Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179645 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhedhe Rodat Budi P.
"Baja tahan karat stainless steel 304 merupakan baja yang memiliki ketahanan korosi yang baik dan tahan temperature tinggi sehingga banyak digunakan dalam dunia industri. Penggunaan baja tahan karat umumnya membutuhkan proses penyambungan dimana proses penyambungan yang sangat umum digunakan adalah proses pengelasan. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pengelasan. Distorsi merupakan fenomena perubahan bentuk yang terjadi akibat pengelasan.
Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap hasil manik las dan juga distorsi yang dihasilkan menggunakan GMAW. Kuat arus yang digunakan yaitu 115, 120, dan 125 A sedangkan kecepatan pengelasan yang digunakan 3,6; 3,9; dan 4,2 mm/s.
Hasil las dilakukan pengukuran terhadap lebar maniknya, kemudian dilakukan pengukuran distorsi menggunakan CMM Coordinate Measuring Machine setelah material mengalami pendinginan alami. Dari hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa semakin besar kuat arus, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin besar. Sedangkan jika kecepatan pengelasan semakin besar, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin kecil.

Stainless steel has good corrosion resistance and high temperature resistance, especially for 304 Stainless steel and widely used in many industries. The use of stainless steels generally requires a jointing process, and the most common jointing process used in stainless steel is the welding process. To get a good welding results, the selection of appropriate parameters is needed to avoid problems such as welding distortion. Distortion is a phenomenon of form changes that occur due to welding.
This experiment is conducted to find out the effect of welding current and welding speed toward weld bead and also distortion produced using GMAW. The welding current used is 115, 120, and 125 A while the welding speed used is 3.6 3.9 And 4.2 mm s. The weld bead then measured, and also the distortion is measured using CMM Coordinate Measuring Machine after the material is naturally cooled.
From the results obtained, it is known that the rise of welding current, the width of the weld bead and the resulting angular distortion will be increased. Whereas if the welding speed is increased, the width of the weld bead and the angular distortion will be smaller.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafdi Hidayat
"Pengelasan pada industri kapal di Indonesia cenderung masih banyak menggunakan metode las SMAW. Dengan menggunakan metode pengelasan GMAW yang memiliki deposition rate dan efisiensi yang tinggi, proses pengelasan dapat dilakukan lebih cepat. Dengan meningkatnya kecepatan dan kuat arus las, rentan terjadinya kemungkinan distorsi pada pengelasan. Salah satu penyebab terjadinya distorsi adalah heat input yang tidak merata pada material las, sehingga muncul perbedaan suhu antara area las dan area yang telah dilas dan mengakibatkan tegangan pada area yang telah mendingin dan regangan pada area yang dilas. Dengan demikian, diperlukan heat input yang tepat agar hal tersebut tidak terjadi, distorsi sudut menyebabkan munculnya pekerjaan tambahan yang memerlukan waktu tak sedikit seperti seperti fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input seperti kuat arus dengan kecepatan pengelasan terhadap distorsi sudut yang muncul setelah pengelasan akibat adanya tegangan sisa. Selain dari munculnya distorsi sudut, pada bagian HAZ Heat Affected zone terdapat perbedaan kekuatan yang mengakibatkan rentannya patahan terjadi disana, dengan menggunakan kekerasan, dan rumus empiris didapatkan HAZ las yang mewakili kekuatan sambungan. Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kuat arus memiliki pengaruh terhadap distorsi transversal yang hampir sama dengan kecepatan pengelasan dan makin tinggi heat input yang diberikan maka makin besar residual atau distorsi yang dihasilkan.dan pengaruh kuat arus lebih tinggi terhadap distorsi longitudinal dibanding kecepatan pengelasan. Proses pengelasan mempengaruhi kekuatan sambungan.

Welding in the ship industry in Indonesia tends to still use the SMAW welding method, by using GMAW welding method that has a high deposition rate and high efficiency, welding process can be done more quickly. With the increasing speed of welding and electricity current, it is prone to possible distortion in welding. One of the causes of distortion is the uneven heat input of the welding material, resulting in a temperature difference between the weld area and the welded area and causing the tension in the area to cool and strain on the welded area. Thus, proper heat input is required so that it does not occur, angular distortion leads to the emergence of additional jobs that require less time such as fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Therefore, this study aims to determine the effect of heat input such as the current strength with welding speed to the angular distortion that emerges after welding due to residual stresses. Apart from the emergence of angular distortion, in the Heat Affected zone HAZ section there is a difference in strength that causes the fracture susceptibility to occur there, using hardness, and empirical formula obtained HAZ welding representing the strength of the connection. In this study it can be concluded that the current strength has an effect on the transversal distortion which is almost equal to the welding speed and the higher the heat input given the greater the residual or distortion generated. And the effect of higher current strength on longitudinal distortion than welding speed The welding process affect the strength of the connection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Idram Namo
"Seiring berjalannya waktu, pengelasan dengan dua material yang berbeda terus meningkat penggunaannya. Tujuannya untuk mendapatkan spesifikasi yang baik namun tetap menekan biaya yang digunakan. Material yang sering digunakan dalam dissimilar welding adalah stainless steel 304 dan structure steel 400. Kedua material ini memiliki kelebihan masing-masing. Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pada pengelasan. Distorsi merupakan sebuah proses perubahan bentuk pada material akibat pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap kekuatan tarik dan distorsi angular pada dissimilar Gas Metal Arc Welding GMAW. Kuat arus yang digunakan antara lain 125, 130 dan 135 A sedangkan kecepatan pengelasan yang digunakan 3, 3,25 dan 3,5 mm/s.Hasil pengelasan yang telah mendingin secara alami kemudian dilakukan pengukuran distorsi menggunakan CMM Coordinate Measuring Machine.
Dari hasil penelitian didapatkan, bahwa semakin besar kuat arus pengelasan yang digunakan, maka semakin besar juga distorsi angular yang terbentuk. Sedangkan jika kecepatan pengelasan meningkat, maka distorsi angular yang terjadi semakin kecil. Selain itu, material juga diuji kekuatan tariknya, hasilnya kekuatan tarik paling optimal berada ketika kuat arus yang digunakan sebesar 130 A. Pada hubungan UTS dengan kecepatan pengelasan menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan pengelasan berbanding terbalik dengan nilai kekuatan tarik material.

Dissimilar welding has recently drawn a wide interest for its cost efficiency and ability to match various specifications. This method is generally used in welding of Stainless Steel 304 and Structure Steel 400, each with its own unique advantages to utilize. However, welding defects such as distortion to be found in dissimilar welding of the corresponding materials due to its high susceptibility to actual welding parameters.
In particular, this research investigated the influence of input current and welding welding speed to the tensile strength and occurrence of angular distortion defect on dissimilar welding of stainless steel 304 and structural steel 400 using Gas Metal Arc Welding GMAW. Welding current inputs were varied as 125, 130, and 135 A, while experimental travel speeds were set to 3, 3.25, and 3.50 mm s. Welded joints were air cooled and characterized by Coordinate Measuring Machine CMM for identification of distortion occurrence.
Results showing that increasing weld current input contributed to a larger angular distortion on weld joints. Contrarily, higher travel speed decreased the risk of angular distortion. Optimal tensile strength of the welded joints was observed at sample with 130 A current input. Additionally, it was found that faster welding speed decreased the tensile strength of both parent metal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumbiak, Dominggus B.
"Peningkatan penggunaan pengelasan dengan dua material yang berbeda selalu di gunakan pada dunia industri, pengelasan dengan dua material yang berbeda terus meningkat penggunaannya. Tujuannya untuk mendapatkan spesifikasi yang baik namun tetap menekan biaya yang digunakan. Material yang sering digunakan dalam dissimilar welding adalah stainless steel 304 dan structure steel 400. Kedua material ini memiliki kelebihan masing-masing. Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pada pengelasan. Distorsi merupakan sebuah proses perubahan bentuk pada material akibat pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap kekuatan material pada dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW). Kecepatan yang di gunakan bervariasi antara lain 3, hingga 3,25 mm/s. Hasil pengelasan yang telah di dapatkan dari variasi kecepatan dan variasi ampere kemudian dilakukan pengujian microstructur. Dari hasil yang di dapatkan, bahwa terjadi perubahan dari masing-masing microhardness di masing-masing daerah pengelasan.

In industrial world, research and develompent of welding with two different materials is always improving. The purpose of this research is to get an ideal specification without increasing the industrial cost. Materials that is often used in dissimilar welding is stainless steel 304 dan structure steel. These two materials have advantages each. To get a good result in welding, chosing the right parameters is a must, in order to avoid trouble like distortsion in the welding process. Distorsion is an effect caused by welding that changes the material form.
This research purposes is to observe the effect of strong current in electricity and the welding speed to the strenth of materials in dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW) process. The speed that was used in this research varies from 3 mm/s to 3.25 mm/s. The welding results from speed and current parameters was tested to see the material microstructure. From those results, we got a conclusion, that a microhardness deformation occured in each welded areas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danurengga Ubaszti Putra
"Pada penelitian kali ini material yang digunakan adalah stainless steel 316L dan structure steel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus terhadap bentuk dari mikrostruktur serta kekuatan microhardness dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW). Kuat arus yang digunakan antara lain 175, 185, 195, 205 dan 215 A Hasil pengelasan yang telah mendingin secara alami kemudian dilakukan pengujian SEM & EDX dan uji Vickers Micohardness. Dari hasil penelitian didapatkan, bahwa semakin besar kuat arus pengelasan yang digunakan, maka semakin besar juga daerah HAZ yang dihasilkan. Pada hasil pengelasan terjadi mode solidifikasi Ferrite-Austenite yang di tunjukkan dengan pembentukan mikrostruktur vermicullar ferrite.

In this research stainless steel 316L and structure steel were used. In particular, this research investigated the influence of input current to the microstructure and microhardness to dissimilar weldingGas Metal Arc Welding (GMAW). Welding current inputs were varied as 175, 185, 195, 205 dan 215 A. Welded joints were air-cooled the result will be tested using SEM & EDX and Vickers Hardness test. Results showing that increasing weld current input contributed to a HAZ. In the fusion zonem it showed that theres Ferite-Austenite solidificatin mode by the existance of vermicllar ferrite microstructure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husain Haikal
"ABSTRAK
Dalam studi ini, penelitian mengenai penggunaan metode External Magnetic Field - Tungsten Inert Gas pada aplikasi sambungan tumpul dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pemampatan busur las terhadap kualitas hasil sambungan tumpul pelat tipis SS 304. Proses pengelasan ini dilakukan tanpa menggunakan logam pengisi tambahan autogenous weld . Pada penelitian ini medan magnet luar ditimbulkan dengan meletakkan solenoid magnetik di sekeliling obor las TIG. Pengaktifkan medan elektromagnetik ini dilakukan secara dinamis dengan menggunakan mikrokontroler. Parameter pengelasan yang digunakan yaitu arus pengelasan 100; 105; 110 A dan kecepatan pengelasan 1,6; 1,8; 2,05 mm/s. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelasan EMF-TIG dapat menghasilkan lebar manik yang lebih seragam di sepanjang jalur las dengan standar deviasi sebesar 0,08 dibandingkan dengan las TIG konvensional sebesar 0,12. Peningkatan kecepatan las sebesar 2,05 mm/s menyebabkan tidak berpengaruhnya penambahan medan magnet luar terhadap lebar manik las. Parameter arus 105 A dengan kecepatan 1,6; 1,8; 2,05 mm/s menghasilkan pemampatan lebar manik atas berturut- turut sebesar 0,87; 0,61; 0,1 mm. Parameter pengelasan dengan arus 105 A dan kecepatan las 1,6 mm/s memiliki efek pemampatan manik atas yang lebih besar yaitu sebesar 0,84 mm dibandingkan arus 110 A yaitu 0,38 mm.

ABSTRACT
In this study, research on the use of External Magnetic Field method Tungsten Inert Gas in butt joint applications was done to determine the effect of welding arc compression on the quality of butt joint of SS 304 thin plate. The welding process was performed without using autogenous welds. In this study an external magnetic field was generated by placing a magnetic solenoid around the TIG welding torch. Enabling this electromagnetic field is done dynamically using a microcontroller. Welding parameters used are welding current 100 105 110 A and welding speed 1.6 1.8 2.05 mm s. The results of this study showed that EMF TIG welding can produce a more uniform bead width along the weld line with a standard deviation of 0.08 compared with conventional TIG welding of 0.12. Increased welding speed of 2.05 mm s causes no effect on the addition of an external magnetic field to the width of the weld bead. The current parameters are 105 A with a speed of 1.6 1.8 2.05 mm s resulted in compression of the top bead width by 0.87 0.61 0.1 mm. The welding parameters with a current of 105 A and welding speed of 1.6 mm s have a larger upper bead compression effect of 0.84 mm compared to 110 A currents of 0.38 mm."
2017
T48474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Khoirul Rohmat
"Aluminum magnesium seri 5083 banyak diaplikasikan untuk industri perkapalan. Hal tersebut dikarenakan aluminum memiliki kekuatan spesifik yang tinggi serta ketahanan korosi yang baik. Namun pada proses penyambungan berupa pengelasan banyak terjadi permasalahan berupa porositas serta menurunnya sifat mekanis terutama daerah HAZ (Heat Affected Zone). Pada pengecoran aluminum salah satu cara untuk mengurangi porositas yaitu dengan memberikan getaran saat pengecoran dilakukan, hal tersebut dicoba diaplikasikan pada pengelasan aluminum 5083 mengingat bahwa pengelasan merupakan miniatur dari proses pengecoran. Untuk melihat pengaruh tersebut dilakukan pengujian radiografi, pengujian tarik, keras, metalografi serta uji image analysis.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggetaran tidak banyak berpengaruh terhadap jumlah porositas yang terjadi, namun pada sifat mekanik getaran berpengaruh terhadap nilai kekerasan terutama pada filler ER 4043 dimana spesimen yang digetarkan memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi. Nilai uji tarik rata-rata tertinggi pada ER 5356 terdapat pada spesimen yang tidak digetarkan dengan nilai sebesar 231MPa dan untuk ER 4043 nilai uji tarik rata-rata tertinggi terdapat pada spesimen yang digetarkan dengan nilai sebesar 226 MPa.

5083 series aluminum magnesium is widely used for marine industrial. It is caused aluminum has high specific strength and good corrosion resistance. However, at process of welding many of porosity occured in the aluminum and it decrease the mechanical properties especially in HAZ (Heat Affected Zone). At casting process of aluminum, porosity could reduced by giving vibration. So this method is tried to be aplicated for welding of aluminum due to welding is a miniature of casting. Radiography test, tensile test, hardness test, metallography test, and image analysis are technique to characterize the effect.
As a results, vibration is not really affects the amount of porosity that occurred. But for hardness it is influenced especially for ER 4043 filler where the vibrated specimens have a higher hardness. The higher average result of tensile test for ER 5356 filler obtained at unvibrated specimens with the value is 231 MPa and for ER 4043 filler the higher average result obtained at vibrated specimen, the value is 226 MPa.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasudungan, Eric Mamby
"Karakterisasi hasil proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Welding dan Plasma Arc Welding pada baja lembaran berlapis seng dibandingkan untuk mengetahui pengaruh seng terhadap hasil lasannya. Perbedaan besar butir yang sangat jauh antara daerah fusion zone, yaitu 32 μm, dan daerah HAZ, yaitu 90 μm, pada proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding menyebabkan penggetasan dan perpatahan di fusion line pada pengujian tarik dan pengujian tekuk. Hasil pengelasan dengan metode Plasma Arc Welding memiliki sifat fisik yang paling optimum di antara kedua metode lainnya, dengan kekuatan tarik sebesar 352 N/mm² dan struktur butir mikro yang relatif halus. Terdapat pelarutan seng ke daerah fusion zone, dengan kandungan paling besar pada metode pengelasan Plasma Arc Welding.

The characterization of weldments produced by Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Welding and Plasma Arc Welding methods in joining zinc coated steel sheet is compared to know the effect of Zinc on the properties of weldments. The grain size difference between the fusion zone, which is 32 μm, and HAZ area, which is 90 μm, on Gas Metal Arc Welding method is causing the brittleness and cracking at the fusion line while testing with tensile and bending test. Weldments produced by Plasma Arc Welding have the optimum physical property among the two other welding process, with tensile strength 352 N/mm² and relatively fine microstructure. There is some zinc dilution in fusion zone, with the biggest concentration occurs in Plasma Arc Welding process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25122
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Munandar
"Pengelasan sambungan banyak digunakan pada industri berbahan baja termasuk kapal. Permasalahan utama untuk proses pengelasan tersebut adalah terjadinya distorsi dan tegangan sisa. Tegangan sisa dan distorsi adalah fenomena yang terjadi pada logam yang dilas, yang dapat menyebabkan kegagalan pada logam tersebut saat beroperasi. Proses pengelasan tipe butt joint dilakukan pada spesimen baja SS400 dengan ukuran panjang, lebar, dan tebal adalah 100 x 50 x 2 mm. Mesin las yang digunakan adalah mesin las TIG otomatis di laboratorium Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia.
Pada penelitian ini akan diuji hubungan antara parameter kuat arus dengan variasi 60, 70, 80 ampere dan kecepatan pengelasan dengan variasi 1,2; 1,4; 1,8 mm/s terhadap terciptanya distorsi setelah proses las. Kajian dititik beratkan pada perhitungan distorsi dan tegangan sisa dengan pengukuran distorsi menggunakan mesin CMM (Coordinate Measuring Machine) setelah material mengalami pendinginan menuju temperatur ruangan. Dari hasil uji coba di laboratorium diperoleh distorsi terbesar diperoleh pada variabel kuat arus terbesar dan kecepatan terkecil. Dari hasil analisa didaptkan bahwa besarnya tegangan sisa yang terbentuk berbandung lurus dengan besarnya distorsi yang tercipta.

The application of welding used in many industries such as shipbuilding. The trouble which is often occurred is distortion and residual stress on the plate after welding. Residual stress and distortion is a phenomenon that can cause the failure of the material at operation condition. Butt joint weldment is applied onto SS400 steel with measurement of length, width, and thickness is 100 x 50 x 2 mm. This experiment used automatic TIG machines in Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia laboratory.
In this experiment, the correlation between welding current and welding speed will be examined. Using 60, 70, and 80 ampere welding current and 1,2; 1,4; 1,8 mm/s welding speed. The measuring of distortion is using CMM (Coordinate Measuring Machine) after the material undergoing cooling process into room temperature. From the experiment it shows that the biggest distortion is obtained when using highest welding current and the lowest welding speed. From analysis it is obtained that the number of residual stress is linear with the formation of distortion in welding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatahillah Putra Kustiawan
"Stainless Steel merupakan logam yang banyak digunakan untuk keperluan industri karena stainless steel memiliki ketahanan korosi yang baik dan tahan terhadap temperatur tinggi. Pada umumnya, penggunaan stainless steel membutuhkan teknik penyambungan yang salah satunya adalah pengelasan. Pemilihan parameter yang tepat sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil pengelasan yang optimal. Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui hubungan kuat arus, heat time, dan hold time terhadap kekuatan tarik yang dihasilkan dengan menggunakan teknik pengelasan RSW. Mesin las yang digunakan adalah WIMTOUCH 1800 tipe JPC 35. Kuat arus yang digunakan adalah 7000 A, 7700 A, dan 8400 A; heat time yang digunakan adalah 5 cycle, 10 cycle, dan 15 cycle; dan hold time yang digunakan adalah 5 cycle, 10 cycle, dan 15 cycle. Karakterisasi hasil las dilakukan melalui analisis diameter weld nugget dengan menggunakan mikroskop digital dan pengujian kekuatan tarik. Dari hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa semakin besar kuat arus dan heat time maka diameter weld nugget yang dihasilkan akan semakin besar sedangkan trendline dari hold time pada penelitian ini tidak dapat terlihat. Nilai kekuatan tarik maksimum yang didapatkan adalah 11,3 kN dengan parameter pengelasan arus 7700 A, heat time 15 cycle, dan hold time 10 cycle.

Stainless Steel is a metal that is widely used for industrial purposes because stainless steel has good corrosion resistance and resistance to high temperatures. In general, the use of stainless steel requires a technique of connection one of which is welding. Selection of appropriate parameters is needed to obtain optimal welding results. In this experiment, the experiment was conducted to find out the relationship of current strength, heat time, and hold time to the tensile strength produced by using RSW welding technique. The welding machine used is WIMTOUCH 1800 type JPC 35. The current strength used is 7000 A, 7700 A, and 8400 A the heat time used is 5 cycles, 10 cycles, and 15 cycles and hold time used is 5 cycles, 10 cycles, and 15 cycles. The characterization of the welding results is done by analyzing the diameter of the weld nugget by using digital microscope and tensile strength test. From the results obtained, it is known that the greater the current strength and heat time then the diameter of the weld nugget generated will be greater while the trendline of hold time in this study can not be seen. The maximum tensile strength value obtained is 11.3 kN with welding parameters 7700 A, heat time 15 cycles, and hold time 10 cycles. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>