Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faishal Adlan
"ABSTRAK
Keberadaan sistem perminyakan di kabupaten majalengka dapat di identifikasi oleh keberadaan rembesan minyak. Berdasarkan dari penelitian LIPI 2016 menggunakan data gravitasi memperlihatkan keberadaan sub cekungan di majalengka. Keberadaan struktur sub cekungan menjadi indikasi yang utama tentang keberadaan hidrokarbon. Potensial terbentuk nya hidrokarbon berdasarkan dari penelitian praptisih dan kamtono 2016 berada di Formasi Cinambo yang berisi batuan sedimen. Namun keberadaan batuan sedimen tersebut tertutupi oleh batuan vulkanik yang di produksi oleh gunung Ciremai. Berdasarkan dari section Audio Magnetotellurik pada penelitian sebelumnya memperlihatkan struktur patahan yang diperkirakan sebagai jebakan hidrokarbon. Untuk mengidentifikasi struktur patahan dan keberadaan potensi struktur sub cekungan maka dilakukan pengambilan data gravitasi. Pengabilan data dilakukan dengan luas area 22 x 17 km2 dengan 170 titik pengukuran dan interval titik sejauh 1 km. Identifikasi keberadaan patahan akan dilakukan dengan menganalisis peta reidual dan penentuanjenis patahan digunakan metode Second Vertical Derivatif SVD . Hasil akhir dari penelitian ini adalah perkiraan model bawah permukaan dengan hail interpretasi terpadu data gaya berat dengan data data pendukung lain nya.
hr>
ABSTRAK
The existence of petroleum systems in the area of Majalengka can be identified by the presence of several oil seeps. Based on reasearch by LIPI 2016 using gravity method shown the presence of hydrocarbon sub basin in Majalengka. The presence of sub basin in the study area can be a major indication of the presence of hydrocarbon. Hydrocarbon potential according to the research by Praptisih and Kamtono 2016 are in the Cinambo Formation that consist of sedimentary rocks. Unfortunately, the sedimentary rocks are covered by volcanic rocks as a product of Mt. Ciremai. According to resistivity cross section acquired by Audio Magnetotelluric survey by Alfiansyah 2016 show that the faults structure exist which estimated as a hydrocarbon trap. To identify the fault structure and sub basin area we used gravity method. The gravity data acquisition performed in the area of 22 x 17 km2 with more than 170 stations. Identification of the presence of the fault and the type of fault structures can be done by performing the analysis of the gravity data. To identify the fault we analylsed the residual map and and to view the vertical contact between the body below the surface and produce the anomaly contour map Second Vertical Derivative SVD is used. Then the estimated subsurface structure models are made with the integrated interpretation of geological data available. The results of the study showed the structures that control the formation of traps for hydrocarbons accumulation is in the form of normal fault and showed that the study area is covered by the hydrocarbon sub basin."
2017
S68075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes Tanudin
"Ketersediaan yang rendah dan permintaan yang tinggi akan energi minyak dan gas bumi di Indonesia menyebabkan perlu diadakannya eksplorasi terhadap potensi cadangan terbaru. Berdasarkan website ESDM, masih terdapat cukup banyak cekungan sedimen di Indonesia yang belum dieksplorasi dengan baik. Cekungan Ketungau merupakan salah satu cekungan yang belum dieksplorasi dan memiliki potensi cadangan hidrokarbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sub-basin menggunakan metode gaya gravitasi pada cekungan Ketungau. Sub-basin yang teridentifikasi diharapkan memiliki potensi sebagai cadangan hidrokarbon. Penelitian ini mengidentifikasi area 7 sebagai sub-basin berdasarkan analisis gravitasi dan pertimbangan aspek geologi. Area 7 memiliki nilai anomali residual yang rendah; nilai FHD yang tinggi; dan ditentukan sebagai patahan berjenis patahan naik. Berdasarkan data tersebut area 7 yang memiliki luasan sebesar 401,92 km2 diyakini sebagai sub-basin yang akan berfungsi sebagai wadah dalam petroleum system. Penentuan komponen lain dalam petroleum system bisa dilakukan dengan metode geofisika lainnya. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya.

Lack of supply and high demand for oil and gas energy in Indonesia have led to the need for exploration of new potential reserves. Based on the ESDM site, there are still quite a lot of sedimentary basins in Indonesia that have not been explored properly. The Ketungau Basin is one of the basins that has not been explored and has potential reserves of doubt. This research aims to identify sub-basins using the gravity method in the Ketungau basin. The expected sub-basin has potential as a potential hazard. This study identified area 7 as a sub-basin based on gravity analysis and consideration of geological aspects. Area 7 has a low residual anomaly value; high FHD value; and is defined as a thrust fault. Based on these data, area 7 which has an area of ​​401.92 km2 is believed to be a sub-basin that will function as a reservoir in the petroleum system. Other components in the petroleum system can be carried out by other geophysical methods. It is hoped that this research can be used as a reference in next studies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusra Amelia
"Mata air merupakan pemunculan air tanah ke permukaan. Sumber air tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan air domestik. Mengingat pentingnya peranan air, sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Salah satu sumber air bersih utama yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air domestik di Desa Cicurug ialah mata air. Mata air mempunyai debit terbatas namun kualitasnya baik. Mata air di Desa Cicurug telah banyak dimanfaatkan penduduk akan tetapi pengelolaannya masih sangat sederhana, hal inilah yang menyebabkan pengelolaan pemanfaatan sumber mata air di Desa Cicurug perlu diperhatikan. Penilitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial pemanfaatan mata air berdasarkan wilayah potensial dan wilayah aktual pemanfaatannya, serta menganalisis wilayah potensial pemanfaatan mata air jika dibandingkan dengan wilayah aktualnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif dan metode analisis spasial. Lokasi sumber mata air, ketinggian, batas Daerah Aliran Sungai, debit dan sistem jaringan digunakan untuk mengetahui wilayah potensial dan wilayah pemanfaatan yang terbentuk. pH, TDS, DHL, kekeruhan, senyawa fosfat, dan senyawa nitrat merupakan parameter kualitas air yang diukur pada daerah penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukan mata air di Desa Cicurug terletak pada ketinggian 165-346 m dpl dengan debit sebesar 0,158 l/s sampai dengan 1,935 l/s. Wilayah potensial pemanfaatan yang terbentuk terletak pada ketinggian 135 – 300 m dpl dengan luas yang bervariasi. Wilayah aktual pemanfaatan mata air di Desa Cicurug meliputi jenis penggunaan tanah berupa perkampungan yang terletak pada ketinggian 164-275 m dpl. Perbandingan antara wilayah potensial pemanfaatan mata air domestik tidak sesuai dengan wilayah aktual pemanfaatannya. Dimana terdapat wilayah aktual pemanfaatan yang melampaui wilayah potensialnya dan terdapat wilayah aktual pemanfaatan mata air yang lebih sempit dari wilayah potensialnya.

Springs are groundwater that comes to the surface. The springs are used to fulfill various domestic water needs. It is necessary to maintain the quality and the quantity of the water source to be utilized, considering the importance of water. Springs is one of the primary sources of clean water that can be used to fulfill domestic water needs in Cicurug village. Its residents have widely used the springs in Cicurug village, but the springs' management is very simplistic. Thus utilization of water resources management practices in Cicurug village should be further developed. This study analyzes the spatial pattern of springs utilization based on the potential area, the actual utilization area, and the comparison between the potential area and utilization area. The methods in this study are quantitative descriptive analysis and spatial analysis. The location of springs, altitude, watershed boundaries, discharge, and distribution network systems are used to determine the potential areas and utilization areas formed. TDS, pH, DHL, turbidity, phosphate, and nitrate are the parameters of water quality that are measured in the research area, considering that the waters are utilized for domestic use. The results of this study indicate the springs in Cicurug village are located between the altitude of 165-346 m above the sea level with a discharge of 0.158 l/s to 1.935 l/s. The potential areas of the springs' utilization are located between the altitude of 135 to 300 m above the sea level with different areas. The actual area of utilization springs in Cicurug village includes the land use types in villages located between the altitude of 164 to 275 m above sea level. The comparison between the potential areas of utilization of springs with the actual areas of springs utilization shows that utilized area exceeds the potential areas, and there is an actual area of springs utilization that is narrower than potential areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ersan Ricardo
"ABSTRAK
Istilah Air Hijau sudah sering terdengar di berbagai kalangan kehidupan manusia. Air hijau adalah air hujan yang jatuh dan telah diserap oleh tanah atau tanaman. Sedangkan istilah tersebut juga sangat erat kaitannya dengan istilah Blue Water yang berarti air dari sungai, danau dan air tanah. Keterikatan Green Water dan Blue Water terkait dengan paradigma lama pengelolaan air yang hanya mempertimbangkan air biru (debit sungai, danau dan air tanah) sedangkan paradigma baru justru memasukkan Green Water sebagai komponen penting. Green Water merupakan bentuk penghematan air yang tidak akan mengganggu badan air di bumi ini. Green Water juga dapat dimanfaatkan oleh daerah yang mengalami kekeringan, seperti Kabupaten Majalengka yang pada tahun 2017 mengalami kekeringan di 27 desa menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Salah satu pemanfaatan air hijau adalah untuk membangun tempat penampungan air hujan atau disebut juga dengan waduk. Embung berfungsi sebagai bangunan konservasi air berupa kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan serta sumber air lainnya untuk menunjang pertanian, perkebunan dan peternakan terutama pada musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi daerah yang potensial untuk dibangun daerah resapan air hujan atau waduk. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan reservoir yang ada dengan potensi daerah atau kesesuaian penelitian ini. Identifikasi daerah potensial diprioritaskan pada daerah rawan kekeringan menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan menurut kondisi hidrogeologi. Selain itu, penentuan kawasan potensial juga menggunakan 4 variabel fisik yaitu penggunaan tanah, tekstur tanah, curah hujan dan kemiringan lereng. Melalui teknik overlay keempat variabel fisik tersebut digabungkan di Kabupaten Majalengka dan diberi skor setelah itu dilakukan metode akumulasi aliran untuk melihat akumulasi aliran dari Kabupaten Majalengka guna menentukan titik lokasi potensial atau kesesuaiannya. Setelah itu, potensi daerah atau kesesuaian yang telah dibuat akan dibandingkan dengan reservoir yang telah dibangun. Sehingga dapat diketahui bahwa wilayah yang berpotensi untuk dibangun waduk adalah wilayah utara Kabupaten Majalengka yang terindikasi merupakan wilayah yang rawan kekeringan dan merupakan wilayah yang potensial sesuai dengan kesesuaian wilayahnya.

ABSTRACT
The term Green Water has often been heard in various circles of human life. Green water is rainwater that falls and has been absorbed by the soil or plants. While the term is also very closely related to the term Blue Water which means water from rivers, lakes and groundwater. The attachment of Green Water and Blue Water is related to the old paradigm of water management which only considers blue water (river discharge, lakes and groundwater) while the new paradigm actually includes Green Water as an important component. Green Water is a form of water saving that will not interfere with water bodies on this earth. Green Water can also be utilized by areas experiencing drought, such as Majalengka Regency which in 2017 experienced drought in 27 villages according to the Regional Disaster Management Agency. One of the uses of green water is to build rainwater reservoirs or also known as reservoirs. Embung functions as a water conservation building in the form of a pond to accommodate rainwater and runoff water as well as other water sources to support agriculture, plantations and livestock, especially during the dry season. This study aims to identify areas that have the potential to build rainwater catchment areas or reservoirs. In addition, this study also compares the existing reservoir with the potential of the area or the suitability of this study. Identification of potential areas is prioritized in drought-prone areas according to the Regional Disaster Management Agency and according to hydrogeological conditions. In addition, the determination of potential areas also uses 4 physical variables, namely soil use, soil texture, rainfall and slope. Through the overlay technique, the four physical variables are combined in Majalengka Regency and given a score after which the flow accumulation method is carried out to see the accumulation of flow from Majalengka Regency in order to determine potential location points or suitability. After that, the potential area or suitability that has been made will be compared with the reservoir that has been built. So it can be seen that the area that has the potential to build a reservoir is the northern region of Majalengka Regency which is indicated to be a drought-prone area and is a potential area according to the suitability of the region."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsya Ribka Krisen
"Pengolahan dan analisa data gravitasi pada cekungan Sumatra Tengah diperlukan guna mengidentifikasi dan mendeliniasi keberadaan sub-cekungan yang berpotensi sebagai peng-supply hidrokarbon dan mengetahui struktur geologi bawah permukaan dengan pemodelan 2D. Analisa spektrum, analisis derivatif, serta pemodelan forward 2D dilakukan dalam pengolahan data dan disesuaikan dengan data pendukung untuk mengetahui keberadaan sub-cekungan dan struktur bawah permukaan area penelitian. Berdasarkan penerapan metode tersebut didapatkan nilai anomali bouguer berkisar dari -24.924 mGal hingga 20.119 mGal, dengan anomali tinggi pada bagian barat laut-selatan yang berhubungan dengan basemen yang terangkat di area tersebut dan anomali rendah tersebar pada arah barat daya, barat laut, timur laut, dan tenggara berhubungan dengan zona sesar. Hasil analisa spektrum menunjukkan kedalaman basemen berada pada kedalaman 3.2-7.05 kilometer, kedalaman rata-rata anomali residual berkisar 0.5-3 km. Hasil analisa derivatif yang terkonfirmasi oleh data geologi terdapat struktur sesar naik berupa sub-thrust yang berasosiasi dengan high anomali dan juga terdapat sesar normal yang berhubungan dengan low anomali. Hasil model forward 2D menggambarkan struktur lapisan penyusun berumur tua sampai muda mulai dari basemen, kelompok pematang, kelompok sihapas, formasi telisa, formasi petani, formasi minas, dan endapan alluvial. Sub-cekungan teridentifikasi memiliki estimasi kedalaman antara 3.2-3.8 km dengan batas sub-cekungan terletak pada indikasi sesar daerah penelitian.

Processing and analysis of gravity data in Central Sumatra Basin are needed to identify and delineate the existence of sub-basins that have the potential to supply hydrocarbons and determine the subsurface geological structure with 2D modeling. Spektrum analysis, FHD analysis, and 2D forward modeling are carried out in data processing and adjusted with supporting data to determine the existence of sub-basins and subsurface structures in the study area. Based on the application of this method, the result shows that Bouguer anomaly values ranged from -24.924 mGal to 20.119 mGal with high anomalies in the northwest-south associated with raised basement in the area and low anomaly spread in the southwest, northwest, northeast, and southeast associated with fault zones. The spectrum analysis result shows that the depth of the basement is at a depth of 3.2-7.05 km, and the average depth of the residual anomaly is around 0.5-3 km. The result of the derivative analysis which are confirmed by the geological data show that there is an reverse fault structure in the form of a sub-thrust which is associated with high anomalies and there are also normal faults which are associated with low anomaly. The result of the 2D forward model describe the layer structure from the eldest to youngest that were Basement, Pematang groups, Sihapas groups, Telisa formations, Petani formations, Minas formations, and alluvial deposits. The identified sub-basin has an estimated depth of between 3.2-3.8 km with the boundary of the sub-basin located at the fault indication in the study area.  "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Najmiah Tullailah
"ABSTRAK
Area X, Cekungan Sumatera Utara merupakan target eksplorasi hidrokarbon dengan mengejar target lapisan dalam sebagai prospek baru. Metode seismik telah dilakukan namun hasilnya masih memiliki ambuigitas dalam menggambarkan bentuk bawah permukaan khususnya lapisan dalam di antaranya keberadaan basement sebagai dasar dari lapisan sedimen di atasnya yang menjadi target eksplorasi. Metode Gaya Berat dan Magnetotellurik dilakukan untuk mengkonfirmasi keberadaan basement yang menjadi dasar intrepretasi pada seismic. Metode Magnetotellurik dilakukan untuk menunjukkan distribusi nilai resistivitas litologi di bawah permukaan, dalam hal ini nilai resistivitas antara basement dan formasi lain di sekitarnya. Berdasarkan hasil inversi 2D dan 3D MT pada lintasan 4 dan 6 menunjukkan adanya kontras resistivitas yaitu zona resistivitas tinggi (Rho=102 - 103 ohm.m) pada bagian SW dari lintasan dan pada kedalaman 6000 meter kebawah yang mengindikasikan lapisan formasi yang lebih tua dan dalam hal ini juga diindikasikan sebagai basement , sedangkan di sebelah NE dari lintasan tersebut tampak litologi yang lebih konduktif (Rho= 1-101 ohm.m) dan berada
bagian atas dari lintasan yang menunjukkan lapisan formasi yang lebih mudah
diindikasikan sebagai lapisan sedimen. Metode Gaya Berat akan menunjukkan distribusi nilai densitas yang diperoleh dari hasil gravity forward modelling. Hasil dari metode gaya berat menunjukkan adanya kontras densitas di bagian sisi kiri dan kanan dari lapangan, dimana berdasarkan peta regional terdapat anomali nilai rendah berkisar 26-42 mGal dan anomaly tinggi berkisar 48-66 mGal. Hasil pemodelan gravity 2D pada lintasan 4 dan 6 menunjukkan keberadaan basement pra-tersier berada pada kedalaman 6000 m kebawah dengan beberapa formasi diatasnya yang terdiri dari formasi pratersier dan formasi yang terbentuk pada tersier. Formasi pada lapisan dalam yang
berpotensi sebagai reservoar yang baik adalah Formasi Tampur yang merupakan batu gamping serta Formasi Parapat yang merupakan batu pasir.

ABSTRACT
Area X, North Sumatra Basin is a target for hydrocarbon exploration by pursuing the inner layer target as a new prospect. Seismic methods have been carried out but the results still have ambiguity in describing subsurface forms, especially the inner layers, including the presence of basements as the base of the sediment layer above which is the target of exploration. The Gravity and Magnetotelluric methods are carried out to confirm the existence of the basement which is the basis of the interpretation of seismic. The Magnetotelluric method is performed to show the distribution of lithological
resistivity values below the surface, in this case the resistivity value between the basement and other formations around it. Based on the results of 2 D and 3D MT inversion on tracks 4 and 6, the contrast resistivity is high resistivity zone (Rho =Rho=102 - 103 ohm.m) on the SW portion of the track and at a depth of 6000 meters down which indicates the older formation layer and in this case also it is indicated as a basement, while in the NE from the track it appears more conductive lithology (Rho= 1-101 ohm.m) and is located at the top of the track which shows the formation layer which is more easily indicated as a sediment layer. The gravity method will show the distribution of density values obtained from the gravity forward modeling. The results of the gravity method show that there is contrast density on the left and right sides of the
field, where based on regional maps there are low value anomalies ranging from 26-42 mGal and high anomalies ranging from 48-66 mGal. The gravity 2D modeling results on tracks 4 and 6 show the existence of a pre-tertiary basement at a depth of 6000 m below with some formations above which consists of pre-tertiary formations and tertiary formation. Formations in the inner layer which have the potential as a good reservoir are the Tampur Formation which are limestone and Parapat Formation."
2019
T51936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sareta Selaby
"

Majalengka adalah salah satu kabupaten di Indonesia yang termasuk daerah rentan terjadi tanah longsor. Tanah longsor di Kabupaten Majalengka menyebabkan kerugian yang sangat besar seperti kerusakan infrastruktur, kehilangan harta benda, hingga jatuhnya korban jiwa. Melihat dampak kerugian tersebut perlu dilakukan upaya mitigasi untuk mengurangi resiko dan kerugian dengan cara pembuatan peta rentan longsor. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan wilayah rentan tanah longsor dan sebagai salah satu acuan untuk pemerintah dan instansi terkait guna mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Metode yang digunakan adalah overlay menggunakan Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE), dengan menggunakan nilai pembobotan yang bersumber dari Peraturan Menteri PU NO.22/PRT/M/2007, Puslittanak Bogor (2014) dan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (2004). Kemudian dilakukan perbandingan dari sumber tersebut untuk mengetahui nilai pembobotan dengan akurasi tertinggi. Adapun variabel yang digunakan lereng, curah hujan, jenis tanah, litologi, dan penggunaan tanah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah kerentanan tanah longsor di bagi menjadi wilayah tidak rentan, rendah, sedang, tinggi dan Kabupaten Majalengka di dominasi oleh tingkat kerentanan sedang. Untuk nilai akurasi peta kerentanan tanah longsor yang dihasilkan sumber nilai pembobotan dari Peraturan Menteri PU NO.22/PRT/M/2007 memiliki nilai akurasi paling tinggi sebesar 76%. Untuk pembobotan dari Puslittanak Bogor (2004) nilai akurasi 73%, sedangkan sumber pembobotan dari DVMBG (2004) memiliki nilai akurasi 69%.


Majalengka is one of the regencies in Indonesia which is considered as an area susceptibility to landslides. There were 67 landslides in 2019 causing damage to infrastructure, loss of property, and death. Seeing the impact of these losses it is necessary to mitigate efforts to reduce risks and losses by making landslide susceptibility maps. This study aims to map landslide susceptibility areas based on Geographic Information Systems (GIS) with overlays using the Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE) method. The variables used slope, rainfall, soil type, lithology, and land use by comparing weighting values based on overlays, with values sourced from the Minister of Public Works Regulation NO.22 / PRT / M / 2007, Puslittanak Bogor (2014) and the Directorate of Volcanology and Disaster Mitigation (2004). The results of this study indicate that landslide susceptibility areas are divided into very low, low, moderate, high areas. For accuracy values on each landslide susceptibility map produced by the weighting value source of research, Minister of Public Works Regulation NO.22 / PRT / M / 2007 has the highest accuracy value of 76%. Weighting from Puslittanak Bogor (2004) the accuracy value is 73%, while the weighting source from DVMBG (2004) has an accuracy value of 69%.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masita Jasmin
"Kabupaten Majalengka memiliki karakteristik fisik dengan potensi yang besar untuk terjadinya tanah longsor. Menghasilkan peta daerah rawan longsor di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat dengan menggunakan modifikasi metode Indeks Storie adalah tujuan dari penelitian ini. Modifikasi metode indeks storie memperhitungkan variabel-variabel yang mempengaruhi terjadinya longsor yaitu penggunaan lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan. Dari peta rawan longsor yang dihasilkan, secara umum Kabupaten Majalengka didominasi oleh tingkat kerawanan terhadap longsor dengan intensitas sedang hingga sangat tinggi yang tersebar dari bagian tengah hingga selatan wilayah penelitian sedangkan bagian utara Kabupaten Majalengka hanya ditemui tingkat kerawanan sangat rendah hingga sedang. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Majalengka didominasi oleh tingkat kerawanan longsor sedang yaitu sebesar 43,43%. Peta Daerah Rawan Longsor di Kabupaten Majalengka memiliki tingkat akurasi sebesar 55,26% dengan menghitung jumlah kejadian longsor tahun 2018 yang terjadi di daerah rawan longsor tinggi dan sangat tinggi. Hasil tersebut melebihi separuh dari data kejadian longsor yang terjadi di Kabupaten Majalengka sehingga peta yang dihasilkan adalah peta dengan tingkat akurasi yang baik.

The Majalengka Regency has a lot of physical characteristic with great potential for landslides to happen. To produce the map of susceptibility of landslide area in The Majalengka Regency, West Java using the modification of the Storie index method is the aim of this study. The modification of the Storie index method is taking into account the variables that influence the occurrence of landslides such as land use, slope, type of soil, and precipitation. From the map that is resulted, in general Majalengka Regency is dominated by moderate level to high level of susceptibility which are sca scattered from the middle part to the southern part of the region meanwhile in the northern part of Majalengka Regency could only be found very low level to moderate level of susceptibility. Overall, The Majalengka Regency Region is dominated by moderate level of susceptibility as big as 43.43%. The Susceptibility of Landslide Area Map in Majalengka Regency has accuracy rate of 55.26% by calculating the number of landslides happened in 2019 in high level and very high level of susceptibility area. The result exceeded half of the number of landslides happened in Majalengka Regency so the map produced is a map with good accuracy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Pujiono
"Lapangan SP merupakan lapangan eksplorasi yang terletak di Cekungan Arjuna. Berdasarkan data sumur FD-01 pada Main Formation ditemukan keberadaan hidrokarbon. Data Drill Steam Test pada Top B-28B dan Top B-29A menunjukan keberadaan hidrokarbon gas. Oleh karena itu perlu dilakukan karakterisasi reservoar pada zona target tersebut dengan menggunakan metode Impedansi Akustik (IA), AVO, dan Lambda Mu Rho. Tahapan pengolahan data pada penelitian ini yaitu melakukan inversi IA, dilanjutkan analisa respon AVO dan Lambda Mu Rho.
Hasil inversi IA mampu memisahkan lapisan reservoar sandstone dan non reservoar shale. Nilai IA yang di golongkan sebagi reservoar sandstone B-28B dan B-29A terletak pada rentang nilai 10.000 (ft/s)(gr/cc) - 12.500 (ft/s)(gr/cc). Sedangkan yang non reservoar memiliki nilai IA antara 13.000 (ft/s)(gr/cc) - 15.000 (ft/s)(gr/cc). Nilai IA sandstone lebih rendah dibanding shale secara geologi mengidikasikan reservoar sandstone tersebut bersifat unconsolidated. Berdasarkan delineasi sebaran impedansi akustik, sandstone B-28B dan B29-A pada arah timur - barat menipis kearah cekungan di sebelah barat, dan pada arah utara - selatan sandstone menipis ke arah cekungan di sebelah selatan.
Analisa respon AVO pada data gather menunjukan AVO kelas IV, yang berasosiasi dengan low impedace contrast yang sesuai dengan hasil inversi Impedansi Akustik. Respon AVO kelas IV secara geologi berasosiasi dengan lapisan unconsolidated sandstone dengan penutup shale di atasnya. Lambda Mu Rho dapat mendelineasi keberadaan reservoar sandstone yang berisi gas. Nilai Mu Rho yang di interpretasi sebagi sandstone B28-B dan B-29A memiliki nilai 0,75 (GPa)(gr/cc) - 1,40 (GPa)(gr/cc). Sandstone B-28B dan B-29A memiliki nilai Lambda Rho antara 1 (GPa)(gr/cc) - 5,8 (GPa)(gr/cc). Berdasarkan delineasi Lambda Rho dan Mu Rho, sumber pengendapan sandstone B-28B dan B-29A pada cekungan arjuna berasal dari arah utara dan timur.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dalam penentuan titik pengeboran sumur eksplorasi yang baru. Secara geologi dan hasil dari Lambda Mu Rho sebaiknya diletakan pada pada lintasan SP02 CDP 1005050. Dimana titik tersebut terletak pada puncak antiklin dan memiliki nilai Lambda Rho rendah yang berasosiasi dengan gas.

SP exploration field, which is located at Arjuna Basin, shows hydrocarbon potential in Main formation based on well data FD-01. Drill Steam Test data at Top B-28B and Top B-29A shows any gas hydrocarbon. Therefore, reservoir characterization in target zone is needed using several method such as Acoustic Impedance (AI), AVO, and Lambda Mu Rho. This research has been divided into three domain step: AI inversion, AVO responses analysis, and Lambda Mu Rho.
The result from AI inversion can separate lithology between sandstone reservoir and shale non reservoir. AI value from sandstone reservoir B-28B and B-29A in range 10000 (ft/s)(gr/cc) – 12500(ft/s)(gr/cc) and non reservoir has AI value in range 13000 (ft/s)(gr/cc) – 15000 (ft/s)(gr/cc). Giologically, AI value of sandstone is lower than shale which indicating sandstone reservoar has unconsolidated properties. Based on deliniation of AI distribution, B-28B and B-29A sandstone at East - West direction decrease toward to west basin, and sandstone at North - South direction decrease toward to south basin.
AVO response analysis on gather data shows class IV AVO, this response associated with low impedance contrast related to AI inversion result. Geologically, Fourth class of AVO response associates between unconsolidated sandstone layer overlaid with shale caprock on top. Lambda Mu Rho result can delineate any gas bearing sand. Sandstone reservoir B-28B and B-29A has Mu Rho value in range 0.75 (Gpa)(gr/cc) – 1.40 (Gpa)(gr/cc) and Lambda Rho in range 1 (Gpa)(gr/cc) - 5.8 (Gpa)(gr/cc). According to Lambda Rho and Mu Rho delineation, depositional source of sandstone B-28B and B29-A are from north and east Arjuna Basin.
Results from this research can be used as a guidance to locate a new wellbore exploration. From geological and Lambha Mu Rho results, the wellbore should be put on line SP02 CDP 1005050, where this area is located at top of anticline and has a low Lambdha Rho value which is associated with gas potential.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrohman Jauhari
"Longsor merupakan salah satu bencana alam yang sudah menelan banyak korban mulai dari harta hingga nyawa. Sebagai upaya untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh bencana longsor, proses mitigasi bencana penting untuk dilakukan. Mitigasi yang akan dibahas beruspa identifikasi zona potensi kebencanaan menggunakan metode geofisika gaya berat dan penginderaan jarak jauh. Penelitian dilakukan di wilayah Sukabumi, Jawa Barat yang merupakan wilayah padat penduduk dan bagian dari Zona Bandung dan Zona Pegunungan Selatan menurut Van Bemmelen (1949). Metode yang digunakan adalah metode anomali gravitasi dengan analisis Second Vertical Derivative (SVD) dan analisis citra optik dengan klasifikasi Support Vector Machine menghasilkan peta pesebaran potensi longsor wilayah Kabupaten Sukabumi.

Landslides are one of the natural disasters that have claimed many victims ranging from property to lives. In an effort to reduce losses caused by landslides, it is important to carry out disaster mitigation processes. Mitigation that will be discussed is in the form of identifying potential disaster zones using gravity geophysical methods and remote sensing. The research was conducted in the Sukabumi area, West Java, which is a densely populated area and part of the Bandung Zone and the Southern Mountain Zone according to Van Bemmelen (1949). The method used is the gravitational anomaly method with Second Vertical Derivative (SVD) analysis and optical image analysis with the Support Vector Machine classification to produce a map of the distribution of landslide potential in the Sukabumi Regency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>