Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155790 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yossy Utario
"Masalah utama yang terjadi pada bayi prematur adalah gangguan oksigenasi, sehingga memerlukan alat bantu napas. Efektifitas alat bantu napas Continuous Positive Airway Pressure CPAP dapat ditingkatkan dengan mengatur posisi tidur bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh posisi quarter prone terhadap status oksigenasi bayi prematur yang menggunakan CPAP. Penelitian ini menggunakan rancangan uji klinis acak terkontrol dengan cross-over design. Sampel berjumlah 15 bayi prematur yang menggunakan CPAP. Randomisasi alokasi dilakukan untuk menentukan responden dalam kelompok intervensi quarter prone atau kelompok kontrol supine terlebih dahulu. Pengukuran status oksigenasi dilakukan menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada saturasi oksigen bayi prematur yang menggunakan CPAP pada kelompok quarter prone dibandingkan dengan posisi supine p=0,045 . Posisi quarter prone efektif untuk meningkatkan status oksigenasi bayi prematur yang menggunakan CPAP. Disarankan agar posisi quarter prone dapat diterapkan sebagai salah satu tindakan mandiri perawat di ruang perawatan neonatus.

The main problem that occurs in premature infants was oxygenation disorders, thus requiring respiratory support. The effectiveness of Continuous Positive Airway Pressure CPAP can be improved by adjusting the body position. The aimed of this study was examine the effect of quarter prone position on oxygenation status of the premature infants using CPAP. This study used a randomized controlled trial with cross over design. Fifteen premature infants receiving CPAP were selected. Randomization of allocation was done to determine the respondent in the intervention group quarter prone or control group supine first. Measurement of oxygenation status was performed using an observation form. The result shown significant difference in the oxygen saturation of premature infants using CPAP in the quarter prone group compared with the supine group p 0,045 .The quarter prone position was effective for improving the oxygenation status of premature infants using CPAP. It is recommended the position of quarter prone can be applied as one of nursing care in neonatal nurseries."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Sulistiawati
"Masalah pemberian nutrisi merupakan salah satu yang sering terjadi pada bayi prematur disebabkan imaturitas sistem gastrontestinal dan menimbulkan peningkatan volume residual lambung. Memposisikan bayi pada posisi prone diketahui mempercepat penyerapan lambung, namun posisi prone mempunyai dampak negative meningkatkan abnormalitas postur, dan risiko sindrom kematian bayi mendadak. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah posisi quarter prone karena memiliki efektifitas yang sama dengan posisi prone tanpa efek samping yang merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh posisi quarter prone terhadap volume residual lambung bayi prematur. Penelitian ini menggunakan Randomized Control Trial RCT crossover design dengan 18 responden. Pemilihan sampel dengan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh posisi quarter prone terhadap volume residual lambung bayi prematur dibandingkan dengan posisi supinasi p value 0,0001 . Pemberian posisi quarter prone efektif menurunkan volume residual lambung pada bayi prematur. Pemberian posisi ini dapat diterapkan sebagai salah satu tindakan keperawatan mandiri dalam mengoptimalkan pemberian nutrisi pada bayi prematur.

The problem of nutritional management often occurs in preterm infants due to gastrointestinal immaturity lead increased residual volume. Positioning preterm infants on prone position considered to influence gastric emptying but prone position has a negative effect of increasing postural abnormalities, and risk of sudden infant death syndrome. An alternative can be done is quarter prone position because it has the same effectiveness with prone without adverse side effects. This study aims to identify the effect of quarter prone position on gastric residual. This research used Randomized Control Trial RCT crossover design simple random sampling with 18 respondents. The results showed the effect of quarter prone position on the gastric residual compared with supine position p 0.0001 . Positioned in quarter prone effective decreases gastric residual in preterm infants. It is suggested positioned in the quarter prone can be applied as one of independent nursing intervention in optimizing Nutritional management of the preterm infant."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Puspita
"Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan BPJS sebagai badan penyelenggaranya merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Namun, dalam pelaksanaannya masih mengalami kendala terutama mengenai perbedaan tarif rumah sakit dengan tarif INA CBG's dimana di RS. Hermina Palembang perbedaan tarif tersebut menyebabkan selisih negatif bagi rumah sakit khususnya untuk perawatan pasien di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Tarif RS juga dirasakan tinggi oleh pasien non jaminan (sebelum era BPJS) yang dampaknya erat sekali dengan keselamatan pasien. Untuk itu, dirasakan perlu dilakukan analisis biaya satuan penggunaan alat ventilator dan CPAP sebagai bagian dari perawatan NICU.
Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya biaya satuan (unit cost) pada penggunaan alat ventilator dan CPAP di ruang NICU RS. Hermina Palembang serta mengetahui tingkat pemulihan biaya (Cost Recovery Rate) yang dihitung dari biaya satuan terhadap tarif RS dan tarif INA CBG's. Penelitian yang bersifat analisis deskriptif ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode Activity Based Cost dimana data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari bagian keuangan, fix asset dan rekam medis di tahun 2014. Dari hasil perhitungan dengan ABC system didapatkan biaya satuan penggunaan ventilator sebesar Rp. 5.790.673,-(biaya satuan aktual) dan Rp.2.053.552,- (biaya satuan normatif). Sedangkan pada penggunaan CPAP, biaya satuan aktual sebesar Rp.4.201.712,- dan biaya satuan normatif sebesar Rp.2.840.519,-. CRR tarif RS terhadap biaya satuan aktual untuk penggunaan ventilator sebesar 44,9% dan 63,76% untuk penggunaan CPAP. Sedangkan CRR tarif INA CBG's terhadap biaya satuan aktual untuk penggunaan ventilator sebesar 13% dan 17% untuk penggunaan CPAP.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperlukan keterlibatan stakeholder eksternal yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Kemenkes dalam rangka efisiensi biaya bagi pihak rumah sakit serta evaluasi tarif INA CBG's untuk penggunaan alat ventilator dan CPAP yang didasarkan pada biaya satuan yang digunakan dalam menghasilkan suatu layanan agar terciptanya keseimbangan antara biaya RS dan tarif INA CBG's serta terjaminnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

National Health Assurance whereas BPJS as an organizer is one form of social protection to insure people health needs. However in practice, still having problems especially about differentiation between hospital and INA CBG's rates in which at Hermina Hospital Palembang this problem create negative difference in particular for patient care in Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Hospital rates also very high perceived by the patient who didn't have any health insurance which create issues related to patient safety. Therefor, it is needed to having unit cost analysis for ventilator and CPAP Usage in Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
The purpose of this research is to knowing how much of unit cost in ventilator and CPAP usage at Hermina Hospital Palembang's NICU and how about Cost Recovery Rate (CRR) by comparing actual unit cost with hospital rates and INA CBG's rates. This descriptive analitic research was done by using Activity Based Cost method in which the data that used in this research was obtained from financial record, fix asset, and medical record in year 2014. The counting result with ABC system, actual unit cost for ventilator usage is Rp.5.790.673,- and normative unit cost is Rp. 2.053.552,-. For the use of CPAP, actual unit cost is Rp. 4.201.712,- and normative unit cost is Rp. 2.840.519,-. CRR for ventilator usage by comparing actual unit cost with hospital rate is 44,9% and 63,76% for CPAP usage. While CRR by comparing actual unit cost with INA CBG's rates is just 13% for ventilator usage and 17% for CPAP usage.
Based on this research results, it is needed to have cost efficiency by involving external stakeholder such as Government and Health Ministry in decreasing unit cost of ventilator and CPAP's and evaluate INA CBG's rate for ventilator and CPAP's usage which is based on the calculation of unit cost incurred to produce a hospital service/product in order to create a balance between hospital unit cost and INA CBG's rate and for assuring public health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2015
T44219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, Ayu Ferissa
"Kebutuhan alat bantu napas CPAP sangat vital pada bayi prematur yang mengalami distress pernapasan, tetapi penggunaan CPAP jangka panjang sangat merugikan. Upaya untuk melakukan weaning perlu dilakukan dalam memfasilitasi bayi beradaptasi pasca weaning. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan pengaruh pengaturan posisi prone dan supine terhadap status oksigenasi bayi prematur yang menjalani weaning CPAP. Desain penelitian adalah randomize control trial. Responden berjumlah 60 bayi prematur dengan alat bantu napas ventilasi non mekanik atau CPAP (kelompok intervensi posisi prone =30 dan kelompok kontrol posisi supine =30), secara randomisasi kontrol acak. Analisis yang dilakukan univariate dan bivariate. Ada perbedaan bermakna saturasi oksigen, frekuensi napas dan denyut nadi pada posisi prone sehingga posisi prone dapat memberikan kestabilan saturasi oksigen, frekuensi nadi dan frekuensi napas pada bayi prematur selama menjalani weaning CPAP. Pada kelompok prone lebih sedikit mengalami reCPAP yaitu 3 responden (10%). Tetapi tidak ada hubungan antara pemberian posisi dengan reCPAP (p=0,472). Penelitian selanjutnya agar menggunakan posisi quarter prone atau semi prone dan sampel yang lebih besar.

The need for a CPAP is vital for preterm baby with respiratory distress, but the impact of long-term use is very harmful. The effort to do weaning must be done and facilitate the baby to adapt after weaning. The purpose of this study was to identify the effect of prone positioning on oxygen status in preterm infants undergoing CPAP weaning. The research design was a randomize control trial. Respondents total 60 preterm infants with non-invasive ventilation or CPAP (prone position intervention group = 30 and control group supine position = 30). Univariate and bivariate analyzes were performed. There is a significant difference in oxygen saturation, respiratory rate and pulse rate in the prone position so that the prone position can stabilize oxygen saturation, heart rate and respiratory rate in preterm infants during CPAP weaning. ReCPAP in the prone group was less frequent (10%). However, there is no relation between positioning and reCPAP. Further research should use the position of quarter prone or semi prone in the larger sample."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Wijayati
"ABSTRAK
Nama : Riris WijayatiProgram Studi : Profesi KeperawatanJudul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pemberian Posisi Pronasi terhadap Status Oksigenasi pada Bayi dengan Pneumonia Pneumonia merupakan masalah kesehatan yang sering menyerang sistem pernapasan pada balita. Masalah yang muncul pada anak dengan pneumonia salah satunya adalah masalah oksigenasi. Karya ilmiah akhir ini memberi gambaran tentang proses asuhan keperawatan pada pneumonia dengan masalah keperawatan utama gangguan oksigenasi. Intervensi keperawatan mandiri yang dapat dilakukan adalah positioning dengan posisi pronasi. Pemberian posisi pronasi dilakukan setiap hari minimal setiap 2 jam sekali dengan pengukuran status oksigenasi meliputi frekuensi napas, nadi, saturasi oksigen, dan capillary refill time CTR yang dilakukan sebelum dan sesudah posisi pronasi. Hasil evaluasi menunjukkan intervensi keperawatan posisi pronasi efektif meningkatkan saturasi oksigen. Kata kunci: pneumonia, status oksigenasi, posisi pronasi

ABSTRACT
Name Riris WijayatiMajor NursingTitle Analysis of Nursing Practiceabout the Effect of Prone Position for Oxygenation Status in Infants with Penumonia Pneumonia is the disease that often attack respiratory system in infants. The problem that affected child with pneumonia was oxygenation. This study was made to describing about nursing care in child with pneumonia,with the main problems was oxygenation.Nursing interventions that could be given is positioning with pronation position. Pronation positioning could be given every day and minimum in two hours with measurement of oxygenation which is include respiration frequency, pulse, oxygen saturation, and capillary refill time CTR before and after pronation positioning. The evaluation result showed that pronation position was effective to increased oxygen saturation. Keywords pneumonia, oxygenation status, pronation position. "
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Washli Zakiah
"Latar belakang: Nasal continuous positive airway pressure (nCPAP) merupakan alat bantu napas noninvasif pilihan pertama pascaekstubasi untuk bayi prematur. Saat ini High flow nasal cannula (HFNC) digunakan sebagai alternatif lain yang sama efektif nya seperti nCPAP.
Tujuan: Untuk mengetahui efikasi, keamanan dan angka kegagalan terapi penggunaan HFNC dibandingkan nCPAP pascaekstubasi pada bayi prematur.
Metode: Uji klinis acak terkontrol tidak tersamar tunggal dilakukan Februari-Juni 2024 di Divisi Neonatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kriteria inklusi adalah bayi usia gestasi antara 28 minggu sampai 36 minggu 6 hari yang terintubasi dan menggunakan ventilasi mekanik. Randomisasi dilakukan pada 42 subjek yang dibagi menjadi dua kelompok (nCPAP vs HFNC).
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,747) kegagalan terapi dalam waktu < 1 jam (23,8% vs 33,3%) dan 1-24 jam (42,9% vs 33,3%). Tidak terdapat perbedaan nilai pCO2 pada analisis gas darah (p=0,683), kejadian trauma hidung (p=0,317), dan skor nyeri (p=0,795) yang menggunakan ventilasi noninvasif HFNC dan nCPAP. Meskipun tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian distensi abdomen (p=0,197) pada kedua kelompok, namun HFNC memiliki angka penurunan kejadian distensi abdomen yang lebih besar dibandingkan nCPAP.
Simpulan: Tidak ada perbedaan kegagalan terapi pemakaian HFNC dibanding nCPAP pascaekstubasi pada bayi prematur. Angka kejadian distensi abdomen didapati lebih kecil pada pemakaian HFNC.

Background: Nasal continuous positive airway pressure (nCPAP) is the primary noninvasive respiratory support choice after extubation for neonates. Hence, High Flow Nasal Cannula (HFNC) has use as effective as nCPAP.
Objective: To determine the efficacy, safety, and therapy failure rates of HFNC and nCPAP post-extubation in preterm neonates.
Methods: A single-blind randomized controlled clinical trial was conducted from February-June 2024 in the Neonatology Division of the Department of Pediatrics, RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. The inclusion criteria were preterm (28 weeks to 36 weeks 6 days) with mechanical ventilation. Randomization was performed on 42 subjects, divided into two groups (nCPAP vs HFNC)
Results: There was no significant difference (p=0,747) in the proportion of therapy failure, within <1 hour (23,8% vs 33,3%) and 1-24 hours (42,9% vs 33,3%). There was no difference in the proportion of pCO2 values in blood gas analysis (p=0.683), nasal trauma (p=0.317), and pain scores (p = 0.795) between HFNC and nCPAP. Although there was no significant difference in abdominal distension rate (p=0.197) between the two groups, HFNC had a greater reduction in abdominal distension than nCPAP.
Conclusion: There was no difference in the proportion of therapy failure between HFNC and nCPAP use post-extubation in preterm. The incidence of abdominal distension was found lower with HFNC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Adhi Teguh Perma Iskandar
"ABSTRAK
Sesak napas bayi baru lahir merupakan morbiditas tersering pada bayi prematur < 35 minggu. Sesak napas harus ditangani secepatnya dengan pemberian tekanan jalan napas positif. Sampai saat ini, nCPAP merupakan pilihan pertama terapi ventilasi non-invasive untuk bayi prematur. Walaupun efektif, nCPAP sering memberikan efek samping berupa trauma hidung. Heated humidified high flow nasal cannulae merupakan metode terapi oksigen beraliran tinggi yang tanpa sengaja mampu memberikan tekanan jalan napas positif, namun keamanan dan efektifitasanya masih belum banyak diteliti. Mengetahui efektifitas dan keamanaan HHHFN dibanding nCPAP pada bayi prematur usia > 28 minggu dan < 35 minggu yang mengalami sesak napas derajat sedang. Penelitian ini merupakan uji klinis non-inferioritas, acak, tidak tersamar yang membandingkan HHHFN dan nCPAP pada bayi prematur usia yang mengalami sesak napas sejak dari kamar bersalin Tidak ada perbedaan insiden intubasi endotrakeal pada pemakaian < 72 jam HHHFN 20 dibanding nCPAP 18 p = 0,799 . Terdapat perbedaan proporsi trauma hidung derajat 2 pada penggunaan nCPAP 14 dibanding HHHFN 0 . Tidak terdapat perbedaan pH, pCO2, pO2 darah arteri, lama capaian minum enteral penuh, lama penggunaan alat, lama perawatan metode kanguru, dan insiden komplikasi BPD, IVH, PDA, NEC dan SNAL antara pengguna nCPAP dan HHHFN. HHHFN tidak lebih inferior ditinjau dari efektivitas dan keamanan dibanding nCPAP sebagai terapi non-invasif pada bayi pada bayi prematur usia > 28 minggu dan < 35 minggu dengan berat lahir > 1000 gram yang mengalami sesak napas derajat sedang jika diberikan sedini mungkinABSTRACT
Respiratory distress in new borns are the most common morbidity in premature babies 35 weeks. It should be treated immediately with positive airway pressure. Nasal CPAP is still the first choice of treatment for these cases. Despite its effectivity, nCPAP is proved causing nasal trauma as side effect. Meanwhile Heated Humidified high flow nasal cannula is an alternative oxygen therapy which also could generate inadvertent positive pressure airway, but the effectivity and safety has not been widely studied. The goal of this study is s identifying the effectivity and safety of HHHFN and nCPAP in premature babies ages 28 weeks and 35 weeks with moderate respiratory distress. This research is a random, non inferiority, clinical trial which compares safety and effectivity between HHHFN and nCPAP in treating babies with moderate respiratory distress since in the delivery room. There is no difference in incidence of endotracheal intubation in 72 hours of HHHFN 20 compared to nCPAP 18 p 0,799 . There is a significant difference of moderate nasal trauma in nCPAP 14 compared to HHHFN 0 . There are no statistically differences of pH, pCO2, pO2 time to full enteral feeding, length of Kangaroo Mother care, length of using the devices, and rate of in complication BPD, IVH, PDA, NEC and SNAL between nCPAP dan HHHFN user. HHHFN is not inferior than nCPAP in terms of safety and effectivity as primary noninvasive therapy in premature babies age 28 weeks and 35 weeks with moderate respiratory distress if given as early as possible."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Harry Adoe
"Latar belakang. Continuous positive airway pressure (CPAP) dan nasal intermittent positive ventilation (NIPPV) mengurangi intubasi dan ventilasi mekanik pada neonatus dengan gawat napas. Masih sedikit penelitian yang membandingkannya pada neonatus cukup bulan maupun kurang bulan.
Tujuan. Mengetahui kejadian intubasi, lama dukungan ventilasi non invasif dan pemakaian oksigen, bronchopulmonary dysplasia (BPD), dan kematian antara CPAP dan NIPPV pada neonatus dengan gawat napas.
Metode. Studi kohort retrospektif dilakukan terhadap neonatus dengan gawat napas, usia gestasi 28-40 minggu, lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi pada periode Januari 2013 - Juni 2015. Pengambilan subyek penelitian secara konsekutif, memenuhi kriteria inklusi, dan menggunakan bantuan napas dengan CPAP atau NIPPV, masing-masing 50 subjek.
Hasil. Neonatus dengan gawat napas menggunakan CPAP maupun NIPPV disebabkan karena respiratory distress syndrome , transient tachypnea of the newborn, pneumonia neonatal. Rerata usia gestasi dan berat lahir pada kelompok CPAP (34±3,11 minggu, 2018±659 gr) dan NIPPV [34 (28-40) minggu, 2050 (900-3900) gr]. Kejadian intubasi dan kematian berkurang, rerata hari dukungan ventilasi non infasif maupun pemakaian oksigen lebih lama pada NIPPV dibandingkan CPAP.
Simpulan. NIPPV mengurangi kejadian intubasi dan kematian pada neonatus dengan gawat napas dibandingkan CPAP.

Background. Continuous positive airway pressure (CPAP) and nasal intermittent positive ventilation (NIPPV) reduce intubation and mechanical ventilation. Still limited studies compare to CPAP and NIPPV in term and preterm infant with respiratory distress.
Purpose. To determine CPAP and NIPPV to the event of intubation, duration non-invasive ventilation and oxygen support, bronchopulmonary dysplasia, and death in neonate.
Methods. Retrospective cohort study was conducted to newborn with gestational age 28-40 weeks were born at General Hospital of Bekasi City, January 2013 - June 2015. Consecutive subjects and met inclusion criteria for CPAP and NIPPV group, each one 50 subjects.
Results. CPAP and NIPPV were support to neonate with respiratory distress due to respiratory distress syndrome, transient tachypnea of the newborn, and pneumonia. Mean gestational age and birth weight in CPAP group (34 ± 3.11 weeks, 2018 ± 659 gr) and NIPPV [34 (28-40) weeks, 2050 (900-3900) g]. Raduce rate of intubation and death, duration of non-invasive ventilation and oxygen support longer to NIPPV than CPAP in neonate.
Conclusion. NIPPV reduce intubation and mortality rate comparison to CPAP in neonate
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Kusumaningrum
"Masalah pernafasan merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi. Ventilasi mekanik adalah tindakan yang sering dibutuhkan pada perawatan bayi baru lahir yang mengalami suatu penyakit dan masalah pernafasan termasuk pada bayi prematur. Tindakan non invasif juga dilakukan untuk meningkatkan efektifitas ventilasi dan perfusi. Salah satu tindakan non invasif yang menyokong terapi oksigen adalah pengaturan posisi. Studi literatur tentang posisi pada bayi yang mengalami masalah pernafasan menunjukkan bahwa terdapat keuntungan Posisi Pronasi (PP) dibandingkan dengan Posisi Supinasi (PS). Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian posisi pronasi terhadap status oksigenasi bayi yang menggunakan ventilasi mekanik di ruang NICU RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental.
Rancangan yang dilakukan adalah jenis one group pretest-postest. Jumlah sampel sebanyak 18 bayi dengan karakteristik umur rata-rata 44,78±25,06, laki-laki 61%; perempuan 39%; berat lahir 2008,33±977,84; mode ventilator dibatasi pada presure support, synchronized intermitten mandatory ventilation dan asist control,dan lama ventilator 36,67 ±19,57. Pengukuran dilakukan dengan melihat saturasi oksigen dengan Pulse Oximetry, frekwensi nafas dan fraksi oksigen yang diinspirasi sebelum dilakukan PP, pengukuran dilakukan lagi setelah PP selama 30 menit, 1 jam dan 2 jam.
Terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen dengan pulse oximetry (SpO2) pada bayi yang menggunakan ventilasi mekanik sebelum dan sesudah pemberian posisi pronasi (P=0,001, α=0,05), dan frekwensi nafas (P=0,027, α=0,05). Kesimpulan lain didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit jantung dengan FiO2 bayi. Implikasi keperawatan yang direkomendasikan bahwa perlu ditingkatkan penerapan PP pada bayi dalam kondisi stabil dan dalam proses weaning. Implikasi penelitian diharapkan adanya penelitian dengan jumlah sampel yang besar dan dengan desain quasi eksperiment atau true eksperiment dengan pengontrolan terhadap variabel perancu yang lebih ketat. Analisa dan pembuktian untuk mengetahui waktu PP yang tepat juga diperlukan. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-26567
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marleny Susanthy
"Pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melakukan posisi prone pada bayi prematur memiliki peran penting karena apabila tidak dilakukan dengan tepat dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas video posisi prone berbasis telefon pintar terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam melakukan posisi prone dengan tepat. Penelitian ini menggunakan desain randomized control trial dengan melibatkan 58 perawat NICU-Perinatologi pada salah satu Rumah Sakit Rujukan di Jakarta yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan intervensi video posisi prone berbasis telefon pintar terbukti efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam melakukan posisi prone pada bayi prematur (p<0,001, α<0,05). Penelitian memberikan saran supaya hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan optimalisasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan perawat dengan pemanfaatan teknologi informasi yaitu video tujuh langkah melakukan posisi prone dengan tepat berbasis telefon pintar yang dirancang dengan menarik dan memungkinkan akses secara fleksibel.

Nurses' knowledge and skills in prone positions on premature babies have an important role because if it is not done properly, it can affect the growth and development of the baby. This study was conducted to determine the effectiveness of smartphone-based prone position videos on nurses' knowledge, attitudes, and skills in performing the prone position correctly. This study used a randomized control trial design involving 58 NICU-Perinatology nurses at a Referral Hospital in Jakarta taken using a purposive sampling technique. The results showed that the smartphone-based prone position video intervention improved nurses' knowledge, attitudes, and skills in performing positions. prone in premature infants (p<0.001, <0.05). The study provides suggestions so that the results of this study can be a reference for optimizing the knowledge, attitudes, and skills of nurses by utilizing information technology, namely a seven-step video of doing the correct prone position based on a designed smartphone attractively and allows flexible access."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>