Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125335 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ashar Nuzulul Putra
"ABSTRAK
Disabilitas merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan impairment, keterbatasan fungsi fisik, keterbatasan partisipasi sosial. Disabilitas ADL atau ketidakmampuan melakukan aktifitas daily living kegiatan sehari-hari/dasar dikarenakan proses penuaan atau dampak dari penyakit kronis yang membatasi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas. Hal ini berpengaruh langsung pada tingkat ekonomi dan kemiskinan yang dialami para penderita disabilitas. Studi ini ditujukan untuk melihat hubungan antara artritis dan disabilitas ADL pada mereka yang berusia > 40 tahun di Indonesia.Metode : studi cross-sectional dilakukan pada bulan mei 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia family life survey V tahun 2014. Sampel pada penelitian ini sebanyak 8.185 responden. Dalam mengumpulkan data mengenai Artritis dan Disabilitas ADL, semua responden diukur menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh penyelenggara Indonesia Family Life Survey V tahun 2014.Hasil : analisis cox regression menunjukan bahwa usia, obesitas, status pekerjaan merupakan efek modifikasi pada hubungan antara artritis dan keterbatasan pakaian, mandi, bangun tidur, makan tanpa bantuan, namun tidak ada interaksi pada hubungan antara arthritis dan dan toileting. Artritis dan ketidakmampuan menahan BAB/BAK menunjukan tidak adanya hubungan karna nilai PR yang didapatkan sebesar 1,01.Kesimpulan : Artritis berhubungan dengan hampir semua kegiatan yang ada pada penilaian Activity Daily Living, namun efek artritis terdapat perbedaan pada beberapa kegiatan pada Activity Daily Living tergantung pada usia, obesitas, dan status pekerjaan.Kata Kunci : Artritis, Disabilitas ADLLatarbelakang : Disabilitas merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan impairment, keterbatasan fungsi fisik, keterbatasan partisipasi sosial. Disabilitas ADL atau ketidakmampuan melakukan aktifitas daily living kegiatan sehari-hari/dasar dikarenakan proses penuaan atau dampak dari penyakit kronis yang membatasi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas. Hal ini berpengaruh langsung pada tingkat ekonomi dan kemiskinan yang dialami para penderita disabilitas. Studi ini ditujukan untuk melihat hubungan antara artritis dan disabilitas ADL pada mereka yang berusia > 40 tahun di Indonesia.Metode : studi cross-sectional dilakukan pada bulan mei 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia family life survey V tahun 2014. Sampel pada penelitian ini sebanyak 8.185 responden. Dalam mengumpulkan data mengenai Artritis dan Disabilitas ADL, semua responden diukur menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh penyelenggara Indonesia Family Life Survey V tahun 2014.Hasil : analisis cox regression menunjukan bahwa usia, obesitas, status pekerjaan merupakan efek modifikasi pada hubungan antara artritis dan keterbatasan pakaian, mandi, bangun tidur, makan tanpa bantuan, namun tidak ada interaksi pada hubungan antara arthritis dan dan toileting. Artritis dan ketidakmampuan menahan BAB/BAK menunjukan tidak adanya hubungan karna nilai PR yang didapatkan sebesar 1,01.Kesimpulan : Artritis berhubungan dengan hampir semua kegiatan yang ada pada penilaian Activity Daily Living, namun efek artritis terdapat perbedaan pada beberapa kegiatan pada Activity Daily Living tergantung pada usia, obesitas, dan status pekerjaan.

ABSTRACT
Background Disability is an umbrella term for impairment, activities limitation, and participation restriction. Ageing and chronical diseases are risk factors that causes activities limitation in activities daily living or can causes ADL disability. Activities limitation in activities daily living have a negative impact on poverty and economic levels for people who experienced ADL disability. This study aimed to determine the relationship between arthritis and ADL disability in people who 40 years old in Indonesia.Methods A Cross sectional study perfomed in may 2017. The research using secondary data from Indonesia Family Life Survey 2014 5th edition . Samples in this study were 8,185 respondents. In collecting data on ADL disability and Arthritis, all respondents were measured using a questionnaire that had been prepared by the organizer of Indonesia Family Life Survey 2014 5th edition .Results Cox regression analysis of arthritis showed an age, obesity, occupational status were an effect modifier on the relationship between artritis and limitation for dress, bathe, get out of bed, eat without help, but have no effect modifier between arthritis and and toileting. Arthritis and control urination and defecation showed no relationship with PR 1,01.Conclusion Arthritis have a relationship with most activities in the Activity Daily Living assessment, but the effect of arthritis is that some activities in Activity Daily Living depend on age, obesity, and occupational status."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Praja Wira Yudha Luthfi
"ABSTRAK
Pendahuluan: Defek tulang rawan memiliki kemampuan penyembuhan yang terbatas. Beberapa studi dengan hasil jangka panjang dalam upaya tatalaksana lesi ini terbukti belum memuaskan. Sel punca mesenkimal (SPM) banyak mendapatkan perhatian kemampuan dalam proses regenerasi sel. Namun, dibutuhkan investasi yang besar, sulitnya penanganan dan manufaktur sel, dan tindakan invasif untuk
mendapatkannya. Sekretom yang diperoleh dari SPM dapat menjadi alternatif yang baik, karena sekretom memiliki komplikasi lebih sedikit, penanganan, manufaktur, dan transportasi sel yang lebih mudah. Saat ini, tidak ada penelitian terpublikasi mengenai penggunaan sekretom SPM asal jaringan tali pusat pada model domba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sekretom yang didapatkan dari SPM jaringan tali pusat pada model domba dengan defek tulang rawan.
Metode: Defek tulang rawan dilakukan dengan tindakan operatif dengan membuat defek sebesar 5x5mm2 pada lutut kanan. Domba-domba (n=15) dibagi menjadi tiga kelompok; setiap kelompok terdiri dari lima domba. Kelompok pertama mendapatkan tindakan injeksi sekretom SPM tali pusat, dan kelompok ketiga mendapatkan tindakan kombinasi antara mikrofraktur dan injeksi sekretom SPM tali pusat. Enam bulan setelah tindakan, seluruh domba dikorbankan. Lutut dari
ketiga kelompok dibandingkan secara makroskopik dengan sistem skor Goebel dan mikroskopik menggunakan sistem skor Pineda.
Hasil: Pada hasil makroskopis, kelompok yang mendapatkan terapi kombinasi antara mikrofraktur dan injeksi sekretom SPM tali pusat lebih rendah secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan tindakan mikrofraktur saja (p=0,006). Tidak ada perbaikan bermakna pada kelompok yang mendapatkan sekretom saja terhadap kedua kelompok lainnya. Dan pada hasil mikroskopis, tidak ada perbaikan bermakna pada ketiga kelompok perlakuan.
Kesimpulan: Penggunaan terapi kombinasi antara mikrofraktur dan injeksi intraartikular sekretom SPM tali pusat memberikan potensi yang dapat menjadi alternatif terapi pada defek tulang rawan sendi lutut. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan sel punca mesenkimal dengan sekretom, dengan mengikutsertakan penilaian fungsional.

ABSTRACT
Introduction: Cartilages with defect have limited healing capacity. Previous longterm studies to evaluate the treatment for cartilage defects have not yielded satisfactory results. Mesenchymal stem cells (MSC) have attracted attention regarding its capacity to regenerate cells. However, massive investment, difficulties in cell manufacturing and handling, and invasiveness of the procedure often gets in the way. The secretome attained from MSC may serve as an alternative as it is
correlated with lower complications; handling, manufacturing, and transport are also considered easier. Until now, there are no published article regarding the use of umbilical cord derived MSC secretome in sheep model. This study is conducted to investigate the effect of secretome derived from umbilical cord MSC in sheep models with cartilage defects.
Methods: Cartilage defect is made using operative procedures. 5x5mm2 defects are created on the right knee. 15 sheeps are divided into three groups: each group contains five sheeps. The first group was administered with umbilical cord MSC secretome, and the third group with microfacturing and umbilical cord MSC injection. Six months after the procedure, all sheeps were sacrified. Knees from the three groups are compared macroscopically using the Goebel score and microscopically using the Pineda score.
Results: Macroscopically, the group treated with combination therapy achieved lower compared to the group treated with microfacturing only (p=0,006). There was no significant difference in groups treated with secretome only and the other two groups. Microscopically, there was no significant difference between all groups.
Conclusions: The administration of combination therapy of microfacturing and intraarticular injection of umbilical cord MSC secretome gives potential results and may act as an alternative therapy in knee cartilage defect. However, further study is required to compare MSC and secretome, while also incorporating the functional measures."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Luhur Setyani
"Latar Belakang: Perlu untuk dilakukan uji kepekaan pengukuran sudut femorotibial
dengan foto polos dalam mendeteksi OA lutut dengan memanfaatkat MRI untuk
pemastian hasil pemeriksaan OA lutut dengan pengukuran sudut femorotibial maupun
dengan metoda Kellgren-Lawrence. Selain sebagai pemastian diagnosa OA lutut,
pemeriksaan MRI akan memberikan tambahan informasi mengenai pola kerusakan
dari lutut khususnya kartilago.
Bahan dan Cara: Penelitian ini merupakan studi diagnostik dengan disain potong
lintang, pada sebanyak 67 lutut dari 34 orang penderita OA lutut dimana dilakukan
pemeriksaan foto polos lutut AP berdiri dan lateral serta MRI lutut potongan koronal
dan sagital dengan teknik gradient echo (GEFl,Tl-7 ms).
Hasil: Terdapat derajat ringan dengan penilaian Kellgren-Lawrence lama pada 13
lutut (19,4%), 8 lutut (11,9%) dengan Kellgren-Lawrence baru, 5 lutut (7,5%) dengan
MRI derajat sedang didapatkan pada 28 lutut (41,8%) Kellgren-Lawrence lama, 21
lutut (31,1%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 25 lutut (37,3%) dengan MRI.
Derajat berat didapatkan pada 24 lutut (35,8%) dengan Kellgren-Lawrence lama, 29
lutut (43,3%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 27 lutut (40,3%) dengan MRI.
Derajat berat sekali didapatkan pada 2 lutut (3%) dengan Kellgren-Lawrence lama, 9
lutut (13,4%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 10 lutut (14,9%) dengan MRI.
Terdapat perbedaan bermakna antara metoda Kellgren-Lawrence konvensional dan Kellgren-Lawrence baru, serta antara metoda KeUgren-Lawience lama dengan gambaran pola kerusakan kartilago pada MRI (p<0.005).
Terdapat kesesuaian antara derajat OA lutut dengan metoda Kellgren-Lawrence yang ditambahkan komponen pengukuran sudut femorotibial dengan gambaran pola kerusakan kartilago pada MRI (p>0.005).
Kesimpulan: Penambahan komponen pengukuran sudut femorotibial pada Kellgren-Lawrence dapat meningkatkan kepekaan dalam menilai derajat osteoartritis lutut."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Suryo Anggoro K. Wibowo
"Kejadian kardiovaskular adalah penyebab kematian utama pada artritis reumatoid AR . Periodontitis diketahui berperan dalam patogenesis disfungsi endotel pada AR. E-selectin merupakan penanda disfungsi endotel yang spesifik dihasilkan oleh endotel. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek terapi periodontal terhadap kadar E-selectin pada pasien AR. Penelitian ini merupakan uji klinis randomisasi pada penderita AR yang berobat di Poliklinik Reumatologi RSCM periode Maret-Mei 2017. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Randomisasi dilakukan dengan randomisasi blok. Subyek dibagi menjadi kelompok terapi periodontal dan kontrol. Dilakukan Uji t untuk melihat perbedaan selisih E-selectin awal dan akhir studi antara kelompok intervensi dengan kontrol. Periodontitis ditemukan pada 31 subyek 64,5 . Tidak didapatkan perbedaan selisih E-selectin awal dan akhir studi yang signifikan secara statistik antara kelompok intervensi dengan kontrol p=0,303 . Sebagai kesimpulan tidak didapatkan pengaruh terapi periodontal terhadap kadar E-selectin pada pasien AR.

Cardiovascular event is the main cause of mortality in rheumatoid arthritis RA . Periodontitis is known to be involved in the pathogenesis of endothelial dysfunction in RA. E selectin is a marker of endothelial dysfunction and was expressed specifically in endothelial cells. The objective of this study was to determine the effect of periodontal treatment on E selectin level in RA patients. This was a randomized clinical trial in RA patients visiting Rheumatology Clinic RSCM between March May 2017. Samples were collected using consecutive sampling method. Randomization was done using block randomization. Subjects was divided into nonsugical periodontal treatment group and control group. T test was used to measure the difference of delta E selectin before after study between periodontal treatment group and control. Periodontitis was found in 31 subjects 64,5 . There was no statistically significant difference of delta E selectin before after treatment between periodontal treatment group and control. As a conclusion, periodontal treatment has no effect on E selectin level in RA patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryannuur Hafizmatta
"Latar belakang: Artritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit yang menyerang persendian dan merupakan penyakit autoimun. Pada tahun 2020, estimasi penderita AR di Indonesia mencapai 1,3 juta jiwa, dengan menghitung estimasi dari prevalensi AR di dunia yang mencapai 0,5% hingga 1%. Penelitian dari Majorczyk, et al (2022) menunjukkan adanya pengaruh dari Laju Endap Darah (LED) terhadap keberhasilan terapi metotreksat pada pasien AR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara LED terhadap keberhasilan terapi Metotreksat pada pasien AR di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif. Penelitian ini menggunakan data dari rekam medis pasien di RSCM. Data pasien yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang ter-input sejak tahun 2020 hingga 2022. Data yang telah didapat dianalisis menggunakan JASP versi 0.18.3.0. Dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-Wilk, dan kemudian dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui hubungan dari LED terhadap keberhasilan terapi Metotreksat pada pasien AR.
Hasil: Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data LED dengan keberhasilan terapi Metotreksat tidak terdistribusi normal (p > 0,05). Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok berhasil terapi dengan tidak berhasil terapi (p > 0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara LED dengan keberhasilan terapi metotreksat pada pasien AR di RSCM.

Introduction: Rheumatoid Arthritis (RA) is a disease that attacks the joints and is an autoimmune disease. In 2020, the estimate for RA sufferers in Indonesia reached 1.3 million people, counted from the estimate global prevalence of 0.5% to 1% of global population. Research from Majorczyk, et al (2022) shows that Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) influences the success of methotrexate therapy in RA patients. This study aims to determine whether if there is influence between ESR and the success of Methotrexate therapy in AR patients at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM).
Method: This study used a retrospective cohort design. This research uses data from patient medical records at RSCM. Patient data used in this research was data inputted from 2020 to 2022. The data obtained was analyzed using JASP version 0.18.3.0. The Shapiro-Wilk normality test was carried out, and then the Mann-Whitney test was carried out to determine the connection between ESR and the success of Methotrexate therapy in AR patients.
Result: The results of the normality test showed that the ESR data with successful Methotrexate therapy were not normally distributed (p > 0.05). The Mann-Whitney test showed there was no significant difference between the successful therapy and unsuccessful therapy groups (p > 0.05).
Conclusion: There was no significant connection between ESR and the success of methotrexate therapy in AR patients at RSCM.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elza Nur Warsa Putra
"Artritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit autoimun yang menyerang sendi. Di Indonesia, AR 0,5 – 1% penduduk Indonesia menderita AR pada tahun 2020. Penelitian Rotte, et al. menunjukkan adanya hubungan antara jumlah sendi dengan respons terapi tunggal MTX. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah sendi dengan keberhasilan terapi MTX pada pasien AR di RSCM. Penelitian ini menggunakan data rekam medis pasien AR di RSCM sejak tahun 2020 hingga 2022. Penelitian ini dilakukan denga desain kohort retrospektif Data dianalisis menggunakan SPSS Versi 25 dan dilakukan uji normalitas distribusi data menggunakan Uji Saphiro-Wilk. Setelah dilakukan uji normalitas, data dianalisis dengan Uji Mann-Whitney untuk mengetahui hubungan jumlah sendi dengan keberhasilan terapi MTX pada pasien AR di RSCM. Hasil Uji normalitas menunjukkan bahwa data jumlah sendi dengan keberhasilan terapi tidak terdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil Uji Komparatif Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok berhasil dan tidak berhasil terapi (p < 0.05). Terdapat hubungan antara jumlah sendi yang terlibat dengan keberhasilan terapi MTX pada pasien Artritis Reumatoid.

Rheumatoid arthritis (RA) is an autoimmune disease that affects the joints. In Indonesia, the prevalence of RA is 0.5 - 1% in 2020. Research by Rotte, et al. showed a relationship between the number of joints with the response to MTX monotherapy. This study was conducted to determine whether there is a relationship between the affected joints count and the success of MTX therapy in RA patients at RSCM. This study used medical records of RA patients at RSCM from 2020 until 2022. This study was conducted with a retrospective cohort design. Data were analyzed using SPSS Version 25 and normality test was carried out using the Shapiro-Wilk test. After the normality test was performed, the data were analyzed using the Mann-Whitney test to determine the relationship between the affected joints count and the success of MTX therapy in RA patients at RSCM. The results of the normality test showed that the data on the affected joints count are not normally distributed. Based on the results of the Mann-Whitney Test, there was a significant difference between the successful and unsuccessful treatment groups (p < 0.05). There is a relationship between the number of affected joints count and the success of MTX therapy in Rheumatoid Arthritis patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Adhalia
"Penurunan degeneratif yang terjadi pada lansia baik fisiologis maupun patologis dapat memunculkan berbagai masalah kesehatan salah satunya yaitu nyeri sendi. Nyeri sendi yang dialami oleh lansia dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan terganggunya mobilitas atau aktivitas sehari- hari lansia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada Kakek B (68 tahun) dengan masalah nyeri pada sendi melalui penerapan kompres hangat dan dzikir. Hasil pemberian asuhan keperawatan selama dua minggu dengan jumlah penerapan kompres hangat dan dzikir sebanyak enam kali dengan durasi 10 – 15 menit tiap intervensi, menunjukkan adanya penurunan skala nyeri yang diukur menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) dari skala enam ke skala dua. Intervensi kompres hangat disarankan untuk dapat diterapkan minimal satu kali sehari pada lansia dengan masalah nyeri sendi serta dapat dikombinasikan dengan terapi dzikir.

Degenerative disease that occurs in the elderly both physiologically and pathologically can lead to various health problems, one of which is joint pain. Joint pain experienced by the elderly can cause discomfort and disruption of mobility or the elderly's daily activities. This scientific work aims to analyze nursing care for Mr B (68 years) with pain problems in joints through the application of warm compresses and dzikir. The results of providing nursing care for two weeks with six times intervention of warm compresses and dzikir with each duration 10 – 15 minutes, showed a decrease in the pain scale measured using the Numeric Rating Scale (NRS) from a scale of six to a scale of two. The warm compress intervention is recommended to be applied at least once a day in the elderly with joint pain problems and can be combined with dzikir therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Ketoprofen merupakan obat non selektif siklooksigenase-2 untuk terapi rheumatoid arthritis dan osteoarthtritis. Pemberian ketoprofen secara peroral dapat mengalami first pass metabolism, sedangkan dalam bentuk sediaan topikal tingkat penetrasi ke dalam kulit masih rendah. Ketoptofen juga memiliki kelarutan rendah dalam air, sehingga penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ketoprofen dalam bentuk mikroemulsi transdermal yang stabil dan memiliki tingkat penetrasi yang baik. Lemon essential oil digunakan sebagai fase minyak sekaligus penetration enhancer, mikroemulsi dibuat dengan metode titrasi fase. Mikroemulsi yang jernih dan stabil yaitu pada konsentrasi smix 60% dengan perbandingan 1:1. Konsentrasi lemon essential oil adalah FA (3%), FB (5%), dan FC (10%). Evaluasi dilakukan dengan mengukur ukuran globul, tegangan permukaan, bobot jenis, pH, viskositas, uji sentrifugasi, uji stabilitas fisik, cycling test dan penetapan kadar ketoprofen. Uji penetrasi dilakukan dengan menggunakan sel difusi Franz selama 8 jam. Hasil penelitian menunjukkan ketiga formula stabil secara fisik selama penyimpanan 12 minggu dan hasil uji penetrasi pada jam ke-8, jumlah kumulatif Formula A sebesar 821,6031 ± 112,4390 μg/cm2, Formula B 1591,1888 ± 275,3595 μg/cm2, dan Formula C sebesar 3515,9289 ± 385,7081 μg/cm2. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi lemon essential oil yang digunakan dalam formula mikroemulsi maka semakin tinggi tingkat penetrasinya.

Ketoprofen is a non-selective cyclooxygenase-2 that is used to treat rheumatoid arthritis and osteoarthritis. Oral administration of ketoprofen has disadvantages on first-pass metabolism. Also, the penetration rate into the skin is relatively low if it is given in topical dosage forms. Ketoprofen is a drug which has low solubility in water, therefore this study aimed to formulate ketoprofen in the form of a transdermal microemulsion that is stable and has a good penetration rate. Lemon essential oil is used as an oil phase as well as a penetration enhancer, microemulsions are made using the phase titration method. The microemulsion was clear and stable at 60% smix concentration with a ratio of 1:1. The concentration of lemon essential oil is FA (3%), FB (5%), and FC (10%). Microemulsion evaluation was carried out by measuring globule size, surface tension, density, pH, viscosity, centrifugation test, physical test, cycling test, and determination of ketoprofen content. Ketoprofen penetration test was carried out using a Franz diffusion cell for 8 hours. The result of the triplicate test showed that the formula was physically stable for 12 weeks of storage and based on the results of the penetration study at the 8th hour, the cumulative amount of Formula A was 821.6031 ± 112.4390 μg/cm2, Formula B was 1591.1888 ± 275.3595 μg/cm2, and Formula C was 3515.9289 ± 385.7081 μg/cm2. This study showed that higher the concentration of lemon essential oil used in the microemulsion formula increases its penetration rate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Fidi Astuti
"Pendahuluan: Andrografolida, konstituen aktif utama diisolasi dari Andrographis paniculata yang digunakan untuk terapi artritis reumatoid. Namun, senyawa ini memiliki bioavailabilitas oral yang rendah. Masalah ini dapat diatasi dengan memformulasikan andrografolida dalam etosom melalui pemberian transdermal.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil farmakokinetik, bioavailabilitas relatif, dan efektivitas sediaan transdermal etosom andrografolida pada hewan model artritis reumatoid.
Metode: Metode hidrasi lapis tipis digunakan untuk memformulasikan etosom andrografolida. Karakterisasi etosom meliputi ukuran partikel, indeks polidispersitas, potensial zeta, dan efisiensi penjerapan. Pada uji farmakokinetik, digunakan GE, GNE dan SO dosis 50 mg/kgbb kemudian sampel plasma diambil dari sinus retro-orbital dengan 10 titik pengambilan dalam 24 jam. Parameter farmakokinetik dianalisis dengan KCKT fase terbalik. Pada uji aktivitas antiartritis, GE dosis 25, 50, dan 100 mg/kg diberikan secara transdermal pada tikus uji yang diinduksi CFA 0,1 mL. Selama fase induksi dan setelah pemberian obat, manifestasi klinis artritis dipantau menyeluruh.
Hasil: Hasil penelitian didapatkan etosom dengan ukuran partikel 76,35±0,74 nm, zeta potensial -40,17±1,03 mV dan efisiensi penjerapan 97,87±0,23%. Studi farmakokinetik menghasilkan Cmax pada GE, GNE, dan SO berturut-turut adalah 53,07±4,73; 27,34±1,48; dan 11,72±0,74 μg/mL, AUC0-∞ masing-masing 152,10±16,53; 77,15±12,28; dan 23,20± 3,46 μg.jam/mL. Tmax rute transdermal dicapai jam ke-6 sementara rute oral jam ke-2 setelah pemberian sediaan. Hasil uji aktivitas antiartritis mengungkapkan, GE 50 dan 100 mg/kgbb menunjukkan persentase penghambatan edema hampir serupa dengan metotreksat 0,135 mg, subkutan.
Kesimpulan: Hasil penelitian disimpulkan bahwa GE 50 mg/kgbb menghasilkan peningkatan Cmax, Tmax dan AUC0-∞. Bioavailabilitas relatif dicapai sebesar 655,60% pada rute transdermal dibandingkan dengan rute oral. Hasil uji aktivitas antiartritis, GE 50 mg/kg secara efektif mengurangi volume edema, diameter kaki, dan skor artritis tikus model yang diinduksi CFA.

Intoduction: The main active constituent isolated from Andrographis paniculata, andrographolide, is used to treat rheumatoid arthritis. This compound, however, has a low oral bioavailability. This issue can be solved by incorporating andrographolide into ethosomes for transdermal administration.
Aim: This study was designed to determine the pharmacokinetic profile, relative bioavailability, and efficacy of andrographolide ethosomal transdermal preparations in animal models of rheumatoid arthritis.
Method: Andrographolide was prepared into ethosomal dosage forms before being characterized in terms of particle size, polydispersity index, zeta potential, and entrapment efficiency. In the pharmacokinetic test, plasma sampels were collected from the retro-orbital sinus at 10 collection points over the course of 24 hours using GE, GNE, and SO at a dose of 50 mg/kg each. Reverse-phase HPLC was used to assess pharmacokinetic parameters. In the anti-arthritic activity test, GE doses of 25, 50, and 100 mg/kg were administered transdermally to rats induced by 0.1 mL CFA. The clinical manifestations of arthritis are closely monitored during the induction phase and after drug administration.
Result: According to the results, the ethosomes with a particle size of 76.35±0.74 nm, a zeta potential of -40.17±1.03 mV, and an entrapment efficiency of 97.87±0.23%. Pharmacokinetic studies revealed that the Cmax in GE, GNE, and SO was 53.07±4.73, 27.34±1.48, and 11.72±0.74 μg/mL, and the AUC0-∞ was 152,10±16,53; 77,15±12,28; and 23,20± 3,46 μg.jam/mL, respectively. The transdermal route had a Tmax of 6 hours, while the oral route had a Tmax of 2 hours after administration of the preparation. GE 50 and 100 mg/kg inhibited edema with nearly the same percentage as methotrexate 0.135 mg subcutaneously, according to the anti-arthritis activity test.
Conclusion: The researchers concluded that GE 50 mg/kg caused an increase in Cmax, Tmax, and AUC0-∞. The transdermal route has a relative bioavailability of 655.60% compared to the oral route. The anti-arthritis activity study showed that GE 50 mg/kg effectively reduced edema volume, paw diameter, and arthritis scores in CFA-induced rat models.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Harfiani
"Artritis rematoid AR adalah penyakit inflamasi sistemik kronik dan progresif, yang menyerang sendi secara simetris. Daun babandotan yang banyak terdapat di Indonesia dan di berbagai negara diharapkan dapat dijadikan alternatif penanganan AR karena obat anti-artritis rematoid yang digunakan saat ini mempunyai efek samping toksisitas yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti-rematoid artritis dari ekstrak etanol daun babandotan berupa pengamatan pada volume edema kaki yang diinduksi Complete freund rsquo;s adjuvant CFA , gambaran histopatologi membran sinovial pada sendi pergelangan kaki berupa skor sinovitis dan jumlah osteoklas pada tulang calcaneus kaki tikus. Setelah tikus diinduksi dan ditunggu 28 hari, diberikan perlakuan dengan ekstrak daun babandotan 40, 80, 160 mg/200 g bb , larutan normal salin kontrol normal dan negatif dan metotreksat kontrol positif pada hari ke-29 dan dilakukan pengamatan pada hari 29, 36, 43 dan 50. Pada hari ke- 50, dibuat sediaan histoPA untuk mengamati skor sinovitis dan jumlah osteoklas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun babandotan dapat menurunkan volume edema kaki, skor sinovitis, dan jumlah osteoklas pada tulang calcaneus secara signifikan P.

Rheumatoid arthritis RA is a systemic chronic and progressive inflammatory disease, which attacks the joints symmetrically. Babandotan leaves are widely available in Indonesia and in various countries are expected to be used as an alternative in the treatment of RA because anti rheumatoid arthritis drugs are used today have major toxic side effects. This study aims to determine the effect of anti rheumatoid arthritis of the ethanol extract of the babandotan leaves by observations on paw edema volume induced by Complete freund 39 s adjuvant CFA, inflammation of the synovial membrane at the ankle joint as synovitis score and the number of osteoclasts in calcaneus bone. RA animal models created by inducing the CFA on the left hindpaw of rats. Volume paw edema observed at the day of induction and wait until the 28th day. Given treatment babandotan leaves extract 40, 80, 160 mg 200 g bb, normal saline normal and negative control and methotrexate control positive on day 29 and was observed on day 29, 36, 43 and 50. On day 50, preparations histopathology made at the ankle joint to observe synovitis score and the number of osteoclasts. The results showed that treatment babandotan leaves extract can reduce significantly P "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T46878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>