika saat ini strategi yang dilakukannya adalah lower-price strategy (yaitu dengan meniru produk yang ada di pasaran serta menjualnya dengan harga yang lebih rriurah), maka dalam perkembangannya Al Kausar dapat melakukan strategi imitate and improve. Pada strategi imitate and improve, Al Kausar tidak lagi sekedar hanya meniru model atau desain sepatu/sandal yang telah ada di pasaran. Lebih jauh lagi, AI Kausar juga melakukan pengembangan dan inovasi atas sepatu/sandal yang telah ada di pasaran. Sehingga natinya sepatu/sandal produksi Al Kausar akan memiliki kualitas dan model/desain yang lebih bagus dibandingkan dengan yang produk aslinya (second but better)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Littauer, Florence
Jakarta: Binarupa Aksara, 1995
155.2 LIT pt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>