Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Arief Ismanto
"ABSTRAK
Industri pertambangan emas sekarang ini mengalami berbagai tantangan di tengah situasi ekonomi global yang melemah, harga bahan produksi tambang yang relatif pada posisi di level bawah dan kesulitan menemukan cadangan berkadar emas tinggi di dekat permukaan.Cadangan bijih emas tipe sulfidasi tinggi merupakan pilihan yang ekonomis dengan kadar emas relatif rendah hingga menengah cut-off 0.3 g/t hingga 0.5 g/t namun memiliki bulk-density yang luas. Cadangan emas tipe sulfidasi tinggi dengan level ketebalan bijih oksidasi yang signifikan 70m-125m akan menjadikan suatu bisnis penambangan yang menguntungkan. Hal ini dikarenakan proses metalurgi ekstraksi emas dapat dilakukan dengan metode cyanide-leach yang biaya produksinya relatif murah dibanding proses-proses ekstraksi emas lainnya.Walaupun ekonomis dan berbiaya murah, namun penambangan cadangan bijih emas tipe sulfidasi tinggi ini memiliki beberapa tantangan seperti genesa mineralisasi sulfidasi tinggi yang memiliki zonasi bijih mengandung alterasi mineral clay lempung yang menghambat proses irigasi cyanide leach liquid, asosiasi dengan mineral sulfida dan adanya gangue mineral mengandung tembaga Cu yang akan bereaksi dengan sianida membentuk kimiawi komplek Cu-Cn sehingga meningkatkan konsumsi sianida.Studi Geometalurgi yang menggabungkan analisis mikro petrologi terkait mineralogi, tekstur bijih dan mineral gangue dengan berbagai variasi uji metalurgi dan pengelompokan domain bijih dengan bantuan teknologi spectrometer akan membantu mengantisipasi kendala dan meningkatkan optimisasi metalurgi ekstraksi bijih emas

ABSTRACT
The gold mining industry is currently facing challenges amid a weakening global economic situation, relatively low prices of mining production materials and the difficulties in finding high grade gold deposits near the surfaceHigh sulfidation gold ore deposits are an economical choice with relatively low to medium grade gold cut off 0.3 g t up to 0.5 g t but have large bulk density. High sulfidation gold deposits with significant oxidation ore thickness levels 70m 125m will make a profitable mining business. This is because the metallurgical process of gold extraction can be processed by cyanide leach method which is relatively cheap production cost compared to other gold extraction processes.Although economical and low cost, this high sulfidation gold ore reserve has some challenges in extraction such as high sulphidation mineralization origin that have ore zonation containing mineral clay alteration that inhibits the cyanide leach liquid irrigation process, associated with sulphide minerals and the presence of mineral gangue containing copper Cu which will react with cyanide to form Cu Cn complex chemicals thus increasing cyanide consumption.Geometallurgical studies that combine mineralogy related petrology analyzes, ore textures and gangue minerals with varying metallurgical test and ore domain groupings with the help of spectrometer technology will help to anticipate constraints and improve metallurgical optimization of gold ore extraction"
2017
T47865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Danny Aldiyansyah
"ABSTRACT
Industri pegolahan bijih pertambangan merupakan salah satu industry yang paling tidak ramah lingkungan, hal tersebut dikarenakan penggunaan reagen-reagen berbahaya dalam prosesnya seperti sianida dan merkuri. Seiring dengan berjalanya waktu dilakukan berbagai penelitian untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah penggunaan larutan chloride-hypochlorite. Larutan tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan bijih karena mampu melarutkan emas sampai kondisi ekonomis, tetapi tetap ramah terhadap lingungan. Pada penelitian kali ini, dilakukan pengujian untuk mendapatkan titik ndash; titik optimum dari beberapa aspek yang mempengaruhi proses pelindiannya; antara volume NaOCl, dan waktu pelindian. Penelitian ini menggunakan bijih hasil pertambangan dari daerah Bolaang Mongondow, Indonesia yang sudah dikarakterisasi menggunakan OM, LIBS, XRF dan ICP dengan kadar emas sebesar 0.27 ppm sebagai sampel. Bijih emas diproses dengan metode pelindian emas menggunakan temperature dan agitasi dalam skala lab. Sehingga, didapatkan kadar emas yang ada pada larutan tersebut dari hasil karakterisasi menggunakan ICP. Kemudian diperolehlah persentase emas yang terlarut pada setiap variabelnya. Hasil yang didapat menunjukan bahwa volume NaOCl, dan waktu pelindian akan meningkatkan tren dari presentase emas terlarut.

ABSTRACT
Gold ore processing industry is one of the least environmentally friendly industry, due to the use of hazardous reagents in the process, such as cyanide and mercury. As the time goes, various studies have been conducted to overcome the problem. One of the study being developed is the use of chloride hypochlorite for gold leaching. The solution can be used in ore processing because its capability of dissolving gold economically, but still environmentally friendly. In this research, experiments are performed to obtain optimum points from volume of NaOCl and leaching time. This research uses ores from mining site at Boolang Mongondow, Indonesia, which have been characterized using OM, XRF, LIBS and ICP with initial gold content equal to 0.27 ppm. Gold ore is processed by agitation leaching method with temperature on a lab scale. The gold content of the solution from leaching process is obtained using ICP. Thus, the percentage of gold leached in each variables are obtained. The result shows that the increase volume of NaOCl, and leaching time will increase the trend of dissolved gold percentage. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Danny Aldiyansyah
"Industri pegolahan bijih pertambangan merupakan salah satu industry yang paling tidak ramah lingkungan, hal tersebut dikarenakan penggunaan reagen-reagen berbahaya dalam prosesnya seperti sianida dan merkuri. Seiring dengan berjalanya waktu dilakukan berbagai penelitian untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah penggunaan larutan chloride-hypochlorite. Larutan tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan bijih karena mampu melarutkan emas sampai kondisi ekonomis, tetapi tetap ramah terhadap lingungan. Pada penelitian kali ini, dilakukan pengujian untuk mendapatkan titik ndash; titik optimum dari beberapa aspek yang mempengaruhi proses pelindiannya; antara volume NaOCl, dan waktu pelindian. Penelitian ini menggunakan bijih hasil pertambangan dari daerah Bolaang Mongondow, Indonesia yang sudah dikarakterisasi menggunakan OM, LIBS, XRF dan ICP dengan kadar emas sebesar 0.27 ppm sebagai sampel. Bijih emas diproses dengan metode pelindian emas menggunakan temperature dan agitasi dalam skala lab. Sehingga, didapatkan kadar emas yang ada pada larutan tersebut dari hasil karakterisasi menggunakan ICP. Kemudian diperolehlah persentase emas yang terlarut pada setiap variabelnya. Hasil yang didapat menunjukan bahwa volume NaOCl, dan waktu pelindian akan meningkatkan tren dari presentase emas terlarut.

Gold ore processing industry is one of the least environmentally friendly industry, due to the use of hazardous reagents in the process, such as cyanide and mercury. As the time goes, various studies have been conducted to overcome the problem. One of the study being developed is the use of chloride hypochlorite for gold leaching. The solution can be used in ore processing because its capability of dissolving gold economically, but still environmentally friendly. In this research, experiments are performed to obtain optimum points from volume of NaOCl and leaching time. This research uses ores from mining site at Boolang Mongondow, Indonesia, which have been characterized using OM, XRF, LIBS and ICP with initial gold content equal to 0.27 ppm. Gold ore is processed by agitation leaching method with temperature on a lab scale. The gold content of the solution from leaching process is obtained using ICP. Thus, the percentage of gold leached in each variables are obtained. The result shows that the increase volume of NaOCl, and leaching time will increase the trend of dissolved gold percentage. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fachrian Hafizh
"ABSTRACT
Industri pegolahan bijih pertambangan merupakan salah satu industry yang paling tidak ramah lingkungan, hal tersebut dikarenakan penggunaan reagen-reagen berbahaya dalam prosesnya seperti sianida dan merkuri. Seiring dengan berjalannya waktu, dilakukan berbagai penelitian untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah penggunaan larutan Chloride-Hypochlorite. Larutan tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan bijih karena mampu melarutkan emas sampai kondisi ekonomis, tetapi tetap ramah terhadap lingungan. Pada penelitian kali ini, dilakukan pengujian untuk mendapatkan titik ndash; titik optimum dari beberapa aspek yang mempengaruhi proses pelindiannya,yaitu temperature, dan rasio solid/liquid. Penelitian ini menggunakan bijih hasil pertambangan dari daerah Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang sudah dikarakterisasi menggunakan XRF dan ICP-OES dengan kadar emas sebesar 0.27 ppm sebagai sampel. Bijih emas diproses dengan metode pelindian emas menggunakan temperature dan agitasi dalam skala lab. Sehingga, didapatkan kadar emas yang ada pada larutan tersebut dari hasil karakterisasi menggunakan ICP-OES. Kemudian diperolehlah persentase emas yang terlarut pada setiap variabelnya. Hasil yang didapat menunjukan bahwa peningkatan temperatur, akan meningkatkan tren dari persentase emas terlarut. Sedangkan peningkatan solid liquid ratio akan menurunkan tren persentase emas terlarut.

ABSTRACT
Gold ore processing industry is one of the least environmentally friendly industry, due to the use of hazardous reagents in the process, such as cyanide and mercury. As the time goes, various studies have been conducted to overcome the problem. One of the study being developed is the use of Chloride Hypochlorite for gold leaching. The solution can be used in ore processing because its capability of dissolving gold economically, but still environmentally friendly. In this research, experiments are performed to obtain optimum points from several aspects that affect the leaching process which is temperature and solid liquid ratio. This research uses ores from mining site at Boolang Mongondow, North Sulawesi, which have been characterized using XRF and ICP OES with initial gold content equal to 0.27 ppm. Gold ore is processed by agitation leaching method with temperature on a lab scale. The gold content of the solution from leaching process is obtained using ICP OES. Thus, the percentage of gold leached in each variables are obtained. The result shows that the increase of temperature will increase the trend of dissolved gold percentage. However, increasing solid liquid ratio in leaching process will decrease the trend of dissolved gold. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Akbar Mustafa
"Industri semen adalah salah satu bidang industri besar yang ada di berbagai wilayah Indonesia, yang mempunyai dampak positif maupun dampak negatif untuk kelestarian lingkungan serta masyarakat yang berada disekitarnya. Industri semen berkelanjutan saat ini adalah suatu konsep yang dilakukan untuk menjadikan industri semen lebih ramah lingkungan dengan mengurangi dampak negatif lingkungan, sosial, ekonomi dari kegiatan pengoperasian industri semen. Tujuan dari riset ini adalah menganalisis dampak lingkungan fisik dari kegiatan produksi industri semen PT. Conch North Sulawesi Cement. menganalisis dampak sosial dan dampak ekonomi disekitar Kawasan PT. Conch North Sulawesi Cement serta menganalisis upaya yang dapat dilakukan dalam menangani permasalahan lingkungan dan sosial di wilayah industri semen PT Conch North Sulawesi Cement menuju industri semen berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa hingga saat ini kualitas lingkungan di wilayah industri semen masih memebuhi baku mutu kualitas lingkungan sedangkan persepsi masyarakat menilai bahwa industri semen memberikan lebih banyak memberikan dampak negative terhadap sosial ekonomi masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan komunikasi efektif antara perusahaan, dan masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah. Kesimpulan riset ini adalah industri semen di wilayah Kabupaten Boolang memberikan dampak negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat sedangkan kualitas lingkungan masih dalam kategori baik sehingga upaya yang dilakukan adalah dalam menangani dampak sosial ekonomi masyarakat.

The cement industry is one of the major industrial fields in various regions in Indonesia that has a positive or negative impact on environmental sustainability and the surrounding communities. The sustainable cement industry is currently a concept implemented to make the cement industry more environmentally friendly by reducing its impact. negative environmental, social, economic consequences of operating the cement industry. The purpose of this research is to analyze the environmental impact of the cement production activities of PT. Conch North Sulawesi Cement. analyzing the socio-economic impacts around the PT. Conch North Sulawesi Cement and analyze the efforts that can be made in addressing environmental and social problems in the cement industry area of PT Conch North Sulawesi Cement towards a sustainable cement industry. The method used in this research is descriptive analysis method and SWOT analysis method. The results showed that up to now the environmental quality in the cement industrial area still meets the environmental quality standards, while the public's perception is that the cement industry has had more negative impacts on the socio-economic community. Efforts that can be made include effective communication between the company and the community, which is facilitated by the government. This research concludes that the cement industry in the district of Boolang has a negative impact on the socio-economy of the community, while the quality of the environment is still in a good category so that efforts are made to address the socio-economic impact of the community."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Adipratama
"Industri pegolahan bijih pertambangan merupakan salah satu industry yang paling tidak ramah lingkungan, hal tersebut dikarenakan penggunaan reagen-reagen berbahaya dalam prosesnya seperti sianida dan merkuri. Seiring dengan berjalanya waktu dilakukan berbagai penelitian untuk mengatasi masalah tersebut,salah satunya adalah penggunaan larutan chloride-hypochlorite. Larutan tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan bijih karena mampu melarutkan emas sampai kondisi ekonomis, tetapi tetap ramah terhadap lingkungan.
Pada penelitian ini, pengaruh variabel volume asam hidroklorida dan kecepatan agitasi dalam pelindian emas dengan larutan chloride-hypochlorite diteliti. Sampel yang digunakan berasal dari bijih sulfida tinggi hasil pertambangan di Boolang Mongondow, Indonesia yang dikarakterisasi menggunakan OM, LIBS, XRF, dan ICP-OES untuk mengidentifikasi jenis bijih serta melihat kadar awal emas. Sampel di lindi dengan metode agitation leaching dengan temperatur dalam skala lab.
Hasil pelindian dikarakterisasi dengan ICP-OES untuk melihat kadar emas yang diperoleh dan dihitung nilai recovery melalui data-data yang diperoleh. Hasil yang didapat menunjukan peningkatan volume HCl dapat meningkatkan nilai recovery sampai titik tertentu, lalu akan mengalami penurunan jika sudah melewati batas optimal. Peningkatan kecepatan agitasi dapat meningkatkan nilai recovery, namun pada penelitian ini terjadi anomali dimana sampel dengan kecepatan agitasi tertinggi memiliki nilai recovery yang rendah.

Gold ore processing industry is one of the least environmentally friendly industry, due to the use of hazardous reagents in the process, such as cyanide and mercury. As the time goes, various studies have been conducted to overcome the problem. One of the study being developed is the use of chloride hypochlorite for gold leaching. The solution can be used in ore processing because its capability of dissolving gold economically, but still environmentally friendly.
In this study, the effect of the volume of hydrochloric acid and agitation speed in gold leaching with chloride hypochlorite solution was investigated. high sulfide ore is used as sample for this study, which was taken from Boolang Mongondow, Indonesia. Sample is characterized using OM, LIBS, XRF, and ICP OES to identify ore type and to see the initial gold content. Sample is leached using agitation washing method with temperature in laboratory scale. Leachant is characterized using ICP OES to see the gold content obtained and the recovery value calculated through the data obtained.
The result shows that an increase in HCl volume may increase the value of recovery to a certain point, but will decrease if it has exceeded the optimal limit. Increased speed of agitation may increase the value of recovery, but in this study anomalies occur where sample with the highest agitation speed have a low recovery value.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Hardiani
"Kegiatan pertambangan umum merupakan kegiatan yang berisiko tinggi bagi lingkungan, mulai dari proses penambangan, pengolahan, sampai pengangkutan.
Pada proses pengoiahan dampak negatif yang timbul dari aktivitas tersebut umumnya mempengaruhi perairan sekitarnya, bahkan sampai ke hilir sungai. Terlebih lagi jika pengolahan tersebut menggunakan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) seperti halnya pengolahan bijih emas yang menggunakan cara sianidasi, maka Iimbah sianida hasil proses pengolahan tersebut sangat berbahaya bagi lingkungan dan merusak ekosistem perairan jika tidak dikelola dengan baik.
Upaya yang telah dilakukan oleh PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor untuk mengurangi konsentrasi sianida dalam Iimbah hasil pengolahan adalah membuat tailing dan yang bertujuan untuk mendegradasi sianida secara alamiah dan mengendapken partikel padatan yang terbawa oleh air Iimbah, kemudian pengolahan dilanjutkan di unit perusak sianida (cyanide destruction plant) yang terdiri atas effluent tank dan decent pond.

Mining activity is high risk activities for the environment, at stage; mining, processing to transporting.
The negative impact from the processing activity generally influences water even through down stream especially when the processing uses toxic material such as gold ore processing that uses cyanidation methode.
Waste cyanide by product from the processing is dangerous for the environmental, and damages the biotic ecosystem, unless a good management has to be applied. Waste management anticipation, generally the mining company have prepared waste processing since started operation, such as build tailing dam, installed cyanide destruction plant include decant pond, and so on, such as implemented by PT Aneka Tambang Tbk UBPE Pongkor.
The effort was carried out by PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor for minimizing cyanide consentration in the waste water is build tailing dam that use to degrade cyanide with natural degradation and settling solid particle of the waste water, and direct to the cyanide destruction plant after which consist of effluent tank and decant pond."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T2705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"ABSTRACT
Penggunaan sianida dan merkuri pada proses pelindian bijih emas memberikan banyak dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan makhluk hidup. Larutan pelindian alternatif menggunakan larutan tiosulfat sudah diteliti sejak 1979. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan alternatif larutan sianida dan merkuri yang banyak digunakan dalam industri ekstraksi emas. Sampel yang digunakan adalah batuan sulfida yang berasal dari Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil pengamatan mikroskop optik dan pengujian dengan Laser-induced Breakdown Spectroscopy, didapati adanya senyawa pyrite yang merupakan ciri batuan sulfida pengikat emas. Setelah proses pemanggangan terhadap sulfida pada bijih, dilakukan karakterisasi menggunakan X-ray fluorescence dan Inductively Coupled Plasma. Hasil yang didapat yaitu bijih mengandung sekitar 14,62%Fe, 6,69 ??S, 0,15 Cu, dan kadar Au sebesar 0,27 ppm dan 0,11 ppm. Penelitian ini dilakukan dengan metode pelindian skala laboratorium. Hasil pelindian ini kemudian dikarakterisasi menggunakan Inductively Coupled Plasma ICP . Pada penelitian ini, diteliti pengaruh konsentrasi ammonia dan ion tembaga. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapati konsentrasi ammonia sebesar 0.1M, dan konsentrasi ion tembaga sebesar 0.05 M dengan suhu pelindian 400C selama 2 jam serta rasio solid/liquid 1:5. Larutan pelindian tiosulfat memiliki pH larutan sebesar 10 dan proses pelindian pada alat pengaduk dengan kecepatan agitasi sebesar 400 rpm. Persentase emas terlarut optimum yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 62 . Bedasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi larutan tiosulfat dan suhu pelindian mempengaruhi hasil pelindian.

ABSTRACT
Cyanide and mercury in leaching of ore bearing gold has a lot negative impact to the environment and health. Thiosulfate as gold leach solution was investigated since 1979. This research is done to find alternative of cyanide and mercury solution which are widely used in gold extraction industry. The ore sample is native ore from Bolaang Mongondow, North Sulawesi. According Optical Microscope observation and LIBS characterization, there are pyrite compound which is one of the chacaracteristic of sulfide ore. According to X ray fluorescence and Inductively Coupled Plasma investigation, the ore contained about 14.62 Fe, 6.69 S, 0.15 Cu, and the concentration of Au are 0.27 ppm and 0,11 ppm. This research was conducted by laboratory scale of leaching method. The leaching result is then checked by Inductively Coupled Plasma ICP . The concentration of ammonia and copper ion were studied. According to the results, 3 M of ammonia concentrations and 0,05 M of copper ion concentration at 400 C for 2 h with pulp density of 20 , Stirring speed and the pH of the aqueous solution were 400 rpm and 10, respectively, were carried out to obtain the maximum gold extraction of 62 . According to the extraction value, it can be concluded that the concentration of the leaching solution and leach temperature will affect the dissolution of gold. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"ABSTRACT
Penggunaan sianida dan merkuri pada proses pelindian bijih emas memberikan banyak dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan makhluk hidup. Larutan pelindian alternatif menggunakan larutan tiosulfat sudah diteliti sejak 1979. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan alternatif larutan sianida dan merkuri yang banyak digunakan dalam industri ekstraksi emas. Sampel yang digunakan adalah batuan sulfida yang berasal dari Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil pengamatan mikroskop optik dan pengujian dengan Laser-induced Breakdown Spectroscopy, didapati adanya senyawa pyrite yang merupakan ciri batuan sulfida pengikat emas. Setelah proses pemanggangan terhadap sulfida pada bijih, dilakukan karakterisasi menggunakan X-ray fluorescence dan Inductively Coupled Plasma. Hasil yang didapat yaitu bijih mengandung sekitar 14,62 ??Fe, 6,69 ??S, 0,15 Cu, dan kadar Au sebesar 0,27 ppm dan 0,11 ppm. Penelitian ini dilakukan dengan metode pelindian skala laboratorium. Hasil pelindian ini kemudian dikarakterisasi menggunakan Inductively Coupled Plasma ICP . Pada penelitian ini, diteliti pengaruh konsentrasi ammonia dan ion tembaga. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapati konsentrasi ammonia sebesar 0.1M, dan konsentrasi ion tembaga sebesar 0.05 M dengan suhu pelindian 400C selama 2 jam serta rasio solid/liquid 1:5. Larutan pelindian tiosulfat memiliki pH larutan sebesar 10 dan proses pelindian pada alat pengaduk dengan kecepatan agitasi sebesar 400 rpm. Persentase emas terlarut optimum yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 62 . Bedasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi larutan tiosulfat dan suhu pelindian mempengaruhi hasil pelindian.

ABSTRACT
Cyanide and mercury in leaching of ore bearing gold has a lot negative impact to the environment and health. Thiosulfate as gold leach solution was investigated since 1979. This research is done to find alternative of cyanide and mercury solution which are widely used in gold extraction industry. The ore sample is native ore from Bolaang Mongondow, North Sulawesi. According Optical Microscope observation and LIBS characterization, there are pyrite compound which is one of the chacaracteristic of sulfide ore. According to X ray fluorescence and Inductively Coupled Plasma investigation, the ore contained about 14.62 Fe, 6.69 S, 0.15 Cu, and the concentration of Au are 0.27 ppm and 0,11 ppm. This research was conducted by laboratory scale of leaching method. The leaching result is then checked by Inductively Coupled Plasma ICP . The concentration of ammonia and copper ion were studied. According to the results, 3 M of ammonia concentrations and 0,05 M of copper ion concentration at 400 C for 2 h with pulp density of 20 , Stirring speed and the pH of the aqueous solution were 400 rpm and 10, respectively, were carried out to obtain the maximum gold extraction of 62 . According to the extraction value, it can be concluded that the concentration of the leaching solution and leach temperature will affect the dissolution of gold. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mercury is one of the most toxic heavy metals found in nature. Athough adverse health effect of mercury have been known for a long time, exposure to mercury continues and is even increasing in some areas, for example, mercury is still used in gold mining in many parts of North Sulawesi Province. Most of the soil and aquatic bacteria that are continuously exposed to mercury usually develop a genetic adaptation to resist the toxicity of this compound. Bacteria have a specific operon called merOperon that functions to coordinate genes coding for proteins and enzymes involved in mercury disposal and detoxification. Therefore, this preliminary study aims to isolate and identify bacteria collected from gold mining area in the district of Bolaang Mongondow. Bacteria were isolated from soil samples collected from three locations of the gold mining waste disposal and the isolated bacteria were grown in agar media. Identification of the grown bacteria were then be performed using morphological, physiological and biochemical tests. The results showed that 36 bacteria were successfully isolated, of which, 11 isolates were gram positive bacteria and the remainders were gram negative. All isolates showed motility and all could be grouped into 4 species i.e. Bacillus sp., Escherichia coli, Enterobacter cloacea, and Enterobacter aerogenes."
610 JKY 17: 2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>