Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122339 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melani Dwinita
"Tesis ini bertujuan untuk mengukur efek / pengaruh penerapan inflation targeting pada sistem nilai tukar mengambang terhadap pass through nilai tukar pada inflasi menurut IHK umum, IHK tradable dan IHK nontradable, dan untuk membandingkan pass through nilai tukar pada inflasi menurut IHK tradable dan IHK nontradable di Indonesia. Untuk menganalisa efek/pengaruh penerapan inflation targeting pada sistem nilai tukar mengambang terhadap pass through nilai tukar pada inflasi menurut IHK, digunakan metode error correction model ECM.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang, penerapan inflation targeting berhasil menurunkan pass through nilai tukar pada inflasi menurut IHK, baik pada IHK umum, IHK tradables, maupun IHK non-tradables. Dalam jangka pendek, setelah penerapan inflation targeting, besarnya pass through nilai tukar terhadap inflasi menurut IHK non-tradable lebih tinggi dibandingkan dengan pass through nilai tukar terhadap inflasi menurut IHK tradable. Hal tersebut mengindikasikan menurunnya efektivitas nilai tukar nominal sebagai peredam guncangan.
Selain itu, dari penelitian juga dapat disimpulkan bahwa meskipun penerapan inflation targeting berhasil menurunkan pengaruh inersia inflasi, namun pengaruh inersia inflasi pada ekspektasi masyarakat masih dominan. Dengan demikian, penerapan kebijakan inflation targeting belum sepenuhnya berhasil mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat berdasarkan target inflasi yang telah ditetapkan.

The aims of this thesis are to estimate the effect of the inflation targeting application in floating exchange rate system to the exchange rate pass through in inflation according to general CPI, tradable CPI, and non tradable CPI, and to compare the exchange rate pass through in inflation according to tradable CPI, and non tradable CPI in Indonesia. Error correction model ECM is used to analyze the effect of inflation targeting application in floating exchange rate system to the exchange rate pass through in inflation according to CPI.
The result of this research shows that in long run and short run, the inflation targeting application succed to reduce exchange rate pass through to inflation according to general CPI, tradable CPI, and non tradable CPI. In short run, after the inflation targeting application, the exchange rate pass through to inflation according to non tradable CPI is higher than the exchange rate pass through to inflation accoding to tradable CPI. This indicates the reduce of the effectiveness of nominal exchange rates as shock absorbers.
Besides that, from this research we can conclude that eventhough the inflation targeting application has succed to reduce the influence of inertia inflation, but the influence of inertia inflation to society rsquo s expectation is still dominant. It means that the inflation targeting application are not entirely succed to lead the society rsquo s inflation expectation according to the inflation target.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiyok Subekti
"Tesis ini membahas tentang hubungan kausalitas antara suku bunga SBI, nilai tukar riil, tingkat harga dan aktititas ekonomi riil khususnya pada periode diterapkannya ITF di Indonesia sejak Juli 2005. Penulisan tesis ini dilatarbelakangi oleh dampak penggunaan suku bmmga sebagai sasaran operasional kebijakan moneter dalam Icerangka ITF serta nilai tukar terhadap tingkat harga dan aktifitas ekonomi riil.
Data yang digunakan adalah data time series bulanan yang terdixi dari tingkat suku bunga SBI tenor 1 bulan, nilai tukar riil Rp/USS, Indeks Harga Konsumen dan sebagai proxy dari alctifitas ekonomi riil digunakan indeks produksi manufaktux Indonesia dengan rentang periode observasi sejak bulan Juli 2005 sampai dengan Mei 2008.
Metode ekonometri yang digunakan adalah model VAR (Vector Autoregression). Untuk melihat pola hubungan gmcangan antar variabel diperoleh dari hasil Impulse .Respon Function (IRF), sedangkan untuk mencntukan sumbangan /komposisi gmmcangan musing-musing variabel terhadap varians dari vaxiabcl tertentu digunakan metode Forecast Error Variance Decomposition (FEVD).
Hasil IRF yang diperoleh menunjukkan bahwa guncangan suku bunga SBI masih cukup efcktif untuk mempengaruhi tingkat harga dan mempcrkuat nilai tukar. Guncangan suku bunga SBI dapat rnemberikan dampak yang negatif terhadap aktititas ckonomi riil. Hasil analisis FEVD menunjukkan bahwa pada periode observasi nilai mkar agak sulit dikendalikan. Guncangan niiai tukar riil lebih dominan dalam mempcngaruhi vanasi tingkat harga dan aktititas ekonomi riil. Hal ini mennnjukkan semakin dominannya pengaruh luar negeri dalam perekonomian Indonesia.

This thesis discusses the causality relationship among SBI interest rate, real exchange rate, price level and real economic activity especially in period of the ITF implementation in Indonesia since July 2005. The effect of employing interest rate as the operational target of monetary policy and exchange rate on price level and real economic activity is the main background of this thesis.
Data employed in this thesis are monthly time series consist of one month SBI interest rate, real exchange rate Rp/U S, Consumer Price Index and manufacturing production index as a proxy of real economic activity with observation period from July 2005 to May 2008. VAR (Vector Autoregression) is used as the econometric method.
The result obtained from Impulse Respon Function (IRF) method is used to analyze the relationship characteristic among shocks of each variable. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) method is used to determine the shock contribution of each variable to one variable.
IRF result shows that SBI interest rate shock is e&`ective enough to influence the price level and to strenghten the exchange rate. SBI interest rate shock is negatively reponsed by real economic activity. FEVD result shows that exchange rate is hard to be controlled during observation paiod. The exchange rate shock influences the variability of price level and real economic activity dominmitly. This result indicates the more dominant influence of foreign economic on Indonesian economic.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34302
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Ariastuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (i) bagaimana pengaruh perubahan langsung (direct pass-through) dan perubahan tidak langsung (indirect pass-through) nilai tukar rupiah per dolar AS terhadap inflasi IHK di Indonesia, (ii) besarnya derajat direct pass-through dan indirect pass-through nilai tukar rupiah per dolar AS terhadap IHK Indonesia, dan (iii) apakah penerapan kombinasi antara FFER dan kebijakan moneter ITF berpengaruh dalam mengendalikan inflasi Indonesia selama periode penerapan IT. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu selama periode 2005.7 - 2011.6 atau selama awal penerapan ITF hingga 2011.9. Model diestimasi dengan menggunakan metode Vectorautoregresion (VAR) yang terdiri atas analisis Impulse Response dan Variance decomposition.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) Variabel nilai tukar rupiah per dolar AS signifikan berpengaruh secara tidak langsung terhadap IHK di Indonesia pada derajat α=5% dan secara bersama seluruh variabel dalam model VAR berpengaruh signifikan terhadap inflasi IHK pada derajat α = 5% baik pada direct pass-through maupun indirect pass-through. (ii) Derajat pass-through Indonesia adalah rendah dan positif atau berada dalam kategori incomplete pass-through, yaitu derajat pass-through yang berada pada selang nilai 0 - 1 untuk periode 6 bulan pada direct pass-through dan sampai 24 bulan pada indirect pass-through. Incomplete pass-through mengimplikasikan bahwa perubahan nilai tukar rupiah per dolar AS tidak seluruhnya ditransmisikan ke harga konsumen di dalam negeri. (iii) Penerapan ITF yang dikombinasikan dengan FFER berpengaruh dalam mengendalikan inflasi di Indonesia selama periode penerapan ITF (2005:7-2011:6).

The objectives of this study are (i) to investigate the influernce of direct and indirest exchange rate pass-through effect of rupiah/US dollar on consumer price index in Indonesia, (ii) to determine the magnitude of the degree of pass-through for rupiah/US dollar exchange rates in Indonesia (iii) To investigate whether the application of the combination of Free Floating Exchange Rate and Inflation Targeting as a monetary policy framework has impluence on declining inflation in Indonesia during the Inflation Targeting era. The data used in this study are time series data to presents the evidence on exchange rate pass-through (ERPT) for Indonesia after the adoption of Inflation Targeting (IT) during 2005.7 - 2011.6. The model estimated by Vector autoregresion (VAR) which consist of Impulse Response dan Variance decomposition.
The results of this research show that (i) rupiah/US dollar exchange rates have significantly influenced Consumer Price Index ata  = 5% via indirect pass-through and with all the other variables used in VAR model have significantly influenced Consumer Price Index ata  = 5% via both direct pass-through and indirect pass-through. (ii) The degree of pass-through during the implementation period of IT in Indonesia is known as having incomplete pass-trhough (0 - 1), imply that prices react less proportionately to exchange shock in Indonesia. (iii) The implementation of IT during the period of 2005-2011 combined with the application of FFER during the periode of 2005:7-2011:6 has supported the achievment of inflation control in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29561
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herina Prasnawaty Dewayany
"Perubahan sistem nilai tukar yang terjadi sejak krisis ekonomi dari sistem nilai tukar mengambang terkendali ke sistem ?nilai tukar mengambang terkendali? menyebabkan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap USD menjadi lebih besar. Volatilitas nilai tukar yang cenderung berfluktuasi ini dikhawatirkan mempengaruhi stabilitas makroekonomi antara lain inflasi, baik secara langsung maupun tidak langsung dan mempengaruhi target inflasi yang akan dicapai. Di satu sisi, sejak Juli 2005 Bank Indonesia menganut Inflation Targeting Framework (ITF) sebagai konsekuensi dari diberlakukannya UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah sehingga inflasi diharapkan terkendali. Terkait dengan hal tersebut, akan dilakukan analisis dampak fluktuasi nilai tukar rupiah pasca penerapan sistem ?nilai tukar mengambang terkendali? dan dampak penerapan kebijakan ITF terhadap inflasi di Indonesia selama periode triwulan III-1997 s.d. Triwulan II-2011. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) Nilai tukar rupiah pasca penerapan sistem ?nilai tukar mengambang terkendali? berpengaruh signifikan terhadap inflasi dan berkorelasi positif. (2) Dummy Kebijakan ITF berpengaruh signifikan dalam menurunkan inflasi.

Exchange rate system changes that have occurred since August 1997 from the floating exchange rate system to flexible exchange rate system made volatility of the rupiah against the USD becomes larger. Exchange rate volatility which is feared likely to fluctuate affecting macroeconomic stability, among others, inflation, either directly or indirectly and affect the inflation target to be achieved. On the one hand, since July 2005 Bank Indonesia adopted Inflation Targeting Framework (ITF) as a consequence of the enactment of Law No.23 of 1999 concerning Bank Indonesia. With this framework, Bank Indonesia announced explicit inflation target of monetary policy to the public and directed to achieve the inflation target set by the Government so that expected inflation under control. In this regard, will be carried out analysis of the impact the exchange rate fluctuations after the application of flexible exchange rate system and the impact of the ITF policy on inflation in Indonesia during quarter III-1997 until Quarter II-2011. Results analysis indicate that (1) The rupiah after the application of flexible exchange rate system have a significant effect on inflation and positively correlated. (2) Dummy ITF policy have a significant effect in lowering inflation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T29477
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Sediana Milasari D.
"Tesis ini membahas bagaimana penerapan Inflation Targeting mempengaruhi exchange rate pass-through di Indonesia pada periode 1997:Q4 sampai 2009:Q4 selama sistem nilai tukar mengambang. Penulis ingin mengetahui apakah penerapan Inflation Targeting di Indonesia dapat membantu menurunkan derajat pass-through dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Ordinary Least Squares. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Inflation Targeting terbukti dapat menurunkan derajat pass-through dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk PPI, namun belum terbukti untuk CPI.

This study examines how the adoption of inflation targeting influenced exchange rate pass-through in Indonesia on period 1997:Q4 until 2009:Q4 in the floating exchange rate. The author would like to know whether the adoption of inflation targeting in Indonesia could help reduce the degree of pass-through in the short term and the long term. The method of this study that used was Ordinary Least Squares. The result of this research indicated that the adoption of inflation targeting proved could reduce the degree of pass-through in the short term and the long term for PPI, but could not prove for CPI."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T 27616
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan Arif Hartanto
"Kebijakan moneter dengan kerangka kerja penargetan inflasi adalah sebuah kerangka baru dalam kebijakan moneter yang dewasa ini telah umum digunakan di berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Kerangka ini pertama kali diterapkan di Selandia Baru pada tahun 1990 dan semakin lama semakin banyak dianut oleh berbagai negara seiring dengan terjadinya perubahan pada pendekatan yang digunakan dalam kebijakan moneter, dari pendekatan kuantitas ke pendekatan harga, yang semakin mengemuka. Perubahan strategi kebijakan moneter dari kerangka kerja penargetan uang beredar menuju penargetan inflasi didasari suatu temuan bahwa semakin lama semakin sulit ditemukan hubungan yang stabil antara uang dengan pertumbuhan ekonomi, khususnya dalam jangka panjang. Di sisi yang lain, perubahan juga terjadi pada sistem nilai tukar yang digunakan. Kecenderungan yang terjadi adalah perubahan sistem nilai tukar tetap menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas. Perubahan ini terjadi untuk memenuhi tuntutan kebutuhan dari semakin meningkatnya derajat keterbukaan ekonomi dan keuangan di hampir semua negara. Derajat keterbukaan ekonomi dan keuangan serta sistem nilai tukar yang mengambang bebas ini akan meningkatkan pengaruh eksternal, yang muncul dari perubahan yang terjadi pada nilai tukar, terhadap inflasi domestik. Seperti yang dijelakan oleh Preposisi Taylor (2000) bahwa terdapat hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara Inflation Targeting Framework (ITF) dengan Exchange Rate Pass-through (ERP). Taylor menyatakan bahwa penerapan ITF akan menurunkan derajat ERP, derajat ERP yang rendah pada gilirannya akan menurunkan tekanan inflasi eksternal yang dapat membantu terjaganya inflasi domestik pada tingkat yang rendah dan stabil. Melalui penelitian ini penulis bermaksud untuk menganalisis dan membahas bagaimana dampak atau pengaruh penerapan ITF terhadap derajat exchange pass-through to domestic inflation dengan mengambil ruang lingkup pembahasan tiga negara ASEAN, yaitu Indonesia, Filipina, dan Thailand. Lebih jauh lagi, studi ini dimaksudkan untuk menguraikan pengaruh penerapan Inflation targeting Framework (ITF) terhadap besaran koefisien exchange rate pass-through jangka pendek dan jangka panjang untuk inflasi Consumer Price Index (CPI) dan inflasi Producer Price Index (PPI). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode persamaan simultan Two Stage Least Squares (2 SLS) dalam mengestimasi hubungan antara penerapan ITF dan exchange rate pass-through. Penulis melakukan estimasi 2 SLS dengan menggunakan dua indikator harga, yaitu inflasi Consumer Price Index (CPI) dan inflasi Price Producer Index (PPI). CPI merupakan proksi atas tingkat harga barang non-tradables. Dengan demikian, dampak depresiasi nilai tukar terhadap inflasi CPI menunjukkan efek langsung dari shock nilai tukar yang terjadi terhadap inflasi domestik. PPI digunakan sebagai proksi atas tingkat harga barang tradables sehingga pengaruh depresiasi nilai tukar terhadap inflasi PPI menunjukkan indirect effect atas yang shock yang terjadi pada nilai tukar terhadap inflasi domestik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
S26370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Lasma Riana
"Perkembangan ekonomi Indonesia, dari tahun ke tahun mengalami kemajuan, hal tersebut juga tentu mempengaruhi perkembangan pasar modal Indonesia, yang juga merupakan bagian dari ekonomi Indonesia. Perkembangan perekonomian tersebut merupakan cerminan dari perkembangan setiap perusahaan-perusahaan pelaku ekonomi. Dan peningkatan kinerja dari setiap perusahaan tersebut akan tercermin dari harga-harganya di Bursa Efek Indonesia.
Dari data Bursa Efek Indonesia yang terbaru, ada 443 saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek hingga saat ini dari berbagai bidang industri. Seluruh saham-saham tersebut dapat terlihat pergerakan nya secara keseluruhan melalui pergerakan IHSG, sebagi indeks yang mewakili seluruh harga saham di bursa efek.
Pergerakan IHSG yang terjadi setiap hari, banyak dipengaruhi oleh kinerja dari dalam perusahaan, dan juga pengaruh dari makroekonomi sebuah negara. Dari situlah peneliti ingin menjelaskan pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar, dan tingkat bunga sebagai bagian dari faktor makroekonomi, terhadap pergerakan harga-harga saham yang diwakili oleh IHSG, baik secara simultan, maupun secara parsial.
Ditemukan bahwa secara simultan, seluruh variabel-variable independen terbukti berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Secara parsial tingkat bunga dan nilai tukat berpengaruh singnifikan terhadap IHSG, dan inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap IHSG.

Economic development of Indonesia grow every year, it would also affect the development of the Indonesian capital market, which is also part of the Indonesian economy. Economic development is a reflection of the development of any economic agent companies. And increase the performance of each company will be reflected in their prices in Indonesia Stock Exchange.
Data from the Indonesia Stock Exchange recently, there are 443 active shares traded on stock exchanges now from various industrial fields. The entire stock can be seen his movement as a whole through the movement of the JCI, as a price index that represents all the shares on the stock exchange.
JCI movements that occur every day, much influenced by the performance of the company, and also the influence of a country's macroeconomic. Because of that, this research aim to analyze the effect of the inflation rate, foreign exchange and interest rates on composite stock price index at Indonesian Stock Exchange both simultaneously and partially.
From the result, it can be drawn that there was a big simultaneous impact of the independent variable on Composite Stock Price Index. Partially, interest rates and exchange rates affect singnifikan to JCI, but partially, inflation does not affect the JCI.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fachriza
"Pengaruh perubahan nilai tukar terhadap perekonomian Indonesia menjadi topik menarik sejak terjadi krisis nilai tukar rupiah pada tahun 1997 yang telah menyebabkan keseimbangan internal semakin parah. Hal ini tercermin dari melonjaknya inflasi dari 5,17% pada tahun 1996/1997 menjadi 34,22% pada akhir tahun anggaran 1997/1998 (BI, 1998). Melemahnya nilai tukar telah menyebabkan kenaikan yang tinggi pada harga barang-barang yang mengandung komponen impor. Pada sisi fiskal, depresiasi rupiah yang tajam telah mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat.
Keterkaitan antara nilai tukar dan inflasi akan semakin jelas ketika terjadi perubahan sistem nilai tukar dari sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate) ke sistem nilai tukar mengambang bebas (freefloating exchange rate). Inflasi mengalami trend kenaikan yang lebih tajam ketika diberlakukan free floating exchange rate sejak kuartal kedua tahun 1997. Fluktuasi inflasi juga lebih tampak ketika periode free floating exchange rate dibandingkan periode sebelumnya. Inflasi tampak mempunyai trend menurun ketika terjadi penguatan nilai tukar rupiah pada kuartal pertama tahun 1999.
Kenyataan lain akibat depresiasi rupiah adalah adanya kontraksi output ketika sistem nilai tukar yang dipakai free floating exchange rate. Depresiasi rupiah yang tajam terjadi setelah penerapan free floating exchange rate dibarengi dengan adanya kontraksi output Indonesia. Depresiasi rupiah mengakibatkan barang-barang modal yang dibutuhkan industri dalam negeri mengalami lonjakan harga. Keadaan ini membuat perusahaan mengurangi kapasitas produksi barang yang mempunyai kandungan impor tinggi. Penurunan kapasitas produksi inilah yang menandai telah terjadi kontraksi output. Dengan demikian depresiasi rupiah telah menyebabkan terjadinya penurunan output.
Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah VECM untuk melihat keterkaitan antara nilai tukar terhadap inflasi dan output dan peranan kebijakan nilai tukar terhadap inflasi dan dampak penerapan kebijakan nilai tukar terhadap output pada krisis tahun 1997/1998 dan krisis tahun 2008. Alasan menggunakan metode VECM untuk melihat dampak nilai tukar terhadap inflasi dan output baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Effect of exchange rate changes on the Indonesian economy has been a hot topic since the exchange rate crisis in 1997 that has led to increasingly severe internal balance. This is reflected in the soaring inflation of 5.17% in 1996/1997 to 34.22% at the end of fiscal year 1997/1998 (BI, 1998). The weakening of the exchange rate has led to a high rise in the price of goods that contain imported components. On the fiscal side, the sharp depreciation of the rupiah resulted in increased government spending.
The linkage between the exchange rate and inflation will be more apparent when there is a change of the exchange rate system from managed floating exchange rate to a free floating exchange rate system. Inflation experienced a sharper upward trend when applied free floating exchange rate since the second quarter of 1997. Fluctuations in inflation are also more visible when the period of free floating exchange rate compared to the previous period. Inflation appears to have a downward trend in the event of strengthening the exchange rate in the first quarter of 1999.
Another fact due to the depreciation of the rupiah is a contraction of output when the exchange rate system used free floating exchange rate. Sharp depreciation occurred after the adoption of free floating exchange rate coupled with a contraction of output in Indonesia resulting depreciation of capital goods needed domestic industry experienced a surge in prices. This situation makes the company reduce production capacity of goods that have a high import content. The decline in production capacity is what marks the output contraction has occurred. Thus depreciation has led to a decrease in output.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T42873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifany Apriyuliani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh makro ekonomi dan komoditas terhadap Jakarta Islamic Index (JII) periode 2013-2017. Variabel makro ekonomi yang diuji adalah inflasi, nilai tukar mata uang asing dan suku bunga, sedangkan variabel komoditas meliputi harga minyak dan harga emas. Penelitian ini menggunakan data sekunder kuantitatif dan diuji menggunakan model regresi data time series.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah tingkat inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap Jakarta Islamic Index, nilai tukar mata uang asing berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Jakarta Islamic Index, suku bunga berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Jakarta Islamic Index, harga minyak berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Jakarta Islamic Index dan harga emas berpengaruh positif signifikan terhadap Jakarta Islamic Index.

This study aims to determine the effec of macroeconomics and commodities on Jakarta Islamic Index (JII) for the period 2013-2017. The macroeconomic variables tested were inflation, foreign exchange rates and interest rates, while commodity variables were oil prices and gold prices. This study used quantitative secondary data and a time series data for regression model.
The result of the research found that the inflation rate has a significant negative effect on the Jakarta Islamic Index, the exchange rate of foreign currencies has a positive and insignificant effect on the Jakarta Islamic Index, interest rates have a positive and insignificant effect on the Jakarta Islamic Index, oil prices have no significant effect on the Jakarta Islamic Index and the price of gold has a significant positive effect on the Jakarta Islamic Index.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziza Nabila Amani
"ABSTRAK
Romer (1993) bahwa terdapat hubungan yang negatif antara keterbukaan
perdagangan dengan inflasi. Untuk melihat konsistensi dari hubungan tersebut,
nilai exchange rate pass-through (ERPT) yang telah diestimasi diikutsertakan
sebagai salah satu determinan penting untuk menjelaskan inflasi. Penelitian ini
menggunakan data panel kuartalan yang bersifat unbalanced dari 6 (enam) negara
Asia terpilih pada kurun waktu 1994 sampai dengan 2013. Hasil regresi penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara keterbukaan
perdagangan dengan inflasi, tetapi hasil ini menjadi tidak signifikan ketika ERPT
dimasukkan ke dalam persamaan regresi yang sama dengan keterbukaan
perdagangan. Sementara itu, nilai ERPT selalu bersifat positif dan signifikan
dalam menjelaskan inflasi di setiap model regresi yang digunakan. Hasil empiris
ini membuktikan bahwa hipotesis Romer ditolak di negara-negara Asia dan
pergerakan nilai tukar terhadap harga impor bersifat penting untuk menjelaskan
kenaikan inflasi pada kawasan ini.

ABSTRACT
This research tests the hypothesis first cited by Romer (1993) that there exists a
negative relationship between trade openness and inflation. To verify the
consistency of the relationship sign, estimated values of exchange rate passthrough
(ERPT) to import prices are taken into account as an important
determinant of inflation. This research examines the answer by employing
unbalanced quarterly panel data in 6 (six) selected Asian countries under the
period of 1994 to 2013. The result indicates that there exists a negative
relationship between trade openness and inflation; however, it becomes not
significant when ERPT values are included in the same regression equation with
trade openness. On the other hand, ERPT is always positive and significant to
explain inflation in every regression model employed. The empirical result
confirms the rejection of Romer?s hypothesis in Asian countries and therefore
highlights the importance of exchange rate movements towards import prices as a
factor that brings inflationary effect within this region."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Indonesia, 2016
S63836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>