Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105244 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Rifki
"Korosi pada logam menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Sebagai usaha untuk mencegah terjadinya korosi pada logam yang diakibatkan oksidasi dengan udara luar, maka salah satunya dapat dilakukan dengan pelapisan. Lapis listrik nikel adalah proses mendepositkan logam nikel murni ke permukaan material konduktif secara kimia dengan bantuan arus listrik searah. Nanokristalin NC material merupakan bahan yang penting pada aplikasi industri karena sifatnya yang unik terutama pada sifat mekanik, yaitu pada kekerasan dan daya lekat lapisan. Ada beberapa cara untuk mendapatkan pelapis nanokristalin pada elektrodeposisi seperti rapat arus, proses elektrodeposisi, dan penambahan zat aditif organik, salah satunya adalah sakarin. Penelitian ini menggunakan 2 parameter, yaitu aditif sakarin 0, 0.5, 1.0, 5.0, 10 g/l dan agitasi udara menggunakan agitasi dan tidak menggunakan agitasi . Dari hasil penelitian diatas akan didapatkan hasil ukuran butir bisa di dapatkan dari XRD , ketebalan lapisan, kekerasan uji kekerasan Vickers , laju korosi Uji kabut garam , dan kekuatan daya lekat Heat and quech test . Larutan elektrolit yang umum digunakan dalam industri lapis listrik nikel adalah larutan nikel Watts. Temperatur operasi yang akan digunakan adalah 55 oC dengan tingkat keasaman 4.0-4.2, tingkat keasaman langsung bisa didapatkan berdasarkan formula elektrolit dari Watts bath.Hasil penelitian menunjukkan dengan kenaikan jumlah sakarin dan penambah perilaku agitasi pada proses maka ukuran butir terendah didapat pada angka 35 nm dengan menggunakan sakarin sebanyak 10 g/L, kekerasan tertinggi didapat pada angka 593 HV dengan menggunakan sakarin sebanyak 10 g/L, Tingkat korosifitas terbaik didapat pada grade 8 dalam artian 0,1 dari luas area dengan menggunakan sakarin sebanyak 0, 5, dan 10 g/L, Tingkat adhesifitas terbaik didapat pada klasifikasi 5B tidak terdapat blister dengan menggunakan sakarin sebanyak 0, 5, dan 10 g/L. Semakin meningkatnya jumlah sakarin yang diberikan maka ukuran butir dan tingkat korosifitas akan semakin menurun, sedangkan kekerasan, dan adhesifitas yang akan semakin meningkat. Pemberian agitasi dalam proses akan menjadikan ukuran butir semakin menurun pula.

Corrosion in metal causes many losses. There are efforts to prevent corrosion in metal caused by oxidation with outside air, one of which is by coating. Nickel Electroplating is a process to deposit pure nickel metal into conductive material surface chemically with assistance of direct current. Nanocrystalline NC material is an important material in industry application because its unique nature, mainly mechanical and chemical natures. There are some techniques to obtain Nanocrystalline coating in electro deposition such as current density, mode of electrodeposition, and addition of organic additive substance, one of which is saccharine. This study uses 2 parameters, namely saccharine additive 0, 0.5, 1.0, 5.0, 10 g l , and air agitation using agitation and without using agitation . From the experiment results above, we will obtain a Cristal measurement result it can be obtained from XRD , coating thickness thickness meter , hardness Vickers Hardness , corrosion rate Salt Spray Test , and Kekuatan daya lekat Heat and quech test . Electrolyte solution generally used in nickel elektroplating industry is Watts nickel solution. Operation temperature to be used is 55 oC with acidity level by 4.0 4.2. The results showed that the increase of saccharin amount and the increase of agitation behavior on the process, the lowest crystal size was obtained at 35 nm using saccharin as much as 10 g L, the highest hardness was obtained at 593 HV by using saccharin as much as 10 g L, the best corrosive level Is obtained in grade 8 in terms of 0.1 of the area by using saccharin as much as 0, 5, and 10 g L. The best adhesive level is obtained in the 5B classification no blister using saccharin of 0, 5, and 10 g L. The increasing number of saccharine given will lead to decreasing size of crystallite size and corrosivity and also will lead to the increasing hardness and adhesivity. The provision of agitation in the process to produce size of crystal will be also decreasing."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Falah Herdino
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pengaruh konsentrasi sodium citrate sebagai aditif dan rapat arus terhadap ukuran butir hasil lapis listrik nikel pada baja baja spcc dengan menggunakan Watts bath dengan memvariasikan rapat arus 3-7 A/dm2 dan dengan mengandung sodium citrate 5, 15, 30, 45, 60 g/L. X-ray diffraction dan rumus schehrer digunakan untuk menentukan ukuran butir dari hasil lapis listrik nikel. Hasilnya ukuran butir menurun seiring meningkatnya rapat arus 3-6 A/dm2. Hasil rapat arus terbaik diperoleh pada 6 A/dm2 dengan ukuran butir 16.8 nm. Sedangkan watts bath yang mengandung sodium citrate 45 g/L memperoleh ukuran butir terendah dengan 36.8 nm. Nilai kekerasan, ketahanan korosi dan kekuatan adesif lapisan juga diteliti.

The aim of this work was to investigate the effect of sodium citrate concentration and current density on the grain size of nickel lapis listrik spcc steel. For this purpose, nickel were deposited from a Watts bath with different current densities 3-7 A dm2 and different sodium citrate concentration 5, 15, 30, 45, 60 g L . Xray diffraction and Schehrer equation were used to determine the average gain size of the nickel coatings. The experimental result showed that the coating grains decreased by increasing current densities 3-6 A dm2 . The smallest grain size was obtained with grain size 16.8 nm at current density 6 A dm2. Whereas, nickel lapis listrik with Watts bath containin 45 g L sodium citrate achieved grain size with 36.8 nm. Hardness number, corrosion resistance and adhesive strength were also evaluated in this work."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Baterai Ni-MH (Nickel Meta! Hydride) merupakan salah satu jenis baterai yang dapat diisi ulang, baterai jenis ini mengandung berbagai rnacam mineral antara Iain kobalt dan nikel. Proses daur ulang limbah baterai Ni-MH selain dapat mencegah terjadinya pencemaran, juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tingi.
Hal ini dikarenakan logam nikel dan kobait memiliki harga yang relatif cukup tinggi apabila dibandingkan beberapa logam Iain, seperti besi dan tembaga.
Metod leaching dan eksixaksi cair-cair dapat diterapkan dalam pengambilan kembali logam nikel dan kobalt yang berasal dari Iirnbah elektroda baterai Ni-MH Ekstraktan yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah Cyanex®272 yang dilarutkan dalam kerosin. Percobaan yang dilakukan dalam penelitian adalah proses leaching limbah elektroda baterai, proses ekstraksi nikel serta proses stripping kobalt. Setelah dilakukan serangkaian proses tersebut diharapkan akan diperoleh larutan yang kaya akan logam nikel yang selanjutnya dapat dilakukan proses electrowinning untuk mendapatkan logam murni, namun proses elecirawinning tidak dilakukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diperhatikan terhadap proses leaching limbah padatan yaitu konsentrasi leachate dan waktu kontak. Dalam penelitian ini juga diperhatikan variabel-variabel pada proses ekstraksi, antara Iain pH dan konsentrasi ekstraktan Sedangkan variabel yang di perhatikan ketika melakukan percobaan stripping adalah konsentrasi larutan stripping.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses leaching elektroda baterai Ni-MH dengan menggunakan H2804 mencapai optimal pada konsentrasi HZSO4 sebesar 4 M, dan waktu kontak selama 90 menit. Dengan kondisi tersebut persentase leaching nikel sebesar 91,23% berat. Proses ekstraksi nikel menggunakan ekstraktan Cyanex@272 dengan pelarut kerosin mencapai optimal dengan pH sebesar awal 7 dan konsentrasi Cyanex®272 sebesar 0,018 M. Dengan kondisi tersebut persentase ekstraksi nikel sebesar 86,78% berat. Proses stripping nikel mencapai persentase stripping tertinggi dengan menggunakan H2QSO4 2 M sebagai Iarutan stripping, dimana persentase stripping yang diperoleh sebesar 49,77% berat.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Parah Bararah
"Sakarin merupakan pemanis buatan yang masih banyak digunakan masyarakat, karena sakarin mudah didapat dan harganya murah. Sakarin diisolasi dari sampel pangan dengan menggunakan Carrez dan cartridge C-18, sedangkan isolasi sakarin dalam urin menggunakan cartridge C-18. Berdasarkan hasil penelitian didapat kondisi optimum untuk pengukuran sakarin dengan HPLC detektor UV-Vis adalah dengan komposisi eluen metanol : buffer phosphat 10mM pH 4 perbandingan 10:90 dan panjang gelombang 220 nm. Recovery yang didapatkan dengan menggunakan cartridge C-18 sebesar 95,96%. Batas deteksi (LOD) dalam penelitian ini mencapai 0,193 ppm sedangkan batas kuantifikasi (LOQ) mencapai 0,644 ppm.
Hasil penelitian membuktikan sakarin teridentifikasi pada sampel pangan yang dijual bebas tanpa izin produksi dan juga teridentifikasi dalam sampel urin siswa SDN Sukamaju 1 Depok dan siswa SDIT Al-Mughni Jakarta. Kadar sakarin tertinggi dalam sampel urin responden SDN Sukamaju 1 Depok adalah 93,37 mg/L dan untuk kadar sakarin tertinggi dalam sampel urin responen SDIT Al-Mughni Jakarta adalah 62,47 mg/L. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30404
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Samantha Aziza Nurarani
"Indonesia memiliki deposit bijih nikel yang kaya dan terak nikel adalah salah satu hasilnya. Terak nikel memiliki elemen berharga di dalamnya, oleh karena itu pemanfaatan lebih lanjut diperlukan. Dalam penelitian ini, unsur-unsur berharga dicapai oleh pyrometalurgi di mana arang tempurung kelapa sawit digunakan sebagai reduktor yang dianggap sebagai opsi yang lebih baik karena karakteristiknya yang ramah lingkungan dan sifat fungsionalnya yang mirip dengan bahan bakar fosil. Proses pyrometalurgi dilakukan dengan memanaskan bijih nikel ukuran # 200 mesh menggunakan tungku karbolit CWF 11/13 dengan perbandingan massa kulit inti sawit masing-masing adalah 5%, 10%, 15%, 20% dan penambahan natrium sulfat 10% dengan suhu operasi pada 1000oC selama 60 menit. Hasil reduksi kemudian diikuti dengan pemisahan magnetik menggunakan nippon magnetic dressing tipe 39000. Hasilnya diuji dengan ICP-OES ,XRD. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kandungan pengotor dominan yang berupa SiO2 berkurang karena penambahan kulit biji sawit dan besi dari senyawa Forsterite yang kaya Fe akan dibebaskan dan akan mengikat belerang yang berasal dari natrium sulfat menjadi bentuk. troilite (FeS). Hal ini menghasilkan peningkatan kandungan mineral berharga yang ada di terak nikel.

Indonesia has rich deposit of nickel ore and nickel slag is one of the outcome. The nickel slag has valuable elements in it, therefore further utilization is needed. In this research, the valuable elements was achieved by pyrometallurgy where the palm kernel shell charcoal is used as reductor which considered as better option because of its environmental friendly characteristic and the functional properties resemble to fossil fuels. The pyrometallurgy process is done by heating the nickel slag size #200 mesh using furnace carbolite CWF 11/13 with the mass ratio palm kernel shell are 5% ,10%, 15%, 20% respectively and the addition of natrium sulphate 10% with operating temperature at 1000oC for 60 min. The result of the reduction then follows with magnetic seperation using nippon magnetic dressing type 39000. The result was tested with XRD. The results of the study explain that the content of the dominant impurities which is in the form of SiO2 decreases as the addition of palm kernell shell and iron from Fe-rich Forsterite compounds will be liberated and will bind to sulfur derived from sodium sulfate to form troilite (FeS). This results in an increasing content of valuable minerals present in the nickel slag.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Donauw
"Dalam deposit minyak dan gas bumi banyak terdapat gas karbon dioksida dalam jumlah yang banyak. Dengan adanya kondensasi uap air dapat membentuk larutan yang mengandung CO. jenuh yang korosif. Pada penelltian ini digunakan tiga jenis material baja yang umum digunakan pada lingkungan minyak dan gas bumi dengan jumlah kandungan N~Cr yang berbeda, dan didefinisikan sebagat baja paduan Ni-Cr rendah, sedang dan tinggL Pengujian dilakukan dengan metode polarisasi Tafel pada temperalur 30, 40 dan 60 °C. Pada pangujian digunakan labu korosi dan gas co, ditiupkan ke dalam air suling terus-menerus selama pengambilan data. Pengambilan data dengan menggunakan potensiodinamlk dan program GMS 100 di laboratorium pengujian polarisasi, Balai Korosi Metalurgi, Pusprtek Serpong. Dari hasil pengujian komposisi, baja paduan N~Cr rendah mempunyai kandungan paduan di bawah 0.1% kecuali Mn 0.63%. Paduan Ni-Cr sedang mengandung paduan utama Cr 17.2837% dan Ni 10.3241%. Paduan Ni-Gr linggi mengandung Gr 23.2853% dan Ni 5.6664%. Ketahanan korosi baja paduan Ni-Cr rendah pada temperalur 30, 40 dan 60 °C sebesar 0.428, 0.352 dan 0.199 mpy'1 • Pada temperalur 30, 40 dan 60 "c ketahanan korosi baja peduan Ni-Gr sedang sebesar 1.504, 29.412 dan 18.182 mpy-' dan baja peduan Ni-Cr linggi sebesar 3.363, 36.462 dan 32.258 mpy"1 • Baja paduan Ni-Cr mempunyai ketahanan korosi tertinggi pada lemperatur 30 •c, paduan Ni-Cr sedang pada temparatur 40 •c dan paduan Ni-Gr tinggi juga pada temperatur 40 °G. Dan ketiga material, baja paduan Ni-Cr tinggi mempunyai ketahanan korosi paling tinggi. Pada paduan 10%Ni-17%Cr dan paduan 6%Ni- 23%Cr memberikan pengaruh temadap peningkatan kelahanan korosi di dalam larutan C02 jenuh pada temparatur 30, 40 dan 60 °C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfan Togar
"Stainless steel 17-4 PH merupakan salah satu jenis breket ortodonti yang digunakan dalam kedokteran gigi karena memiliki sifat mekanik yang baik, ekonomis, dan biokompatibel. Namun, sifat mekanik dan fisiknya dapat beragam sesuai dengan temperatur heat treatment yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aging di suhu 5400C terhadap analisa biodegradation material, kekerasan, ketahanan korosi, struktur mikro, dan biokompatibilitas in vitro dengan melihat lepasan ion Nikel yang dapat menimbulkan reaksi alergi di dalam artificial saliva. Proses age hardening dilakukan dalam dua tahapan. Langkah pertama adalah solution treatment dengan memanaskan spesimen pada temperatur 10800 C. Kemudian dilakukan proses pendinginan cepat sampai temperatur kamar menggunakan media oli. Langkah selanjutnya adalah proses aging di temperatur 5400C dengan waktu penahanan empat jam yang didinginkan di oli. Hasil akan dianalisa sebelum dan sesudah heat treatment menggunakan mikroskop optik untuk melihat perubahan mikrostruktur, EDS-SEM untuk membuktikan terbentuknya presipitat, metode polarisasi untuk mengetahui perubahan laju korosi material, uji hardness dengan Vickers, dan biokompatibilitas in vitro dengan cara merendam sampel dalam artifisial saliva selama 15, 21 dan 28 hari untuk melihat perbandingan jumlah ion nikel yang terlepas menggunakan atomic absorption spectroscopy. Morfologi permukaan sebelum dan sesudah periode perendaman dianalisa menggunakan SEM. Hasil penelitian menunjukan bahwa sampel mengalami hardening sebesar 16% dari kekerasan awal 35 HRC menjadi 41 HRC. Laju korosi material menurun setelah heat treatment dari 0.26072 mm/year menjadi 0,020012 mm/year. Optical microscope menunjukkan perubahan mikrostruktur menjadi martensit temper dan δ-ferrite, serta tumbuhnya presipitat di sekitar batas butir. Analisa EDS-SEM menunjukkan presipitat Cu terbentuk setelah proses pemanasan dan memicu terbentuknya fasa Ni-rich di sekitar presipitat Cu. Gambar SEM menunjukkan adanya scale dan micro-pit yang semakin besar seiring dengan peningkatan periode perendaman ditandai dengan peningkatan weight loss material. Hasil ion nikel yang terlepas <0,09 mg/L selama periode perendaman. Hasil penelitian membuktikan bahwa ion logam dalam kondisi eksperimental adalah baik karena konsentrasi di bawah nilai kritis yaitu 600 - 2500 μg untuk mengurangi risiko alergi dan di bawah tingkat asupan harian makanan sebesar 300-500 μg sehingga tergolong material yang biokompatibel untuk aplikasi ortodonti.

Stainless steel 17-4 PH is one of a commercial orthodontic brackets type that has been used today in the field of dentistry because it has good mechanical properties, economical value, and biocompatible although the mechanical properties can be varied depends on the temperature of age hardening. The aim of the research is to study the effect of age hardening at 5400C on biodegradation of material, alteration hardness, corrosion resistance, microstructure, and biocompatibility in vitro to determine the ion release of Nickel concentration in artificial saliva. The age hardening treatment is done by 2 steps. Firstly, solution treatment at 10800C, then quench to room temperature with oil medium. Secondly, the material is tempered at 5400C for 4 hours, then quench with oil medium. Sample is analyzed before and after heat treatment using optical microscope to see the change in microstructure, EDS-SEM analysis to prove the forming of precipitate, polarization method to measure the corrosion rate and hardness test using Vickers method to identify the hardness of material. Biocompatibility in vitro is tested after immersing the material in artificial saliva for 15, 21, and 28 days to demonstrate and compare the ion release of Nickel concentration using atomic absorption spectroscopy. The surface morfology of stainless steel 17-4 PH is investigated using Scanning Electron Microscop (SEM) before and after immersing the sample in the period of time. The result showed that there was 16% increase of hardening effect which results to the change of hardness from 35 HRC to 41 HRC. The corrosion rate decreased after heat treatment, from 0.26072 mm/year to 0.020012 mm/year. Optical microscope showed the microstructure of heat treated stainless steel were tempered-martensite and δ-ferrite, with precipitate along grain boundaries. EDS-SEM analyzed that Cu precipitates were formed because of age hardening and it was found that there was an enrichment of Ni at the Cu precipitate-matrix interface. SEM captured scale and the micro-sized pitting were getting bigger along the increasing of immersing time which can be proved by the increasing of weight loss. Nickel ion release test showed that the value was below 0,09 mg/L for all immersing periods. Results showed that metal ions released in this experimental condition were well below the critical value which is 600 ? 2500 μg to induce allergy and below daily dietary intake level (300-500 μg) and it is considered to be a biocompatible material for orthodontic application."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siallagan, Sonia Taruli
"ABSTRACT
Ukuran butir merupakan salah satu faktor penting untuk mengamati sifat mekanis suatu material polikristalin terutama pada kekerasan serta ketahanan korosi. Penelitian terdahulu melakukan beberapa pengaturan parameter uji lapis listrik nikel, yang salah satunya dilakukan dengan penambahan aditif untuk mendapatkan lapisan nikel nanokristalin. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengamati pengaruh penambahan sakarin pada proses lapis listrik nikel terhadap perubahan ukuran butir deposit dan ketahanan korosi lapisan nikel. Proses lapis listrik dilakukan dengan menggunakan larutan Watt bath pada temperatur 50-55oC dimana baja SPCC digunakan sebagai substrat yang ingin dilindungi. Pada penelitian ini sakarin ditambahankan pada larutan Watt bath dengan variasi konsentrasi sebanyak 0g/L, 1g/L, 3g/L dan 5g/L. Hasil pelapisan listrik dikarakterisasi melalui beberapa pengujian, yaitu pengamatan makro dengan menggunakan Optical Microscope, Secondary Electron Microscope SEM digunakan untuk mengamati perubahan struktur deposit, X-Ray Diffraction XRD digunakan untuk menghitung ukuran butir, thickness meter untuk mengukur ketebalan lapisan dan perilaku korosi diamati melalui pengujian Linear Polarization dan Electrocemical Impedance Spectroscopy EIS. Hasil pengujian menunjukan adanya perubahan struktur deposit setelah penambahan sakarin. Tanpa penambahan sakarin butir deposit memiliki struktur menyerupai piramidal dan polihedral kristal. Sementara setelah penambahan sakarin, butir deposit memiliki struktur globular yang berkoloni. Ukuran butir terhalus yaitu berukuran 17.39nm didapat dengan penambahan 5g/L sakarin. Ketebalan lapisan nikel yang terbentuk mengalami penurunan seiring penambahan sakarin. Hasil pengujian EIS diketahui pada sampel dengan butir terkecil yaitu 17.39nm memiliki nilai tahanan transfer muatan Rct dan tahanan lapisan pasif Rf tertinggi yaitu sebesar 3267? dan 83.4? yang diindikasi memiliki ketahanan korosiyang baik. Hal ini diverifikasi melalui hasil pengujian linear polarization dimana diketahui pada penambahan 5g/L memiliki nilai laju korosi terendah yaitu 0.024mm/year.

ABSTRACT
The Grain size is one of the factors that affects mechanical properties and corrosion resistance of polycrystalline material. In metallic coating process there are several ways to obtain nanocrystalline deposit and one them is by using additives. The previous studies have suggested that the addition of saccharin during the nickel electroplating process will produce nanocrystalline grains that can increase corrosion resistance. This study used watts bath solution for nickel electroplating with the current density used is 6 A dm2 for 20 minutes and by adding saccharine as much as 0g L, 1g L, 3g L and 5gr L. The grains deposit were observed by using the X Ray Diffraction XRD method while the corrosion mechanism was observed and measured by using Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS and Linear polarization methods. The test results indicate a change in the structure of the deposit after the addition of saccharin. Without the addition of saccharine the deposit grains have a pyramidal like structure and a polyhedral crystalline, while after the addition of saccharin, the deposit grains have a colonized globular structure. The finest grain size of 17.39nm is obtained by the addition of 5g L saccharin. The thickness of the formed nickel coating decreases with the addition of saccharin. The result of EIS test is known in the sample with the smallest grain of 17.39nm has the highest charge transfer resistance Rct and passive resistance Rf value of 3267 and 83.4 which is indicated have good corrosion resistance. This is verified by the results of the linear polarization test which is known at the addition of 5g L has the lowest corrosion rate value of 0.024mm year."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mohammad Aditya Wardhana
"ABSTRAK
Sakarin banyak digunakan di berbagai industri. Selain digunakan pada industri sakarin juga diderivatisasi dan diuji aktivitas biologisnya, seperti antioksidan, antibakteri, antikanker, dan antiinflamasi. Basa Mannich diketahui dapat meningkatkan berbagai aktivitas biologis. Salah satu amin yang digunakan untuk mensintesis basa Mannich adalah 2,6-dimetilmorfolin yang menunjukkan profil farmakologis dengan spektrum luas. Derivatisasi sakarin dengan basa Mannich memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan, selain itu derivatisasi sakarin belum banyak dilakukan sehingga perlu digali lebih lanjut. Eksperimen ini bertujuan untuk memperoleh derivat sakarin yang tersubstitusi basa mannich 2,6-dimetilmorfolin. Sintesis derivat sakarin dilakukan dengan menggunakan reaksi Mannich, dengan 2,6-dimetilmorfolin dan 4-metoksibenzaldehid. Hasil sintesis berupa cairan kental berwarna kuning cerah dengan rendemen crude 89,67 . Produk hasil sintesis lalu dimurnikan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif dengan hasil rendemen 5,64 . Uji kemurnian dilakukan menggunakan kromatografi lapis tipis dan densitometri. Setelah itu strukturnya dielusidasi menggunakan spektrofotometri FTIR dan spektrofotometri 1H-NMR. Hasil interpretasi spektrofotometri FTIR menunjukkan adanya perubahan struktur dari senyawa pemula, namun interpretasi spektrum 1H-NMR berbeda dengan apa yang diprediksi. Berdasarkan data yang didapat, hasil sintesis sudah terbentuk namun kurang stabil dan diduga terurai kembali.

ABSTRACT
Saccharin is widely used in many industries. Besides being used in the industry, saccharin also derivatized and being tested for its biological activity, such as antioxidant, antibacterial, anticancer, and antiinflammation. The Mannich base is known to enhance various biological activities. One of the amines used to synthesize a potent Mannich base is 2,6 dimethylmorpholine which exhibits a broad spectrum pharmacological profile. The derivatization of saccharine with Mannich base has high potential to be developed. Besides derivatization of saccharin has not been done so much and need to be explored further. This experiment aims to obtain a derivate of substituted saccharine with mannich 2,6 dimethyl morpholine. Synthesis of saccharin derivatives was performed using Mannich 39 s reaction, with 2,6 dimethylmorpholine and 4 methoxybenzaldehyde. The result of synthesis is bright yellow liquid with yield of crude 89,67 . The synthesis product was then purified by preparative thin layer chromatography with yield of 5.64 . The purity test was performed using thin layer chromatography and densitometry. After that the structure was elucidated using FTIR spectrophotometry and 1H NMR spectrophotometry. The results of the FTIR spectrophotometric interpretation indicate a structural change of the compound, but the interpretation of the 1H NMR spectrum is different from what was predicted. Based on the data obtained, the synthesis results are formed but less stable and allegedly decomposed again."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>