Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177379 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Butarbutar, Dina Elisabet
"Diesel particulate matter baik fine maupun ultrafine particulate berkontribusi terhadap pajanan personal harian pekerja. Pajanan diesel particulate matter dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang dapat mengganggu kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut antara lain menyebabkan perubahan glukosa, HbA1c dan lipid. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan menganalisis pajanan diesel particulate matter yang dikaitkan dengan peningkatan HbA1c dalam darah. Sampel penelitian adalah petugas uji mekanis berjumlah 18 orang dan 13 petugas administrasi di Unit Pengelola Pengujian Kendaraan Bermotor Cilincing dan 18 kelompok pembanding. Adapun variable penelitian adalah pajanan diesel particulate matter, kadar HbA1c, usia, Indeks Masa Tubuh (IMT), lama kerja, dan kebiasaan merokok. Pengukuran pajanan particulate matter menggunakan pompa Leland legacy dan Sioutas cascade impactor dan perhitungan konsentrasi pajanan menggunakan metode gravimetric. Penimbangan filter debu hasil sampling menggunakan alat Neraca Mikro Mettler Toledo. Pengukuran kadar HbA1c dalam darah bekerja sama dengan Laboratorium Kesehatan. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang kuat dan berkorelasi positif antara konsentrasi pajanan personal PM10, PM2.5, PM1, PM0.5 dan PM0.25 dengan tingkat kadar HbA1c dalam darah.

Diesel particulate matter both fine and ultrafine particulate contribute to daily personal exposure of workers. Exposure to diesel particulate matter in the short term and in the long term can disrupt health. These health problems include changes in glucose, HbA1c and lipids. This study is an analytical study that aims to analyze the exposure of diesel particulate matter associated with increased HbA1c in the blood. The samples were mechanical test officer totaling 18 people and 13 administrative officers in Cilincing Motor Vehicle Testing Unit and 18 comparison groups. The research variables are diesel particulate matter exposure, HbA1c level, age, body mass index (BMI), length of service, and smoking habit. Measurement of particulate matter exposure using Leland legacy and Sioutas cascade impactor pumps and calculation of exposure concentration using gravimetric method. Weighing of sampling dust filter using Mettler Toledo Micro Balance tool. Measurements of HbA1c levels in the blood work in conjunction with the Health Laboratory. The results showed a strong and positively correlated relationship between the personal exposure concentrations of PM10, PM2.5, PM1, PM0.5 and PM0.25 with levels of HbA1c in the blood."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Kurniasari
"Emisi mesin diesel (diesel exhaust) merupakan bahan yang karsinogenik terhadap manusia (grup 1 IARC). Sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar diesel exhaust di udara. Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) merupakan komponen yang banyak ditemukan dalam diesel exhaust. 1-Hidroksipirena (1-OHP) merupakan metabolit pyrene yang digunakan sebagai penanda adanya pajanan PAH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi 1-OHP dalam urin terkait dengan pajanan diesel exhaust pada pekerja uji mekanis di Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor Cilincing. Pajanan diesel exhaust diukur melalui konsentrasi personal PM2,5, PM1, PM0,5, dan PM0,25. Penelitian dilakukan pada 19 petugas uji mekanis dan 18 orang pembanding. Pengukuran partikulat dilakukan menggunakan pompa Leland Legacy dengan Sioutas Cascade Impactor. Analisis 1-OHP dalam urin dilakukan menggunakan HPLC dengan detektor fluoresensi. Distribusi frekuensi 1-OHP dalam urin berkisar antara 11,72 - 61,88 µg/gr kreatinin urin.
Hasil analisis menunjukkan terdapat rata-rata konsentrasi 1-OHP petugas uji mekanis signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pembanding (p=0,001). Terdapat korelasi positif dengan derajat keeratan kuat antara konsentrasi partikulat pada semua ukuran dengan konsentrasi 1-OHP dalam urin. Partikulat yang dihasilkan dari emisi mesin diesel merupakan kontributor utama terhadap peningkatan konsentrasi 1-OHP dalam urin petugas uji mekanis PKB Cilincing.

Diesel engine exhaust is categorized as carcinogenic to human (group 1) by IARC in 2012. Transportation is the biggest contributor of diesel exhaust pollutant. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) are the major compound of diesel exhaust that can be found on gas and particle phases. 1-Hydroxypyrene (1-OHP), a metabolite of pyrene, has been used extensively as a biological monitoring of exposure to PAHs.
This study aimed to analyze the concentration of urinary 1-OHP related to diesel engine exhaust among vehicle testing mechanics at vehicle testing center Cilincing, Jakarta. Diesel exhaust exposure was measured by personal concentration of PM2,5, PM1, PM0,5, dan PM0,25. The subject was 19 vehicle testing mechanics and 18 non-mechanics as a comparator. Personal concentration of particulate matter collected using Leland Legacy pump and Sioutas Cascade Impactor and analyzed using gravimetric method. Urinary 1-OHP analyzed using High Performance Liquid Chromatography with fluorescence detector. Concentration of urinary 1-OHP ranging from 11,72 to 61,88 µg/gr creatinine.
The result show that mean concentration of 1-Hydroxypyrene of mechanic group is significant higher than non-mechanic group (p=0,001). There is a positive correlation between particulate matter concentration in all size and urinary 1-hydroxypyrene concentration. In this study, particulate related to diesel engine exhaust is the main contributor of the increasing of urinary 1-hydroxypyrene concentration among vehicle testing mechanics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidila Fitri
"Polusi udara menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian penyakit kardiovaskular di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis pajanan personal debu PM2,5 dan kadar Apolipoprotein-B Apo-B sebagai biomarker aterosklerosis dalam darah pekerja di Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor Cilincing tahun 2017. Status merokok, obesitas, penggunaan APD, dan riwayat penyakit juga di analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan T-Test independen. Sampel penelitian berjumlah 35 orang pekerja PKB Cilincing sebagai kelompok terpajan dan 24 orang pekerja FKM UI sebagai kelompok kontrol. Pajanan personal diukur menggunakan Leland Legacy Pump dan Sioutas Cascade Impactor, sedangkan analisis Apo-B menggunakan metode Polyethyleneglycol PEG enhanced immunoturbidimetric assay. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi pajanan pada pekerja adalah 232,233 g/m3, sedangkan rata-rata kadar Apo-B pada kelompok terpajan adalah 107,30 mg/dL dan kelompok kontrol adalah 91,17 mg/dL.Kata Kunci: Apolipoprotein-B Apo-B , aterosklerosis, Particulate matter 2.5 PM2,5.

Air pollution becomes one cause of cardiovascular disease in the world. This study aim for measuring personal exposure of particulate matter 2,5 PM2,5 , and Apolipoprotein B level in diesel exhaust emission inspector blood in PKB Cilincing, 2017. In addition this study analyze smoking status, obesity, FPE using, and history of disease using independent T Test. Study samples of 35 worker of PKB Cilincing as exposed group and 24 worker of FKM UI as control group. Personal exposure measure using Leland Legacy Pump and Sioutas Cascade Impactor, while analysis of Apo B using Polyethyleneglycol PEG enhanced immunoturbidimetric assay method. Result of study shows mean concentration of personal exposure to worker is 232,233 g m3, while mean Apo B level to exposed group is 107.30 mg dL and control group is 91.17 mg dL. Keywords Apolipoprotein B Apo B , atherosclerosis, Particulate matter 2.5 PM2,5."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shella Rachma Dianty
"Diesel Particulate Matter DPM adalah zat yang dianggap menjadi salah satu faktor risiko dari perkembangan penyakit degeneratif seperti kanker IARC, 2012, kardiovaskular, dan penurunan fungsi paru melalui mekanisme stress oksidatif. Stress oksidatif dianggap sebagai mekanisme perantara dari pajanan partikulat menuju dampak kesehatan.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan konsentrasi biomarker stress oksidatif yaitu malondialdehyde MDA dan penurunan fungsi paru dengan pajanan DPM 2.5 pada kelompok terpajan penguji mekanis di UP PKB dan kelompok pembanding. Pengukuran DPM 2.5 dilakukan menggunakan sioutas cascade impactordan filter berjenis quartz.
Analisis MDA dilakukan dengan metode Wills 1996 melalui sampel urin responden, sedangkan penurunan fungsi paru dideteksi melalui tes spirometri. Hasil menunjukkan pajanan DPM 2.5 secara signifikan berhubungan dengan peningkatan konsentrasi MDA dan penurunan fungsi paru-paru, dengan derajat keeratan sedang hingga kuat r= 0,438; r=-0,629.

Diesel Particulate Matter DPM 2.5 m is considered to be one of the risk factors for degenerative diseases such as cancer IARC, 2012 , cardiovascular, and declined lung function through oxidative stress mechanism. Oxidative stress is considered as an intermediary mechanism from particulate exposure to health effects.
This study was conducted to see the correlation of oxidative stress biomarker which is malondialdehyde MDA and decline of lung function with DPM 2.5 exposure in exposed group and non exposed group. Sampling DPM 2.5 was performed using sioutas cascade impactor and quartz type filter.
MDA analysis was done by Wills 1996 method through respondent 39s urine sample, whereas pulmonary function decline was detected through spirometry test. The results show that DPM 2.5 exposure was significantly associated with elevated MDA concentrations and declined lung function, with moderate to stronger degree r 0.438 r 0.629.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gamal Sena Shidiqi
"Rapor ini dibuat untuk menunjukan hasil studi dari proyek pengurangan bahan diesel yang dimulai oleh BHP Mitshubishi Alliance (BMA). Tujuan dari proyek ini untuk menyelidiki apakah Battery Electric Vehicle (BEV) secara finansial bisa digunakan di area pertambangan Broadmeadow. Hasil dari studi ini akan menunjukan apa proyek beneficial untuk BMA. Terlebih lagi, jika armada di Broadmeadow akan sepenuhnya menggunakan BEV, sistem ventilasi di dalam pertambangan harus di pertimbangkan. Selain itu, riset untuk aplikasi dari BEV di dalam pertambangan dan analisisa metodologi untuk proyek juga dipertimbangkan. Hasil riset awal menunjukan bahwa BEV akan memiliki jangka waktu penggunaan lebih lama dibanding menggunakan kendaraan diesel. Untuk membantu dalam investigasi, dua jenis analisis digunakan, Cost-Benefit Analysis (CBA) dan Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT). Analasis SWOT mengindikasikan bahwa kendaraan diesel memiliki kelebihan fleksibiltas dalam operasionalnya dan downtime yang lebih cepat dibanding BEV. Tetapi, kendaraan diesel menghasilkan DPM yang berbaya jika dihirup dalam kuota tertentu. Sedangkan, BEV memiliki kelebihan harga operasional yang lebih rendah dibandingkan dengan kendaraaan diesel. Dari analisisa CBA, diketahui bahwa expektasi total biaya operasional selama 13 tahun kedepan BEV lebih rendah 23% dibandingkan kendaraan diesel. Walaupun di dalam perhitungan data ada beberapa masalah seperti pembuatan asumsi untuk model data Life-cycle cost. Riset lanjutan dibutuhkan dikedepannya untuk proyek ini agar model data lebih akurat.

This report has been made to show study results of Diesel Particulate Matter (DPM) Reduction Project initiated by BHP Mitsubishi Alliance (BMA). The aim of the project is to investigate the viability of battery electric vehicle (BEV) in Broadmeadow Mine. BMA requires a fleet replacement study for Broadmeadow mines to determine if the project will be beneficial or not. Furthermore, a cost saving study needs to be done for the ventilation system if a complete battery electric fleet is in use instead of diesel machines.

Additional research regarding the application of Battery Electric Vehicle (BEV) in underground mining areas was done. Additional analysis on methodology of the project was planned. Preliminary investigation shows that in underground mining areas, BEV will have greater life cycle expectancy when compared to diesel vehicles. Two analyses were done for the study, Cost-Benefit Analysis (CBA) and Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) analysis were done to help with the study.

SWOT analysis shows that diesel vehicles have an advantage in operational flexibility and lower downtime, at the cost of creating more DPM particles in the area. Electric vehicles have the advantage of lower operational cost and maintenance. Moreover, Electric battery does not produce DPM particles. Having less DPM particles in the workers area may increase the satisfaction and well-being of the workers.

From the results gathered using Cost-Beneficial Analysis (CBA) it was shown that Electric vehicles have lower operational cost for the expected 13 years life span of Broadmeadow Mines. Although there were some calculation issues that stems from the assumptions made for the LCC model inputs, which reduces the accuracy of the model. Further studies are required, and missing data needs to be collected to improve the accuracy of the model. "

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Evianto
"ABSTRAK
Efisiensi pemakaian bahan bakar pada kendaraan bemotor yang rendah akibat banyaknya energi yang terbuang terutama oleh gas buang kendaraan yang mencapai 34% serta efek pendinginan yang mencapai 32 % menyebabkan energy yang efektif untuk dlgunakan hanya sekitar 25%. Selain hal tersebut diatas pengaruh terhadap polutan yang ditimbulkan oleh gas buang kendaraan bermotor telah menjadi perhatian serius para ahli sejak diajulcannya Clean Air Ac! (dikenal juga dengan Mrrshe Act) yang dibawa ke Senat Amerika oleh Senator Edmund Muslde pada tahun 1970. Hal tersebut yang kemudian mendorong dibuatnya peraturan sejenis yang mengatur emisi kendaraan bermotor pada negara-negara lainnya.
Pada dasarnya emisi kendaraan bermotor timbul diantaranya akibat adanya sebagian bahan bakar yang disuplai kedalam silinder yang tidak terbakar secara sempurna sehingga menimbulkan senyawa baru yang bersifat polutan dan beracun pada konsentrasi tertentu.
Pada kendaraan berbahan bakar bensin banyak peralatan ya.ng telah dikembangkan untuk mengatur emisi kendaraan bensin karena mekanisme serta konstruksi mesin yang memungkinkan Alcan tetapi untuk lcendaraan berbahan bakar solar baru sebagian kecil peralatan yang dapat dipergunakan untuk mengatur emisi diantaranya teknologi terbaru ya.ng dikembang oleh Isuzu yaitu dengan memodifikasi ruang bakar dan waktu pengapian pada Zexel A-zype in line pump yang dilengkapi dengan Governor RSV.
Terdapat Salah satu peralatan yang dikembang pada kendaraan berbahan bakar bensin yang pada prinsipnya bisa diterapkan pada kendaraan diesel, yaitu fire cut-off Fuel cut-off adalah salah satu peralatan yang telah dikembangkan untuk mengatur jumlah emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Alat ini bekerja dengan prinsip rnenghentikan suplai bahan bakar yang masuk kedalam silinder. Alat ini dapat bekerja sebagai pembatas kecepatan (speed Iimiter) atau bekerja pada saat disakselerasi perlambatan.

ABSTRACT
The low efficiency of tiiel consumption for automobiles due to lot of energy wasted mostly from exhaust emission for 34 % and also the cooling effects for 32 %, make the effective energy can be used only 25 % [10]. Beside those things the effect of pollutants produced by exhaust emission of automobiles has became serious attention for experts since Clean Air Act proposed (also known with Muskfe Act) which brought to the United State Senate by Senator Edmund Muskie in 1970. Since then, many similar regulations controlled emission made in many countries.
Basicaly, emission of automobiles caused by some of the fuel injected into the cylinders is not burnt properly and as a result some new compunds that are toxic for certain concentration are produced.
For vehicles with gasoline as the fuel, many equipments have been developed to control emission because of the possibility due to mechanism and engine construction. In the other hand, for vehicles with diesel engine the equipment developed for that purposed is still limited, as an example the latest technologies developed by Isuzu Motor Company are modification of combustion chamber and tiring timing on Zexel A-type in-line pump equiped with RSV Governor.
There is some equipment developed in gasoline engines which principally can be applied in diesel engines, it?s fuel cut-off Fuel cut- offs an equipment developed to control emission produced by the automobiles. This equipment works principally with cut the supply of the fuel injected into the cylinder. Also, this equipment works as speed limiter or active while deceleration phase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Ramadhani
"Pajanan diesel partikulat (DPM PM0.25) dapat menyebabkan gangguan sistem saluran pernapasan dan keluhan kesehatan terhadap pekerja, namun belum banyak penelitian dilakukan di Indonesia mengenai hal tersebut padahal IARC telah mengkategorikannya sebagai senyawa karsinogenik. Analisis pajanan dan hubungannya terhadap keluhan gangguan pernapasan subjektif dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit terhadap pekerja. Penelitian dilakukan terhadap petugas penguji kendaraan di UP PKB Cilincing sebanyak 24 orang melalui pengukuran pajanan personal DPM PM0.25 dan Black Carbon (BC) (20 orang) dan wawancara (24 orang). Konsentrasi pajanan BC personal berkisar antara 12,05 μg/m,3 sampai dengan 84,87 μg/m3. Keluhan yang dialami petugas penguji kendaraan adalah bersin dan hidung tersumbat (masing-masing sebanyak 50%), sakit tenggorokan dan batuk kering (masing-masing sebesar 41.7%), sesak nafas (20.8%), batuk berdahak (33.3%), nafas bunyi (mengi) (12.5%) dan sakit dada (8.3%) . Diduga BC bukan merupakan satu-satunya pemicu dan bukan penyebab langsung dalam kejadian keluhan gangguan penapasan subjektif.

Diesel particulate exposure (DPM PM0.25) may cause respiratory system disease and health complaints to the worker. Limited research found about this subject in Indonesia, yet IARC has categorized it as a carcinogenic compound. Analysis of exposure and its relation to respiratory health complaints as one of the prevention of disease in the workplace. The research was conducted on 24 mechanics at UP PKB Cilincing through the measurement of personal exposure DPM PM0.25 and Black Carbon (BC) (20 people) and interview (24 people). The concentration of BC personal exposure ranged from 12.05 μg / m3 to 84.87 μg / m3. The common complaints experienced by mechanics were sneezing and nasal congestion (50% each), sore throat and dry cough (41.7% respectively), dyspnea (20.8%), wet cough (33.3%), wheezing (mengi) (12.5%) dan chest pain (8.3%) . Allegedly BC is not the only factor and act not as the direct cause in the incidence of subjective respiratory health complaints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Wulansari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S35064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julius Antoni
"Permasalahan kenaikan bahan bakar minyak dan mulai menipisnya cadangan minyak dibumi merupakan masalah utama yang sedang hangat dibicarakan sekarang ini, begitu juga masalah emisi gas buang yang menyebabkan polusi udara dan global warming. Penelitian ini bertujuan untuk membuat mekanisme perubah derajat bukaan katup intake dan katup exhaust yang dapat di kontrol dan diubah sesuai kebutuhan. Mekanisme ini dibuat dengan membuat suatu rel diporos yang berfungsi sebagai penggerak. Camshaft standar di bagi menjadi dua antara cam intake dan cam exhaust. Mekanisme ini berjalan dengan mendorong atau menarik poros dari camshaft sehingga terjadilah perubahan derajat bukaan katup. Mekanisme ini diuji dengan pengambilan data emisi dan melakukan dial cam agar diketahui bahwa mekanisme ini bisa berjalan.
Hasil dari penelitian ini didapatkan penurunan emisi gas buang CO sebesar 20,8% pada posisi 1 dan 43,5% pada posisi 2, CO semakin kecil menandakan bahan bakar yang digunakan semakin irit. Emisi gas buang CO2 mengalami kenaikan sebesar 19,4% pada posisi 1 dan 5,6% pada posisi 2, CO2 semakin tinggi menandakan pembakaran yang terjadi semakin sempurna. Emisi gas buang HC mengalami penurunan sebesar 45,4% pada posisi 1 dan 43,4% pada posisi 2, HC semakin kecil maka pembakaran yang terjadi makin sempurna. Emisi gas buang O2 tidak mengalami perubahan pada posisi 1 sedangkan pada posisi 2 terjadi kenaikan sebesar 7,5%, O2 menandakan terjadinya pembakaran lean combustion atau rich combustion. O2 juga bisa dipengaruhi oleh pengaturan karburator yang kurang tepat antara campuran bahan bakar dengan udara. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme single rail ini dapat berjalan dengan baik dengan memaksimalkan proses pembakaran sehingga hasil uji emisi menjadi jauh lebih baik dari pada kondisi standar dan derajat bukaan katub dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan.

The fuel price shock and decreasing of oil are now becoming a new trend issues. So is the problem about emission that results in global warming. This research is conducted for making from the mechanisms system that results changes of intake and exhaust valve opening degree. The degree of the opening is commonly called the LSA (Lobe Separation Angle). The mechanism is conducted by making a rail on the shaft that functioned as the activator. Standard camshaft is devided into two parts, which are cam intake and cam exhaust. The mechanism is run by either pushing or pulling the shaft of the camshaft that results changes in the degree of valve opening. This mechanism was tested afterwards by taking emission data and by dial cam to conclude that the mechanism could work.
This research results that the decreasing of emission for CO is 20,8% at position 1 and 43,5% at position 2. The lesser CO indicates that the used of the fuel is more efficient. Meanwhile the emission for CO2 increases at 19,4% for position 1 and 5,6% for position 2, the higher CO2 indicates the combustion is more perfect. Emission for HC decreases at 45,4% on position 1 and 43,4% on position 2, the lesser HC indicates the combustion is more perfect. The emission for O2 doesn?t change significantly at position 1 meanwhile at position 2 increases at 7,5%. O2 indicates the lean combustion or rich combustion occurred. O2 is also possibly influenced by the carburator?s inaccurate setting between fuel and air mixture. Based on this research, it is possible to say that single rail mechanism can be operated well by maximize the combustion process so that the result of emission becomes much better on standard condition and the valve opening degree is controlable depends on the needs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42701
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trusti Dian Susanti
"Pajanan partikulat dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular serta kematian. Tujuan penelitian ini mengetahui konsentrasi pajanan partikulat di PKB Cilincing. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur pajanan personal pada petugas uji mekanis dan area pada kantor dan pengujian. Rata-rata konsentrasi pajanan personal PM10, PM2.5, PM1, PM0.25 pada petugas uji mekanis : 342.26 g/m3; 232.23 g/m3; 190.58 g/m3; dan 140.10 g/m3, ruangan kantor : 208.05 g/m3; 168.87 g/m3; 149.18 g/m3; 110.42 g/m3, dan pengujian : 213,50 g/m3; 130.24 g/m3; 100,42 g/m3; 47,25 g/m3. Perbedaan konsentrasi pajanan partikulat dapat terjadi karena perbedaan ukuran dan jenis kendaraan, lokasi, serta jenis pengujian.

Exposure to vehicle emission particulates has been known to cause death and health effects on respiratory and cardiovascular systems. This study conducted to determine concentration of PM2.5 in Vehicle Emission Testing Centre, Cilincing unit, by collecting personal exposure on emission inspector, at office and testing area. Average personal exposure concentration of PM10, PM2.5, PM1, PM0.25 were 342.26 g m3 232.23 g m3 190.58 g m3 dan 140.10 g m3, office area 208.05 g m3 168.87 g m3 149.18 g m3 110.42 g m3 testing area 213,50 g m3 130.24 g m3 100,42 g m3 47,25 g m3. Concentration of particulate matter may different due to size and types of vehicles, location, and types of vehicle testing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>