Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 241330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Maulida Rachmi
"ABSTRAK
Latar Belakang. Peternak sapi perah terpajan faktor risiko besar untuk mengalami nyeri lutut. Posisi kerja berjongkok memberikan tekanan pada lutut dapat menyebabkan cedera dan penyakit degeneratif sendi lutut. Tujuan penelitian untuk mengetahui prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan nyeri lutut pada peternak sapi perah di Jawa BaratMetode. Penelitian potong lintang dilakukan pada 117 orang di Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak BPT-SP HPT Cikole, Lembang pada Mei-Juni 2017 dengan jumlah sampel total populasi. Dilakukan wawancara, pengisian kuesioner KOOS Knee Injury and Osteoarthritis Outcome Score dan observasi posisi kerja. Analisis data dilakukan dengan program statistik SPSS Statistics 20.0Hasil. Sebanyak 88 subjek mengalami nyeri lutut dengan keluhan terbanyak nyeri lutut ringan 84 . Didapatkan hubungan nyeri lutut dengan posisi berjongkok ORc=7.36 . Faktor risiko determinan adalah masa kerja 6-10 tahun dengan ORA sebesar 7.35 95 CI 1.25-42.95, p=0.027 dan masa kerja >10 tahun dengan ORA sebesar 26,09 95 CI 1.24-547.59, p=0.036 .Simpulan. Prevalensi nyeri lutut pada peternak sapi perah sebesar 88 . Terdapat hubungan nyeri lutut dengan posisi kerja berjongkok. Faktor risiko determinan berhubungan nyeri lutut adalah masa kerja lebih dari 5 tahun. Saran. Memperbaiki kondisi kerja pemerah sapi untuk mengurangi paparan terhadap faktor-faktor risiko selama masa kerja.
ABSTRACT
Background. Dairy farmers have been identified having high risk for knee pain. Squatting position when milking cows create awkward knee posture and high compression on knee joint that could lead to knee injury and degenerative diseases on knee joint. This study aims to identify the prevalence of knee pain among dairy farmers and the association of squatting position and other factors with knee pain among Dairy Farmers in West JavaMethod. A cross sectional study on 117 respondents was conducted at Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak BPT SP HPT Cikole, Lembang from May through June 2017 with total population sampling. Instruments used were standardized inteview form and KOOS Knee Injury and Osteoarthritis Outcome Score questionnaire. Working position was observed. SPSS Statistics 20.0 program was used to analyze the data.Result. In this study, 88 dairy farmers had knee pain, mostly with mild knee pain. Association was found between knee pain and squatting ORc 7.36 . Determinants for knee pain are working period 6 10 years with ORA 7.35 95 CI 1.25 42.95, p 0.027 and working period 10 tahun with ORA 26,09 95 CI 1.24 547.59, p 0.036 .Conclusion. Prevalence of knee pain among dairy farmers was 88 . The study suggest that knee pain among dairy farmers had association with squatting position. Working period 5 years was identified as determinant factor.Recommendation. Improve dairy farmers working condition to reduce exposure of risk factors during working period. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audi Hidayatullah Syahbani
"Latar Belakang: Cedera ligamen krusiatum anterior (ACL) yang meliputi regangan, robekan sebagian maupun robekan total pada lutut sering diderita atlet baik professional maupun amatir. Rekonstruksi ACL merupakan pengobatan standar robekan total ACL. Salah satu kunci keberhasilan rekonstruksi ACL adalah kestabilan fiksasi graft. Penggunaan fixed loop device (FLD) dan adjustable loop device (ALD) sebagai fiksasi graft mempunyai potensi terjadinya pergeseran/slippage loop graft. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adakah perbedaan bermakna slippage loop graft pada ALD dibanding FLD pada rekonstruksi ligamen krusiatum anterior di sisi femoral.             
Metode: Penelitian ini adalah studi eksperimen kadaver di laboratorium forensik RS Polri Dr Soekanto dengan memakai graft tendon peroneus longus sebagai pengganti ACL. FLD menggunakan femobutton (FB), sedangkan ALD menggunakan 3 produk berbeda, lift loop (LL), ultrabutton (UB) dan infinity (IF). Dengan menggunakan 16 lutut pada 8 kadaver, masing-masing alat menggunakan 4 lutut. Pengukuran slippage dilakukan dengan penandaan ke-1 di pangkal graft tunnel tibia, setelah dilakukan pumping pada sendi lutut kemudian dilakukan penandaan ke-2 di pangkal graft tunnel tibia. Perbedaan antara penandaan ke-1 dengan ke-2 merupakan slippage loop graft yang diukur dengan pengukur. Slippage yang terjadi dilakukan pengukuran dan dilakukan perbandingan pada ALD dan FLD.                                                                                                                            Hasil: Hasil penelitian didapatkan slippage 1 mm pada FLD, sedangkan pada ALD didapatkan slippage > 1 mm. Analisis slippage tunnel tibia (rerata + SD) pada kelompok FLD=1,0±0,0 mm lebih pendek dibandingkan dengan kelompok ALD=1,6±0,2 mm (p<0,001). Berdasarkan jenis ALD diperoleh slippage (rerata + SD) yang terjadi pada kelompok IF, UB, dan LL masing-masing adalah 1,5±0,1 mm, 1,6±0,1 mm, 1,9±0,2 mm (p<0,001). Analisis post hoc menunjukkan hanya antara UB dengan IF (p>0,05) yang ukuran slippage tidak bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan perbedaan yang bermakna pada pergeseran/slippage loop graft antara penggunaan ALD dengan FLD. Dan juga perbedaan bermakna ukuran slippage antar jenis ALD. Pemanfaatan FLD sebagai alat fiksasi pada rekonstruksi ACL lebih sesuai berdasarkan ukuran slippage loop graft.

Background: Anterior cruciate ligament (ACL) injuries which include strains, partial tears or total tears in the knee are often suffered by athletes, both professional and amateur. ACL reconstruction is the standard treatment for a total ACL tear. One of the keys to successful ACL reconstruction is the stability of graft fixation. The use of fixed loop devices (FLD) and adjustable loop devices (ALD) as graft fixation has the potential for slippage loop graft. This study aims to show whether there is a significant difference slippage loop graft in ALD compared to FLD in reconstruction of the anterior cruciate ligament on the femoral side.         
Method: This research is an experimental study of cadavers in the forensic laboratory of Dr Soekanto Police Hospital using a peroneus longus tendon graft as a replacement for the ACL. FLD uses a femobutton (FB), while ALD uses 3 different products, lift loop (LL), ultrabutton (UB) and infinity (IF). Using 16 knees on 8 cadavers, each tool uses 4 knees. Slippage measurements were carried out with the 1st marking at the base of the tibial tunnel graft, after pumping the knee joint, then the 2nd marking was carried out at the base of the tibial tunnel graft. The difference between the 1st and 2nd markings is slippage loop graft. The slippage that occurs is measured and a comparison is made between ALD and FLD.                                       
Results: The research results showed that slippage was 1 mm on FLD, while on ALD slippage was > 1 mm. Analysis of tibial tunnel slippage (mean + SD) in the FLD group = 1.0 ± 0.0 mm was shorter than in the ALD group = 1.6 ± 0.2 mm (p < 0.001). Based on the type of ALD, the slippage (mean + SD) that occurred in the IF, UB, and LL groups was 1.5 ± 0.1 mm, 1.6 ± 0.1 mm, 1.9 ± 0.2 mm, respectively. (p<0.001). Post hoc analysis showed that only between UB and IF (p>0.05) the slippage measure was not statistically significant.           
Conclusion: This study shows a significant difference slippage loop graft between the use of ALD and FLD. And also significant differences in slippage size between ALD types. The use of FLD as a fixation tool in ACL reconstruction is more appropriate based on the size of the slippage loop graft.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Endah Janitra
"[ABSTRAK
Stroke merupakan penyakit dengan tingkat disabilitas yang tinggi sehingga
diperlukan rehabilitasi yang efektif. Efikasi diri merupakan konsep yang sangat
berguna dalam rehabilitasi stroke agar dapat mencapai kemandirian dalam activity
daily living (ADL). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
intervensi vicarious experience dan persuasi verbal terhadap efikasi diri ADL
pasien pasca stroke di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Desain penelitian ini adalah
quasi-experimental pre-test and post-test with control group dengan jumlah sampel
sebanyak 32 pasien pasca stroke. Analisis data menggunakan uji t berpasangan, uji
t tidak berpasangan, Mann-whitney, Wilcoxon, dan korelasi Pearson. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat pengaruh intervensi vicarious experience dan
persuasi verbal terhadap efikasi diri pasien pasca stroke (p<0,001). Tidak ada
hubungan yang signifikan antara karakteristik responden dengan tingkat efikasi diri
ADL pasien pasca stroke. Hasil ini merekomendasikan perawat untuk dapat
mengkaji tingkat efikasi diri ADL pasien pasca stroke dan melakukan intervensi
vicarious experience dan persuasi verbal sebagai intervensi mandiri perawat.

ABSTRACT
Stroke is a disease with a high degree of disability indeed need an effective
rehabilitation. Self-efficacy is a very useful concept in stroke rehabilitation in order
to achieve independence in activity daily living (ADL). This study aimed to identify
the effect of the vicarious experience and verbal persuasion intervention towards
ADL self efficacy in post-stroke patients in Gatot Subroto Army Hospital Jakarta.
This study was using quasi-experimental design with pre-test and post-test with
control group approach with a total sample of 32 post-stroke patients. Data analysis
were using paired t-test, unpaired t-test, Mann-whitney, Wilcoxon, and Pearson
correlation. The results showed that there is an effect of vicarious experience and
verbal persuasion interventions towards ADL self-efficacy in post-stroke patients
(p <0.001). This study found a non-significant relationship between the
respondent?s characteristics with the level of ADL self-efficacy in post-stroke
patients. These results recommend nurses to be capable to assess the level of ADL
self-efficacy in post-stroke patients and implement nursing intervention especially
vicarious experience and verbal persuasion, Stroke is a disease with a high degree of disability indeed need an effective
rehabilitation. Self-efficacy is a very useful concept in stroke rehabilitation in order
to achieve independence in activity daily living (ADL). This study aimed to identify
the effect of the vicarious experience and verbal persuasion intervention towards
ADL self efficacy in post-stroke patients in Gatot Subroto Army Hospital Jakarta.
This study was using quasi-experimental design with pre-test and post-test with
control group approach with a total sample of 32 post-stroke patients. Data analysis
were using paired t-test, unpaired t-test, Mann-whitney, Wilcoxon, and Pearson
correlation. The results showed that there is an effect of vicarious experience and
verbal persuasion interventions towards ADL self-efficacy in post-stroke patients
(p <0.001). This study found a non-significant relationship between the
respondent’s characteristics with the level of ADL self-efficacy in post-stroke
patients. These results recommend nurses to be capable to assess the level of ADL
self-efficacy in post-stroke patients and implement nursing intervention especially
vicarious experience and verbal persuasion]"
2015
T44470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Mucharry Dalitan
"Penanganan cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) berupa operasi rekonstruksi
dengan mengambil graft tendon pada tubuh pasien sendiri sebagai pengganti ACL.
Peroneus Longus Tendon graft merupakan alternatif graft untuk meminimalisir
komplikasi yang berkaitan dengan penggunaan graft dari area sekitar lutut.
Peroneus Longus tendon graft dikatakan memiliki komplikasi pada donor site
antara lain instabilitas ankle serta menurunnya kekuatan fleksi 1st ray dan eversi
ankle. Penelitian ini mencari perbedaan terkait dengan komplikasi donor site
dengan membandingkan tehnik pengambilan graft dengan dan tanpa penjahitan
pada distal stump Peroneus Longus tendon terhadap peroneus brevis tendon.
Penelitian ini adalah studi yang mencari hubungan antar variabel dengan desain
randomized controlled trial untuk mengetahui luaran fungsional secara subyektif
dan obyektif. Rata-rata usia subyek adalah 26.08 ± 2.4 tahun. Dari 13 subjek, 11
laki-laki dan 2 perempuan. Pada kelompok penjahitan didapatkan rerata delta
kekuatan otot pre operasi terhadap 6 bulan pasca operasi 0.88±0.22 kg, sedangkan
pada kelompok tanpa penjahitan adalah 0.67 (0.33-6) kg. Pada kelompok dengan
penjahitan didapatkan rerata Clarke’s angle pasca operasi 6 bulan 39.67± 1.28
derajat dan pada kelompok tanpa penjahitan distal stump adalah 39.5± 1.50 derajat.
Pada pengukuran subyektif The American Orthopedic Foot and Ankle Score
(AOFAS), dan visual analogue scale foot and ankle (VAS-FA), kelompok dengan
penjahitan lebih superior daripada tanpa penjahitan dalam hal kenyamanan pasien.
Pengambilan graft peroneus longus baik dengan dan tanpa penjahitan distal stump
tidak menurunkan kekuatan otot plantarfleksi dan tidak menyebabkan perubahan
bentuk arch kaki. Penjahitan distal stump saat pengambilan graft peroneus longus
mengurangi kemungkinan komplikasi nyeri baik pada 3 bulan dan 6 bulan pasca
operasi.

Anterior Cruciate Ligament (ACL) rupture treatment is a reconstructive surgery by
taking a tendon graft on the patient's own body as a substitute for ACL. Peroneus
Longus Tendon graft is an alternative graft to minimize complications related to
the use of graft from the area around the knee. Peroneus Longus tendon graft is
said to have complications at donor sites including ankle instability and decreased
flexion strength of 1st ray and ankle eversion. This study looked for differences
related to donor site complications by comparing graft harvest techniques with and
without suturing of the Peroneus Longus tendon distal stump to the peroneus brevis
tendon. This study is a study that looks for relationships between variables with
randomized controlled trial designs to find out functional outcomes subjectively
and objectively. The mean age of the subjects was 26.08 ± 2.4 years. Of the 13
subjects, 11 were male and 2 were female. In the suturing group, the mean preoperative
delta muscle strength of 6 months postoperatively was 0.88 ± 0.22 kg,
whereas in the group without suturing it was 0.67 (0.33-6) kg. In the group with
suturing, the mean Clarke’s angle postoperatively was obtained 6 months 39.67 ±
1.28 degrees and in the group without distal stump suturing was 39.5 ± 1.50
degrees. In the subjective measurements of The American Orthopedic Foot and
Ankle Score (AOFAS), and visual analogue scale foot and ankle (VAS-FA), group
with suturing are superior to those without suturing in terms of patient comfort.
Peroneus longus graft harvesting both with and without distal stump suturing does
not decrease plantarflexion muscle strength and does not cause changes in foot
arch. Distal stump suturing reduces the
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Nurdiany Sumirat
"ABSTRAK
Latar Belakang. Peternak memiliki risiko 5 kali lebih besar menderita nyeri punggung bawah NPB dibandingkan dengan pekerja sektor lainnya. NPB berulang menimbulkan masalah yang lebih besar dibandingkan dengan NPB yang tidak berulang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko NPB berulang pada peternak sapi perah di Jawa Barat.Metode. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak BPT-SP HPT Cikole dengan metode total sampling. Dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisis, dan pengamatan cara kerja. Analisis data dilakukan dengan program statistik SPSS Statistics 20.0.Hasil. 117 peternak sapi perah, dianalisis untuk mendapatkan prevalensi dan faktor risiko NPB berulang. 92 subjek 78,6 mengalami NPB berulang. Faktor risiko determinan adalah posisi kerja membungkuk dengan OR sebesar 160,612 95 CI 14,609-1765,727, p = 0,0001 dan tidak adanya edukasi kesehatan di tempat kerja dengan OR sebesar 65,078 95 CI 4.874-868.883, p = 0,002 .Simpulan. Prevalensi NPB berulang pada peternak sapi perah sebesar 78,6 . Faktor risiko determinan NPB berulang pada peternak sapi perah adalah posisi kerja membungkuk dan tidak adanya edukasi kesehatan di tempat kerja.

ABSTRACT
AbstractBackground. Dairy farmers are five times more likely to have recurrent low back pain LBP compare to other workers. Currently, there was no study available regarding prevalence nor the risk factors contributing to this disease among dairy farmers in Indonesia. This study aims to identify the prevalence and determinant factors of recurrent non specific LBP among dairy farmers.Methods. A cross sectional study was conducted in Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak BPT SP HPT Cikole, using total sampling method. All subjects underwent interview, physical examination, and direct working observation. Analysis was done by using SPSS Statistics 20.0Result. 117 subjects included for prevalence study and analysis of recurrent non specific LBP determinants. 92 subjects 78,6 are diagnosed with recurrent LBP. Determinants for recurrent non specific LBP are bending position during working with OR 160,612 95 CI 14,609 1765,727, p 0,0001 and unavailability of health education program in workplace with OR 65,078 95 CI 4.874 868.883, p 0,002 .Conclusion. Prevalence of recurrent non specific LBP among dairy farmers is 78,6 . Identified determinant risk factors are bending position during working and unavailability of health education program in workplace."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Lanjut usia (lansia) mengalami berbagai penurunan fungsi tubuh. Penurunan
fungsi tubuh ini memberi pengaruh pada kemampuan lansia untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Keluarga merupakan kelompok sosial yang unik yang diikat
bersama oleh ikatan generasi, emosi, saling memberi, punya tujuan, orientasi
altruistik dan ada kepemimpinan (Bentler et. al, 1989). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh intensitas kunjungan keluarga terhadap peningkatan
motivasi melakukan aktivitas harian pada lansia yang tinggal di panti werda.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif dengan
mengambil responden sebanyak 24 orang lansia yang diambil dengan cara simple
random sampling di Sasana Tresna Werda Yayasan Karya Bakti Ria
Pembangunan Jakarta Timur. Setelah data dianalisa dengan uji Fisher Exact
diperoleh nilai P =1,45 dan ini lebih besar dari nilai a, yang digunakan yaitu 0,05.
Hasil analisa data ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh intensitas
kunjungan keluarga terhadap peningkatan motivasi lansia melakukan aktivitas
harian. Dari penelitian ini diharapkan muncul penelitian lebih lanjut yang akan
meneliti tentang faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan motivasi lansia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5085
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rafyanka Cinta Arizaputri
"Latar Belakang: Pertumbuhan populasi lansia di Indonesia diiringi oleh peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti jantung, kanker, dan stroke, yang dapat memengaruhi kemampuan lansia dalam menjalankan Activities of Daily Living (ADL). Status ADL yang rendah berdampak pada kualitas hidup individu dan meningkatkan beban kesehatan nasional. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara PTM (jantung, kanker, stroke) dan status ADL pada lansia di Indonesia, serta mengevaluasi pengaruh faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, lokasi tempat tinggal) terhadap hubungan tersebut. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analisis data sekunder dengan pendekatan cross-sectional, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Analisis data dilakukan menggunakan regresi logistik multinomial untuk mengeksplorasi hubungan antara PTM dan status ADL, dengan mempertimbangkan variabel sosiodemografi. Hasil: Analisis menunjukkan hubungan signifikan antara PTM dengan ketergantungan ADL pada lansia. Stroke memiliki pengaruh terbesar terhadap ketergantungan ADL (OR = 35,9; CI 35,520–36,199; p < 0,000), diikuti oleh kanker dan penyakit jantung. Faktor sosiodemografi seperti usia lanjut, pendidikan rendah, dan status ekonomi rendah juga meningkatkan risiko ketergantungan ADL secara signifikan. Kesimpulan: PTM, terutama stroke, merupakan faktor risiko utama ketergantungan ADL pada lansia di Indonesia. Diperlukan intervensi kesehatan yang terfokus pada pencegahan dan pengelolaan PTM, serta kebijakan yang memperhatikan faktor sosiodemografi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

Background: The growing elderly population in Indonesia is accompanied by an increasing prevalence of non-communicable diseases (NCDs) such as heart disease, cancer, and stroke, which can impact the ability of older adults to perform Activities of Daily Living (ADL). Low ADL status adversely affects individuals' quality of life and places a significant burden on the national healthcare system. Objective: This study aims to analyze the relationship between NCDs (heart disease, cancer, stroke) and ADL status among the elderly in Indonesia, while also evaluating the influence of sociodemographic factors (age, gender, education, economic status, and place of residence) on this relationship. Methods: This study employs a secondary data analysis design with a cross-sectional approach, utilizing data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). Logistic regression analysis was conducted to explore the relationship between NCDs and ADL status, considering sociodemographic variables. Results: The analysis revealed a significant relationship between NCDs and ADL dependence among the elderly. Stroke was identified as having the strongest impact on ADL dependence (OR = 35.9; CI 35.520–36.199; p < 0.000), followed by cancer and heart disease. Sociodemographic factors, such as advanced age, low educational attainment, and low economic status, were also significantly associated with higher risks of ADL dependence. Conclusion: NCDs, particularly stroke, are major risk factors for ADL dependence among the elderly in Indonesia. Focused health interventions targeting the prevention and management of NCDs, along with policies that address sociodemographic disparities, are essential to improving the quality of life for the elderly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darin Fairus
"Cedera pada Anterior Cruciate Ligament (ACL) sering terjadi pada atlet yang berpartisipasi dalam olahraga intensitas tinggi. Namun, kerusakan ACL juga bisa terjadi pada masyarakat umum. Fatigue dijelaskan oleh perubahan protein struktural utama, heliks kolagen tipe 1. Hal ini merusak ligamen dan menyebabkan kelemahan pada jaringan. Delapan puluh persen kerusakan ACL dilaporkan sebagai kerusakan tanpa kontak langsung, yang bertentangan dengan gagasan bahwa kerusakan ACL terjadi dalam kasus kelebihan beban. Chen dkk. menunjukkan bahwa tanda-tanda fatigue seperti rongga struktural, kekuatan tarik yang lebih rendah dan perubahan komposisi kimia dari heliks kolagen normal menjadi untaian terdenaturasi (1740cm-1) dapat mengurangi integritas struktural ACL yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan dini. Penelitian ini membutuhkan lebih banyak detail dalam tanda-tanda baru yang dapat menyebabkan kerusakan ACL akibat fatigue. Proyek ini menganalisis topografi, komposisi kimia, mekanika jaringan seperti kekakuan, dan perubahan sinyal autofluoresensi menggunakan Atomic Force Microscopy Infrared Spectroscopy (AFM-IR) dan endoskopi konfokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kekakuan dan kerusakan akibat kelelahan adalah semakin tinggi proporsi kolagen gangguan, semakin rendah frekuensi PLL dan semakin rendah kekakuan material. Efek kerusakan mekanis juga ditunjukkan pada salah satu fitur topografi, D-spacing. Peningkatan D-spacing dapat disebabkan oleh deformasi plastik fibril kolagen.

Injuries to the Anterior Cruciate Ligament (ACL) are prevalent in athletes who participate in high-intensity sports. However, ACL damage can also occur in the general public. Fatigue is explained by changes in the major structural protein, the type 1 collagen helix. This destroys the ligaments and causes weakness. Eighty percent of ACL damage is reported to be non-contact damage, which contradicts the notion that failure occurs in the case of a single overload. Chen et al. showed that fatigue signatures such as structural voids, lower tensile strength and change in chemical composition from normal collagen helices to denatured strands (1740cm-1) could reduce the structural integrity of the ACL ultimately leading to early failure. However, the study needs more detail in these novel signatures of fatigue damage. This project analyses topography, chemical composition, tissue mechanics such as stiffness, and changes in autofluorescence signal using Atomic Force Microscopy Infrared Spectroscopy (AFM-IR) and confocal endoscopy. Other techniques can be explored for the future but are not the focus of this project. The results show that the relationship between stiffness and fatigue damage is that the higher the proportion of disorder collagen, the lower the PLL frequency and the lower the material's stiffness. The effect of mechanical damage is also shown on one of the most critical topographical features, D-spacing. The increase in D-spacing may be due to the plastic deformation of collagen fibrils."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan mengidentiflkasi Iama waktu yang diperlukan pemberian Iatihan
fisik rehabilitasi jantung sudah dapat meningkatkan kemampuan melakukan aktifitas
kehidupan sehari-hari pada penderita pasca CABG. Pcnelitian dilakukan di Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita, Sampel diambil secara random dengan kriteria sampel berusia antara 40-60 tahun, kondisi penyakit dalam stratifikasi rendah- sedang dan sudah dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri tampa keluhan angina, sesak napas, cepat lelah. Sampel diperoleh sebanyak 30 responden yang memenuhi kriteria dan sudah diberikan penjelasan tentang maksud, tujuan serta sara pengisian kuesioner yang merupakan alat pengumpul data. Kuesioner berisi lembar persetujuan responden, data demografi 8 item meliputi : nama(inisial), usia, jenis kelamin, pendidikan, suku bangsa, agama, pekerjaan dan status perkawinan. Sedangkan pertanyaan setelah berapa hari diberikan latihan fisik rehabilitasi penderita pasca CABG sudah dapat melakukan aktifitas sebanyak 10 item, berupa kemampuan membaca, menulis, bergerak pindah dari tempar tidur, toileting, makan sendiri, mandi sendiri, berwudhu, bersholat, barpakaian dan naik tangga. Data yang terkumpul diteliti, ditabulasi dan diolah dengan menggunakan metode statistik tendensi sentral yaitu mean, median dan modus. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan
prosentase mean dan modus."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5258
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Thorofare, NJ: Slack Incorporated, 2008
617.47 CUR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>