Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Fitriana
"Berbagai metode telah dikembangkan dalam mendeteksi kesegaran susu, metode kolorimetri berupa label indikator merupakan pengembangan metode terbaru yang sederhana. Label indikator ini didesain untuk merespon zat kimia uap asam yang dihasilkan oleh susu sebagai hasil dari pembusukan atau kerusakan akibat mikroorganisme yang dapat dilihat dari perubahan warna labelnya. Label terbuat dari ekstrak ubi ungu dan kertas saring whatman nomor 1. Pendeteksian kesegaran susu ini dilakukan dengan pengujian uap asam asetat dan pengujian langsung pada susu. Pada pengujian label dengan uap asam asetat dilihat pengaruh pH ekstrak pH 2, 7, dan 11 , konsentrasi 0 ?L/L, 100 ?L/L, 10.000 ?L/L, 100.000 ?L/L, dan 200.000 ?L/L , waktu deteksi 30 dan 90 menit , dan temperatur 4?C, 23?C, dan 40?C . Sedangkan uji label pada susu hanya dipengaruhi oleh pengaruh pH ekstrak dan suhu.
Hasil spektrum UV-Vis ekstrak ubi ungu pada pH 2-11 memperlihatkan perubahan warna dari merah muda ke hijau yakni dari puncak panjang gelombang 530 nm hingga 603 nm. Pada uji susu selama 48 jam, hasil menunjukkan bahwa label indikator pH=11 merupakan label yang paling baik dalam mendeteksi kesegaran susu dikarenakan perubahan warna yang dihasilkan signifikan yakni dari hijau menjadi krem kekuningan.
Maka kesimpulannya adalah semakin tinggi temperatur penyimpanan, maka semakin cepat susu menjadi basi ditandai dengan semakin asam susu tersebut pH semakin rendah , dan perubahan warna label yang semakin terang intensitas RGB total semakin tinggi . Hasil tersebut dapat diperkuat dengan pengukuran nilai pH susu setelah 48 jam diuji yakni pada suhu 4?C pH susu bernilai 6,60, pada suhu 23?C pH susu bernilai 6,00, dan pada suhu 40?C pH susu bernilai 5,28.

Various methods have been developed in detecting freshness of milk, the colorimetric method in the form of indicator label is the development of the newest simple method. This indicator label is designed to respond the chemicals acid gas produced by milk as a result of decay or damage caused by microorganisms growth that can be seen from the color change of the label. The label is made from purple sweet potato extract and whatman filter paper number 1. Detection freshness of milk is done by testing acetic acid gas and direct test on milk. In the label test with acetic acid gas, the effect of pH of extract pH 2, 7, and 11 , concentrations 0 L L, 100 L L, 10,000 L L, 100,000 L L and 200,000 L L , detection period 30 and 90 minutes , and temperature 4 C, 23 C, and 40 C are observed. While the label test on milk is only observed by the influence of pH of extract and temperature.
The UV Vis spectra of purple sweet potato extract in the pH range of 2 11 were studied and the color clearly change from pink to green that has wavelength peak from 530 nm to 603 nm. In the milk test for 48 hours, the results show that the indicator label pH 11 is the best label in detecting freshness of milk due to the significant color change from green to creamy yellowish.
Finally, the conclusion is that the higher the storage temperature, the faster the milk becomes spoilage, which is marked by the increasingly acidity level of milk the lower the pH and the lighter color changes of label the higher the total RGB intensity . That statement can be strengthened by measuring the pH value of milk after 48 hours tested at a temperature 4 C the pH of milk is 6.60, at temperature 23 C the pH of milk is 6.00, and at temperature 40 C the pH of milk is 5.28
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Sholihah
"ABSTRAK
Penting bagi konsumen untuk mengetahui apakah ikan itu segar atau tidak. Ikan yang segar dan busuk dapat dibedakan dengan cara mendeteksi gas yang dikeluarkan nya, salah satunya adalah Amonia. Kondisi ini mendorong perlunya penelitian untuk mendeteksi gas amonia sebagai simulasi untuk mendeteksi kebusukan ikan dengan metode sederhana dan mudah dalam praktik sehari-hari yaitu dilakukan melalui metode kolorimetri. Bertujuan untuk membuat label kolorimetri, ekstrak bunga Ruellia Simplex digunakan dalam penelitian ini sebagai indikator yang secara visual mendeteksi gas amonia. Ekstrak berfungsi sebagai bahan cerdas yang berubah warnanya sesuai dengan kondisi pH lingkungan ekstrak. Untuk mengembangkan indikator berbasis kertas, kertas selulosa 1cm x 6cm digunakan untuk substrat. Ujung kertas selulosa telah dilapisi dengan ekstrak yang dikondisikan pada pH 2, 7 dan 11. Dengan menggunakan gas amonia yang mempunyai konsentrasi antara 10 dan 104 ?L frasl;L, pengujian pada label kolorimetri dilakukan. Setelah itu, label kolorimetri diuji untuk menguji kesegaran ikan. Perubahan warna yang terjadi pada label kolorimetri diamati sebagai fungsi waktu deteksi dan kemudian dianalisis melalui penganalisis warna RGB. Apa yang terjadi sebagai hasil percobaan menunjukkan bahwa label kolorimetri mengalami perubahan warna pada deteksi gas amonia. Perubahan warna tergantung konsentrasi gas yang terdeteksi. Label kolorimetri dengan nilai pH 2 merupakan label yang paling baik untuk diaplikasikan pada pendeteksian ikan karena memiliki kontras paling optimum dalam perubahan warna. Label kolorimetri memperlihatkan perubahan warna dari pink keunguan menjadi kuning ketika mendeteksi gas amonia dengan konsentrasi yang bertambah besar. Secara umum, ada indikasi bahwa suhu pengukuran dapat mempengaruhi waktu untuk perubahan warna label indikator dalam memantau pembusukan ikan. Meningkatnya suhu kemudian memicu perubahan warna dari label kolorimetri menjadi lebih cepat. Secara keseluruhan, terbukti dengan penelitian bahwa pemantauan pembusukan ikan bisa dilakukan secara sederhana dan praktis dengan menggunakan label kolorimetri yang dikembangkan. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk tujuan mendeteksi kesegaran pangan lain nya.

ABSTRAK
It is important for consumers to know whether the fish is fresh or not. Fresh and decayed fish can be distinguished by detecting its released gases, one of which is Ammonia. This condition encourages the need for research to detect ammonia gas as a simulation to detect fish rot with simple and easy method in everyday practice that is done through colorimetric method. Aiming to create a colorimetric label, the Ruellia Simplex flower extract was used in this study as an indicator that visually detects ammonia gas. The extract serves as an intelligent material that changes its color according to the pH environment of the extract conditions. To develop paper based indicators, cellulose paper 1cm x 6cm is used for the substrate. The tip of the cellulose paper has been coated with an extract conditioned at pH 2, 7 and 11. Using an ammonia gas having concentrations between 10 and 104 L L, the test on the colorimetric label is performed. After that, the colorimetric label was tested to test the freshness of the fish. Color changes that occur on the colorimetric label are observed as a function of detection time and then analyzed through RGB color analyzer. What happens as a result of the experiment shows that colorimetric labels change color in ammonia gas detection. The color change depends on the concentration of the gas detected. Colorimetric label with pH value 2 is the best label to apply to the detection of fish because it has the most optimum contrast in color change. Colorimetric labels show the discoloration of pink purple to yellow when it detects an ammonia gas with increasing concentration. In general, there are indications that the measurement temperature may affect the time for the color change of the indicator label in monitoring the fish 39 s decay. Rising temperatures then trigger color change from colorimetric labels to faster. Overall, it was proved by research that monitoring of fish decay can be done simply and practically using colorimetric labels developed. This research can be further developed for the purpose of detecting the freshness of other foods."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sendangratri
"Ubi jalar Ipomoea batatas L. varietas ungu, orange, dan putih dapat dibedakan berdasarkan warna kulit dan daging umbinya. Penelitian aktivitas antiinflamasi oleh tanaman ini masih terbatas meskipun telah dimanfaatkan secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai IC50 ekstrak umbi Ipomoea batatas L. dalam menghambat aktivitas lipoksigenase. Simplisia umbi ubi jalar diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70. Masing-masing ekstrak diuji penghambatannya terhadap aktivitas lipoksigenase dan dilakukan penapisan fitokimia serta penetapan kadar flavonoid total. Nilai IC50 dan kadar flavonoid total yang diperoleh dari masing-masing ekstrak dianalisis hubungannya menggunakan software SPSS versi 22.0.
Hasil uji penghambatan aktivitas lipoksigenase menunjukkan bahwa nilai IC50 ekstrak umbi ubi jalar ungu, orange, putih berturut-turut adalah 46,09; 52,12; dan 63,69 g/mL. Pada penapisan fitokimia diketahui bahwa ketiga ekstrak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan glikosida. Kadar flavonoid total dalam ekstrak ubi jalar ungu, orange, dan putih berturut-turut adalah 8,45 0,41; 7,57 0,03; dan 6,12 0,14 mgQE/g ekstrak. Kadar flavonoid total dan nilai IC50 ketiga ekstrak saling berhubungan kuat dan berbanding terbalik dengan nilai signifikansi 0,026 dan korelasi -0,999 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar flavonoid total maka semakin rendah IC50.

Sweet potatoes Ipomoea batatas L. with purple, orange, and white varieties can be differentiated by their skin and flesh tubers rsquo colors. Research on anti inflammatory activity of this plant is still limited although has been used traditionally. This study aims to determine IC50 value of sweet potato tubers extract in inhibiting lipoxygenase activity. Dried tubers of sweet potato were extracted by maceration with ethanol 70 . Each extracts were tested for lipoxygenase inhibitory activity, phytochemical screening, and total flavonoid content. IC50 and total flavonoid content obtained from each extracts were analyzed using SPSS version 22.
IC50 value of purple, orange, and white sweet potato tuber extract were 46.09, 52.12, and 63.69 g mL. Phytochemical contents of each extracts contain alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, and glycosides. Total flavonoid content in purple, orange and white sweet potato extracts are 8.45 0.41 7.57 0.03 and 6.12 0.14 mgQE g extract. Total flavonoid contents and IC50 values of each extracts are strongly correlated and inversely proportional with significance value 0.026 and correlation value 0.999 which indicate that the higher the total flavonoid contents the lower the IC50.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Liyono
"Korosi sebagai penyebab utama kegagalan di industri migas dapat dicegah dengan menggunakan green inhibitor yang bersifat aman, mudah diperoleh, biodegradeable, murah, dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar optimal campuran kedua ekstrak ubi ungu dan melinjo untuk melindungi baja API 5L di lingkungan NaCl 3,5% dengan metode kehilangan berat dan polarisasi. Kedua green inhibitor dipilih karena mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat laju korosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua inhibitor yang digunakan anti-sinergis dimana kebanyakan variasi kadar pencampuran melindungi sampel kurang baik dibandingkan dengan salah satu inhibitor tersebut. Pencampuran 6 ml kedua ekstrak menghasilkan perlindungan maksimal terhadap korosi.

Corrosion as the main cause of material failure in oil industries can be prevented with green inhibitors, which are easily accessible, biodegradable, cheap and environmental friendly. This research is intended to determined the optimal mixing concentration of both purple sweet potato and melinjo extract in protecting API 5L steel in NaCl 3,5% environment by weight loss and polarization tests. These inhibitors are selected as they contain antioxidants to decrease corrosion rate. The results of the research conclude that these inhibitors not anti-synergic as most of the mixing concentration provide worse protection against corrosion than either one of the inhibitors. The optimal mixing concentration is both extracts at 6 ml."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Widianto
"Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari mekanisme ekstrak kunyit putih Curcuma Zedoaria dan ekstrak ubi jalar ungu Ipomoea Batatas sebagai inhibitor korosi ramah lingkungan untuk API 5L pada lingkungan 3,5 NaCl. Karakterisasi kedua inhibitor dilakukan dengan pengujian FTIR dan menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada kedua inhibitor tersebut adalah senyawa flavonoid. Pengujian polarisasi potensiodinamik dan EIS dengan variasi penambahan inhibitor serta campuran antara kedua inhibitor dilakukan untuk mempelajari sifat inhibisi, dari penelitian ini dapat diketahui bahwa masing ndash; masing kedua inhibitor dapat digunakan sebagai inhibitor ramah lingkungan untuk logam API 5L pada lingkungan 3,5 NaCl sedangkan campuran antara kedua inhibitor tersebut tidak dapat melindungi logam API 5L pada lingkungan 3,5 NaCl.
Dari pengujian polarisasi potensiodinamik menunjukkan bahwa dengan penambahan konsentrasi inhibitor ekstrak kunyit putih maka laju korosi akan semakin menurun dan nilai efisiensi inhibisi semakin naik dengan nilai tertinggi adalah 70,5 , sedangkan dengan penambahan konsentrasi inhibitor ekstrak ubi jalar ungu laju korosi semakin turun dengan nilai efisiensi inhibisi maksimal sebesar 15,09.
Namun hasil pengujian polarisasi potensiodinamik untuk inhibitor ekstrak kunyit putih 400 ppm yang ditambah dengan ekstrak ubi jalr ungu menunjukkan nilai laju korosi yang semakin meningkat. Hasil pengujian EIS menunjukkan bahwa kedua inhibitor ini dapat melindungi logam dengan membentuk sebuah lapisan film yang melapisi permukaan logam. Mekanisme adsorpsi inhibitor menunjukkan sebagai mekanisme adsorpsi secara fisik dan kimia serta sesuai dengan model dari Langmuir.

This study was conducted to study the mechanism of white turmeric extract Curcuma Zedoaria and purple sweet potato extract Ipomoea Batatas as a green corrosion inhibitor for API 5L in a 3.5 NaCl environment. The characterization of both inhibitors was done by FTIR testing and showed that the compounds present in both inhibitors were flavonoids. Potentiodynamic polarization and EIS polarization with variation of inhibitor addition and mixture of both inhibitors were performed to study the inhibitory properties, from this study it can be seen that each of the two inhibitors can be used as a green corrosion inhibitor for API 5L metal in a 3.5 NaCl environment whereas the mixture between the two inhibitors can not protect the 5L API in the 3.5 NaCl environment.
From potentiodynamic polarization testing showed that with the addition of white turmeric extract inhibitor concentration, the corrosion rate will decrease and the value of inhibition efficiency increases with the highest value is 70,5 , whereas with the addition of purple sweet potato extract inhibitor concentration decreasing with efficiency value maximum inhibition of 15.09.
However, potentiodinamic polarization test results for a 400 ppm white turmeric extract inhibitor added with purple java extract showed an increasing rate of corrosion rate. The results of the EIS test show that these two inhibitors can protect the metal by forming a film coating that coats the metal surface. The mechanism of adsorption inhibitor shows as a physical and chemical adsorption mechanism and is in accordance with the model of Langmuir.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilisa Fitriani Ibrani
"ABSTRAK
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) diketahui mengandung antosianin yang memiliki aktivitas antioksidan kuat yang dapat menghambat pembentukan radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah formulasi gel anti-aging yang rnengandung ekstrak etanol Ubi jalar ungu dalam konsentrasi yang bervariasi, yaitu 0,015%, 0,062%, dan 0,123% (b/b) memiliki aktivitas antioksidan dan stabilitas fisik. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol ubi jalar ungu diuji dengan menggunakan metode peredaman radikal DPPH. Uji stabilitas fisik dipercepat dilakukan dengan pengamatan gel yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda yaitu suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar, dan suhu tinggi (40±2ºC) serta uji cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel ubi jalar ungu 0,015%, 0,062%, dan 0,123% memiliki kestabilan setelah dilakukan pengujian pada suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar, dan suhu tinggi (40±2ºC) dan uji cycling test. Nilai IC50 dari ketiga gel ubi jalar ungu, yaitu: 0,015% sebesar 148,5155 ppm; 0,062% sebesar 139,6256 ppm; 0,123% sebesar 132,518 ppm dan blanko positif sebesar 134,6348 ppm. Berdasarkan Nilai IC50, disimpulkan bahwa gel ubi jalar ungu 0,123% (132,518 ppm) memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan gel ubi jalar ungu 0,015%, 0,062% dan kontrol positif (kuersetin).

ABSTRACT
The Purple sweet Potatoes (Ipomoea batatas L.) containing anthocyanin which have strong antioxidant activity to prevent of free radicals generated from ROS (Reactive Oxygen Species) that causes premature aging. This research is aimed to know whether the anti-aging gel formulation containing extracts of purple sweet potatoe in various concentrations of 0,015%, 0,062%, and 0,123% (w/w) have antioxidant activity and physical stability. The antioxidant activity of purple sweet potatoe ethanol extract were tested using DPPH radical reduction method. Accelerated physical stability test was done at three different temperatures including low temperature (4±2ºC), room temperature, and high temperature (40±2ºC) and also cycling test. IC50 value of three Purple sweet Potatoe gel of 0,015%, 0,062%, 0,123% and positive control are 148,5155 ppm, 139,6256 ppm, 132,518 ppm and 134,6348 ppm respectively. Based on IC50 values, it was concluded that purple sweet potatoe gel of 0,123% have the highest antioxidant activity compared to sweet potatoe purple gel of 0,015%, 0,062% and the positive control (quercetin)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1551
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Supratman
"Ekstrak biji keluak dan ubi ungu merupakan ekstrak inhibitor dari tumbuhan yang potensial dapat dijadikan bahan inhibitor alternatif ramah lingkungan untuk diaplikasikan pada pipa baja API 5L. Kemampuan inhibisi korosi dari kedua inhibitor ini diinvestigasi dengan menggunakan pengujian Polarisasi Potensiodinamik dan 'Electrochemical Impedance Spectroscopy<' (EIS). Sedangkan senyawa kimia yang terkandung didalam inhibitor diinvestigasi dengan pengujian FTIR. Dari hasil karakterisasi yang dilakukan terhadap kedua ekstrak inhibitor tersebut dengan pengujian FTIR menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada kedua inhibitor tersebut adalah senyawa golongan 'flavonoid<' dari group fungsi polar seperti hidroksil dan karbonil.
Sedangkan dari hasil pengujian elektrokimia didapatkan efisiensi inhibisi terbaik terjadi pada konsentrasi inhibitor yang secara berturut- turut adalah 4000 ppm pada ekstrak biji keluak dengan efisiensi 61.28%, 3000 ppm pada ekstrak ubi ungu dengan efisiensi 65.31% dan 4000 ppm : 4000 ppm pada kombinasi ekstrak biji keluak & ubi ungu dengan efisiensi sebesar 26.93%. Hasil pengujian EIS menunjukkan bahwa kedua inhibitor ini dapat melindungi logam dengan membentuk sebuah lapisan film yang melapisi permukaan logam. Mekanisme adsorpsi inhibitor menunjukkan sebagai mekanisme adsorpsi secara fisik serta sesuai dengan model dari Langmuir dan Tempkin.

Keluak seed extract and purple sweet potato are inhibitor extracts from plants that have the potential to be made as an environmental friendly inhibitors to apply for API 5L steel pipes. Corrosion inhibition ability of these two inhibitors were investigated by using Potentiodynamic Polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) tests. While the chemical compounds contained in inhibitor were investigated by FTIR testing. From the results of the characterization performed on the two inhibitor extracts by FTIR testing showed that the compounds contained in the two inhibitors were flavonoid compounds from polar function groups such as hydroxyl and carbonyl.
Meanwhile, the results of the electrochemical test showed that the best inhibition efficiency occurred on inhibitor concentration of 4000 ppm in the extract of keluak seed with efficiency of 61.28%, 3000 ppm in the purple sweet potato extract with efficiency of 65.31% and 4000 ppm : 4000 ppm in a combination of keluak seed extract & purple sweet potatoes with efficiency of 26.93%, respectively. The EIS test results showed that these two inhibitors can protect the metal by forming a film layer that inhibited the metal surface. The adsorption mechanism of the inhibitor shows as a physical adsorption mechanism and in accordance with the models from Langmuir and Tempkin.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52530
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faishal Farras Yanfaunnas
"ABSTRACT
Dengue virus infection (DENV) is a disease that is still widely available in Indonesia. In Southeast Asia alone the number of cases can reach more than 250,000 cases per year. Until now there is no effective vaccine for this disease. Therefore, research into the development of antivirus DENV continues to be done. One of them is research on mengani potential of white sweet potato leaf extract. White sweet potatoes contain various phenolic acids which can be used as antiviral DENV. Ethanol extract of white sweet potato leaves has been obtained by LIPI. Testing for antivirus uses huh7-it cells that have been incubated with DENV-2 NGC strains which were treated variously extract concentrations of 320, 160, 80, 40, 20, 10 μg / mL. The focus assay test is used to determine the IC50 value, while the MTT assay is used to get the CC50 value. SI values ​​are obtained by comparing CC50 and IC50 values. Data analysis was performed using the normality test and non-parametric test. The results showed the value of CC50, IC50, and The selectivity index of the extract was 123.76 μg / mL, 4.42 μg / mL, and 28.9. High SI values ​​indicate that White Sweet Potato Extract has the potential to be a good candidate as a DENV antivirus. Future research needs to be done to see the pure compound from this extract which has the potential as an antiviral.

ABSTRAK
Virus dengue (DENV) merupakan salah sau penyakit yang masih banyak terdapat di Indonesia. Di asia tenggara sendiri jumlah kasus bisa mencapai lebih dari 250.000 kasus per tahun. Hingga saat ini belum terdapat vaksin yang efektif untuk penyakit ini. Oleh sebab itu maka penelitian pengembangan antivirus DENV terus dilakukan. Salah satunya yaitu penelitian mengani potensi ekstrak daun ubi jalar putih. Ubi jalar putih mengandung berbagai asam fenolat yang dapat dimanfaatkan sebagai antiviral DENV. Ekstrak etanol daun ubi jalar putih telah didapat oleh LIPI. Pengujian untuk antivirus menggunakan sel huh7-it yang telah diinkubasi dengan DENV-2 Strain NGC yang diberi perlakuan berbagai konsenstrasi ekstrak yaitu 320, 160, 80, 40, 20, 10 μg/mL. Uji focus assay digunakan untuk menentukan nilai IC50, sedangkan MTT assay digunakan untuk mendapatkan nilai CC50. Nilai SI didapatkan dengan dilakukan perbandingan antara nilai CC50 dengan IC50. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji normality test dan non-parametrik test. Hasil penelitian menunjukkan nilai CC50, IC50, dan
Selectivity Index dari ekstrak adalah 123.76 μg/mL, 4.42 μg/mL, dan 28.9. Niali SI yang tinggi menunjukkan bahwa Ekstrak Ubi Jalar Berwana Putih mempunyai potensi sebagai kandidat yang baik sebagai antivirus DENV. Penelitian kedepan perlu dilakukan untuk melihat senyawa murni dari ekstrak ini yang berpotensi sebagai antivirus."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Riska Prilisa
"ABSTRAK
Ubi jalar (Ipomoea Batatas L.) merupakan salah satu alternative pengganti kedelai yang kandungan gizinya tidak jauh baiknya dengan kedelai. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan bahan baku dalam pembuatan tahu yaitu ubi jalar, kacang kedelai dan campuran keduanya. Pada saat ekstraksi sari dilakukan variasi rasio air yang diberikan yaitu 1:2 dan 1:3. Sari dengan kadar protein terbaik dipilih sebagai bahan baku tahu. Sari yang telah diekstraksi dikoagulasikan dengan 2 reaksi yang berbeda yaitu secara kimiawi menggunakan CaSO4 dengan variasi yaitu 0 ; 1 ; dan 2 gram dan enzimatik menggunakan enzim papain yaitu 0 ; 3 ; dan 6 gram. Berdasarkan rendemen terbesar dari tahu yang dihasilkan akan dilakukan pengujian berdasarkan parameter kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar air, kadar karbohidrat, pH dan organoleptiknya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kadar potein sari tahu terbaik diperoleh dengan penggunaan air dengan perbandingan 1:2 dalam proses ekstraksi sari tahu. Rendemen tahu tertinggi diperoleh dari pembuata tahu dengan koagulan CaSO4 sebanyak 2 gram dan enzim papapin sebanyak 6 gram dimana semakin banyak CaSO4 yang diberikan maka semakin banyak ikatan antara Ca+ dengan asam amino pada sari tahu. Begitu juga dengan enzim papain, semakin banyak enzim yang diberikan maka semakin banyak enzim menghidrolisis rantai peptide pada sari tahu sehingga terbentuk flok-flok yang saling bergabung dan membentuk endapan tahu. Tahu terbanyak yang dihasilkan berasal dari tahu berbahan baku kedelai 100% dengan koagulan CaSO4; tahu berbahan baku kedelai 75% dan ubi 25% dengan koagulan CaSO4; tahu berbahan baku kedelai 100% dengan koagulan enzim papain; dan tahu berbahan baku kedelai 75% dan ubi 25% dengan koagulan enzim papain dengan rendemen sebesesar 66% ; 53%;65% ; dan 51% . Tahu terbaik dari segi kadar protein adalah tahu berbahan baku kedelai 100% dengan koagulan enzim papain, sedangkan segi organoleptic adalah tahu dengan koagulan CaSO4 baik dari kedelai 100% maupun kedelai 75% dan ubi 25%Ubi jalar (Ipomoea Batatas L.) merupakan salah satu alternative pengganti kedelai yang kandungan gizinya tidak jauh baiknya dengan kedelai. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan bahan baku dalam pembuatan tahu yaitu ubi jalar, kacang kedelai dan campuran keduanya. Pada saat ekstraksi sari dilakukan variasi rasio air yang diberikan yaitu 1:2 dan 1:3. Sari dengan kadar protein terbaik dipilih sebagai bahan baku tahu. Sari yang telah diekstraksi dikoagulasikan dengan 2 reaksi yang berbeda yaitu secara kimiawi menggunakan CaSO4 dengan variasi yaitu 0 ; 1 ; dan 2 gram dan enzimatik menggunakan enzim papain yaitu 0 ; 3 ; dan 6 gram. Berdasarkan rendemen terbesar dari tahu yang dihasilkan akan dilakukan pengujian berdasarkan parameter kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar air, kadar karbohidrat, pH dan organoleptiknya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kadar potein sari tahu terbaik diperoleh dengan penggunaan air dengan perbandingan 1:2 dalam proses ekstraksi sari tahu. Rendemen tahu tertinggi diperoleh dari pembuata tahu dengan koagulan CaSO4 sebanyak 2 gram dan enzim papapin sebanyak 6 gram dimana semakin banyak CaSO4 yang diberikan maka semakin banyak ikatan antara Ca+ dengan asam amino pada sari tahu. Begitu juga dengan enzim papain, semakin banyak enzim yang diberikan maka semakin banyak enzim menghidrolisis rantai peptide pada sari tahu sehingga terbentuk flok-flok yang saling bergabung dan membentuk endapan tahu. Tahu terbanyak yang dihasilkan berasal dari tahu berbahan baku kedelai 100% dengan koagulan CaSO4; tahu berbahan baku kedelai 75% dan ubi 25% dengan koagulan CaSO4; tahu berbahan baku kedelai 100% dengan koagulan enzim papain; dan tahu berbahan baku kedelai 75% dan ubi 25% dengan koagulan enzim papain dengan rendemen sebesesar 66% ; 53%;65% ; dan 51% . Tahu terbaik dari segi kadar protein adalah tahu berbahan baku kedelai 100% dengan koagulan enzim papain, sedangkan segi organoleptic adalah tahu dengan koagulan CaSO4 baik dari kedelai 100% maupun kedelai 75% dan ubi 25%

ABSTRACT
Ubi jalar (Ipomoea Batatas L.) is one alternative to substitute soybean that has nutritional content as good as soybean. In this research will be done variation of raw material in making tofu. They are ubi jalar, soybean and a mixture of both. In the process of extraction sari are varied ratio of water supplied are 1:2 and 1:3. The best of protein sari will be selected as raw material of tofu. Coagulated of sari with 2 different reactions are chemically using variation CaSO4 are 0 ; 1 ; dan 2 gram and enzymatically using the papain enzyme are 0 ; 3 ; and 6 gram. Based on the most of tofu yield will be tested based on the parameters of protein, fat, ash, moisture, carbohydrat, pH and organoleptic. The result of experiment shown that the highest of protein were water supplied in variation 1:2. The highest of tofu rendemen were making tofu with 2 gram CaSO4 and 6 gram papain enzyme that shown more giving CaSO4 so more bond of between Ca+ with amino acid in tofu sari. Same for papain enzyme, more giving it so more enyme hydrolysis peptide sequence in tofu sari to shaping flocks that combine and precipitate. The biggest of tofu were from soybean 100% with CaSO4 as coagulant; soybean 75% and ubi 25% with CaSO4; soybean 100% with papain enzyme as coagulant; and oybean 75% and ubi 25% with papain enzyme that rendeme of each tofu were sebesesar 66% ; 53%;65% ; dan 51% . The best on tofu based of protein were tofu from soybean 100% with CaSO4 as coagulant, while based on organoleptic were tofu from soybean 100% and soybean 75% ubi 255 with CaSO4 as coagulant."
2015
S59764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>