Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191336 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iman Surahman
"Penelitian analisis kadar merkuri dalam rambut dengan gangguan fungsi sistem saraf pusat bagi pekerja pertambangan emas, dilakukan untuk dapat memberikan referensi terkait dampak penggunaan merkuri dan penanggulangannya bagi kesehatan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan menganalisis data sekunder dari Kementerian Kesehatan terhadap 119 sampel.
Hasil pengukuran kadar merkuri dalam rambut pekerja, didapatkan 77,9% berada diatas normal, angka Nilai Indeks Pajanan Biologi yang dipersyarakatkan ≤ 3μg/g (ACGIH, 2005). Analisis kadar merkuri dalam rambut dengan gangguan fungsi sistem saraf pusat, secara perhitungan statistik menunjukan tidak ada hubungan signifikan, namun pekerja dengan kadar merkuri tinggi berisiko 3,12 kali,CI 95% (0,67 - 14,36) terhadap gangguan fungsi sistem saraf pusat. Analisis berbagai faktor konfounding, yaitu: Lama paparan, konsumsi sayur-buah, konsumsi ikan, penggunaan pestisida dan atau insektisida dan kebiasaan merokok, berdasarkan perhitungan statistik, hanya penggunaan pestisida secara konstan mempunyai hubungan diantara keduanya dan berisiko 3,97 kali, CI 95% (1,51 - 10,43) terhadap gangguan fungsi sistem saraf pusat.
Hasil analisis multivariat, didapatkan responden dengan kadar merkuri dalam rambut tinggi, mempunyai risiko 2,82 kali lebih besar dengan CI 95% (0,595-13,379) untuk mengalami gangguan fungsi sistem saraf pusat setelah dikontrol variabel penggunaan pestisida. Pencegahan dan pengendalian dampak kesehatan akibat penggunaan merkuri perlu melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat, melalui program eliminasi, subtitusi, pengendalian teknis dan administrasi.

Research into the analysis of mercury levels in hair with impaired central nervous system function for gold mining workers, was conducted to provide a reference to the impact of mercury use and its prevention for public health. The method in this research use cross sectional design. This research used secondary data from Ministry of Health, with 119 miners as samples.
The results of the measurement of mercury in the hair of workers, obtained 77.9% above normal, Biology Exposure Index value ≤ 3μg / g (ACGIH, 2005). Analysis of mercury levels in the hair with impaired function of the central nervous system, the statistical calculation showed no significant relationship, but workers with high mercury levels risked 3.12 times, 95% CI (0.67 - 14.36) against impaired functioning of the nervous system center. Analysis of various confounding factors, namely: Length of exposure, consumption of fruits, fish consumption, pesticide and or insecticide use and smoking habits, based on statistical calculations, only the use of pesticides has a constant relationship between them and 3.97 times risk, 95% (1.51 - 10.43) against impaired functioning of the central nervous system.
The result of multivariate analysis, obtained by respondent with high mercury in hair, had 2.82 times greater risk with 95% CI (0,595-13,379) for impaired function of central nervous system after controlled variable of pesticide usage. Prevention and control of health impacts due to the use of mercury should involve various parties, government, private and public, through elimination, substitution, technical and administrative control programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi Setia Ritma Pamungkas
"ABSTRAK
Pengolahan emas dengan cara amalgamasi menghasilkan limbah merkuri. Pengelolaan limbah merkuri yang tidak baik dapat mencemari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi merkuri pada limbah padat dan cair (tailing) dalam bak penampung limbah; dan menganalisis pengelolaan limbah/tailing yang mengandung merkuri pada pertambangan emas rakyat. Metode yang digunakan adalah survey dan spasial. Sampel yang diambil adalah penambang emas rakyat sebagai responden, sampel limbah cair dan padat, dan sampel lingkungan (air, tanah, talas, dan bayam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan limbah merkuri di Desa Cisungsang sebesar 78,31% responden, tidak sesuai dengan peraturan pemerintah. Berdasarkan hasil uji limbah pada bak penampung, terdapat konsentrasi merkuri limbah cair 0,083-0,265 ppm; dan konsentrasi merkuri limbah padat 0,304- 0,407 ppm. Potensi sebaran merkuri di Cisungsang mencapai 42,2 Ha, dengan mempertimbangkan sebaran gelundung; kemiringan lereng mencapai 35°; curah hujan yang tinggi yakni 4000 mm/tahun; dan kondisi bak penampung limbah yang terbuka, namun tidak mempertimbangkan aspek geohidrologi. Hasil uji pada sampel lingkungan menunjukkan konsentrasi merkuri rata-rata pada air sebesar 0,00036 ppm, tanah 0,00378 ppm, bayam 2,31 ppm, dan talas 25x10-8 ppm.

ABSTRACT
The amalgamation process in gold processing will produce mercury waste. Poor waste management of mercury can pollute the environment. The objectives of research is to measure concentration of mercury in liquid and solid waste in the pond; and to analyze the management of waste/tailing containing mercury on artisanal gold mining. The methods used are survey and spatial analysis. Samples taken are the gold miners as responden, samples of liquid and solid waste, and samples from the environment (water, soil, spinach, and taro). The research results showed that management of mercury waste in Cisungsang are 78% from responden, didn?t suitable with the government regulation. Based on the results of the waste in ponds, concentration of mercury in liquids waste are 0.083-0.265 ppm and the concentration of mercury in solids waste are 0.304-0.407 ppm. The potential distribution of mercury in Cisungsang reached 42,2 Ha, with consider of distribution ball mil; the slopes reached 35°; the precipitation reached 4000 mm/year; and the open condition of the waste pond, but it isn?t considered of geohydrology aspect. Test result on environmental samples showed the average concentration of mercury in water are 0,00036 ppm, soils are 0,00378 ppm, spinach is 2,31 ppm, and taro is 25x10-8 ppm."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Prakasiwi
"Latar Belakang: Merkuri telah dikenal sebagai global concern dalam bidang kesehatan dan masalah lingkungan, senyawa-senyawa merkuri sangat toksik terhadap sistem saraf pusat dan perifer. Merkuri telah dikaitkan secara kausal sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi dengan merusak fungsi sel endotel. Akumulasi merkuri dapat mempengaruhi fungsi sel endotel dengan menghambat sintesis nitric oxyde, oksigen reaktif dan Angiotensin converting enzym ACE yang berpartisipasi dalam aksi merkuri dengan meningkatkan produksi Angiotensin II.
Tujuan: Studi ini mengevaluasi konsentrasi merkuri dalam urin terhadap tekanan darah masyarakat di kawasan PESK. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dengan pemilihan sampel menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Kami menggunakan data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2016 dengan memeriksa konsentrasi merkuri dalam spesimen urin dari 92 sampel orang sehat usia > 20 tahun yang tinggal di kawasan PESK lebih dari 5 tahun.
Hasil: Rata-rata konsentrasi merkuri subyek penelitian adalah sebesar 24,33 49,24 g/L dengan tekanan darah tidak normal sebanyak 27,2 dan konsentrasi merkuri urin tidak normal sebanyak 76,1 , sedangkan pengaruh merkuri urin terhadap tekanan darah diperoleh proporsi merkuri urin tidak normal dan tekanan darah normal sebanyak 74,3 dibandingkan subyek penelitian yang mempunyai kadar merkuri urin normal dan tekanan darah normal (p= 0,774, 95% CI: 0,261-2,109).
Kesimpulan: Variabel umur sebagai variabel confounding merupakan vairabel yang berhubungan signifikan dibandingkan dengan variabel confounding lain. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh faktor risiko pola makan dan aktifitas fisik terhadap tekanan darah serta pengukuran konsentrasi merkuri di udara untuk mengetahui paparan merkuri melalui inhalasi.

Background: Mercury has been recognized as a global concern in health and environmental issues, because it is highly toxic to the central and peripheral nervous system. Mercury has been associated as a risk factor for cardiovascular disease, such as high blood pressure by decreasing endothelial cell function. Accumulation of Hg may affect endothelial cell function by inhibiting the synthesis of nitric oxyde, reactive oxygen and Angiotensin Converting Enzyme ACE which participate in Hg action to the body by increasing the production of Angiotensin II.
Objective: This study evaluated the concentration of urineHg against blood pressure in community at artisanal small scale gold mining ASGM area. Methods This study used a cross sectional design, with data from the Ministry of Health Republic of Indonesia in 2016 by examining the concentration of urine Hg specimens from 92 samples of healthy people age 20 years living in ASGM area more than 5 years.
Result: The average urine Hg concentration was 24.33 49.24 g L with abnormal blood pressure is 27.2 and abnormal urine Hg concentration as much as 76.1 . Urine Hg effect on blood pressure is obtained by the proportion of abnormal urine Hg and normal blood pressure is 74.3 compared to subjects with normal urine Hg levels and normal blood pressure (p= 0.774, 95% CI 0.261-2.109).
Conclusion: Age is consider as confounding variable which significantly related to other confounding. Further research is needed on the influence of other risk factors, such as diet and physical activity against blood pressure in communities at ASGM area. Measurement on Hg air concentration at ASGM area also needed for reference of Hg exposure through inhalation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Jonatan Oktoris
"Indonesia memiliki banyak pertambangan tradisional atau sering disebut Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). PESK di Indonesia menggunakan merkuri sebagai bahan penangkap emas. Merkuri (Hg) bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kontaminasi Hg menyebar ke lingkungan Desa Lebak Situ dan bagaimana tingkat risiko pajanan merkuri dari distribusi konsumi air minum dan makan terpilih di desa tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan, dengan jumlah sampel 72 orang dewasa dan 40 orang anak usia sekolah serta sampel pangan lokal berdasarkan hasil food frequency quetient penduduk Desa Lebak Situ. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi Hg sampel pada beras, ikan dan air minum masing-masing sebesar <0,005 mg/kg, <0,005 mg/kg, dan 0,0004 mg/L. Nilai CDI Hg pada kelompok dewasa dan anak masing-masing 0,000025 mg/kg/hari dan 0,000037 mg/kg/hari. Sedangkan nilai RQ pada semua kelompok umur adalah <1, yang artinya konsumsi air minum dan makanan terpilih masih aman dari risiko kesehatan Hg khususnya risiko non-karsinogenik.

Indonesia have so many traditional mining or often called as an Artisanal Gold Mining. Artisanal Gold Mining (ASGM) in Indonesia used mercury as a gold catcher. Mercury (Hg) is a toxin that is cumulative, even the small amount of mercury absorbed in the body for a long time would have danger. This study attempts to know whether contamination of Hg is spread into environment in Lebak Situ Village and what is the level of risk exposure of mercury for drinking water and elected food consumption in Lebak Situ Village. This research used a risk analysis of environmental health, with total sample 72 adults and 40 children. Drinking water and food elected based on the results of food frequency. The results of laboratory shows that mercury (Hg) concentration for rice, fish, and drinking water are <0,005 mg/kg, <0,005 mg/kg, and 0,0004 mg/l. And Chronic Daily Intake (CDI) of Mercury (Hg) for adults is 0,000025 mg/kg/day and for child is 0,000037 mg/kg/day. While the risk quotient (RQ) point is below 1 (for all ages), which means that drinking water and food selected consumption are still safe for health risk of mercury (Hg) especially for non-carcinogen risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ma`rifatul Mubin
"Sindrom Kelelahan Kronik adalah kumpulan gejala dari penurunan substansial kemampuan dalam aktivitas pekerjaan, pendidikan, sosial, atau pribadi selama lebih dari 6 bulan dan disertai kelelahan, malaise pasca-kerja, dan tidur yang tidak menyegarkan ditambah setidaknya satu dari dua manifestasi gangguan kognitif dan intoleransi ortostatik. Salah satu dampak pajanan logam berat adalah terjadinya sindrom kelelahan kronik pada pekerja. Ada banyak bukti bahwa beberapa bentuk kelelahan dapat disebabkan atau diperburuk oleh kerja. Hubungan kerja dan sindrom kelelahan kronis dapat dipertanyakan, tetapi unsur-unsur di tempat kerja dapat memperburuk gejala sindrom kelelahan kronis. Pekerja tambang emas skala kecil menggunakan merkuri dalam pekerjaannya, sehingga berisiko tinggi mengalami keracunan kronik merkuri, apalagi Pekerja Emas Skala Kecil termasuk populasi pekerja yang tidak dilindungi. Pekerja jarang menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu masalah kesehatan akibat pajanan merkuri adalah terjadinya sindrom kelelahan kronik yang belum pernah diteliti pada PESK.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang untuk mencari hubungan antara variabel bebas seperti usia, jenis kelamin, masa kerja sebagai penambang, jenis aktivitas bekerja, kadar merkuri urin dan kadar merkuri urin kumulatif dengan variabel terikat adalah sindrom kelelahan kronik pada pekerja PESK di provinsi Nusa Tenggara Barat dan Banten. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner asesmen kesehatan populasi terpajan merkuri dari WHO UNEP, pemeriksaan match box test, dan kadar merkuri urin terkoreksi kreatinin.
Hasil: Prevalensi sindrom kelelahan kronik pada pekerja PESK di provinsi Nusa Tenggara Barat dan Banten didapatkan sebesar 17,9%. Berdasarkan hasil, faktor usia, jenis kelamin, masa kerja, jenis pekerjaan, dan kadar merkuri urin kumulatif tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan sindrom kelelahan kronik (p > 0,05).
Kesimpulan: Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, masa kerja, jenis pekerjaan, dan kadar merkuri urin kumulatif dengan sindrom kelelahan kronik pada pekerja PESK.

Introduction: Chronic fatigue syndrome is a collection of symptoms from a substantial reduction in the ability to engage in preillness levels of occupational, educational, social, or personal activities that persists for more than 6 months and is accompanied by fatigue, post-exertional malaise, unrefreshing sleep. One of the effects of heavy metal exposure is the occurrence of chronic fatigue syndrome in workers. There is plenty of evidence that some form of fatigue can be caused or exacerbated by work. The working relationship and chronic fatigue syndrome can be questioned, but the elements in the workplace can worsen the symptoms of chronic fatigue syndrome. Small-scale gold miners use mercury in their work, so there is a high risk of chronic mercury poisoning. Workers rarely use personal protective equipment in doing their jobs. One of the health problems due to exposure to mercury is the occurrence of chronic fatigue syndrome that has not been studied at Artisanal and Small scale Gold Mining (ASGM).
Method: This study uses a cross-sectional design to find the relationship between independent variables such as age, sex, working period as a miner, type of work activities in ASGM, and cumulative urinary mercury levels with chronic fatigue syndrome in ASGM workers in West Nusa Tenggara and Banten province. The instrument used is a health assessment questionnaire of mercury-exposed population established by WHO UNEP, match box test, and creatinine-corrected urinary mercury levels.
Results: The prevalence of chronic fatigue syndrome in ASGM workers in West Nusa Tenggara and Banten provinces was 17,9%. Based on the results, the factors of age, sex, work period, type of work, and cumulative urinary mercury levels did not have a statistically significant relationship with chronic fatigue syndrome (p> 0.05).
Conclusion: There was no significant relationship between age, sex, work period, type of work, urinary mercury level and cumulative urinary mercury levels with chronic fatigue syndrome in ASGM workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hikmah Okvianti
"Pada pertambangan emas rakyat, akan terjadi pencemaran air raksa akibat proses pengolahan emas secara amalgamasi yang akan mempengaruhi kesehatan, disamping kerusakan alam lain seperti kerusakan bentang alam, erosi dan pendangkalan sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran risiko kesehatan akibat pajanan merkuri pada air yang dikonsumsi oleh penduduk di wilayah pertambangan emas skala kecil, Desa Lebaksitu, Kecamatan Lebakgedong , Kabupaten Lebak. Untuk menghitung besarnya risiko dilakukan sampling sebanyak 7 titik yang tersebar di 3 dusun dan dilakukan survey antropometri serta wawancara terhadap 72 penduduk yang tinggal di lokasi penelitian. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai konsentrasi yang sama pada setiap sampel yaitu 0,0004 mg/L. Nilai RQ tertinggi jatuh pada responden dengan nilai 5.6522 dan nilai RQ terendah ada pada responden di Lebakpari dengan nilai RQ 0.2483.

In gold mining, mercury pollution will occur due to the processing of gold amalgamation that will affect the health, in addition to other environmental damage such as damage to the landscape, erosion and silting of the river. This study aims to determine the amount of the health risks from exposure to mercury in water consumed by residents in the area of ??small-scale gold mining, the village Lebaksitu, Lebakgedong subdistrict, Lebak. To calculate the amount of risk sampling as much as 7 point spread in 3 hamlets and performed anthropometric survey and interviews with 72 people living at the sites. From the measurement results obtained concentration values ??were the same in each sample was 0.0004 mg / L. The highest RQ score is 5.6522 and the lowest RQ values ??exist among respondents in Lebakpari with RQ value 0.2483."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentius Sutarmo Setiadji
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
612.8 SUT f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Elvi Sahara
"Latar Belakang: Merkuri banyak ditemukan di sekitar PESK yang biasa digunakan dalam proses amalgamasi. Adanya pajanan merkuri kronis dapat dilihat dari kadar merkuri pada rambut masyarakat yang tinggal di sekitar PESK. Pajanan merkuri secara terus-menerus dapat berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat salah satunya peningkatan tekanan darah.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh kadar merkuri pada rambut terhadap tekanan darah masyarakat yang tinggal di sekitar Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK).
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder mulai dari observasi, wawancara, pengukuran, serta pengambilan sampel rambut dengan jumlah sampel 94 responden. Adapun data yang diambil meliputi kadar merkuri pada rambut, tekanan darah, umur, jenis kelamin, IMT, status merokok, dan frekuensi konsumsi ikan.
Hasil: Sebanyak 55.3% responden memiliki kadar merkuri di atas kadar normal (> 2 ppm) dan tekanan darah dominan tidak normal (≥120/80 mmHg) yaitu sebesar 72.3% orang. Namun hasil hubungan didapatkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara kadar merkuri rambut di atas kadar normal terhadap tekanan darah (Pvalue = 1).
Saran: dilakukan penelitian yang sama dengan sampel yang lebih banyak dan pajanan terhadap faktor risiko yang lebih lama serta dilakukan edukasi mengenai bahaya merkuri terhadap kesehatan.

Background: Mercury is found around ASGM commonly used in the amalgamation process. The exposure of chronic mercury can be seen from hair mercury levels in people who live around ASGM. Exposure continuously to mercury can have a negative impact on public health, one of an increasing blood pressure.
Objective: To determine the effect of hair mercury levels on the blood pressure respondent Around Artisanal and Small Scale Gold Mining (ASGM).
Method: This study used a cross sectional study design and used secondary data ranging from observation, interviews, measurements, and hair sampling with total sampling 94 respondents. The data taken includes hair mercury, blood pressure, age, sex, BMI, smoking status, and frequency of fish consumption.
Result: 55.3% of respondents had abnormally mercury levels (> 2 ppm) and 72.3% of respondent had abnormal blood pressure (20120/80 mmHg). But the results of the relationship found that there was no significant effect between abnormally levels of hair mercury on blood pressure (Value = 1).
Suggestion: Needed similar research with more samples and higher exposure and do health promotion about the effect of mercury to human health.
"
Depok: Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ira Putri Lan
"Merkuri merupakan polutan global yang banyak ditemukan baik alam maupun hasil kegiatan manusia. Salah satu sumber pencemaran terbesar merkuri berasal dari pertambangan emas skala kecil (PESK) yang dilakukan oleh masyarakat. Mekanisme yang tepat dari efek toksik Hg masih belum jelas, namun malondialdehide (MDA) merupakan salah satu biomarker utama yang digunakan untuk mengetahui kejadian stres oksidatif akibat pajanan merkuri.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian stres oksidatif melalui pengukuran MDA plasma darah pada masyarakat yang terpajan merkuri. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional, pemilihan sampel menggunakan sistem random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 69 responden yang terdiri dari 18 laki-laki dan 51 perempuan. Pengukuran kadar total merkuri darah menggunakan alat ICP-MS dan pemeriksaan kadar Malondialdehide dengan menggunakan TBARS. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, status merokok dan aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan ratarata kadar merkuri dalam darah masyarakat adalah 11,09 μg/L dan kadar MDA adalah 0,419±0,130 nmol/ml. Berdasarkan uji statistik, kadar merkuri dalam darah manunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kadar MDA setelah dikontrol dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan, status merokok dan aktivitas fisik. Namun, orang dengan kadar merkuri dalam darah >5,8 μg/L memiliki risiko 1,27 kali lebih tinggi untuk mengalami stres oksidatif (dengan kadar MDA >0,419 nmol/ml) dibanding orang dengan kadar merkuri darah < 5,8 μg/L. Untuk penelitian berikutnya disarankan dengan mengukur biomarker stres oksidatif lainnya seperti Superoxyde dismutase (SOD) dan 8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHDG).

Mercury is a global pollutant that found in nature or as the result of human activity. One of the largest sources of mercury pollution comes from community related to small-scale gold mining. The proper mechanism of the toxic effects of Hg remains unclear, however, malondialdehyde (MDA) is one of the main exposure which is used to determine the incidence of oxidative stress.
This research aims to analyze the oxidative stress status by measuring the MDA plasma in communities exposed to mercury. This research method using cross sectional design, sample selection used a system random sampling. The number of samples as many as 69 respondents consisting of 18 men and 51 women. Measurement of blood mercury levels used an ICP-MS and checking the levels of malondialdehyde used the TBARS. Age, sex, occupation, smoking status and physical activity was measured using a questionnaire.
The results showed the average of mercury levels in community?s blood was 11,09 μg/L and levels of MDA was 0,419±0,130 nmol/ml. Based on statistical test, the mercury levels in blood showed not significant relationship to the increase of MDA levels after controlled age, gender, occupation, smoking status and physical activity. However, people with blood mercury levels >5,8 μg/L had 1,27 times higher risk to suffer from oxidative stress (with MDA >0,419 nmol/ml) than those with blood mercury levels <5,8 μg/L, For their next study is advisable to measure the biomarkers of oxidative stress such as Superoxyde dismutase (SOD) and 8-hydroxy-2- deoxyguanosine (8-OHDG).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Elex Media Komputindo, , 1996
612.8 MEM t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>