Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156928 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Magdalena Killis
"ABSTRAK
Latar Belakang : Scistosomiasis termasuk dalam Penyakit Tropis yang Terabaikan (NTD-Neglected Tropical Diseases). disebabkan oleh cacing pipih trematoda darah dari genus Schistosoma. Schistosoma pada manusia yang dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu: Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni dan Schistosoma haematobium. Berdasarkan tempat hidupnya dalam tubuh manusia, terbagi menjadi dua jenis yaitu dalam pembuluh darah vena usus (Schistosoma japonicum dan Schistosoma mansoni), sedangkan dalam pembuluh darah vena vesica urinari (Schistosoma haematobium). Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di 77 negara berkembang di daerah tropis maupun subtropis. Diperkirakan 240 juta orang yang terinfeksi Schistosomiasis, dengan sekitar 700 juta orang di seluruh dunia berisiko terinfeksi Schistosomiasis, di Indonesia prevalensi Schistosomiasis tahun 2015 sebesar (1,7%), sama dengan prevalensi di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar (1,7%). Tujuan: penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara Sarana Air Bersih (SAB) dan jamban terhadap kejadian Schistosomiasis di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan analisis desain studi ekologi, desa sebagai unit analisis. Hasil : Hasil analisis hubungan antara SAB dengan Kejadian Schistosomiasis dan Jamban di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi selama tahun pengamatan 2014-2016, secara statistik tidak terdapat hubungan. Hasil analisis yang berhubungan adalah pelaksanaan Program STBM dengan p-value = 0,010 (Poso) dan p-value = 0,0005 (Sigi) serta keberadaan kader kesehatan lingkungan Kabupaten Poso p-value=0,001, pekerjaan p-value = 0,000 (Sigi). Kesimpulan : Variabel pelaksanaan program STBM dan ketersediaan kader kesehatan lingkungan, Penyuluhan Kesehatan lingkungan, pekerjaan dan kepadatan penduduk merupakan variabel yang berhubungan signifikan dari pada variabel lainnya.

ABSTRACT
Introduction: Scistosomiasis is included in the Neglected Tropical Diseases (NTD), caused by flatworms of blood trematoda from the genus Schistosoma. There are three known Schistosoma in human, which are: Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni and Schistosoma haematobium. Based on the place of its life in the human body, is divided into two types, that is in the veins of intestinal veins (Schistosoma japonicum and Schistosoma mansoni), and in the veins of venous vesica urinary (Schistosoma haematobium). Schistosomiasis is still a public health problem, especially in 77 developing countries in the tropics and subtropics. Estimated, 240 million people infected with Schistosomiasis and about 700 million people worldwide at risk of being infected with Schistosomiasis. In Indonesia the prevalence of Schistosomiasis by 2015 was 1.7%, is similar to the prevalence in Central Sulawesi. Objective: This study was to analyze the relationship between the clean water facility and latrines against the incidence of Schistosomiasis in Sigi and Poso districts of Central Sulawesi Province. Method: This research is a descriptive quantitative research using ecological study design analysis, and the village as unit of analysis. Result: Result of analysis of relationship between SAB with insidence of Schistosomiasis and Jamban in Poso and Sigi District during observation year 2014-2016 showed statistically there was no relationship. The result of related analysis is the implementation of Total Sanitation Based on Community Program with p-value = 0,010 (Poso) and p-value = 0.0005 (Sigi) and presence of health cadre of Kabupaten Poso p-value = 0,001, job p-value = 0,000 (Sigi) . Conclusion: The implementation of Total Sanitation Based on Community Program, the availability of environmental health cadres, environmental health counseling, occupation and population density were variables which are significantly related to other variables."
2017
T49290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octaviani
"Schistosomiasis merupakan suatu penyakit pada manusia dan vertebrata yangdisebabkan oleh cacing Schistosoma. Kasus schistosomiasis masih berfluktuasi denganprevalensi berkisar rata-rata diatas 1 . Aktivitas dan kontak langsung masyarakat diarea fokus keong memungkinkan terjadinya penularan schistosomiasis. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadianschistosomiasis di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.Desain penelitian ini adalah studi ekologi, analisis data sekunder Badan Pusat Stastistikdan data dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkanbahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian schistosomiasis adalah proporsi jeniskelamin laki-laki dengan nilai p value < 0,05 rata-rata pada kasus tinggi >1 adalah1,79. Hal ini mungkin disebabkan mereka tidak hanya mengerjakan sawah atau kebuntetapi juga sering mencari kayu di tepi hutan, yang merupakan tempat terjadinyapenularan schistosomiasis.

Schistosomiasis is a disease in humans and vertebrates caused by Schistosoma worms.Schistosomiasis cases still fluctuate with prevalence ranging above 1 on average.Community direct activities and contacts in the snail focus area allow forschistosomiasis transmission. The purpose of this study was to determine the factorsassociated with the incidence of schistosomiasis in Poso District and Sigi RegencyCentral Sulawesi Province. The research design is ecological study, secondary dataanalysis of Central Agency of Stastistik and data of health service of Central Sulawesiprovince. The results showed that the factors associated with the incidence ofschistosomiasis were the proportion of male sex with a mean p value 1 was 1.79. This may be because they not only work on rice fields orgardens but also often look for wood on the edge of the forest, which is the site ofschistosomiasis transmission."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusna Hi. Dj. Labelo
"Schistosomiasis masih merupakan masalah kesehatan di Desa Maholo, disebabkan prevalensi kasusnya yang cenderung meningkat, serta masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam mencegah penularan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karaktreristik individu (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pengetahuan) dan perilaku masyarakat usia produktif (penggunaan alat pelindung diri, pemanfaatan jamban, pemanfaatan air bersih dan pemanfaatan program kesehatan) terhadap kejadian penyakit Schistosomiasis.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain Kasus Kontrol. Besar sampel penelitian berjumlah 61 dengandengan perbandingan yang sama maka jumlah kasus 61 dan kontrol 61 sehingga sampel keseluruhan menjadi 122 responden. Hasil Analisis Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan alat pelindung diri dengan OR 15,49; (3,44 - 69,75), pemanfaatan jamban dengan OR 7,78; (3,26 - 18,58), pemanfaatan air bersih dengan OR 6,30; (2,79-14,21), terhadap kejadian Schistosomiasis.
Hasil analisis Regresi Logistik menunjukkan bahwa yang berhubungan secara bermakna adalah penggunaan alat pelindung diri dengan OR 8,43: (1,68-42,29), pemanfaatan jamban dengan OR 5,13; (1,81-14,55), jenis kelamin 4,96; (1,84-13,37) dan pemanfaatan air bersih dengan OR 3,67, (1,38-9,75). Analisis faktor risiko menunjukkan bahwa kelompok yang berisiko 16,33 kali berpeluang terinfeksi penyakit Schistosomiasis dibanding pada kelompok yang tidak berisiko.

Schistosomiasis is still become a public health problem in the village of Maholo, because the cases tend to increase and the lack of community awareness to prevent the transmission of the disease. The purpose of this study was to determine the relationship between individual characteristics (age, sex, education level, occupation, and level of knowledge) and The community behavior of Productive Age (the use of personal protective equipment, use of latrines, the utilization of water safety and the utilization of health programs) on the incidence of the Schistosomiasis.
This study was a quantitative study which used a case control study design. The samples consisted of 122 subjects ( 61 cases ; 61 control ). The Chi Square analysis test showed that there was a significant relationship between the use of personal protective equipment OR 15.49 (3.44 to 69.75), the use of latrines OR 7.78 (3.26 to 18.58), the utilization of water safety OR 6.30 (2.79 to 14.21) with the incidence of Schistosomiasis.
The logistic regression analysis showed there was a significant relation between the use of personal protective equipment with OR 8.43 (1.682 - 42.287), the use of latrines with OR 5.13 (1.805 - 14.548), sex and Schistosomiasis with OR 4.96 (1.840 - 13.374), and the utilization of safety water of 3.67, (1.381 - 9.747). The analysis risk factor showed that risk group had risk 16,33 times to be infected of Schistosomiasis compared with the group which not risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jumiati
"Program Pemerintah mengenai Schistosomiasis yaitu menurunkan prevalensi Schistosomiasis sampai kurang dari 1 %, di Dataran Tinggi Napu pada tahun 2011, prevalensi Schistosomiasis sebesa r 2,15%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, pengetahuan dan perilaku dengan kejadian Schistosomiasis di Dataran Tinggi Napu kabupaten Poso Sulawesi Tengah tahun 2013. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan total sampel 278 yang terdiri dari 139 kasus dan kontrol 139. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat menggunakan uji statistik chi square (α=5%).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan, pengetahuan dan perilaku dengan kejadian schistosomiasis, dengan masing-masing OR, pekerjaan (3,3) pengetahuan (1,7) kontak dengan air(4,9), BAB disungai (2,1) penggunaan sepatu boot (7,8) mencuci disungai (1,8) dan mobilitas ke daerah endemis (1,9).

Schistosomiasis control programme target is to reduce the prevalence of schistosomiasis less than 1 %. In Napu Valley in 2011, showed that the prevalence schistosomiasis in human is 2,15 %. This study objective is to determine the relationship between individual characteristics, knowledge and behavior with Schistosomiasis episodes in Napu Valley in Poso District of Central Sulawesi. The study design is case control study, with total sample is 278, which contain 139 cases and 139 controls. Statistical analysis using univariate and bivariate analysis with chi square statistical test (α = 5%).
The results showed there is any significant relationship between individual characteristics, knowledge and behavior with Schistosomiasis episodes. The odd ratio of occupation (3,3), knowledge (1,7), contact with contaminated water (4,9), defecation behavior in river/ditch (2,1), wearing boots (7,8), laundering in river/ditch (1.8) and mobilization to endemic areas (1,9).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Nurmansyah
"Skistosomiasis merupakan penyakit parasit akut dan kronik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong dalam genus schistosoma yang hidup dalam pembuluh darah usus dan kandung kemih. Di Indonesia, Schistosoma japonicum hanya ditemukan di Sulawesi Tengah. Wilayah kecamatan Lore Timur merupakan daerah endemik dengan prevalensi tertinggi tahun 2015 yaitu 67 kasus dari 148 kasus di Sulawesi tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit skistosomiasis di Wilayah Lore Timur. Desain penelitian ini adalah case control yang melibatkan 52 responden.
Hasil Penelitian menunjukan faktor yang berhubungan dengan kejadian skistosomiasis adalah perilaku pemanfaatan alat pelindung diri p = 0.008 dan perilaku pemanfaatan sumber air p = 0.004 . Faktor yang paling mempengaruhi kejadian skistosomiasis adalah perilaku pemanfaatan sumber air dengan nilai OR = 9.483 . Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pelayanan keperawatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat serta perencanaan strategi bagi pemerintah daerah untuk mencegah masyarakat terinfeksi skistosomiasis.

Schistosomiasis is an acute and chronic paracitic disease caused by infection of worm genus Schistosoma that lives in intestine vessel and uterus. In Indonesia, Schistosoma Japonicum is only found in Central Sulawesi. East Lore is an endemic area with the highest prevalence in 2015 which was estimated by 67 of 148 cases in Central Sulawesi. This study was aimed to identify factors that can cause Schistosomiasis in East Lore region. A case control study was conducted which was participated by 52 respondents.
The results show that factors that influence Schistosomiasis were behavior of using self protection tools p 0,008 and water source p 0,004. The most influenced factor of Schistosomiasis was using of water source OR 9,483. Result of this study can be used as an evaluation tools for nursing service, It is useful to increase people awareness and strategic planning of government especially in reducing the prevalence of Schitosomiasis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T46904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Chaliq Setiawan
"Kematian neonatal merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian  derajat kesehatan masyarakat dari suatu wilayah. Peningkatan kasus kematian neonatal yang terjadi secara signifikan di wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala merupakan hal yang perlu ditelaah lebih dalam mengingat adanya kesamaan karakteristik ketiga wilayah tersebut yang masuk ke dalam satu rumpun wilayah. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian neonatal di ketiga wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan desain studi observasional yaitu desain kasus kontrol dengan perbandingan 1:1.5 pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol. Sampel penelitian ini berjumlah 154 sampel dengan penggunaan teknik sampling total sampling. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer yang bersumber dari data otopsi verbal perinatal (OVP) dan rekam medik perinatal (RMP) yang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ataupun puskemas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas kematian neonatal terjadi pada masa neonatal dini, adapun faktor risiko kematian neonatal di Wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala adalah faktor riwayat komplikasi persalinan terakhir (aOR=4.082; 95%CI=1.873-8.893), faktor pendidikan bapak (aOR=3.067; 95%CI=1.432-6.569), dan faktor berat badan lahir neonatus (aOR=3.041; 95%CI=1.427-6.481). Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pentingnya meningkatkan upaya perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi kepada ibu beserta keluarga untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kematian neonatal.

Neonatal death is an important indicator in assessing an area's public health degree. The significant increase in cases of neonatal deaths that occurred in the areas of Palu City, Sigi Regency, and Donggala Regency is something that needs to be studied more deeply considering the similarities in the characteristics of these three areas which fall into one regional group. This study aimed to obtain risk factors associated with neonatal death in these three regions. This research uses an observational study design, namely a case-control study with a ratio of 1:1.5 in each case and control group. The sample for this research consisted of 154 samples using sampling techniques total sampling. The data used in this research is primary data sourced from perinatal verbal autopsy data (OVP) and perinatal medical records (RMP) originating from the District/City Health Office or primary health centers. The results of this study show that the majority of neonatal deaths occur in the early neonatal period, while the risk factors for neonatal deaths in the Palu City, Sigi Regency, and Donggala Regency areas are a history of recent birth complications (aOR=4.082; 95%CI=1.873-8.893), father's education factor (aOR=3.067; 95%CI=1.432-6.569), and newborn birth weight factor (aOR=3.041; 95%CI=1.427-6.481). Based on the results of this research, it can be seen that it is important to increase efforts to plan birth and prevent complications for mothers and their families to minimize the possibility of neonatal death."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicco Primadhasta Putra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Desa Perokonda dan Desa Perobatang di Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan desa yang memiliki kondisi ketersediaan air yang berbeda. Desa Perokonda memiliki ketersediaan air yang baik, sementara Desa Perobatang hanya memiliki satu sumber air untuk seluruh desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi protozoa usus dan hubungannya dengan ketersediaan air bersih di Desa Perokonda dan Perobatang.Metode: Desain penelitian cross-sectional. Pengambilan sampel feses dilakukan pada penduduk Desa Perokonda dan Desa Perobatang yang telah menyetujui formulir inform consent. Subjek diberikan pot feses yang kemudian dikembalikan kepada peneliti keesokan harinya. Pemeriksaan feses dilakukan secara mikroskopik dengan pewarnaan lugol. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji chi-square.Hasil : Dari 291 sampel feses, 58 sampel prevalensi 20 positif infeksi protozoa usus, dengan 23,4 30/128 positif infeksi di Desa Perokonda dan 17,2 28/163 positif infeksi di Desa Perobatang.Kesimpulan: Tidak ditemukan perbedaan proporsi yang bermakna antara kelompok dengan ketersediaan air bersih dan kelompok tanpa ketersediaan air bersih terhadap prevalensi infeksi protozoa usus. p value=0,185
"
"
"ABSTRACT
"
Background Perokonda and Perobatang Village, located in South West Sumba, are two village which have very different condition of improved water source. Perokonda Village has better improved water source, while Perobatang Village has only 1 water source.This cross sectional study aimed to know the prevalence of intestinal protozoan infection and its association to the availability of improved water source in those 2 villages.Methods Stool sample collection were obtained from Perobatang rsquo s and Perokonda rsquo s villagers with informed consent. The subjects were given pot for stool collection which returned to researcher on the next day. Stool samples were stained with lugol staining and examined under the microscope. Data were processed by SPSS version 20 and analyzed with chi square.Results From 291 stool samples collected, 58 samples 20 prevalence have intestinal protozoan infection, 23,4 30 128 positive infection were found in Perokonda Village and 17,2 28 163 positive infection in Perobatang Village.Conclusions There was no significant difference between the availability of improved water sources and intestinal protozoan infection in 2 village. p value 0,185 . "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ace Yati Hayati
"Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang menguntungkan maka penyakit menular masih merupakan masalah dari kesehatan masyarakat. Penyakit yang mendapat prioritas untuk diadakan upaya pemberantasan adalah penyakit yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama yang menyerang golongan anak-anak dan golongan usia produktif yang diantaranya adalah penyakit diare. Oleh karena itu dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor air bersih dan jamban yang berpengaruh terhadap kesakitan diare pada balita.
Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder dengan pengumpulan data secara "cross-sectional" di Kabupaten Belu Prop. NTT. Desain penelitiannya adalah "case-control".
Kasus adalah rumah tangga yang ada balita sakit diare, sedangkan kontrol adalah rumah tangga yang ada balita tidak sakit diare di daerah yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada 49 kasus dan 260 kontrol, dengan 11 variabel independen dan 1 variabel dependen, yaitu diare balita. Dari analisis regresi logistik multivariat diketahui besarnya pengaruh setiap faktor yang diteliti dengan mengendalikan semua faktor lain yang ikut mempengaruhi asosiasi tersebut.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko diare pada balita, yaitu, kuantitas air, kondisi jamban dan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi yaitu jumlah anggota rumah tangga dan kekayaan yang dimiliki.
Penelitian ini berrnaksud untuk mempelajari dampak penyediaan air bersih dan jamban terhadap diare balita daiam Skala terbatas di daerah pedesaan. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa hubungan antara air bersih dan kejadian diare balita merupakan "Water Washed Mechanism" disamping itu, ada kemungkinan lain yang dapat diungkapkan yaitu "Water Borne Mechanism", namun hal ini masih perlu ditegaskan dengan pemeriksaan bakteriologis air.
Dengan demikian disarankan kepada masyarakat setempat untuk mengupayakan dalam pengadaan air bersih yang mencukupi dan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari disamping memiliki serta memelihara sarana jamban.

Diseases which require the greatest attention are those that lead to high rates of morbidity and mortality, especially among children and people at productive age. A typical example is diarrhea.
Research is therefore needed to identify factors which influence diarrhea in children under five years of age such as water supply and excreta disposal.
This research uses secondary data from Puslitbang, Ministry of Health, and "cross sectional" data collected in Kabupaten Belu, NTT Province. It is designed as a "case control" study.
The case study involves households where child diarrhea is present and the control group consists of households in the same area where child diarrhea is not present.
The data analysis involved 49 eases of child diarrhea and 260 control samples. There were 11 independent variables and 1 dependent variable that was child diarrhea.
Logistic regression multivariate analysis was used to determine the magnitude of influence the risk factor variables on the dependent variable.
Using bivariate analysis it is shown that there are factors which can increase the diarrheal risk in children. These factors include water quality, the condition of latrines and indirect factors such as the number of household members and the level of household prosperity.
This research intends to investigate the impact of water supply and excreta disposal on child diarrhea on a village scale. From this research, it can be shown that the connection between water supply and child diarrhea is "water washed mechanism" as well. However, the latter needs to be proven by water bacteriological analysis.
It is therefore suggested that the local community provide a potable water storage capacity sufficient to meet their daily needs and that latrines are properly maintained.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Arumsari
"Kebiasaan melewatkan sarapan memperbesar risiko terjadinya obesitas, pola hidup sehat, dan penurunan kecerdasan, khususnya pada pelajar. Terlebih, remaja sedang mengalami proses growth spurt dimana terjadi peningkatan kebutuhan gizi. Kabupaten Tangerang memiliki tingkat kelulusan UN SMA terrendah di provinsi Banten pada tahun ajaran 2013 lalu, sehingga perlu diteliti lebih lanjut mengenai pola sarapan remaja di wilayah ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan sarapan dan faktor lainnya dengan pola sarapan siswa/i SMA terpilih di Kabupaten Tangerang tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi crosss sectional. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner isian mandiri yang diisi 160 siswa. Asupan sarapan dinilai menggunakan kuesioner food recall 2x24 jam.
Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 71,8% responden memiliki pola sarapan buruk. Terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan sarapan (P= 0,014) dengan pola sarapan responden.

Skipping breakfast habit increase the risk of obesity, unhealthy lifestyle, and lack of intelligence, especially the students. Moreover, adolescent growth spurt is undergoing a process whereby an increase in nutritional requirements. Tangerang has lowest high school graduation rate in Banten Province for the academic year 2013 so it is important to develop research on adolescent breakfast pattern in this region.
This study aims to determine the relationship between the availability of breakfast and other factors with student breakfast pattern in selected high school in Tangerang on 2014. Research method is a quantitative research with crosss sectional design study. Data were collected using self-completed questionnaires for 160 students. Breakfast intake was assessed using a 2x24 hour food recall questionnaire.
The results showed, 71,8% of respondents had a bad breakfast pattern. There is a significant association between the availability of breakfast (P=0.014) with respondents’ breakfast pattern.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>