Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosa Nora Lina
"ABSTRAK
WHO melaporkan bahwa setiap hari lebih dari 7.200 bayi lahir mati dan memperkirakan lebih dari 9 juta bayi meninggal sebelum lahir atau pada minggu pertama kehidupannya periode perinatal . Penurunan angka kematian perinatal ini sangat ditentukan oleh penatalaksanaan kesehatan ibu pada saat kehamilan, menjelang persalinan dan setelah persalinan. Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian perinatal adalah dengan upaya menurunkan angka komplikasi kehamilan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan komplikasi kehamilan dengan kematian perinatal di Indonesia tahun 2007-2014 dengan menggunakan data sekunder IFLS V 2014. Desain studi dalam penelitian ini menggunakan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah bayi yang lahir hidup dan bayi yang mengalami kematian selama periode perinatal yang merupakan anak terakhir pada persalinan tunggal dengan total 2.245 responden. Hasil analisis multivariat menunjukkan ibu dengan komplikasi kehamilan dan memiliki riwayat kematian perinatal dengan nilai OR 7,85. Ibu dengan tidak komplikasi kehamilan dan memiliki riwayat kematian perinatal berisiko untuk mengalami kematian perinatal dengan nilai OR 10,66. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa riwayat kematian perinatal mempunyai peranan yang sangat besar pada kematian perinatal. Diharapkan pemerintah dalam penguatan buku kesehatan ibu dan anak Buku KIA .Kata kunci:Komplikasi Kehamilan, Kematian Perinatal, IFLS 5 2014.

ABSTRACT
WHO reported that everyday more than 7,200 babies are stillbirth and estimated more than 9 million die before birth or in the first week of life perinatal period . Decrease in this perinatal mortality is largely determined by the management of maternal health at the time of pregnancy, before labor and after delivery. One effort to reduce perinatal mortality is by reducing the rate of pregnancy complications. This study aims to determine the relationship of pregnancy complications with perinatal mortality in Indonesia in 2007 1014 using IFLS V 2014 secondary data. The study design in this study used cross sectional. Population in this study was live birth infants infants who died during the perinatal period and who are also the last child from the single labor with total 2,245 respondents. The results using multivariate analysis with logistic regression and controlled by height variable, perinatal death history, history of ANC visit, smoking habit, birth age and interaction history of perinatal death with pregnancy complication showed that mother with pregnancy complication and history of perinatal death has OR 7.85. While mothers with no complication of pregnancy and had a history of perinatal death at risk of perinatal mortality has OR 10.66. This study showed that the history of perinatal death has an important role in perinatal death. The government is expected to strengthen the application of maternal and child health book KIA Book .Key words Pregnancy Complications, Perinatal Mortality, IFLS 5"
2017
T47636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Savitri
"Hipertensi remaja masih menjadi masalah bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kardiovaskular di masa dewasa. Salah satu faktor risiko hipertensi remaja adalah overweight. Terdapat peningkatan prevalensi overweight pada remaja umur 16-18 tahun di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2007-2013 sebesar 5,7% menjadi 6,7% Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan overweight dengan hipertensi remaja usia 15-17 tahun di Indonesia berdasarkan data IFLS V Tahun 2014.
Desain Penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari IFLS V Tahun 2014. Analisis data yang digunakan adalah Regresi Logistik. Hasil analisis menunjukkan remaja dengan overweight berpeluang 1,530 kali (95% CI; 1,080-2,166) dibandingkan remaja tidak overweight setelah dikendalikan oleh jenis kelamin. Remaja terutama remaja laki-laki dapat meningkatkan aktivitas fisik (jalan cepat dan lari) untuk mencegah overweight dan hipertensi.

Adolescents hypertension is still become a problem for health, because it can increase the number of mortality and morbidity from cardiovascular disease in adulthood. Overweight has become one of the risk factors of it. There is increasing prevalence of overweight in adolescents of aged 16-18 in Indonesia. Based on Riskesdas, there is a growing of adolescents at the aged of 16-18 in Indonesia between 2007-2013, its around 5,7% and 6,7%. The aim of this study is to find out the relation of overweight and adolescents hypertension at the aged of 15-17 based on IFLS V data in 2014.
The design of this study is using cross sectional secondary data of IFLS V 2014 with logistic regression are used for data analysis. The analysis showed that adolescents with overweight had a POR 1,530 times (95% CI 1.880-2.166) compared to un-overweight (normal-weight) adolescents after being control by gender. The boys have advantage to increasing of physical activity (by running or brisk walking) to prevent from overweight and hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewiyana
"Latar Belakang: Komplikasi kehamilan adalah masalah kesehatan yang sering terjadi selama hamil dan berdampak pada mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi baru lahir. Studi terdahulu menunjukkan hubungan antara usia dengan jenis komplikasi kehamilan secara spesifik. Peneliti tidak menemukan studi di Indonesia yang membahas komplikasi kehamilan secara umum pada kelompok usia <20 tahun dan ≥35 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia ibu saat hamil dengan kejadian komplikasi kehamilan di Indonesia menggunakan data IFLS V 2014/2015.
Metode: Sampel yang di analisis pada penelitian ini berjumlah 1.325 setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis multivariat menggunakan uji multiple cox regression digunakan untuk mengetahui pengaruh usia ibu yang berisiko dalam menyebabkan komplikasi kehamilan pada populasi ibu yang pernah melahirkan pada tahun 2013-2015. Pada penelitian ini dilakukan analisis pada sub populasi untuk jenis komplikasi tertentu. Dikontrol oleh kovariat konsumsi zat besi, kelengkapan ANC10T, riwayat hipertensi, DM dan TBC.
Hasil: Hasil studi menunjukkan prevalensi komplikasi kehamilan sebesar 24%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik. Hasil akhir analisis multivariat, komplikasi kehamilan secara umum pada usia ibu saat hamil <20 tahun (aPR 0,98, 95% CI 0,60–1,57), sedangkan usia ibu saat hamil ≥35 tahun memiliki risiko 1,16 kali mengalami komplikasi kehamilan dibandingkan kelompok usia ibu saat hamil 20-34 tahun setelah dikontrol dengan kovariat (aPR 1,16, 95% CI 0,85–1,57). Sub populasi komplikasi kehamilan pada usia ibu saat hamil <20 tahun memiliki risiko 1,35 kali mengalami komplikasi kehamilan (aPR 1,35, 95%CI 0,71-2,46), sedangkan usia ibu saat hamil ≥35 tahun memiliki risiko 1,18 kali mengalami komplikasi kehamilan (aPR 1,18, 95%CI 0,78-1,83) setelah dikontrol kovariat. Sub populasi pada komplikasi perdarahan antepartum, pada usia ibu saat hamil <20 tahun memiliki risiko 1,35 kali mengalami komplikasi kehamilan (aPR 1,35, 95% CI 0,54–3,42), sedangkan usia ibu saat hamil ≥35 tahun memiliki risiko 1,65 kali mengalami komplikasi kehamilan setelah dikontrol kovariat (aPR 1,65, 95% CI 0,92–2,96).
Kesimpulan: Terdapat peningkatan risiko pada sub populasi komplikasi kehamilan dan sub populasi komplikasi perdarahan antepartum yang berusia <20 tahun atau lebih dari ≥35 tahun, walaupun tidak bermakna secara statistik. Perlu penguatan deteksi dini pada kelompok usia berisiko, disertai penguatan edukasi pengenalan tanda bahaya komplikasi kehamilan yang umum terjadi, serta selalu menjaga kualitas dari layanan antenatal.

Background: Pregnancy complications are common health issues during pregnancy and impact maternal and neonatal mortality and morbidity. Previous studies shown a relationship between age and specific types of pregnancy complications. Author did not find studies in Indonesia that discussed pregnancy complications in general, particularly for maternal age of <20 years and ≥35 years. This study aims to analyze the association between maternal age and the occurrence of pregnancy complications in Indonesia using IFLS V data.
Methods: The total samples analyzed in this study were 1,325 after fulfilling the inclusion and exclusion criteria. Multivariate analysis with multiple cox regression was used to determine the effect of maternal age at risk in causing pregnancy complications in a population of mothers who gave birth in the years 2013-2015. This study analyzed sub-populations for specific types of complications controlled by covariates of iron consumption, ANC 10T completeness, history of hypertension, diabetes mellitus, and tuberculosis.
Results: The results showed that the prevalence of pregnancy complications was 24%. There was no statistically significant relationship. The final results of the multivariate analysis showed that pregnancy complications in general occurred in maternal age <20 years (aPR 0.98, 95% CI 0.60–1.57), while maternal age ≥35 years had a 1.16 times higher risk of experiencing pregnancy complications compared to maternal age 20-34 years after controlling covariates (aPR 1.16, 95% CI 0.85–1.57). The sub-population pregnancy complications analysis showed that maternal age <20 years had a 1.35 times higher risk of experiencing pregnancy complications (aPR 1.35, 95% CI 0.71-2.46), while maternal age ≥35 years had a 1.18 times higher risk of experiencing pregnancy complications (aPR 1.18, 95% CI 0.78-1.83) after controlling covariates. The sub-population antepartum hemorrhage, maternal age <20 years had a 1.35 times higher risk (aPR 1.35, 95% CI 0.54–3.42), while maternal age ≥35 years had a 1.65 times higher risk after controlling covariates (aPR 1.65, 95% CI 0.92–2.96).
Conclusion: There is an increased risk in the subpopulation of pregnancy complications and antepartum hemorrhage among maternal age <20 years or ≥35 years old during pregnancy, although the results were not statistically significant. The finding suggests the needs for adequate efforts for early detection among high risk pregnant women along with strengthening education on recognizing common danger signs of pregnancy complications and consistently maintaining the quality of antenatal care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puspitasari
"Tesis ini membahas mengenai ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilannya dengan kejadian kematian neonatal. Angka kematian neonatal di suatu daerah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator dalam keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Selain faktor penyebab langsung, juga terdapat berbagai faktor pemicu terjadinya kematian neonatal. Faktor tersebut meliputi faktor sosial ekonomi, faktor ibu, faktor pelayanan kesehatan, faktor neonatal, faktor persalinan dan pelayanan postnatal. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab kematian neonatal adalah kelengkapan kunjungan ANC, kunjungan neonatal, usia ibu, penolong persalinan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan tempat persalinan. Responden yang mengalami komplikasi kehamilan mulas sebelum 9 bulan memiliki peluang sebesar 1,021 untuk mengalami kematian neonatal, responden yang mengalami komplikasi kehamilan perdarahan berlebihan memiliki peluang sebesar 1,170 kali untuk mengalami kematian neonatal, responden yang mengalami kommplikasi kehamilan demam memiliki peluang sebesar 1,153 kali untuk mengalami kematian neonatal, , responden yang mengalami komplikasi kehamilan kejang memiliki peluang sebesar 1,036 kali untuk mengalami kematian neonatal, responden yang mengalami komplikasi kehamilan dengan tanda bahaya lebih dari satu jenistanda bahaya seperti hipertensi, kepala pusing, posisi janin sungsang, dan oedema memiliki peluang sebesar 1,276 kali untuk mengalami kematian neonatal. Dan yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan, diharapkan pemerintah melakukan upaya deteksi dini terhadapa komplikasi pada kehamilan dan perlu diikuti dengan pemantauan yang berkelanjutan pada kepatuhan ibu terhadap anjuran dari petugas kesehatan

This thesis discusses the pregnant women who experience complications during pregnancy with the incidence of neonatal mortality. Neonatal mortality rate in an area can be used as an indicator of the success of health care and health development programs. In addition to the direct causes, there are also many factors triggering the occurrence of neonatal mortality. These factors include socioeconomic factors, maternal factors, health service factors, neonatal factors, factors childbirth and postnatal care. This study used cross sectional design by using multiple logistic regression analysis. The results of this study indicate that the cause of neonatal mortality is completeness ANC, visit neonatal, maternal age, birth attendants, maternal education, maternal employment and the place of delivery. Respondents who experienced pregnancy complications heartburn before 9 months have a chance at 1,021 to experience neonatal death, respondents who experienced pregnancy complications excessive bleeding have a chance at 1,170 times to experience neonatal death, respondents who experienced kommplikasi pregnancy fever has the opportunity for 1,153 times to experience neonatal deaths , respondents who experienced pregnancy complications seizures have a chance at 1,036 times to experience neonatal death, respondents who experienced pregnancy complications with danger signs of more than one jenistanda hazards such as hypertension, headache, fetal position, breech presentation, and edema have a chance at 1,276 times to experience neonatal death. And associated with complications of pregnancy, it is expected the government to make efforts terhadapa early detection of complications in pregnancy and should be followed by continuous monitoring on compliance mother against the advice of health officials."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Honesty Fadhilah
"Di seluruh dunia, stroke adalah penyebab kematian nomor dua dan penyebab kecacatan nomor tiga. Selain faktor risiko utama stroke (hipertensi, kolesterol, diabetes), status sosial ekonomi sering dikaitkan sebagai faktor risiko yang memiliki peran penting terhadap kejadian stroke. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan faktor sosial ekonomi memiliki hubungan dengan penyakit stroke berdasarkan data IFLS Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional, menggunakan pendekatan ekonometrika dengan uji Logit. Model logit digunakan untuk menentukan estimasi faktor risiko stroke. Analisis menunjukkan bahwa 309 (0,90%) responden menderita stroke, dengan presentase terbesar berada pada status sosial ekonomi kategori miskin (26.86%). Berdasarkan analisis bivariat status sosial ekonomi tidak berhubungan dengan kejadian penyakit stroke. Berdasarkan analisis multivariat terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan kejadian penyakit stroke setelah dikontrol oleh variabel lainnya.
Variabel sosial ekonomi kategori sosial ekonomi menengah dapat meningkatkan risiko sebanyak 1,53 kali lebih tinggi terhadap terjadinya penyakit stroke.

Worldwide, stroke is the number two leading cause of death and number three leading
cause of disability. In addition to the main risk factors of stroke (hypertension,
cholesterol, diabetes), socioeconomic status is often associated as a risk factor that has an
important role in the incidence of stroke. This study aims to prove that socio-economic factors have a relationship with stroke based on 2014 IFLS data. This study used a cross sectional study design, using an econometric approach with Logit test. The logit model is used to determine the estimated risk factors for stroke. The analysis showed that 309 (0.90%) respondents suffered strokes, with the largest
percentage being in the socio-economic status of the poor category (26.86%). Based on bivariate analysis socio-economic status is not related to the incidence of stroke. Based
on multivariate analysis there is a relationship between socioeconomic status and the incidence of stroke after being controlled by other variables. Socio-economic variables in
the middle socio-economic category can increase the risk by 1.53 times to the occurrence of stroke.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binti Wiladatul Laili
"ABSTRAK
Disabilitas ADLs dari tahun ke tahun meningkat, sehingga rasio ketergantungan lanjut usia juga meningkat setiap tahunnya. Pengukuran rasio lingkar pinggang ndash; lingkar pinggul pada lanjut usia merupakan indikator yang tepat untuk mengukur tingkat kelebihan massa lemak. Hal itu berkaitan erat dengan berbagai penyakit kronis dan memungkinkan berkembang ke arah disabilitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan rasio lingkar pinggang ndash; lingkar pinggul dengan kejadian disabilitas pada usia ge; 45 tahun. Desain penelitian ini adalah cross sectional, dengan analisis data ROC untuk mengetahui titik pototng disabilitas ADLs , Chi ndash; Square dan Regresi Cox. Populasinya adalah seluruh seluruh populasi usia ge; 45 tahun yang memenuhi kriteria pada IFLS V tahun 2015. Hasil menunjukkan bahwa PR disabilitas ADLs dan rasio lingkar pinggang ndash; lingkar pingul adalah sebesar 2,7 setelah dikontrol variabel interaksi WHR dengan jenis kelamin, WHR dengan pekerjaan dan WHR dengan status merokok. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan selalu melakukan uji konfirmasi pengukuran rasio lingkar pinggang ndash; lingkar pinggul khususnya pada usia ge; 45 tahun teritama pada mereka yang tidak melakukan pekerjaan dan juga pada mereka yang merokok, sebab keduanya mempunyai interaksi sinergis dengan WHR yang akan meningkatkan disabilitas ADLs. Kata Kunci : disabilitas ADLs, IFLS V, rasio lingkar pinggang ndash; lingkar pinggul, lanjut usia

ABSTRACT
ADLs disability have been increasing every year, so dependently ratio of oldests people increased too every years. Measurements of waist ndash hip ratio in oldest people are as the true indicator to identify at increased risk of accumulation of abdomial fat. It rsquo s related with some chronical diseases and maybe can be developing into disability. Research objective is to analyze the relationship between waist hip ratio with ADLs disability in people with ge 45 age years. Research design is cross sectional, with data analysis with ROC it rsquo s to determine cut off point of ADLs disability , Chi ndash Square and Cox Regression Analysis. Population are all peoples with ge 45 age according criteria in IFLS V at 2014. The result showed that Prevalence Ratio ADLs disability with waist ndash hip ratio are 2,7 after controlled by interaction variable of gender by WHR, job by WHR, and smoking status by WHR. According the result to advices someone always have been measured waist ndash hip ratio especially for someone with ge 45 ages, and there are without activity but there are smoking, becouse the both have sinergic interaction with waist hip ndash ratio and increased ADLs disability. Keyword ADLs disability, IFLS V, WHR, oldest ndash peoples"
2017
T48718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Dwi Wijayanti
"Multiple job holding merupakan sebuah fenomena di mana pekerja memiliki lebih dari satu pekerjaan, telah menjadi tren di negara maju dan mulai meranah ke negara berkembang khususnya Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu menyoroti bahwa upah merupakan kriteria yang signifikan dan konsisten dalam menentukan keputusan pekerja melakukan multiple job holding. Peningkatan upah pekerjaan utama akan menurunkan insentif pekerja memiliki pekerjaan sampingan dikarenakan meningkatnya reservation wage. Namun, tidak ditemukan penelitian yang mengaitkan keputusan multiple job holding saat ini dengan status multiple job decision terdahulu. Penelitian kali ini akan menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014 untuk menginvestigasi apakah peningkatan upah pada pekerjaan utama menurunkan insentif memiliki pekerjaan sampingan pada tahun 2014, dengan mengontrol status multiple job holding pada tahun 2007. Menggunakan model estimasi logit dan multinomial logit, ditemukan bahwa peningkatan upah pada pekerjaan utama menurunkan probabilita memiliki pekerjaan sampingan pada tahun 2014.

Multiple job holding – i.e., a phenomenon in which workers have more than one job – has become a trend in developed countries and is beginning to occur in developing countries, such as Indonesia. Existing studies provide the evidence that wages are a significant and consistent criterion to determine multiple job decisions. Wage increases in the primary job will decrease the incentive to have a second job as the reservation wage increases. However, there are no studies have been found which links the current multiple job decision with the past multiple job status. This study use data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007 and 2014 to investigate whether or not a wage increase in the primary job reduces the incentive to have a second job in 2014, controlling for the multiple job status in 2007. Using logit and multinomial logit estimations, this study find that the wage increase in the primary job decreases the probability of having a second job in 2014."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Qomala
"Modal sosial daerah asal merupakan modal sosial yang secara spesifik berada di suatu daerah dimana seseorang tinggal atau berasal. Adanya aktifitas migrasi dapat membuat individu lebih sulit mengakses modal sosial daerah asalnya, namun modal sosial juga dapat mempermudah seseorang dalam proses melakukan migrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh modal sosial individu maupun komunitas di daerah asal terhadap partisipasi migrasi pekerja. pembentukan variabel modal sosial dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Kemudian, variabel modal sosial yang telah terbentuk digunakan untuk mengestimasi peluang bermigrasi menggunakan regresi probit. Hasilnya, modal sosial individu berpengaruh positif terhadap partisipasi migrasi pekerja, sedangkan modal sosial komunitas daerah asal berpengaruh negatif. Hal ini berarti, modal sosial secara secara individu dapat menjadi faktor pendorong bermigrasi, sedangkan modal sosial komunitas yang menjadi karakteristik suatu derah dapat menjadi faktor penghambat migrasi.

The social capital of origin is the specific social capital located in any area of residence or origin. Mobility activities make it more difficult for people to access social capital from their home regions, however social capital can also facilitate a person in the process of transforming. The purpose of this study is to look at the effect of social capital of individuals or communities in the area of origin on labor migration participation. The formation of social capital variables is done using factor analysis. Then, the social capital variabel that has been creates is used to estimate the opportunity to migrate using probit regression. As a result, individual social capital is positive for worker participation, while local community social capital is negative. This means that individual social capital can be motivating factor for migration, while community social capital being characteristic of local residents can be an inhibiting factor for migration.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidiah Ihsan
"Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian dini di dunia. Salah satu faktor risikonya adalah hipertensi, keduanya merupakan komponen dari sindrom metabolik yang saling mempengaruhi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia >15 tahun dikaitkan dengan hipertensi. Studi memanfaatkan data IFLS ke-4 dan ke-5 yang dianalisis dengan desain kohort retrospektif. Pengukuran variabel independen dan kovariat yang berubah didasarkan IFLS ke-4 dan ke-5, sedangkan variabel yang tidak berubah didasarkan IFLS ke-4. Pemilihan sampel dipastikan terbebas dari DM dan tidak memiliki status hipertensi terkontrol. Hasil studi menunjukkan tetap hipertensi dan menjadi hipertensi terbukti dapat meningkatkan risiko kejadian DM. Pada kelompok tetap hipertensi risiko DM 2,30 kali lipat, sedangkan pada kelompok menjadi hipertensi risiko DM 2,14 kali lipat dibandingkan kelompok tetap tidak hipertensi setelah dikontrol usia, perubahan aktivitas fisik, dan perubahan indeks masa tubuh, sedangkan pada kelompok hipertensi terkendali tidak didapatkan hubungan yang signifikan. Studi ini juga menyimpulkan 41,5% kasus DM dapat dicegah pada populasi umum dan 68% kasus DM dapat dicegah pada penderita hipertensi dengan mengendalikan hipertensi menjadi terkontrol atau mengeliminasinya. Pengendalian hipertensi dan DM memerlukan komitmen bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat sesuai pesan CERDIK dan PATUH.

Diabetes mellitus is a non-communicable disease which was the main cause of early death at the global level. One of the known risk factors for diabetes mellitus is hypertension, both are known as the components of the metabolic syndrome in interplay system. This study aims to determine the risk of Diabetes Mellitus in people aged >15 years that associate with hypertension in Indonesia. The study was using data from the 4th IFLS and 5th IFLS which analyzed using a retrospective cohort design. The measurements of the independent and covariate variables that potentially changes are based on the 4th IFLS and 5th IFLS data, whereas the variables that constant are based on the4th IFLS data. The sampling method was excluding the diabetes mellitus and hypertension controlled criteria. The multivariable adjusted RR for incident diabetes melitus for baseline hypertension 2,30, and progression hypertension 2,14 after controlling for age, changes in physical activity, and body mass index changes. This study also concluded that PAR % 41.5%  and AR% 68%. The hypertension control is an integrated strategy of diabetes mellitus control which requires a joint commitment from the government and society to live a healthy lifestyle according to the CERDIK and PATUH health messages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Rafaella Siasta
"Anemia terjadi saat jumlah hemoglobin dalam darah berada di bawah batas normal. Prevalensi anemia pada anak usia sekolah di Indonesia mencapai 26,8%, angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Kondisi ini dapat berdampak negatif seperti gangguan pertumbuhan, penurunan daya tahan tubuh, keterlambatan pubertas, dan penurunan tingkat kecerdasan. Gejala yang umum muncul antara lain lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5L), serta menghambat perkembangan otot dan tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi anemia, faktor-faktor yang berhubungan, dan faktor dominan pada anak usia sekolah di Indonesia menggunakan data dari IFLS tahun 2014 dengan desain studi cross-sectional. Hasilnya menunjukkan prevalensi anemia pada anak usia sekolah sebesar 25,9%. Analisis menemukan hubungan signifikan antara status gizi, konsumsi makanan (hewani, sayuran, buah), diare, perilaku buang air besar, dan daerah tempat tinggal dengan n anemia (p<0,05). Faktor dominan anemia dari analisis multivariat adalah daerah tempat tinggal, dengan risiko 2,88 kali lebih besar. Pemerintah menyediakan akses pemeriksaan Hb di sekolah melalui UKS, serta edukasi tentang kesehatan bagi pendidik dan siswa. Masyarakat juga diminta untuk melakukan perilaku hidup sehat dengan memperhatikan asupan gizi sekaligus mencegah infeksi pencernaan

Anemia occurs when the blood's hemoglobin level is below normal. The prevalence of anemia among school-aged children in Indonesia reaches 26.8%, higher than the national average. This condition can have negative impacts such as growth disturbances, decreased immunity, delayed puberty, and reduced intelligence levels. Common symptoms include lethargy, weakness, tiredness, fatigue, and negligence (5L), which can hinder muscle and bone development. This study aims to identify the prevalence of anemia, related factors, and dominant factors in school-aged children in Indonesia using data from the 2014 IFLS with a cross-sectional study design. The results show a prevalence of anemia among school-aged children of 25.9%. The analysis found significant relationships between nutritional status, food consumption (animal-based, vegetables, fruits), diarrhea, defecation behavior, and residential areas with anemia (p<0.05). The dominant factor for anemia from multivariate analysis is the residential area, with a risk 2.88 times greater. The government provides access to Hb tests in schools through UKS and health education for educators and students. The community is also encouraged to practice healthy living by paying attention to nutritional intake while preventing digestive infections."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>