Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Armaldy Rafliansyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh derajat kompleksitas bukaan MLC statik yang terdiri dari 4 grup bentuk standar dengan masing-masing 3 variasi keliling dan luas terhadap ketercapaian dosis dalam radioterapi dengan melakukan verifikasi dan menghitung nilai Gamma Index. Pengukuran dilakukan dengan radiasi sinar X energi 6 MV produksi LINAC Elekta Synergy Platform. Pengukuran dilakukan menggunakan film Gafchromic EBT3 dan 2D Array PTW Octavius.
Hasil perhitungan nilai kompleksitas menunjukan derajat kompleksitas bukaan MLC static semakin besar untuk nilai urut semakin tinggi dalam satu grup, yakni ketika keliling bertambah dan atau luasannya mengecil. Hasil pengukuran dengan EBT3 menunjukan gamma index akan semakin kecil untuk derajat kompleksitas yang semakin tinggi.
Hasil pengukuran dengan 2D Array Octavius menunjukan gamma index semakin besar untuk nilai kompleksitas yang lebih tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah derajat kompleksitas berhubungan erat dengan penurunan nilai gamma index atau menurunnya ketercapaian dosis.

The aim of this research is to know the effect of degree of static MLC openness complexity that consists of 4 groups of standard form with each of 3 variations of circumference and wide to dose achievement in radiotherapy by verifying and calculating Gamma index. Measurements were made with X ray energy of 6 MV of LINAC Elekta Synergy Platform production. Measurements were made using Gafchromic EBT3 film and 2D Array PTW Octavius for.
The result of the complexity calculation shows the degree of complexity of the static MLC openings getting bigger to get high order in one group, that is when the circumference increased and or the area is smaller. The result of measurement with EBT3 shows the gamma index will be smaller for higher degree of complexity.
The results of 2D Array Octavius 39 s measurements showed a greater gamma index for higher complexity. The conclusion of this study is that the degree of complexity is closely related to the decrease in gamma index or decrease in dose attainment.Keyword Complexity, Gamma Index, Static MLC Opening
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Dede Handika
"Banyak peneliti telah menyelidiki log file linac untuk Quality Assurance (QA) teknik Intensity-Modulated Radiation Therapy (IMRT) dan Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT). Dibandingkan antara QA konvensional berdasarkan pengukuran, QA menggunakan log file menawarkan berbagai keuntungan termasuk spasial dan resolusi temporal yang lebih tinggi. Ini berarti QA menggunakan log file tidak memerlukan detektor dan fantom dalam pengukurannya, dan dapat diperoleh secara otomatis serta memberikan informasi untuk pengiriman fraksional setiap pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan merekonstruksi distribusi dosis 3D untuk QA khusus pasien IMRT berdasarkan log file linac menggunakan metode Modified Clarkson Integration (MCI). Log file dari linac Varian Unique diekstraksi dan dihitung untuk memperoleh distribusi dosis 3D menggunakan MATLAB versi 2016a. Kemudian, distribusi dosis dari log file dibandingkan dengan DICOM RT Dose dari Treatment Planning System (TPS) Eclipse. Kalkulasi dosis menggunakan metode MCI untuk lapangan sederhana dengan berbagai variasi (teknik, luas lapangan, dan kedalaman) memiliki dikrepansi kurang dari ± 2% pada isocenter. Di sisi lain, kalkulasi evaluasi gamma indeks dengan berbagai kriteria Dose Difference (DD) dan Distance to Agreement (DTA) 3%/3 mm, passing rate di atas 95%, sedangkan kriteria untuk 2%/2 mm dan 1%/1 mm di atas 90%. Kalkulasi evaluasi gamma indeks 2D untuk pasien IMRT dengan kriteria 4%/4 mm dan 3%/3 mm, passing rate masing-masing di atas 90% dan 85%. Evaluasi 3D gamma indeks lebih baik daripada 2D untuk kriteria 4%/4 mm dan 3%/3 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa metode MCI dan log file dapat digunakan untuk kalkulasi dosis dan alternatif patient-specific QA IMRT.

Many researchers have investigated the linac log file for Intensity-Modulated Radiation Therapy (IMRT) and Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) Quality Assurance (QA). In comparison between the conventional QA based on measurements, QA using log files offers various advantages including spatial sampling and higher temporal resolution. It does mean not require tools and phantoms in its measurements, but the QA based log file can be automatically generated and provide information for patient fractional delivery. The aim of this study was to develop and reconstruct 3D dose distribution for IMRT patient-specific QA based on linac log file using Modified Clarkson Integration (MCI) method. Linac log file from Varian Unique was extracted and calculated to 3D dose distribution using MATLAB version 2016a. Then, dose distribution from the log file was compared with DICOM RT Dose from Eclipse Treatment Planning System (TPS). Dose calculations using the MCI method for simple open fields of various variations (techniques, field size, and the depth) had discrepancy less than ±2% at isocenter. On the other hand, the calculation of gamma index evaluation with various criteria Dose Difference (DD) and Distance to Agreement (DTA) of 3%/3 mm, the passing rate is above 95%, while the criteria for 2%/2 mm and 1%/1 mm above 90%. Calculation of gamma index evaluation 2D for IMRT patient with various criteria of 4%/4 mm and 3%/3 mm, the passing rate is above 90% and 85%, respectively. Evaluation Gamma Index 3D is better than 2D for criteria 4%/4 mm and 3%/3 mm. This result showed that MCI method and the log file can be used for dose calculation and alternative IMRT patient-specific QA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meirisa Ambalinggi
"Intensity modulated radiation therapy (IMRT) memberikan peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan distribusi isodose dengan bentuk target sehingga mengurangi dosis ke organ-at risk. Namun kemampuan IMRT ini disertai oleh kompleksitas lapangan penyinaan IMRT sehingga direkomendasikan untuk melakukan patient-spesific pretreatment quality assurance. QA yang umum digunakan adalah QA berbasis pengukuran, tetapi ini merupakan prosedur yang memakan waktu. Sehingga dibuat suatu alat ukur dari proses jaminan kualitas yang disebut metrik kompleksitas. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi metrik kompleksitas berbasis bukaan pada bukaan multileaf collimator (MLC) yang digunakan dalam klinis dan menganalisis korelasinya dengan gamma pass rate (GPR). Nilai metrik kompleksitas dihitung menggunakan Matlab. Ionization chamber 2D array MatriXX Evolution digunakan untuk verifikasi dosis. Distribusi dosis 2D dianalisis dengan software OmniPro-I'mRT dan dibandingkan menggunakan kriteria indeks gamma 3%/3mm dan 3%/2mm dengan low dose threshold 10%. Hasil uji korelasi metrik kompleksitas dan GPR menunjukkan EAM memiliki korelasi yang baik dengan GPR untuk kedua kasus. Nilai koefisien korelasi untuk kasus CNS adalah –0,918 (3%/3mm) dan –0,864 (3%/2mm), sedangkan untuk kasus payudara nilai koefisien korelasinya adalah –0,983 (3%/3mm) dan –0,961 (3%/2mm). Sedangkan untuk MCS, CAM, CPA, dan MU/Gy memiliki korelasi yang lemah dengan nilai GPR.

Intensity-modulated radiation therapy (IMRT) provides an increased ability to adjust the isodose distribution to the target shape, thereby reducing the dose to organ-at-risk. However, IMRT’s capabilities come with the complexity of IMRT’s treatment field, so it is recommended to carry out patient-specific pretreatment quality assurance. The commonly used QA is measurement-based; however, it is time-consuming. So that made a measuring instrument of the quality assurance process called the complexity metric. This study aims to evaluate aperture-based complexity metrics for multileaf collimator (MLC) apertures used in clinical practice and analyze its correlation with gamma pass rate (GPR). Complexity metric are calculated using Matlab. A 2D array MatriXX Evolution ionization chamber was used for dose verification. The 2D dose distributions were analyzed using OmniPro-I'mRT software and compared using the gamma index criteria of 3%/3mm and 3%/2mm with a low dose threshold of 10%. The correlation test results of complexity metrics and GPR show that the EAM correlates well with GPR for both cases. The correlation coefficient values for CNS cases are –0.918 (3%/3mm) and –0.864 (3%/2mm), while for breast cases the correlation coefficient values are –0.983 (3%/3mm) and –0.961 (3%/2mm). The MCS, CAM, CPA, and MU/Gy have a weak correlation with the value of the GPR."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruddin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek terhadap distribusi dosis akibat adanya pergerakan pada pasien di pesawat tomoterapi dengan melakukan simulasi perlakuan menggunakan fantom cheese. Penelitian dilakukan dengan melakukan variasi target kompleks bentuk C sesuai acuan AAPM TG 119 pada target statik dan bergerak searah longitudinal menggunakan amplitudo 2 mm, 4 mm, 6 mm, 8 mm dan 10 mm dengan perioda 4 s dan 6 s pada penggunaan lebar jaw 25 mm dan 50 mm. Data distribusi dosis yang dievaluasi meliputi dosis rata-rata, nilai indeks gamma, dan DVH pada struktur target dan OAR akibat pengaruh dari pergerakan target. Hasil pengukuran dosis rata-rata, indeks gamma dan evaluasi DVH struktur target menunjukkan amplitudo dan periode berpengaruh terhadap distribusi dosis perlakuan pada pesawat tomoterapi dan memiliki hasil yang lebih baik pada penggunaan lebar jaw 50 mm. Hasil evaluasi DVH pada  struktur OAR yang meliputi perbedaan dosis tertinggi di D max dan D5%, pada seluruh variasi pergerakan menunjukkan hasil yang lebih baik pada penggunaan lebar jaw 25 mm.

The purpose of this study was to investigate the effect on the dose distribution due to movement in patients on the helical tomoterapi machine by performing a treatment simulation using phantom cheese. The study was carried out by varying the C-shaped complex target according to the AAPM TG 119 for static and moving target in a longitudinal direction using amplitude 2 mm, 4 mm, 6 mm 8 mm, 10 mm with period 4 s and 6 s in the use selectable jaw widht of 25 mm and 50 mm. The dose distribution data evaluated included average dose, gamma index values, and DVH on targets and OAR structures due to the influence of the target movement along longitudinal direction. The results of the measurement of the average dose, gamma index and DVH evaluation of the target structure show amplitude and period affect the dose distribution treatment on tomoterapi and have better results on the use of 50 mm jaw width. The results of DVH evaluation on the OAR structure which included the highest difference in Dmax and D5% in all movement variations showed better results in the use of 25 mm jaw width."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Datu Euphrat Adhi Pradana
"Kualitas gambar dan dosis sangat dipengaruhi oleh kualitas radiasi sehingga perlu dilakukan studi pengaruh tehnik kV tinggi pada pemeriksaan thorak anak. Pengaruh kualitas radiasi terhadap gambar dapat diketahui melalui densitas film hasil penyinaran objek stepwedge. Pengaruh penggunaan kV tinggi terhadap dosis dilakukan dengan menganalisa incident air kerma dan entrance surface dose ( ESD) pada dua pesawat radiografi. Nilai incident air kerma diperoleh dari hasil pengukuran pada jarak 100 cm pada berbagai variasi tegangan tabung (kV) dan beban tabung (mAs), dan nilai ESD diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan TLD yang diletakan pada pertengahan dada pasien.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan tehnik kV tinggi akan menyebabkan kontras gambar menurun bila dibandingkan dengan tehnik kV standar, Akan tetapi gambaran bronkus paru akan terlihat lebih banyak dibanding penggunaan tehnik kV standar. Pada penggunaan tehnik kV tinggi nilai incident air kerma berkurang sekitar 57,975% - 61, 007% untuk pesawat Trophy dan sekitar 36,492% - 40,197% untuk pesawat Siemens. Penggunaan tehnik kV tinggi menurunkan dosis terimaan pasien, dengan tetap menghasilkan diagnosa optimal dari gambaran radiografi thorak anak.

Image quality and dose influence by radiation quality, so it necessary to study about effect of high kV technique application on pediatric examination. The effect of radiation quality on image can be study from optical density on film produced by exposed object stepwedge. The dose do to high kV technique analyzed by incident air kerma and entrance surface dose on two general X-Ray machine. Incident air kerma obtain from measurement at 100 cm variation tube voltage (kV) and loading (mAs), and ESD obtain from measurement TLD on patient.
From this study it found that high kV technique could reduced contrast againt standar kV technique, on the other hand more bronchus can be seen clearly againt standar kV technique. On high kV technique, incident air kerma reduced approximately 57.975 %- 61.007 % for trophy machine and approximately 36.492% - 40.197 for Siemens machine. High kV technique reduced pasient dose, while still producing an optimal diagnosis of thoracic radiographs of children.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S670
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardana
"ABSTRAK
Penelitian ini dimotivasi oleh mesin multileaf collimator (MLC) yang berfungsi untuk mendistribusikan dosis-dosis radiasi yang dihimpun dalam matriks dosis pada pengembangan metode pengobatan kanker dengan radioterapi, yaitu Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT). MLC tidak bisa mengirimkan semua bentuk matriks dosis, sehingga perlu dilakukan suatu dekomposisi matriks agar MLC bisa mengirimkan dosis radiasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari cara mendekompsisikan matriks dosis yang dapat dikirim oleh MLC serta mengoptimalkan pendistribusian dosis radiasi. Algoritma Greedy dianggap sebagai algoritma yang paling optimal untuk mendekomposisikan matriks dosis menjadi matriks yang dapat didistribusikan oleh MLC. Akan tetapi ada kasus dimana Algoritma Greedy memberikan hasil yang kurang optimal, sehingga penulis mencoba untuk memodifikasi Algoritma Greedy yang menghasilkan dekomposisi yang lebih optimal.

ABSTRACT
This research was motivated by the multileaf collimator (MLC) machine, which serves to distribute the doses of radiation that is collected in the matrix dosage in the development of treating cancer methods with radiotherapy that is Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT). MLC cannot send all form of matrix dosage, so we need some matrix decomposition that MLC can transmit the radiation dose. Therefore, this study aimed to find the ways how to decompose matrix dosage that can be delivered by the MLC and optimize the distribution of radiation dose. Greedy algorithms are considered as the most optimal algorithm for decomposing the matrix into matrix dosage that can be distributed by the MLC. There are some cases where the Greedy algorithms provide the less optimal results. Thus in this research the algorithm is modified to obtain the more optimal result."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rofikoh
"ABSTRAK
Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu mengetahui profil dosis lapangan kecil pada medium tulang belakang dengan teknik penyinaran SAD. Selain itu, kami mengevaluasi dan membandingkan dosis perencanaan pada teknik SBRT dan konvensional terhadap hasil pengukuran yang dilakukan menggunakan dosimeter Exradin A16 dan Gafchromic EBT3. Evaluasi perencanaan radioterapi dilakukan dengan menghitung indeks konformitas dan indeks homogenitas untuk daerah toraks dan lumbal. Hasilnya menunjukkan bahwa film EBT3 merupakan dosimeter dengan akurasi dan presisi yang paling tinggi dengan rata-rata standar deviasi sebesar ±1.7 dan diskrepansi maksimum sebesar 2.6%, secara berturut-turut. Deviasi FWHM untuk lapangan 0.8 x 0.8 cm2 sebesar 16.3%, sedangkan untuk lapangan 2.4 x 2.4 cm2 sebesar -3.0%. Perbandingan lebar penumbra terhadap luas lapangan kolimasi untuk lapangan 0.8 x 0.8 cm2 sebesar 37.1%, sedangkan untuk lapangan 2.4 x 2.4 cm2 sebesar 12.4%. Evaluasi indeks konformitas dan indeks homogenitas pada perencanaan menunjukkan bahwa perencanaan pada daerah toraks memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan lumbal.

ABSTRACT
The main objective of this study was to know dose profile of small field radiotherapy in the spine case with SAD techniques. In addition, we evaluated and compared the dose planning of SBRT and conventional techniques to measurements with Exradin A16 and Gafchromic EBT3 film dosimeters. Evaluation of radiotherapy planning has been used using both conformity and homogeneity index for thorax and lumbal regions. The results showed that film EBT3 is highest precision and accuracy with average of standard deviation of ±1.7 and maximum discrepancy of 2.6%, respectively. In addition, the deviation of Full Wave Half Maximum (FWHM) in small field size of 0.8 x 0.8 cm2 is 16.3%, while it was found around 3 % for the field size of 2.4 x 2.4 cm2. The comparison between penumbra width and the collimation was around of 37.1% for the field size of 0.8 x 0.8 cm2 is 37.1%, while it was found of 12.4% for the field size of 2.4 x 2.4 cm2. Moreover, the HI and CI evaluation of the planning shows that planning of thorax indicating better results than lumbal regions"
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didin
"Karakteristik dari berkas proton secara teori lebih menguntungkan untuk jaringan normal dibanding dengan berkas foton. Karakteristik bragg peak dari berkas proton memungkinkan untuk mereduksi distribusi dosis pada jaringan normal. Oleh karena itu, penggunaan berkas proton mampu mengurangi kemungkinan terjadinya efek samping pada jaringan normal. Penggunaan Intensity Modulated Proton Therapy (IMPT) memungkinkan untuk memberikan dosis optimal pada PTV dengan tetap memberikan distribusi dosis yang baik, sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemungkinan penggunaan IMPT untuk kasus vestibular schwannoma serta membandingkan kualitas pencitraan IMPT dengan IMRT, VMAT, dan TOMO. Setiap perencanaan dilakukan dengan menggunakan teknik stereotactic radiosurgery (SRS), perencanaan IMPT dilakukan dengan multifield optimizatin (MFO) dan single field optimization (SFO). Hasil perencanaan didapat nilai conformity indeks (CI) dari tertinggi ke terendah adalah 3MFO-NC, 5MFO-NC, 3MFO, 5MFO, IMRT, 3SFO-NC, VMAT, 3SFO, dan TOMO. Perencanaan proton memiliki gradient indeks lebih baik dari foton. Equivalent Unoform Dose (EUD) berkas proton lebih rendah dibandingkan dengan foton. Nilai Normal Tissue Complication Probability perencaan proton lebih rendah dari foton. Selain itu, perencanaan proton memiliki dosis pada OAR yang lebih rendah dibanding foton.

The characteristics of the proton beam are theoretically more favorable for normal tissues than the photon beam. The characteristic of the proton beam Bragg Peak can provide minimum dose distribution in normal tissues. Therefore, the use of proton beams can reduce the possibility of side effects in normal tissues. In addition, Intensity Modulated Proton Therapy (IMPT) produces an optimal dose for PTV while still providing a good dose distribution. In this study, the purpose was to determine the quality of planning IMPT for cases of Vestibular Schwannoma and compare with planning with IMRT, VMAT, and TOMO. The stereotactic Radiosurgery (SRS) technique was employed for all treatment planning. Furthermore, IMPT planning was performed using Multifield Optimization (MFO) and Single Field Optimization (SFO). The study described Conformity Index (CI) values from the highest to the lowest are 3MFO-NC, 5MFO-NC, 3MFO, 5MFO, IMRT, 3SFO-NC, VMAT, 3SFO, and TOMO. Additionally, the Gradient Index (GI) of the proton beam is better than photons planning. However, the Equivalent Uniform Dose (EUD) and Normal Tissue Complication Probability (NTCP) of the proton beam are lower than that of the photon. In addition, proton plans have a lower OAR dose than photons."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pengembangan dan mengevaluasi derajat kompleksitas berbasis bukaan MLC statik menggunakan pengukuran detektor matrix Octavius, EPID, film Gafchromic dan dosis titik dan membandingkannya dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pengukuran derajat kompleksitas disarankan menjadi bagian program jaminan mutu teknik penyinaran intensity modulated radiation therapy IMRT dan volumetric modulated arc therapy VMAT . Serangkaian bukaan MLC statik berukuran kecil dan tak beraturan dibuat dalam penelitian ini untuk mewakili bukaan MLC statik pada teknik IMRT dan VMAT. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara perbedaan dosis dose difference perhitungan TPS dengan hasil pengukuran detektor matriks Octavius, EPID dan film Gafchromic menggunakan perbandingan perbedaan dosis global piksel per piksel dengan kriteria passing rate 3 mm, 3 . Hasil perbandingan dosis tersebut bervariasi antara 72,67 sampai 100 . Nilai derajat kompleksitas dihitung menggunakan edge area metric, edge metric, converted aperture metric, modulation complexity score, rasio MU/Gy dan circumference per area dengan nilai korelasi Pearson nilai-r menunjukkan hubungan yang cukup linier terhadap kompleksitas bukaan MLC statis dengan nilai bervariasi antara -0.688 sampai dengan -0.999 untuk pengukuran film gafchromic dan -0.714 sampai dengan -1.000 untuk pengukuran EPID.

ABSTRACT
The purpose of this study was to develop and to evaluate complexity metrics based on static MLC openings by using Octavius Detector, EPID, Gafchromic Film, and point dose measurement, and then compares them to the previous study. Complexity metrics have been suggested to be a part of quality assurance program for intensity modulated radiation therapy IMRT and volumetric modulated arc therapy VMAT techniques. A set of small and irregular static MLC openings were created as a representative of IMRT and VMAT radiation field segment. Furthermore, the dose difference between calculated and measured are evaluated using a pixel by pixel comparison with global dose difference criteria of 3 mm, 3 . The dose difference results were variated between 72.67 and 100 . The complexity scores was calculated by the edge area metric, edge metric, converted aperture metric, modulation complexity score, MU Gy ratio and circumference per area, show good linear those complexity metrics of the static MLC opening with the Pearson rsquo s r values variated between 0.688 and 0.999 for gafchromic film measurement and between 0.714 and 1.000 for EPID measurement."
2017
T48551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Andini Putri
"Cone Beam CT adalah perangkat citra pemandu yang diintegrasikan pada perangkat LINAC radioterapi. Perangkat tersebut banyak digunakan untuk verikasi posisi pasien dalam tindakan radioterapi. Dalam penelitian ini telah dilakukan untuk estimasi dosis pada daerah kepala, dada, dan pelvis dan untuk evaluasi citra dengan menggunakan perlakuan Cone Beam CT satu putaran penuh. Fantom rando digunakan pada penelitian ini untuk mensimulasikan keadaan yang mendekati sebenarnya dengan kondisi klinis 100 kVp 145 mAs, 110 kVp 262 mAs, dan 125 kVp 680 mAs untuk berturut-turut prosedur perlakuan CBCT kepala, dada, dan pelvis. Dosimeter yang digunakan dalam penelitian ini adalah TLD yang dikalibrasi di PTKMR BATAN dengan kondisi yang sesuai dengan kondisi klinisnya. Fantom Catphan 504 digunakan untuk mengevaluasi citra CBCT dengan menggunakan kondisi klinis protokol pelvis, yaitu dengan energi 125 kV. Hasil estimasi dosis yang diperoleh dari penelitian ini adalah 4.018±0.334 mGy, 4.210±0.428 mGy, dan 12.547±3.046 mGy berturut-turut pada kepala, dada, dan pelvis. Hasil citra dari penelitian ini dievaluasi menggunakan Image J yang menghasilkan nilai densitas material yang ada pada fantom Catphan mendekati nilai acuannya, didapatkan ketebalan slice sebesar 2.153 mm, resolusi uji citranya sebesar 5 lp/cm, dan uji uniformitas pada pusat ROI adalah 34.610±40.999 HU.

Cone Beam CT is an image guided device which is integrated in radiotherapy LINAC. The device often used to verify the positions of patient in radiotherapy treatment. Dose estimation for three different clinically scan sites (head, thorax, and pelvis) and image evaluation were performed during the research using full circular treatment by Cone Beam CT. Rando phantom was also used in this research to simulate the real condition for clinical scans (100 kVp 145 mAs for head, 110 kVp 262 mAs for thorax, and 125 kVp 680 mAs for pelvis). TLDs were used and calibrated at PTKMR BATAN with the real condition as clinical condition to mesure the dose. For image evaluation were performed using pelvis clinical scan (125 kV) and using Catphan 504 phantom. Results of dose estimation are 4.018±0.334 mGy for head, 4.210±0.428 mGy for thorax, and 12.547±3.046 mGy for pelvis. Results of image evaluation which was using Image J generated the approximate recommendation value of material density on the Catphan Phantom; slice thickness is 2.153 mm, high resolution is 7 lp/cm, and uniformity in center ROI is 34.610±40.999 HU.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>