Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101860 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inez Kristanti
"ABSTRAK
Premarital sexual compliance merupakan fenomena yang cukup lazim ditemukan pada perempuan dan kecenderungan ini dipengaruhi oleh sosialisasi peran gender. Salah satu hal yang dapat mengurangi kecenderungan sexual compliance perempuan adalah apabila ia asertif secara seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi kognitif-perilaku untuk meningkatkan asertivitas seksual pada perempuan yang menunjukkan premarital sexual compliance. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimental dengan pretest-posttest nonequivalent control group design. Masing-masing kelompok terdiri dari lima orang yang diperoleh lewat purposive sampling. Partisipan dalam kelompok intervensi mengikuti lima kali sesi individual serta satu kali pra-sesi dan satu kali sesi follow-up. Sementara itu, partisipan dalam kelompok kontrol diberikan buku psikoedukasi tanpa sesi tatap muka. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif menggunakan adaptasi alat ukur Sexual Assertiveness Questionnaire for Women SAQ-W serta data kualitatif tentang perubahan kognisi dan perilaku partisipan sebelum dan sesudah mengikuti intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi kognitif-perilaku dapat meningkatkan asertivitas seksual pada perempuan yang menunjukkan premarital sexual compliance. Partisipan pada kelompok intervensi juga menjadi dapat mengidentifikasi batasan seksual mereka, memodifikasi pikiran yang menghalangi perilaku asertif secara seksual, dan menerapkan teknik behavioral yang dapat memfasilitasi munculnya perilaku asertif dalam konteks seksual.

ABSTRACT
Premarital sexual compliance is a common phenomenon among women and is influenced by gender role socialization. Sexual assertiveness is found to reduce the likelihood of women engaging in sexual compliance. This study aimed to identify effectiveness of cognitive behavioral intervention to enhance sexual assertiveness in women who exhibit sexual compliance. This was a quasi experimental study conducted with pretest posttest nonequivalent control group design. Each group consisted of five participants recruited through purposive sampling. Participants in the intervention group participated in five individual sessions, preceded by a pre session and followed by a follow up session. Meanwhile, participants in the control group was given psychoeducation books without any face to face session. Analysis was conducted by comparing quantitative data obtained by Indonesian adaptation of Sexual Assertiveness Questionnaire for Women SAQ W and qualitative data showing changes in participants rsquo cognition and behavior before and after the intervention took place. This study showed that cognitive behavioral intervention can succesfully enhance sexual assertiveness in women who exhibit sexual compliance. Participants in intervention group were able to identify what they want and do not want in sexual situation, modify their maladaptive thoughts that lead to unassertive behaviors, and apply behavioral techniques that may facilitate the occurence of assertive behaviors in sexual context."
2017
T48728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsha Fara
"

Kekerasan seksual dapat terjadi dimana saja termasuk di lingkungan pendidikan. Berbagai program untuk mengurangi kekerasan seksual telah dilakukan. Namun, kebanyakan hanya menargetkan kepada korban maupun pelaku. Di sisi lain, individu yang menjadi pengamat atau bystander bisa memiliki peran untuk dapat terlibat dalam pencegahan kekerasan seksual. Salah satu upaya untuk mencegah kekerasan seksual di lingkungan kampus adalah melalui keterlibatan mahasiswa untuk menampilkan perilaku bystander yang aktif. Objektif studi ini untuk melihat perubahan perilaku bystander yang aktif pada mahasiswa melalui pelatihan intervensi bystander. Dengan metode penelitian single-group pre-post design, studi ini menggunakan mahasiswa (n = 11) dari Universitas Indonesia (UI). Instrumen yang digunakan untuk mengukur perubahan tingkah laku adalah Bystander Behavior Scale-Revised (BBS-R). Hasil uji beda menunjukkan peningkatan tingkah laku bystander signifikan (p = 0.05) setelah intervensi pelatihan bystander dijalankan. Diindikasikan bahwa intervensi memiliki efektivitas pada sampel mahasiswa UI tersebut. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu program di kampus yang berguna untuk dapat mencegah kekerasan seksual terjadi di lingkungan kampus.


The sexual violence can occur anywhere even in an educational environment. Various programs to reduce sexual violence have been carried out. However, the most programs targetting victims and perpetrators only. On the other hand, individuals who are observers or called bystander have a role to be involved in preventing sexual violence. So, one of the efforts to prevent sexual violence in the campus environment is through the involvement of students to show active bystander behavior. The objective of this study is to look at changes in active bystander behavior in students through bystander intervention training. With a single-group pre-post design research method, this study uses students (n = 11) from the University of Indonesia (UI). The instrument used to measure behavior change is the Bystander Behavior Scale-Revised (BBS-R). The results showed a significant increasing in bystander behavior (p = 0.05) after the bystander training intervention was carried out. It was indicated that the intervention had effectiveness in the sample of the UI`s students. It is hoped that this research can be one of the programs on campus that is useful to be able to prevent sexual violence on campus.

"
2019
T53208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur`aini
"ABSTRAK
Dorongan seksual yang menurun karena kemunduran organ-organ seksual pada masa menopause cenderung menyebabkan perempuan menopause menghindari atau menolak aktivitas seksual bersama pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara sexual self-efficacy dengan fungsi seksual pada perempuan menopause. Penelitian berbentuk deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Kelurahan Curug Cimanggis, Jawa Barat, dari bulan April-Mei 2018 dengan metode consecutive sampling sebanyak 360 responden. Pengukuran menggunakan kuesioner Sexual Self-efficacy for Female SSE-F , Female Sexual Function Index FSFI , dan kuesioner data demografi. Hasil penelitian ini menjelaskan sebagian besar perempuan menopause mengalami disfungsi seksual 82,8 dan penurunan rerata skor efikasi diri 55,3 . Uji Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sexual self-efficacy dengan fungsi seksual pada perempuan menopause p value < 0,001 . Sexual self-efficacy perlu dipertimbangkan untuk menjadi salah satu referensi dalam melengkapi instrumen pengkajian seksualitas pada perempuan menopause.

ABSTRACT
Sexual drive decreased due to the decline of sexual organs during menopause, is the reason to reject sexual activity of menopausal women. This study aims to analyze the relationship of sexual self efficacy with sexual function in menopausal women. This research is an analytical descriptive research with cross sectional approach, conducted in Curug Cimanggis Village, using consecutive sampling method of 360 respondents. Measurements were made using the Sexual Self efficacy for Female SSE F questionnaire, the Female Sexual Function Index FSFI , and the demographic data questionnaire. The results of this study explain most of menopausal women experience sexual dysfunction 82,8 and decreased self efficacy score 55,3 . Chi Square test showed a significant relationship between sexual self efficacy and sexual function in menopausal women p value "
2018
T50332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Purwarini
"Kepuasan seksual perempuan dalam masyarakat, selama ini lebih banyak dipahami melalui aspek biologis dan psikologis, tanpa melibatkan pengalaman perempuan secara langsung. Hal ini berimplikasi pada pengabaian hak seksualitas perempuan seperti yang tercantum dalam ICPD 1994, dan hak keadilan hukum bagi perempuan yang mengeluarkan cairan di vagina pada kasus perkosaan. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemaknaan kepuasan seksual perempuan secara konstekstual yang berkesetaraan gender, serta digunakan untuk aspek praktis terkait permasalahan kepuasan seksual perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus berperspektif feminis dengan metode pengambilan data melalui wawancara mendalam, observasi dan pengamatan.
Subjek penelitian terdiri dari lima orang subjek utama dan satu orang subjek pendukung. Subjek utama dalam studi ini merupakan perempuan heteroseksual yang aktif melakukan hubungan seksual, sedangkan subjek pendukung adalah dokter perempuan yang pernah menangani kasus disfungsi seksual dan menjadi saksi ahli dalam kasus perkosaan, yang berada di Jakarta dan Tangerang. Dalam melihat kompleksitas pemaknaan kepuasan seksual perempuan, digunakan teori kepuasan seksual dalam perspektif medis Rosemary Basson, teori Politik Seksual Kate Millett, teori orgasme dalam perspektif feminis Anne Koedt, konsep seksualitas dalam perspektif psikologis dari Joan Rollins, serta konsep Sexual Compliance Impett dan Peplau.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa orgasme perempuan adalah sebuah kondisi yang terjadi pada aktivitas seksual yang diinginkan perempuan, yang ditandai dengan perasaan kenikmatan yang luar biasa dan tidak dapat dijelaskan secara tepat, tanpa perubahan ciri pada vagina dan bagian tubuh lainnya yang khas. Orgasme perempuan hanya dapat didefinisikan oleh perempuan yang mengalaminya, karena orgasme bersifat unik dan individual. Pemaknaan kepuasan seksual perempuan dipengaruhi oleh konstruksi sosial budaya yang ada di sekitarnya. Dalam hubungan seksual, perempuan membutuhkan orgasme, dan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkannya.

Women's sexual pleasure in society have been understood mostly through biological and psychological aspects, without involving direct experience of women. This has implications for the abandonment of women 39 s sexuality rights as stated in the ICPD 1994 and the right of legal justice for women who secrete vaginal fluids in cases of rape. This research is expected to contribute to the interpretation of women's sexual pleasure in the contextual of gender equality, and used for practical aspects related to women's sexual pleasure problem. This research uses qualitative approach of case study with feminist perspective and using in depth interview and observation methods to collecting data. The subjects consist of five main subjects and one supporting subject.
The main subjects in this study were heterosexual women who were sexually active, while the supporting subjects were female physicians who had treated sexual dysfunction and became expert witnesses in cases of rape, located in Jakarta and Tangerang. In looking at the complexity of the meaning of women's sexual pleasure, there are some theories used as analysis tool i.e. the sexual pleasure theories by Rosemary Basson in the medical perspective, Sexual Politics theory by Kate Millett, orgasm theory in the feminist perspective by Anne Koedt, the concept of sexuality in the psychological perspective by Joan Rollins, and the concept of Sexual Compliance by Impett and Peplau.
The results of this study found that women's orgasm is a condition that occurs in the desired sexual activity of women, characterized by a feeling of pleasure that is extraordinary and can not be described precisely, without typical change from the characteristics of vagina and other body parts. Women's orgasm can only be defined by women who experience it, because orgasm is unique and individual. The meaning of sexual pleasure of women is influenced by socio cultural constructions that surround it. In sexual relationships, women need orgasm, and make every effort to get it.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfathny Pertiwi
"Besarnya jumlah populasi remaja yang ada tentunya akan membawa konsekuensi pada berbagai masalah sosial dan kesehatan reproduksi remaja termasuk di dalamnya masalah perilaku seksual remaja. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pranikah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMKN X Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer pada 158 remaja di SMKN X Tahun 2018.
Hasil menunjukkan bahwa proporsi perilaku seksual berisiko pada remaja SMKN X adalah 22,8 dengan jenis kelamin responden terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 50.6, remaja berpengetahuan rendah sebanyak 76.6, remaja dengan sikap positif 58.2, remaja dengan orangtua bekerja sebanyak 84.2, remaja dengan uang saku cukup 50.6, remaja yang menganggap teman sebaya tidak berperan terhadap perilaku seksual sebanyak 51.3, dan remaja yang terpapar pornografi sebanyak 93.
Berdasarkan analisis bivariat, dapat diketahui dari faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin laki-laki p Value= 0.045; PR= 2.36; 95 CI= 11.1-5.14, dan peranan teman sebaya p Value= 0.03; PR=3.62; 95 CI=3.62 1.6-8.1.

The large number of adolescent populations will certainly bring consequences on various social and reproductive health issues of adolescents including adolescent sexual behavior issues. This thesis aims to know the description of premarital sexual behavior and factors related to premarital sexual behavior in students of SMKN X Year 2018. This study used a cross sectional study design using primary data on 158 adolescents in SMKN X Year 2018.
The results show that the proportion of risky sexual behavior in adolescent SMKN X is 22,8 with the most respondent 39 s gender is male 50.6, respondents with low knowledge of 76.6, adolescent with positive attitude 58.2, adolescent with working parents 84.2, adolescent with enough pocket money 50.6, adolescents who consider peers do not contribute to sexual behavior as much as 51.3, and adolescents exposed to pornography as much as 93.
Based on bivariate analysis, it can be seen from factors that have significant relationship with teen sexual behavior is gender p Value 0.045, PR 2.36, 95 CI 11.1 5.14, and peer role p Value 0.03 PR 3.62 95 CI 3.62 1.6 8.1.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Pratami
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan perilaku seksual pranikah pada perempuan remaja akhir Keterlibatan ayah didefinisikan sebagai partisipasi ayah dalam berbagai aspek kehidupan anak Finley Schwartz 2004 Perilaku seksual pranikah didefinisikan sebagai segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis yang dilakukan sebelum pernikahan yang sah Sarwono 2012 Seiring dengan berkembangnya teknologi perilaku seksual tidak hanya dilakukan secara fisik namun dapat menggunakan teknologi Pada penelitian ini perilaku seksual mencakup perilaku seksual secara fisik dan menggunakan teknologi Alat ukur yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ayah adalah Father Involvement Scale pada subskala Reported Father Involvemet Scale Finley Schwartz 2004 Sementara alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku seksual pranikah adalah Cyber Physic Sexual Behavior Scale alat ukur yang dikonstruk sendiri oleh peneliti Responden pada penelitian ini berjumlah 1 365 perempuan yang berada dalam masa remaja akhir di Indonesia yaitu berusia 19 22 tahun Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan perilaku seksual pranikah dengan r 0 147 p 0 01 ;This study was conducted to examine correlation between father involvement and premarital sexual behavior among female in late adolescence Father involvement defined as father rsquo s participation in all aspects of their children rsquo s life Finley Schwartz 2004 Meanwhile premarital sexual behavior defined as any sexual behavior that driven by sexual desire with opposite sex before the legal marriage Sarwono 2012 Along with the development of technology sexual behavior can be done not only physically but also using technology This study of sexual behavior includes sexual behavior physically and with the use of technology Father involvement was measured using Reported Father Involvement Scale subscale from an adaptation instrument named Father Involvement Scale Finley Schwartz 2004 and premarital sexual behavior was measured using an instrument constructed by researcher herself named Cyber Physic Sexual Behavior Scale Respondent of this study are 1 365 female in late adolescence aged between 19 22 The result of this study shows that father involvement had significant negative correlation with premarital sexual behavior among female in late adolescent with r 0 147 p 0 01 ;This study was conducted to examine correlation between father involvement and premarital sexual behavior among female in late adolescence Father involvement defined as father rsquo s participation in all aspects of their children rsquo s life Finley Schwartz 2004 Meanwhile premarital sexual behavior defined as any sexual behavior that driven by sexual desire with opposite sex before the legal marriage Sarwono 2012 Along with the development of technology sexual behavior can be done not only physically but also using technology This study of sexual behavior includes sexual behavior physically and with the use of technology Father involvement was measured using Reported Father Involvement Scale subscale from an adaptation instrument named Father Involvement Scale Finley Schwartz 2004 and premarital sexual behavior was measured using an instrument constructed by researcher herself named Cyber Physic Sexual Behavior Scale Respondent of this study are 1 365 female in late adolescence aged between 19 22 The result of this study shows that father involvement had significant negative correlation with premarital sexual behavior among female in late adolescent with r 0 147 p 0 01 , This study was conducted to examine correlation between father involvement and premarital sexual behavior among female in late adolescence Father involvement defined as father rsquo s participation in all aspects of their children rsquo s life Finley Schwartz 2004 Meanwhile premarital sexual behavior defined as any sexual behavior that driven by sexual desire with opposite sex before the legal marriage Sarwono 2012 Along with the development of technology sexual behavior can be done not only physically but also using technology This study of sexual behavior includes sexual behavior physically and with the use of technology Father involvement was measured using Reported Father Involvement Scale subscale from an adaptation instrument named Father Involvement Scale Finley Schwartz 2004 and premarital sexual behavior was measured using an instrument constructed by researcher herself named Cyber Physic Sexual Behavior Scale Respondent of this study are 1 365 female in late adolescence aged between 19 22 The result of this study shows that father involvement had significant negative correlation with premarital sexual behavior among female in late adolescent with r 0 147 p 0 01 ]"
Universitas Indonesia, 2015
S58981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rina Sari S.
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakanpendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dari data Survei RencanaPembangunan Jangka Menengah 2017. Sampel adalah remaja umur 15-24 tahun diIndonesia dengan total sampel 23.821 responden. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui gambaran perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja 15-24 tahun diIndonesia dan faktor-faktor mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwasebanyak 3,7 responden mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah.Analisis Bivariat diperoleh semua faktor predisposisi berhubungan dengan perilakuhubungan seksual pranikah yaitu umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pengetahuankontrasepsi, pengetahuan KRR dan sikap penerimaan terhadap perilaku hubunganseksual pranikah , semua faktor pemungkin tidak ada yang menunjukkan hubungandengan perilaku seksual pranikah, faktor penguat yang berhubungan dengan perilakuhubungan seksual yaitu pengalaman berpacaran. Hasil analisis multivariat didapatkanbahwa variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksualpranikah adalah pengalaman berpacaran dengan OR sebesar 42,67 95 CI = 34,9152,15 .
This study is an analytical descriptive research using a quantitative approachwith Cross Sectional design that analyzes secondary data of RPJMN Survey in 15 24years old adolescents in Indonesia with a total sample of 23,821 respondents. The aimsof this study were to determine premarital sexual behavior in adolescents 15 24 years inIndonesia and influencing factors based on the data of RPJMN Survey 2017. Findingsthat 3.7 of respondents claimed to have premarital sexual intercourse. Bivariateanalysis results in all predisposing factors related to premarital sexual behavior ie age,sex, shelter, contraceptive knowledge, adolescent reproductive health knowledge andattitudes of premarital sexual behavior , all enabling factors unrelated to premaritalsexual behavior, reinforcing factors related to the behavior of sexual relations is theexperience of dating. Multivariate analysis showed that the most dominant variableassociated with premarital sexual behavior was the experience of dating with OR of42.67 95 CI 34.91 52.15 . "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Amelia
"Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di SMA Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi dengan sampel 180 responden yang dipilih melalui simple random sampling. Tujuan penelitian adalah mengetahui determinan yang berpengaruh dan paling dominan terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Hasil penelitian menunjukkan adanya 34,4 remaja memiliki perilaku seksual pranikah dengan risiko tinggi yang diantaranya sekitar 33,9 telah melakukan cium bibir, 16,1 cium leher sampai dada, 13,3 meraba area sensitif, 7,2 menempelkan alat kelamin, dan 5,6 melakukan hubungan seksual. Variabel yang paling dominan adalah peran teman sebaya, dimana remaja yang memiliki peran teman sebaya tinggi memiliki peluang 4,6 kali lebih tinggi untuk melakukan perilaku sekspranikah berisiko tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki peran teman sebaya rendah setelah dikontrol variabel pengetahuan, sikap, dan keterpaparan media pornografi.

This research was conducted by using quantitative method and data analysis was based on cross sectional design. The location of this research was is Senior High School in Jatiasih Bekasi with 180 samples that was selected through simple random sampling. Theo bjectives of this study were to find out the relationship between the determinants with the premarital sexual behavior of adolescents and to find out the dominant variable of premarital sexual behavior of adolescents. The results showed that 34,4 of adolescents had high risk premarital sexual behavior, of which about 33,9 had kissed the lips,16,1 kissed the neck to the chest, 13,3 touched sensitive area, 7,2 had petting, and 5,6 had sexual intercourse. The most dominant variable is the role of peer group, where adolescents with high role of peer group have 4.6 times higher for having high risk premarital sexual behavior than adolescents who have low role of peer group after controlled by variables of knowledge, attitude, and exposure of pornographic media."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfina Abbiya Hermawan
"Masa remaja adalah masa terjadinya pubertas yang memicu timbulnya dorongan seksual untuk melakukan aktivitas seks pranikah. Dampak perilaku seksual pranikah remaja meliputi kehamilan remaja, meningkatnya kasus aborsi, dan penyebaran penyakit menular seksual. Dampak tersebut dapat dicegah bila mempunyai pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan terkait alat kontrasepsi dan perilaku seksual pranikah pada remaja putri di Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan teknik consecutive sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 426 remaja putri pada beberapa kecamatan di Bandung. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia responden yaitu 17.5 tahun, bersekolah di SMA (70.7%), tidak berpacaran (67.4%), beragama Islam (91.1%), teman sebayanya berperilaku seksual pranikah (71.4%), terkadang (78.6%) terpapar konten seksual melalui internet (41%) tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi buruk (61%), serta lebih banyak perilaku seksual pranikah tidak berisiko (52.1%). Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kontrasepsi dan status berpacaran cenderung mendorong perilaku seksual pranikah.

Adolescent stage is a phase when puberty that causes sexual urges to do premarital sex activities takes place. The impacts of premarital sexual behavior in adolescents includes teenage pregnancies, increasing cases of abortion, and outspread of sexual transmitted diseases. Those impacts can be prevented if teenagers have knowledge about contraceptive methods. This research is conducted with the purpose to see the description of knowledge level of contraceptive methods and premarital sexual behavior in adolescents in Bandung. This research used cross-sectional approach with consecutive sampling technique. The sample of this research are 426 adolescent girls from a few sub-districts in Bandung. The result of this research shows that the average age of the respondents are 17.5 years old, currently in high school (70.7%), are not in a relationship (67.4%), have Islamic faith (91.1%), have peers that engage in premarital sexual behavior (71.4%), sometimes (78.6%) exposed to sexual content through internet (41%), have a bad knowledge level of contraceptive methods (61%), and also more engage in safe premarital sexual behavior (52.1%). This research shows that knowledge about contraceptive and relationship status tend to encourage premarital sexual behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanaria Alkai
"ABSTRAK
Fungsi seksual pada perempuan merupakan suatu kondisi yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah efikasi seksual diri. Perempuan dengan kondisi infertil rentan mengalami disfungsi seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi seksual diri dengan fungsi seksual pada perempuan infertil. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan jumlah responden 89 orang perempuan infertil. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Female sexual Function Index dan kuesioner Sexual Self Efficacy for Female. Hasil penelitian adalah adanya hubungan antara domain sensualitas, komunikasi, penerimaan diri pada efikasi seksual diri dengan fungsi seksual pada perempuan infertil, dengan p value < 0,05. Penelitian ini merekomendasikan penelitian lanjutan tentang pengalaman dan mekanisme koping pada perempuan infertil dalam menghadapi kondisinya.

ABSTRACT
Sexual function in women is a condition that can be influenced by many factors, one of which is self sexual efficacy. Women with infertile conditions are susceptible to sexual dysfunction. This study aims to determine the relationship of sexual self efficacy with sexual function in infertile women. The design of the study was cross sectional with 89 infertile women. The instruments used were Female Sexual Function Index questionnaire and Sexual Self Efficacy for Female questionnaire. The result of the research is the relationship between sensuality domain, communication, self acceptance and sexual function in infertile women, with p value "
2018
T50584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>