Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Made Harimbawa
"ABSTRAK
Penggunaan bahan bakar fosil selama ini menghadirkan dua permasalahan utama, yaitu kerusakan lingkungan akibat emisi gas rumah kaca, serta persoalan ketersediaan energi. Untuk mengatasinya, penganekaragaman sumber energi menjadi agenda yang penting. Walaupun saat ini telah banyak terobosan IPTEK serta semakin menguatnya desakan untuk beralih kepada teknologi energi terbarukan, porsi bahan bakar fosil di dalam sistem energi Indonesia masih sangat tinggi. Diduga, salah satu sebabnya adalah path dependence atau alur ketergantungan yang ldquo;mengunci rdquo; teknologi dan institusi yang ada untuk terus-menerus menggunakan sumber energi fosil yang kemudian menghambat perkembangan pemanfaatan sumber energi lainnya, termasuk energi terbarukan. Hasil pengujian empiris ternyata mendukung dugaan tersebut: persistensi pemanfaatan bahan bakar fosil di dalam bauran energi Indonesia sangat tinggi. Keberadaan path dependence menyulitkan Indonesia keluar dari ketergan-tungannya terhadap sumber energi fosil.

ABSTRACT
Current fossil fuels use has created two major issues environmental damage from greenhouse gas emission and energy security. Solving these problems must involve diversification of energy sources. Development in science and technology, along with increasing demand for shifting to cleaner and renewable energy sources in the recent decades have not changed the proportion of fossil fuel in Indonesia energy mix. One explanation to this phenomenon is the existence of path dependence that locks Indonesia rsquo s technological systems and institutions into cycles of fossil fuels consumption, therefore limiting the development of alternative technologies. Empirical evidence suggests that this is the case persistence of fossil fuels in Indonesia is very high. The existence of path dependence creates barriers, making it difficult for Indonesia to get out from its dependency on oil, coal, and natural gas."
2017
T47806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradana Puche Widodo
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga energi terhadap konsumsi energi, terutama minyak dan batubara, pada sektor manufaktur Indonesia. Analisis data panel unbalanced digunakan pada data tingkat perusahaan dari tahun 2003 hingga 2015 untuk mengetahui elastisitas harga permintaan minyak dan batubara. Hasil estimasi menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia sensitif terhadap harga energi. Pada analisis agregat, kenaikan harga minyak satu persen signifikan untuk mengurangi permintaan sebanyak 0,194 persen, sedangkan konsumsi batubara tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harganya. Estimasi regresi batubara menggambarkan hasil yang berbeda dari estimasi minyak yang menunjukkan hubungan positif antara harga batubara dan permintaan batubara meskipun tidak signifikan. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui beberapa hal: jumlah perusahaan yang menggunakan batubara relatif cukup kecil, permintaan batubara hanya terkonsentrasi di beberapa sub-sektor, dan harga batubara yang relatif lebih murah daripada minyak. Untuk pemahaman yang lebih dalam, analisis sektoral dilakukan pada lima sub-sektor prioritas — makanan dan minuman; tekstil, pakaian jadi dan alas kaki; bahan kimia dan farmasi; elektronik dan perangkat optik; dan perlengkapan otomotif dan transportasi. Analisis sektoral menunjukkan bahwa elastisitas harga untuk permintaan minyak adalah inelastis, berkisar antara 0,184 hingga 0,387 dalam nilai absolut. Perubahan harga minyak memiliki dampak paling besar pada sub-sektor tekstil, pakaian, dan alas kaki, sedangkan makanan dan minuman adalah sub-sektor yang paling tidak terpengaruh oleh perubahan harga minyak.

 


This study aims to investigate the effect of energy price changes on energy consumption, especially oil and coal, for Indonesian manufacturing sectors. Unbalanced panel data analysis is utilized on firm-level data from 2003 to 2015 to examine the price elasticity of oil and coal demand. The estimation indicates that Indonesia’s manufacturing sectors are sensitive to energy price. On the aggregate analysis, one percent oil price increase is significant to reduce the demand of 0.194 percent, while coal consumption is not significantly affected by its price. Coal regression illustrates different outcomes than oil estimation which shows a positive relationship between coal price and coal demand even though it is insignificant. This phenomenon can be possibly interpreted through several explanations: a small number of firms using coal, concentration of coal demand in a few sub-sectors, and meager price of coal relative to oil. For further understanding, sectoral analysis has been examined on five priority sub-sectors—food and beverage; textile, apparel and footwear; chemicals and pharmacy; electronics and optical device; and automotive and transport equipment. The sectoral evaluations suggest that price elasticity for oil demand is considered as inelastic, ranging from 0.184 to 0.387 in absolute value. Oil price changes have the most impact on textile, apparel, and footwear sub-sectors, while food and beverage is the most unaffected by oil shocks.

 

"
2019
T55270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eunizoe Lael Octauno
"This study investigates the relationship of energy consumption on human development in Indonesia, employing a panel data analysis from 2010 to 2022 across 34 provinces. Utilizing entity fixed-effects regression models, the study reveals that increased energy consumption significantly enhances various human development indicators, including the Human Development Index (HDI), life expectancy, mean years of schooling, and per capita expenditure. The findings align with existing literature, highlighting the importance of energy access in promoting economic and social well-being. Key results indicate that a higher gross regional domestic product (GRDP) consistently improves all human development indicators, while inflation has a detrimental effect. The study also identifies significant positive impacts of domestic direct investment on human development outcomes.

Studi ini meneliti hubungan konsumsi energi terhadap pembangunan manusia di Indonesia, menggunakan analisis data panel dari tahun 2010 hingga 2022 di 34 provinsi. Dengan menggunakan model regresi efek tetap entitas, studi ini mengungkap bahwa peningkatan konsumsi energi secara signifikan meningkatkan berbagai indikator pembangunan manusia, termasuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM), angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita. Temuan ini sejalan dengan literatur yang ada, yang menyoroti pentingnya akses energi dalam mempromosikan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Hasil utama menunjukkan bahwa produk domestik bruto regional (PDRB) yang lebih tinggi secara konsisten meningkatkan semua indikator pembangunan manusia, sementara inflasi memiliki efek merugikan. Studi ini juga mengidentifikasi hubungan positif investasi langsung domestik terhadap hasil pembangunan manusia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyanto
"Penelitian ini mencoba untuk mengukur pengaruh determinan dari sosio-ekonomi dan demografi terhadap konsumsi energi rumah tangga di Indonesia. Di dalam penelitian ini membagi konsumsi energi menjadi dua bagian yaitu konsumsi listrik dan konsumsi Liquid Petroleum Gas LPG rumah tangga. metode analisis yang digunakan Ordinary Least Squares OLS, data sampel berjumlah 555.446 rumah tangga untuk analisis konsumsi listrik dan 403.244 rumah tangga untuk konsumsi LPG yang tersebar di 34 provinsi, data tersebut diambil dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS tahun 2016 dan 2017.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas determinan faktor sosio-ekonomi dan demografi berasosiasi positif terhadap konsumsi energi sektor rumah tangga. Pendapatan rumah tangga adalah faktor yang paling menentukan konsumsi energi listrik tangga di samping faktor nonekonomi lainnya seperti lokasi tempat tinggal jumlah ruangan rumah dan jumlah anggota rumah tangga.

This study attempts to find the influence of the determinants of socio-economic and demographic on household energy consumption in Indonesia. This study divides energy consumption into two section, that is electricity consumption and Liquid Petroleum Gas LPG consumption. The analytical method used is Ordinary Least Squares OLS, the sample data is 555,446 households for electricity consumption analysis and 403,244 households for LPG consumption, spread in 34 provinces in Indonesia, the data conducted by National Social Economic Survey SUSENAS BPS years 2016 and 2017.
The results of this study shows that socio-economic and demographic determinants have a positive relationship with household energy consumption. Household income is the most determining factor energy consumption by household besides other non-economic factors other non-economic factors such as location of residence, number of rooms and number of household members."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T54448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Columbanus Teto
"Indonesia dalam 10 tahun terakhir sedang menghadapi gejala deindustrialisasi prematur, akibat terlalu cepat bergeser dari sektor manufaktur menuju sektor jasa-jasa informal. Pertumbuhan nilai tambah manufaktur cenderung stagnan di bawah rata-rata ekonomi nasional sebesar 5%. Akibatnya kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun dari capaian tertinggi 31,95% (2002) menjadi hanya 20,16% (2017). Dikhawatirkan jika kondisi ini terus berlanjut akan menyebabkan perekonomian nasional sulit untuk lepas landas, dan masuk pada jebakan pendapatan menengah (middle income trap) seperti yang dialami oleh Argentina maupun Afrika Selatan. Analisis determinan nilai tambah manufaktur pada Survei Industri Pengolahan Besar dan Sedang BPS 1980-2015 menunjukan rendahnya investasi modal tetap untuk mesin maupun peralatan merupakan penyebab utama dari peforma negatif tersebut. Mau tidak mau perusahaan masih bergantung pada sumber daya pekerja murah dengan produktivitas rendah. Namun kabar baiknya, peningkatan produktivitas dalam output per pekerja membawa dampak yang positif signifikan terhadap nilai tambah manufaktur, terutama pada perusahaan dengan investasi asing langsung. Menariknya penggunaan bahan baku domestik sebagai substitusi bahan baku impor secara umum ternyata lebih inefisien dari sisi biaya produksi, sehingga menekan marjin dari nilai tambah. Meskipun dampaknya terhadap penciptaan multiplier maupun stabilitasi makroekonomi bisa jadi cukup signifikan. Sedangkan apresiasi nilai tukar manufaktur riil membuat harga barang domestik menjadi lebih mahal dari impor, sehingga permintaan untuk ekspor maupun nilai tambah menurun.

In the last 10 years, Indonesia has been facing the tendency of premature deindustrialization due to structural transformation from the manufacturing sector to the informal services sector, without going through mass industrialization. Manufacturing value added growth is stagnant below the national economic average of 5%. Not surprisingly the contribution of manucaturing sector to Gross Domestic Product continues to decline, from the highest achievement of 31.95% (2002) to 20.16% (2017). It is feared that if this condition continues will make the national economy difficult to take off, and enter the middle income trap. As experienced by Argentina and South Africa. Determinant analysis of manufacturing value added using Large and Medium Manufacturing Survey data from Indonesia Bureau of Statistics, shows the low fixed capital investment for machinery and equipment is the main cause of this negative performance. Inevitably the company still relies on cheap labor resources with low productivity. However the good news is increasing productivity in output per labor has a significant positive effect on manufacturing value added. Especially for companies with foreign direct investment. Interestingly the use of domestic raw materials as import raw materials subtitute is proven less efficient in terms of production costs. Thus the margin of value added diminished. Nevertheless, the debate over impact on multiplier and macroeconomic stabilization can be quite significant. While the appreciation of real effective exchange rate for manufacturing markedly made the price of domestic goods more expensive than import, so that demand for exports and value added diminished."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Refaniadewi
"ABSTRAK

Fenomena tingginya konsumsi energi, urbanisasi di Indonesia, dan ketersediaan energi di Indonesia membuat penelitian ini ingin menganalisis hubungan antara pertumbuhan urbanisasi terhadap pertumbuhan konsumsi energi. Selain urbanisasi, terdapat variabel lain yang menjadi variabel kontrol, yaitu produk domestik bruto dan populasi. Alat analisis yang digunakan adalah Error Correction Mechanism (ECM) menggunakan data time series tahun 1980-2011.

Hasil analisis error correction menunjukkan adanya hubungan secara positif dan signifikan antara pertumbuhan urbanisasi dan pertumbuhan PDB terhadap konsumsi energi, namun tidak berkorelasi secara signifikan dengan pertumbuhan populasi. Hasil speed of adjustment menunjukkan terjadi 70 persen penyesuaian pada periode pertama apabila terjadi disequilibrium di tahun sebelumnya. Cepatnya energi merespon perubahan mengindikasikan energi merupakan salah satu faktor input esensial yang dibutuhkan sebagai penggerak perekonomian.


ABSTRACT

The phenomenon of high energy consumption, urbanization and sustainability of energu in Indonesia makes this study’s tries to analyze the relationship between urbanization with energy consumption. In addition to urbanization, there are other controlling variables, namely gross domestic product and population. The analytical tool used is the Error Correction Mechanism (ECM) using time series data in 1980-2011.

The results of the error correction model indicate a positive and significant relationship between energy consumption growth with urbanization growth and GDP growth, but insignificant with population growth. The speed of adjustment results shows energy has fast response due to a 70 percent adjustment in the first period in the event of a deviation in the t-1. The rapid response to changes indicate energy energy is one of the essential input factors in economic activity.

"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Hilal
"Peramalan konsumsi energi memainkan peranan penting dalam pengambilan kebijakan. Peramalan konsumsi energi yang terlalu rendah berpotensi mengganggu aktifitas ekonomi, sedangkan peramalan konsumsi energi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan suplai energi yang berlebihan. Tesis ini meramalkan konsumsi energi primer di Indonesia dengan menggunakan metode ARIMA. Tujuannya adalah untuk meramalkan konsumsi energi primer di Indonesia pada tahun 2025 dan melakukan kajian analisis komparatif tentang bauran energi tahun 2025 antara hasil peramalan dengan menggunakan ARIMA dan target pemerintah. Hasil peramalan menunjukkan konsumsi energi primer di Indonesia pada tahun 2025 sebesar 1802 juta SBM dengan komposisi bauran energi terdiri dari minyak bumi sebesar 39 persen, gas sebesar 17 persen, batubara sebesar 41 persen, energi air dan energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 3 persen.

Forecasting of energy consumption plays an important role in policy making. Underestimation of the energy consumption would lead to potential disrupt economic activity, whereas overestimation of the energy consumption would lead to excessive energy supply. This thesis forecasts the Indonesia's primary energy consumption using ARIMA method. The goal is forecasting the Indonesia?s primary energy consumption in 2025 and conducting a comparative analysis of the energy mix in 2025 between the forecasting results using ARIMA method and government targets. Forecasting results demonstrate Indonesia's primary energy consumption in 2025 amounted to 1802 million BOE with the composition of the energy mix consists of oil by 39 percent, gas by 17 percent, coal by 41 percent, hydropower and renewable energy (RE) by 3 percent."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T42168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Aisha Susanto
"Konsumsi energi global maupun nasional terus meningkat tiap tahunnya yang menyebabkan peningkatan emisi karbon. Rumah tangga adalah salah satu sektor pengonsumsi energi terbesar di Indonesia, di mana pendidikan anggota rumah tangga berpengaruh terhadap konsumsi energi. Studi ini merupakan studi kuantitatif dibawah framework STIRPAT menggunakan 5 metode ekonometrika yang bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan terhadap konsumsi energi antar provinsi di Indonesia tahun 2010-2018. Penelitian dilakukan pada 3 wilayah berbeda yaitu Indonesia secara keseluruhan, Jawa, dan non-Jawa. Studi ini berkesimpulan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap konsumsi energi di Indonesia secara keseluruhan dan pulau Jawa. Pengaruh pendidikan terhadap konsumsi energi di daerah non-Jawa juga negatif akan tetapi tidak signifikan. Implikasi kebijakan yang dihasilkan adalah agar pemerintah terus melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan dan edukasi konsumsi energi efisien di Indonesia secara keseluruhan dan Jawa serta membuat kebijakan pelengkap seperti program wajib belajar untuk daerah non-Jawa sebagai upaya pengurangan konsumsi energi.

Global and national energy consumption continue to increase every year which cause an increase in carbon emissions. Households are one of the largest energy consuming sectors in Indonesia, where the education of household members affects energy consumption. This study is a quantitative study under the STIRPAT framework using 5 econometric methods which aims to see the influence of education towards energy consumption between provinces in Indonesia in 2010-2018. The research was conducted in 3 different regions, namely Indonesia as a whole, Java, and non-Java. This study concludes that education has a significant negative effect on energy consumption in Indonesia as a whole and Java. The effect of education on energy consumption in non-Java areas is also negative but not significant. The resulting policy implication is for the government to continue to make efforts on improving the quality of education and giving education on efficient energy consumption in Indonesia and Java. For non-Java areas, government could make complementary policies such as compulsory education programs as an effort to reduce energy consumption."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Agung Nugroho
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persistensi guncangan volatilitas saham di Bursa Efek Indonesia, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (Indeks Pasar) dan sembilan Indeks Sektoral pada saat pengumuman masuknya COVID-19 ke Indonesia yang diproksi dengan penduduk domestik yang terinfeksi. Peningkatan guncangan volatilitas IHSG dan Indeks Sektoral merupakah reaksi dari investor terhadap pembatasan pergerakan manusia dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19 (Kusumahadi & Permana, 2021). Penelitian ini mengukur estimasi conditional variance (volatilitas) dengan menggunakan model GARCH (1,1) dengan periode observasi data secara time series dari bulan Januari 2016 sampai dengan 30 April 2021 pada masa kemunculan domestik COVID-19 di Indonesia. Hasil regresi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan indeks pasar dalam menyerap guncangan volatilitas pada periode setelah diumumkan kasus positif COVID-19 pertama kali di Indonesia yang menunjukkan kemampuan pasar cukup baik dalam merespon krisis. Adapun indeks sektor Industri Barang Konsumsi yang merupakan kelompok industri makanan dan minuman, produsen tembakau, farmasi, kosmetik dan rumah tangga, peralatan rumah tangga, dan lainnya, berdasarkan hasil penelitian mempunyai kemampuan yang paling cepat dalam menyerap guncangan volatilitas. Bukti ini dapat menjadi informasi yang penting bagi investor, akademisi maupun pengusaha dalam memahami persistensi guncangan volatilitas dari indeks pasar maupun sektoral karena terkait dengan potensi imbal hasil dan risiko yang ditimbulkan.

This study aims to measure the persistence of stock volatility shocks on the Indonesia Stock Exchange, namely the Composite Stock Price Index (Market Index) and nine sectoral indices, at the time of the announcement of the entry of COVID-19 into Indonesia, which were proxied by infected domestic residents. The increased volatilities of the JCI and the sectoral indices were reactions from investors to the restrictions on human movement to prevent the spread of COVID-19 (Kusumahadi & Permana, 2021). This study estimates the conditional variance (volatility) by using the GARCH (1,1) model with a time series data observation period from January 2016 to April 30, 2021, before and after the domestic emergence of COVID-19 in Indonesia. It was found that there was an increase in the ability of the market index to absorb volatility shocks in the period after the announcement of the first positive case of COVID-19 in Indonesia, which shows the market's ability to respond to the crisis is quite good. The Consumer Goods industry sector index, which is a group of food and beverage industries, producers of tobacco, pharmaceuticals, cosmetics, household appliances, and others, can absorb volatility shocks at the shortest period. The results of this study provide important information for investors, academics, and entrepreneurs in understanding the persistence of volatility shocks from the market and sectoral indices because they are related to potential returns and the risks involved."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>