Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rika Soraya
"Obesitas adalah kondisi kelebihan lemak dalam adiposa yang terdapat didalamtubuh, dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan serta faktor genetik yang menyebabkangangguan kesehatan. Masalah obesitas dapat terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan obesitaspada remaja SMA terpilih di Kota Bandung Tahun 2017. Rancangan penelitian crosssectional dengan menggunakan data primer dan sampel 227 orang. Pengolahan data dananalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian didapatkan ada 21,1% remaja obesitas. Hasil bivariate menunjukkan ada hubungan antara riwayat obesitas keluarga (p=0,026), berat badan lahir (p=0,032), kebiasaansarapan (p=0,004), status gizi ibu (p=0,001), status gizi ayah (p=0,009) dengan obesitas remaja. Analisis multivariat didapatkan asupan energi merupakan faktor dominan dengan nilai Odds Ratio OR pada variabel ini 7,222 (95% CI : 1,145-45,549) artinya remaja yang memiliki asupan energi lebih mempunyai risiko 7,2 kali mengalami obesitas setelahdikontrol variabel kebiasaan sarapan, status gizi ibu, status gizi ayah, usia partus ibu,berat badan lahir, uang saku, pengetahuan gizi dan pendidikan ayah. Diharapkan remaja lebih memperdulikan tentang asupan gizi nya sehingga dapat terhindar dari masalah kesehatan.

Obesity is the condition of excess fat in the adiposa tissue, which influenced by lifestyle, environment and genetic factors that cause health problems. Obesity problems can occurin children, adolescents and adults. The purpose of this study to determine the most factors are associated with obesity in selected high school adolescents in Bandung 2017. This study was cross sectional design using primary data and with 227 adolescents. Analysis data used chi square test and multiple logistic regression.
The study showes there was 21.1% adolescent obesity. The result of bivariate showed association between family obesity history (p=0,026), birth weight (p=0,032), breakfast habits (p=0,004), fat intake (p=0,03) maternal nutritional status (p=0,001), father's nutritional status (p=0,009) with adolescent obesity. Multivariate analysis found that energy intake associated with adolescent obesity (p=0,035) and OR 7,222 (95% CI 1,145-45,549) mean that adolescents who had high energy intake may increase the risk of obesity 7,222 times after controlled variable breakfast habits, mother's nutritional status, father's nutritional status, maternal age, birth weight, pocket money, education nutrition, father education. It is expected that adolescents more concerned about nutritional intake toavoid health problems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Nuraini
"Diabetes mellitus, penyakit degeneratif yang terjadi akibat resistensi insulin pada sel tubuh, menyebabkan beberapa penyakit komordibitas dan sindrom metabolik seperti obesitas sentral. Obesitas sentral pada diabetisi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti asupan, gaya hidup dan lain-lain. Skripsi ini bertujuan untuk melihat perbedaan obesitas sentral berdasarkan asupan energi dan faktor lainnya pada diabetisi. Penelitian ini dilakukan pada diabetisi di Puskesmas Jatinegara pada bulan April 2017. Desain penelitian ini menggunakan metode Cross-sectional dengan jumlah sampel 133 orang. Lingkar perut ditentukan berdasarkan pengukuran dengan menggunakan pita ukur, aktivitas fisik dan kebiasaan makan diketahui melalui kuesioner aktivitas fisik GPAQ, food recall 24 jam dan Food Frequency Questionnaire FFQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengukuran lingkar perut sebanyak 85 diabetisi mengalami obesitas sentral. Uji Independent T-Test menyatakan bahwa variabel asupan lemak, kebiasaan sarapan dan tingkat pengetahuan memiliki perbedaan bermakna dengan obesitas sentral. Untuk menurunkan angka obesitas sentral pada diabetisi, disarankan untuk diberikan edukasi mengenai obesitas sentral dan pola makan pada diabetisi.

Diabetes mellitus is a degenerative disase caused by insulin resistance in body cells, it will also causes some diseases of comordibity and metabolic syndrome such as abdominal obesity. Abdominal obesity in diabetics can be influenced by various factors such as food intake, lifestyles and others. This undergraduate thesis aims to see the difference between abdominal obesity based on energy intake and other factors in diabetics. This study was conducted on diabetics in Puskesmas Jatinegara in April 2017. The design of this study used Cross sectional method over 133 people as sample size. Abdominal circumference is determined by measurement using measuring tape, physical activity and eating habits throughout GPAQ Physical Activity Questionnaire, 24 hour Food Recall and Food Frequency Questionnaire FFQ.
The results showed that based on abdominal circumference measurements as much as 85 of diabetics are abdominal obesity. The Independent T Test stated that the variable fat intake, breakfast habits and knowledge level had significant differences with abdominal obesity. In order to reduce abdominal obesity rates in diabetics, it is advisable to promote the education on abdominal obesity and diet for diabetics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tenri Yamin
"Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri termasuk golongan yang rawan menderita anemia karena mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, asupan zat gizi (energy, protein dan zat besi) dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Kab. Kepulauan Selayar.
Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 173 orang dipilih secara sistematik random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI di masing-masing SMA. Data asupan zat gizi diperoleh dengan kuesioner food recall, pola menstruasi melalui kuesioner terstruktur, dan kadar hemoglobin dengan Hb Sahli. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat dengan Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p=0,000), asupan energi (p=0,023), asupan protein (p=0,003), dan zat besi (p=0,049), pekerjaan ayah (p=022), pekerjaan ibu (p=0,001), tingkat pendidikan ayah (p=0,025), tingkat pendidikan ibu (p=0,032) dengan kejadian anemia. Tidak terdapat hubungan menstruasi (p=0,930), siklus menstruasi (p=513), lama menstruasi (p=0,076), volume menstruasi (p=1,000) dengan kejadian anemia.

Anemia is one of the nutritional problems, which needs to be highly concerned. Adolescent girls are included to a group which is susceptible to anaemia because of their monthly menstruation and growth periods. Purpose of the study to determine the relationship of knowledge, nutrient intake (energy, protein and iron) and other factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls in the school district. Selayar Islands.
The design of this study was cross sectional. The amount of the sample was 173 people selected by systematic random sampling of the entire X and XI grade student at each high school. Nutrient intake data obtained with the food recall questionnaire, menstrual patterns through structured questionnaires, and levels of hemoglobin by Sahli hemoglobin. Data were analyzed with univariate and Bivariate Chi Square.
The results showed no relationship of knowledge (p = 0.000), energy intake (p = 0.046), protein intake (p = 0.005), and iron (p = 0.000), father's work (p = 022), maternal employment ( p = 0.001), father's education level (p = 0.025), maternal education level (p = 0.032) with the incidence of anemia. There is no menstrual relationship (p = 0.930), menstrual cycle (p = 513), long periods (p = 0.076), menstrual volume (p = 1.000) with the incidence of anemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Yuniar Puteri
"Eating disorders didefinisikan sebagai penyimpangan perilaku makan ekstrem serta gangguan pada pikiran dan perasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental bahkan mengancam jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi faktor internal dan faktor eksternal dengan kecenderungan eating disorders serta mengetahui faktor dominan kecenderungan eating disorders pada siswa/i di SMA Negeri 81 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain potong-lintang. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2020 melalui pengisian kuesioner online oleh responden (n=151). Kuesioner yang digunakan yaitu Eating Disorder Diagnostic Scale (EDDS), Body Areas Satisfaction (BASS) dan Multidimensional Body Self Relations Questionnaire (MBSRQ) terkait distorsi persepsi tubuh, Rosenberg Self-esteem Scale terkait kepercayaan diri, jenis kelamin, Depression Anxiety Stress Scale (DASS) terkait tingkat stres, The Media and Technology Usage and Attitudes Scale terkait pengaruh media sosial serta The Perceived Friend Preoccupation with Weight and Dieting Scale terkait pengaruh teman sebaya. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa 78,8% responden memiliki kecenderungan eating disorders. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara pengaruh media sosial (p=0,007) dengan kecenderungan eating disorders. Uji regresi logistik menyatakan faktor dominan dari kecenderungan eating disorders adalah pengaruh media sosial (OR=3,407). Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan untuk dilakukan edukasi gizi pada remaja mengenai eating disorders dengan memanfaatkan media sosial demi meningkatkan pengetahuan kesehatan serta meningkatkan kewaspadaan terhadap eating disorders.

Eating disorders are defined as deviations in extreme eating behavior as well as disturbances in mind and feelings that can affect physical and mental health even life-threatening. This study aims to determine the tendency of eating disorders in adolescents at 81 Public Senior High School Jakarta based on several internal and external factors, and also find out the dominant factor. This study uses a quantitative method with a cross-sectional design. Data was collected in April 2020 through filling out online questionnaires by respondents (n = 151). The questionnaires used were Eating Disorder Diagnostic Scale (EDDS); Body Areas Satisfaction (BASS) and Multidimensional Body Self Relations Questionnaire (MBSRQ) related to distortion of body perception; Rosenberg Self-esteem Scale related to self-confidence; gender; Depression Anxiety Stress Scale (DASS) related to stress levels; The Media and Technology Usage and Attitudes Scale related to the social media influence; and The Perceived Friend Preoccupation with Weight and Dieting Scale related to peer influence. The results of this study indicate that 78.8% of respondents have tendency of eating disorders. Chi-square test result showed that there is a difference in the proportion between the influence of social media (p = 0.007) with the tendency of eating disorders. Logistic regression test states that he dominant factor of the tendency of eating disorders is the influence of social media (OR = 3,407). Based on the results of this study, the author suggest to do nutrition education about eating disorders in adolescents by utilizing social media for the sake of improving health knowledge and increase awareness of eating disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Moh. Anshori
"Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang ditunjukan dengan Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Usianya kurang dari -2 Standar Deviasi (pendek) dan kurang dari -3 Standar Deviasi (sangat pendek). Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dampak jangka panjang adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi. Konsumsi makan adalah faktor langsung penyebab kejadian stunting. Kekurangan konsumsi energi dan protein akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi, sehingga untuk mengatasi kekurangan tersebut, tubuh akan menggunakan simpanan energi dan protein. Apabila keadaan ini berlangsung dalam waktu lama, maka simpanan energi dan protein habis, sehingga terjadi kerusakan jaringan yang menyebabkan seorang anak mengalami stunting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asupan energi merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak usia 3-5 tahun di Desa Mangkung Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis bivariat memperlihatkan variabel asupan energi memiliki p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,05) dengan nilai POR sebesar 9,9 (95% CI : 6,39-15,23). Variabel asupan protein memiliki p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,05) dengan nilai POR sebesar 9,1 (95% CI : 5,96-13,89). Asupan energi dan asupan protein memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia 3-5 tahun di Desa Mangkung. Hasil tahap akhir analisis multivariat menunjukan variabel asupan energi miliki nilai POR sebesar 7,4 (95% CI : 5,75 – 9,32). Asupan energi merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian stunting pada Anak di Desa Mangkung setelah dikontrol variabel asupan protein, berat badan lahir Anak, riwayat penyakit infeksi, dan pendapatan keluarga.

Stunting is a linear growth disorder which is indicated by Body Length or Height according to the Age less than -2 Deviation Standard (short) and less than -3 Standard Deviation (very short). The adverse effects that can be caused by stunting problems in the short term are disruption of brain development, intelligence, impaired physical growth, and metabolic disorders in the body. While the long-term impact is a decrease in cognitive abilities and learning achievement, decreased immunity so easily hurt, and high risk for the emergence of diabetes, obesity, heart and blood vessel disease, cancer, stroke and disability in old age, and the quality of work that results on low economic productivity. Food consumption is a direct factor in the incidence of stunting. Lack of consumption of energy and protein will cause the body to lack nutrients, so to overcome these deficiencies, the body will use energy and protein deposits. If this condition lasts for a long time, then energy and protein deposits run out, resulting in tissue damage that causes a child to experience stunting. The purpose of this study was to determine the energy intake is the dominant factor influencing the incidence of stunting in children aged 3-5 years in Mangkung Village, Central Lombok Regency. This study used a cross-sectional study design. Multivariate analysis using logistic regression analysis. The results of bivariate analysis showed that the variable energy intake had a p-value of 0,000 (p-value < 0,05) with a POR value of 9,9 (95% CI: 6,39 – 15,23). The protein intake variable has a p-value of 0,000 (p-value < 0.05) with a POR value of 9,1 (95% CI: 5,96 – 13,89). Energy intake and protein intake have a significant relationship with the incidence of stunting in children aged 3-5 years in Mangkung Village. The results of the final stage of multivariate analysis showed that the variable energy intake had a POR value of 7,4 (95% CI: 5,75-9,32). Energy intake is the most dominant variable affecting the incidence of stunting in children under five in Mangkung Village after controlling for variable protein intake, underweight birth weight, infectious disease history, and family income."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Fentiana
"Obesitas di usia remaja berkaitan dengan morbiditas, mortalitas, dan peningkatan risiko bahaya penyakit kronis juga penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, gangguan orthopedik dan penyakit jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan lemak sebagai faktor dominan terjadinya obesitas pada remaja (16-18 tahun) di Indonesia tahun 2010. Rancangan penelitian adalah cross sectional (potong lintang) dengan mengolah data Riskesdas tahun 2010 pada bulan Oktober-November 2011. Jumlah sampel sebanyak 12.081 orang remaja. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji chi square (bivariat) dan regresi logistik ganda (multivariat).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja di Indonesia tahun 2010 sebesar 1,5%. Hasil uji chi square (bivariat) menunjukkan ada perbedaan proporsi kejadian obesitas antara remaja dengan asupan energi lebih dan remaja dengan asupan energi tidak lebih.
Hasil analisis bivariat juga menyimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita dengan kejadian obesitas remaja. Asupan lemak adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan obesitas remaja setelah dikontrol variabel asupan energi, jenis kelamin, pekerjaan kepala keluarga, dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan (sosioekonomi). Hasil penelitian menyarankan mengurangi asupan lemak sebagai upaya pencegahan obesitas pada remaja.

Obesity in adolescence associated with morbidity, mortality, and increased risk of chronic disease is also danger of non-communicable diseases such as diabetes mellitus type 2, hypertension, orthopedic disorders and heart disease. The aim of this study is knowing fat intake as dominant factor of obesity in adolescents (16- 18 years) at Indonesia in 2010. Design of this study is a cross sectional and processing the data of Riskesdas 2010 in October-November 2011. The size of sample are 12.081 adolescents. Processing and data analysis using chi square test (bivariate) and multiple logistic regression (multivariate).
The results showed that the prevalence of obesity in adolescents Indonesia in 2010 is 1.5%. The results of chi square test (bivariate) showed have difference in the proportion of the incidence of obesity among adolescents with higher energy intake and energy intake of adolescents with no more.
The results of bivariate analysis also concluded significant association between sex, occupation head of the family, education head of the family, and the level of household expenditure per capita with the incidence of obese adolescents. Fat intake as dominant factor of obesity in adolescents having controlled variable energy intake, sex, occupation head of the family, and the level of household expenditure per capita per month (socioeconomic). The results of this study are suggested to reduce fat intake as a obesity prevention efforts.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30738
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Kamilah
"Asupan kalsium merupakan hal yang krusial pada remaja seiring terjadinya percepatan pertumbuhan dan pembetukkan tulang yang intensif. Namun asupan kalsium pada remaja masih kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan. Padahal asupan kalsium yang tidak adekuat dapat berdampak pada peak bone mass yang tidak optimal sehingga dapat berakibat pada penurunan massa tulang (osteopenia) yang berujung pada osteoporosis maupun patah tulang di usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan kalsium pada remaja SMA Negeri Kota Depok tahun 2024 serta hubungannya dengan kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi soft drink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orang tua. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 209 remaja dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2024. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur melalui wawancara food recall 2x2 jam. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 72,2% remaja memiliki asupan kalsium yang kurang dari kebutuhan (<80% AKG) dengan rata-rata 654,1±354,4 mg. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi susu (p <0,001 OR 19,36), kebiasaan sarapan (p <0,001 OR 4,59), kebiasaan konsumsi soft drink (p = 0,023 OR 2,37), jenis kelamin (p = 0,040 OR 1,89), pengetahuan tentang kalsium (p = 0,003 OR 5,53), dan aktivitas fisik (p = 0,013 OR 2,27) dengan asupan kalsium. Remaja perlu meningkatkan konsumsi susu, membiasakan sarapan pagi, serta mengurangi konsumsi soft drink. Peningkatan aktivitas fisik diiringi dengan asupan kalsium yang adekuat sangat dibutuhkan untuk mencapai peak bone mass yang optimal.

Calcium is one of the most essential nutrient especially in adolescents due to growth spurt period and intensive bone development. However most adolescents fail to achieve the recommended calcium intake. Inadequate calcium intake can contribute to low peak bone mass and increasing the risk of osteopenia, which can lead to osteoporosis and fragility fracture later in life. This study aims to describe calcium intake among public high school adolescents in Depok City in 2024 and its relationship with milk consumption, breakfast habits, soft drink consumption, physical activity, gender, knowledge about calcium, father's education, mother's education, and parental income. Study design is cross-sectional with a total of 209 sample during March-May 2024. Data was collected through questionnaire and calcium intake was measured by 2x24-hour food recall. Data were analyzed by chi-square test. The results showed that 72.2% of adolescents had calcium intake less than their requirements (<80% RDA) with an average of 654.1±354.4 mg. Bivariate analysis results showed significant relationships between milk consumption (p <0.001, OR 19.36), breakfast habits (p <0.001, OR 4.59), soft drink consumption (p = 0.023, OR 2.37), gender (p = 0.040, OR 1.89), calcium knowledge (p = 0.003, OR 5.53), and physical activity (p = 0.013, OR 2.27) with calcium intake. Adolescents need to increase milk consumption, adopt breakfast habit, and reduce soft drink consumption. Physical activity and adequate calcium intake are important to reach the optimum peak bone mass (PBM)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervira Dwiaprini As Syifa
"Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 dan 2018, menunjukkan adanya peningkatan prevalensi gizi lebih dan obesitas di provinsi Riau yaitu dari 3,1% menjadi 11,6%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi lebih/obesitas pada remaja siswa SMA Negeri di Kota Pekanbaru Tahun 2023. Jenis penelitian adalah analitik kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2023. Sampel adalah siswa SMAN kelas X dan XI di tiga SMAN di Kota Pekanbaru, yaitu SMAN 4, SMAN 6, dan SMAN 12. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Variabel independen adalah jenis kelamin, pengetahuan remaja, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, uang saku, status kegemukan orang tua, aktivitas fisik, kualitas tidur, konsumsi makanan cepat saji dan konsumsi makanan manis. Variabel dependen adalah gizi lebih/obesitas. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang dominan berhubungan dengan gizi/obesitas adalah status kegemukan orang tua (OR=3,12; 95% CI: 1,25-7,83). Remaja dengan orang tua gemuk/obesitas lebih berisiko 3 kali mengalami gizi lebih/obesitas dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki orang tua gemuk/obesitas. Variabel lain yang berhubungan adalah pengetahuan siswa (OR=2,62; 95% CI: 1,27-5,39) dan kebiasaan makanan manis (OR=2,34; 95% CI:1,04-5,27).

Based on the 2013 and 2018 Basic Health Research, there was an increase in the
prevalence of overnutrition and obesity in Riau province from 3.1% to 11.6%. This
study aimed to analyse the factors associated with the incidence of overeight/obesity in adolescent students of public high schools in Pekanbaru City in 2023. The type of research is quantitative analytic with a cross-sectional design. The research was conducted in May-June 2023. Samples were class X and XI students in three high schools in Pekanbaru City, namely SMAN 4, SMAN 6, and SMAN 12. Sampling was done by purposive sampling. Independent variables were gender, adolescent knowledge, parental education, parental occupation, pocket money, parental obesity status, physical activity, sleep quality, fast food consumption and sweet food consumption. The dependent variable was overweight/obesity. Data were analysed univariately, bivariate and multivariate. The results showed that the dominant variable associated with overweight/obesity was parental obesity status (OR=3.12; 95% CI: 1.25-7.83). Adolescents with obese parents were three times more likely to experience overweight/obesity compared to adolescents who did not have obese parents. Other associated variables were student knowledge (OR=2.62; 95% CI: 1.27-5.39) and sweet food habits (OR=2.34; 95% CI: 1.04-5.27). For this reason, schools are expected to work with the Health Office and Community Health Center to organise counselling or seminars on nutrition and obesity in adolescents; schools can provide healthy canteens by limiting the availability of fast food and sugary drinks
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirunnisa Damayanti
"Kejadian berat badan berlebih dan obesitas merupakan masalah serius yang terus meningkat dan ditimbulkan karena multifaktorial. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara jenis kelamin, pengetahuan, pendidikan orangtua, status gizi orangtua, pendapatan orangtua, kebiasaan makan yaitu sarapan; fastfood; jajan; sayur; buah; susu dan olahannya; frekuensi makan; total energi harian; aktivitas fisik, pengaruh teman sebaya, jumlah uang saku dengan kejadian berat badan berlebih dan obesitas. Desain penelitian ini adalah analisis observasional dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan instrumen kuesioner serta formulir food recall 24 hours. Penelitian ini melibatkan 111 responden siswa SMA di Depok yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian berat badan berlebih dan obesitas p=0,04; p>0,05 . Namun pada faktor lain tidak ditemukan hubungan bermakna. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam menanggulangi kejadian berat badan berlebih dan obesitas pada siswa SMA dengan mempertimbangkan jenis kelamin siswa.

Overweight and obesity is a serious problem that continues to rise and caused by multifactorial. This study aims to determine the relationship between sex, knowledge, education status of parents, nutritional status of parents, family income, eating habits ie breakfast fast food snack vegetable fruit milk and dairy products the frequency of eating total daily energy physical activity, peer influence, amount of allowance with overweight and obesity. Research design in this study with observational with cross sectional approach and using questionnaires and food recall instruments 24 hours. This study involved 111 respondents High School Students in Depok selected by consecutive sampling technique. The results showed the relationship between sex with the overweight and obesity p 0.04 p 0.05 . But on other factors not found relationship. This study is expected to be useful for health workers in overcoming excessive weight and obesity in high school students with the term gender of students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi
"Kegemukan pada remaja adalah kelebihan berat bedan dengan batas ambang IMT/U > 1 standar deviasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kegemukan serta hubungannya dengan jenis kelamin, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, sindrom makan tengah malam, pengetahuan gizi, asupan zat gizi, konsumsi minuman manis, dan konsumsi makanan cepat saji pada remaja di SMA Labschool Kebayoran Jakarta Selatan tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah siswa kelas X dan XI yang dipilih menggunakan metode sampel sistematik dengan total sampel 137 siswa. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner mandiri, wawancara food recall 2x24 jam, serta pengukuran antropometri untuk berat, tinggi badan, dan pengukuran persen lemak tubuh menggunakan BIA. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin serta asupan protein dengan kegemukan (p-value <0.05) dan jenis kelamin sebagai faktor dominan pada kegemukan.

Obesity in adolescent is excess of body weight with BMI for age > 1 SD. This study aims to describe the incidence of obesity and its relationship with gender, body fat percentage, physical activity, night eating syndrome, nutrition knowledge, nutrient intake, consumption of sweetened beverages, and consumption of fast food at adolescent in Labschool Kebayoran High School Jakarta year 2014. This study used a cross-sectional design. Samples in this study were students of class X and XII which selected using systematic sampling method with a total sample of 137 students. Data were collected by self-administered questionnaire, food recall interview, and measurements of weight, height, and measurements of body fat percent using BIA. The result showed a significant correlation between gender and protein intake with obesity (p value < 0,05), and gender is the dominant factor of obesity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>