Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114387 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damar Jinanto
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tema ideologi teks novel Les toiles de Sidi Moumen dan film Les Chevaux de Dieu melalui kajian alih wahana. Pengungkapan ideologi teks diperoleh dengan menggunakan pendekatan struktural dan analisis wacana kritis dari kedua karya. Hasil penelitian ekranisasi ini mengungkapkan ideologi teks yang berbeda, khususnya dalam perubahan citraan tokoh fundamentalis. Unsur naratif dan sinematografis film menghilangkan beberapa gagasan yang ada di dalam struktur naratif novel, seperti latar belakang keluarga, kisah cinta, pelampiasan hawa nafsu, dan aspek emosional tokoh. Wahana film mengutamakan interaksi antartokoh untuk membentuk tokoh fundamentalis. Tesis ini memberikan pemahaman bahwa hasil ekranisasi mampu menampilkan citraan tokoh fundamentalis Islam sebagai bentuk kesadaran diri pada nilai kemanusiaan yang terdapat di dalam novel dan sebagai sebuah internalisasi praktik kekuasan yang tidak disadari tokoh dalam film.

ABSTRACT
This study aims at showing the changes of ideology of the text in the novel Les toiles de Sidi Moumen and in its film adapation which goes under the title of Les Chevaux de Dieu. To unravel the ideology of the two texts, this study uses the structural approach and critical discourse analysis. The results reveal that the narrative and cinematographic elements of the film incite some changes in the images of the fundamentalist characters. The changes indicate that there are some eliminations of the following elements from the narrative structure of the novel a family background a love story a lust and emotional aspects of the characters. This thesis provides an understanding that the imagery of the fundamentalist characters could be shown as a self consciousness on the value of humanity in the characters through the novel and as an internalization of power practices, which are not recognized by the characters in the film."
2017
T48139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusi Asnidar
"Majas personifikasi merupakan salah satu bentuk kiasan yang melekatkan sifat insani pada benda tak ternyawa dan ide abstrak. Majas personifikasi sering menimbulkan masalah dalam penerjemahan karena bersifat khas pada bahasa. Berdasarkan bentuknya, majas personifikasi dapat diterjemahkan dengan menggunakan bentuk figuratif dan bentuk nonfiguratif.
Penerjemahan majas personifikasi BSu ke BSa berbentuk: 1) penerjemahan majas personifikasi BSu menjadi majas personifikasi BSa, 2) penerjemahan majas personifikasi BSu ke majas personifikasi BSa, 3) penerjemahan majas personifikasi BSu ke metafora BSa yang sepadan, 4) penerjemahan majas personifikasi BSu ke simile BSa yang sepadan, 5) penerjemahan majas personifikasi BSu ke idiom BSa yang sepadan, 6) penerjemahan majas personifikasi BSu menjadi bentuk nonfiguratif BSa.
Prosedur yang ditemukan dalam penerjemahan data meliputi transposisi dan modulasi. Transposisi berupa geseran tataran gramatikal ke tataran kata, dan geseran kategori yang meliputi geseran struktur, unit, kelas kata dan intrasistem. Geseran bentuk disebabkan perbedaan sistem dan kaidah bahasa Prancis sebagai BSu dan bahasa Indonesia sebagai BSa. Geseran ini juga dilakukan untuk mengisi kesenjangan leksikal dalam BSa. Modulasi yang ditemukan meliputi geseran sudut pandang, cakupan makna, dan modulasi bebas berupa eksplisitasi dan implisitasi. Modulasi bebas lain yang ditemukan adalah pemadanan bentuk negatif ganda yang menjadi bentuk positif dalam BSu. Geseran makna dalam penerjemahan data ini dilakukan untuk menciptakan keberterjemahan, yakni kewajaran dan kesetalian makna dalam BSa.
Berdasarkan kesepadanannya dari 136 data majas personifikasi BSu yang diterjemahkan ke BSa terdapat 135 data terjemahan yang sepadan dan hanya 1 data terjemahan yang tidak sepadan. Ketidaksepadanan dalam penerjemahan data terjadi karena penerjemah ingin mempertahankan bentuk BSu dan unsur estetis kebahasaan.

Personification is one of figures of speech which renders the inanimate and abstract ideas animate or human, As a figurative item, it's hard to be translated literally, There are two forms of personification translation, figurative and nonfigurative form.
This research aimed at investigating: 1) the forms of the translation, 2) the procedures used in translating SL personification into TL personification, and 3) the factors causing both equivalence and nonequivalence between SL personifications and their translation in Indonesian.
One hundred and thirty six data were collected from Le Noeud de Viperes, a French Novel from Francois Mauriac and their translation in Indonesian from Jalinan War Berbisa, translated by Ida Sundari Husen. Based on form and equivalence, the findings of this research are: 1) Translation of SL personification in equivalent TL personification, 2) Translation of SL personification in nonequivalent TL personification, 3) Translation of SL personification in equivalent TL metaphor, 4) Translation of SL personification in equivalent TL simile, 5) Translation of SL personification in equivalent TL idiom, 6) Translation of SL personification in equivalent TL nonfigurative form.
Based on procedure translation analysis, the findings are: 1) transposition that included: level shill (from grammar to lexis), unit, structure, class, and intra-system shift, 2) Modulation that included: free modulation, Point of view shift, and lexical field shift. Procedures play an important role in creating translation equivalence. The translation nonequivalence is caused by formal correspondence and Language esthetics factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Ramadhan
"Penelitian ini mengkaji tentang penggunaan gaya bahasa dan fungsi pada kalimat protes berbahasa Belanda dari Women’s March Nederland 2020. Women’s March merupakan sebuah aksi tahunan dari gerakan feminisme modern yang dimulai di Amerika Serikat pada tahun 2017. Acara tersebut kemudian diadopsi oleh banyak negara, salah satunya adalah Belanda. Penelitian ini berfokus pada jenis-jenis gaya bahasa dan fungsi gaya bahasa dalam 20 kalimat protes. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan gaya bahasa dan fungsi apa saja yang ditemukan dalam kalimat protes Women’s March Nederland 2020. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori gaya bahasa dan fungsi yang dikemukakan oleh Wiertzema dan Jansen dan juga menggunakan metode deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada cuplikan video Women’s March Nederland 2020 terdapat 16 jenis gaya bahasa yang digunakan dan gaya bahasa yang mendominasi adalah gaya bahasa aliteratie, anafoor, dan optatie. Keseluruhan fungsi gaya bahasa ditemukan dan fungsi yang mendominasi adalah fungsi untuk mempertegas pesan, untuk menambah daya tarik, dan untuk mengutarakan kritik. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan perhatian masyarakat dan mengingatkan publik akan adanya isu sosial yang masih harus ditangani.

This study examines figures of speech and their function in the Dutch protest sentences of Women's March Nederland 2020. Women's March is an annual protest action of the modern feminist movement that was started in the United States in 2017. It was later adopted by many countries, one of which is the Netherlands. This study focuses on the types of figures of speech and their function in a protest sentence. This study aims to describe what figures of speech are found in the Women's March Nederland 2020 protest sentences and their functions in these sentences. The research is based on the theory of Wiertzema and Jansen in their book ‘Spreken in Het Openbaar’ regarding figures of speech and their function, and conducted using the qualitative descriptive method. The results showed 16 types of figures of speech used, and the most frequently used figures of speech were aliteratie, anafoor, and optatie. All figures of speech functions were found and the most frequently used functions are to emphasize a message, to make a sentence more interesting, and to express criticism. These functions are needed to attract attention and remind the public of social issues that still need to be addressed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Tri Yusma
"Surat kabar merupakan salah satu media komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi tentang berbagai macam hal. De Telegraaf, De Volkskrant, Trouw, NRC Handelsblad dan De Pers merupakan lima surat kabar populer Belanda. Seperti kebanyakan surat kabar lainnya, kelima surat kabar tersebut memiliki moto. Moto merupakan kalimat, frasa, atau kata yg digunakan sebagai semboyan, pedoman, atau prinsip. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya bahasa apa yang digunakan pada moto dan menjelaskan keterkaitan antara ideologi dengan moto yang digunakan lima surat kabar tersebut. Berdasarkan hasil analisis ditemukan adanya keterkaitan antara moto dan ideologi surat kabar. Selain gaya bahasa ellips yang ditemukan pada moto kelima surat kabar Belanda tersebut, terdapat pula beberapa gaya bahasa lainnya seperti metonimia, pars pro toto, sinekdote dan totum pro parte, repetisi, paradoks, dan personifikasi.

The newspaper is one of the communication medium that can meet the needs of the public to gather various of information. De Telegraaf, De Volkskrant, Trouw, NRC Handelsblad and De Pers are five popular newspapers in the Netherlands. Like many other newspapers, all the newspapers have a motto. The motto is a sentence, phrase, or word which is used as a slogan, guidelines, or principles. This study aims to identify the figure of speeches that are being used in the motto's of the 5 most populair newspapers and to identify the association between the motto’s and the ideology of the newspapers. The analysis shows a strong correlation and association between the motto's and the ideology of the newspapers. Besides the elliptical styles, other figures of speech, such as metonymy, pars pro toto, sinekdote and totum pro parte, repetitions, paradox, and personification are identified in all five newspapers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaeman
"Invasi Amerika di Irak dilatarbelakangi oleh asumsi kepemilikan senjata pemusnah massal, keterlibatan Rezim Saddam dengan jaringan teroris internasional, dan usaha membangun sebuah pemerintahan yang demokratis. Hal ini menjadi perlu bagi Amerika, mengingat Saddam mempunyai track record yang buruk dengan masyarakat internasional. Tindakan ofensifnya pernah menyulut perang delapan tahun dengan Iran (1980-1988) dan juga invasi Kuwait (1990) yang berakhir dengan keikutsertaan tentara multinasional di Irak.
Hancurnya World Trade Centre-New York, 11 September 2001, penyerangan Markas Militer dan Intelejen Amerika-Pentagon merubah perspektif Amerika terhadap pentingnya menjaga kedaulatan (souverignity), keamanan (security) was tindakan-tindakan teror yang tidak manusiawi, kalau tidak mau disebut biadab. Berubahnya arah kebijaksanaan luar negeri Amerika dari containment (penangkalan) dan deterrence (penangkisan) menjadi preemptive strike (serangan dini) dan defensive intervention (intervensi defensif) lebih dipicu oleh jatuhnya rival ideologi-militer Amerika, Uni Soviet tahun 1989 dan juga pencarian "new enemy" sebagai upaya balance of power.
Kehadiran tentara penundukan yang dipimpin oleh Amerika di Irak berhasil menjatuhkan Rezim Saddam, 9 April 2003. Akan tetapi, situasi dan kondisi ini justeru melahirkan permasalahan baru, yaitu (I) suasana chaos dan (2) perebutan kekuasaan dari tiga faksi politik di Irak, yaitu Syi'ah (Irak Selatan), Sunni-Arab (Irak Tengah) dan Sunni-Kurdi (Irak Utara). Jatuhnya pemerintahan sementara ke dalam tiga faksi tersebut disambut Amerika dengan tindakan politis dan militer. Amerika justru membentuk Pemerintahan Sipil untuk Irak (CPA) kemudian CPA yang dipimpin oleh Amerika membentuk Dewan Pemerintahan Sementara Irak. Tidak hanya itu tentara penundukan pun berusaha melenyapkan penguasa-penguasa sementara Irak tersebut dengan kekuatan militer.
Munculnya tentara al-Mahdi sebagai representasi Muslim Syi'ah (Irak Selatan) yang berpusat di Najaf dan Karbala begitupun juga gerakan Tawhid wal Jihad (gerakan jihad internasional) yang berkolaborasi dengan fundamentalis Islam Sunni di Irak Tengah, Falujah, sebagai fenomena yang wajar dan logis mengingat hak menentukan nasibnya sendiri (self determination) yang tidak bisa dimonopoli oleh bangsa ataupun negara manapun, apalagi Amerika. Baik tentara al-Mahdi maupun gerakan Tawhid wal Jihad mempunyai tujuan yang sama, yaitu tegaknya pemerintahan Islam dan supremasi hukum Islam di Irak.
Dengan demikian, penulis mencoba mendeskripsikan bentuk dan proses perjuangan kedua gerakan tersebut melalui paradigma positifisme, pendekatan studi kasus dan setting sejarah setelah jatuhnya era Saddam yang dibatasi hingga 30 Januari 2005 bertepatan dengan pemilu pertama di Irak post-Saddam.

The alleged possession of mass destruction weapons and involvement of the Saddam Regime in an international terrorist network and the establishment of a democratic government have been the major backgrounds or assumptions enforcing the United States and its alliances to carry out a massive invasion to Iraq. Saddam regime's bad track records in the international communities' eyes, including its provocation triggering the 8- year war between Iraq and its neighboring country, Iran (1980-1999), and its invasion to another neighboring country, Kuwait, which was ended up by the presence of multinational troops in Iraq, had been another justification for the US to invade Iraq.
Terrorists' attacks to the World Trade Center-New York, on September 11, 2001, and to the US Military and Intelligence Headquarters in Pentagon have changed the way of how the USA views its sovereignty and security and terrorists' inhuman and cruel attacks. But actually, the US Government changes its international policies from containment and deterrence to preemptive strikes and defensive intervention were triggered more by the fall of the US' ideological and military rival, the Soviet Unions in 1989, and by the will to seek a "new enemy" for balance of power.
The presence of the US-led aligned troops in Iraq has successfully ousted the Saddam Regime in April 9, 2003. Sadly, this new situation and condition have resulted in the birth of two new complicated problems, i.e. chaotic situation in Iraq and power struggle among three major factions in Irak, namely Shia (in South Iraq), Sunni-Arab (in Central Iraq) and Sunni-Kurds (in North Iraq). The US responded the fall of power to three factions with political and military actions. The US formed the Coalition Provisional Authority (CPA). Afterwards, the US--led CPA established Iraqi Interim Government. Further, the aligned forced have tried to use their military power to exterminate those temporary rulers in Iraq.
The emergence of al-Mahdi Army representing Shiite (South Iraq) and having its central power in Najaf and Karbala and Tawhid wal Jihad (International Holly War Movement) are having collaboration with Sunni Islamic fundamentalists in Central Iraq. Falujah, is a logical phenomenon due to the self determination right that cannot be monopolized by any nation or country, let alone the United States of America. Both al-Mahdi and Tawhid wal Jihad militia have the same objective, Le. to establish Islamic government and to uphold Islamic law supremacy in Iraq.
The writer tries to describe the formation and struggle of both movements by using positivism paradigm and a case study approach. The post-Saddam historical setting will be limited until January 30, 2005, when the first post-Saddam election was held.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Kurniady
"ABSTRAK
Samuel Huntington dalam "the Clash of Civilazation" menyebutkan signifikansi budaya dalam menganalisa fenomena hubungan internasional pasca perang dingin. Begitupun kontemplasi dari Francis Fukuyama dan Barry Smart menyebutkan faktor-faktor budaya cukup berperan dalam interaksi antar bangsa pasca perang dingin.
Produk para ilmuan di atas telah membangkitkan keingintahuan penulis mengkaji fenomena hubungan internasional dalam konteks signifikannya budaya dalam interaksi antar bangsa. Fenomena hubungan internasional yang akan menjadi fokus perhatian di dalam studi ini adalah munculnya kekuatan Islam sebagai alternatif penyaring kebudayaan Barat. Samuel Huntington telah menyebutkan bahwa Kebudayaan Barat telah mengalami pergeseran pengaruh dan berusaha mereidentifikasikan diri dan mereinventarisasikan kembali pengaruh besarnya. Dalam proses tersebut kebudayaan Barat menemukan munculnya kekuatan baru dan berhadapan dengan kebudayaan Islam dan Cina. Pengaruh kebudayaan ini cukup besar, yaitu sebagai pembanding dari kebudayaan Barat. Realita yang terjadi di negara-negara Timur Tengah dan beberapa negara Islam lainnya ternyata telah menghadapkannya pada posisi yang berlawanan dengan kepentingan Barat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Aljazair, Revolusi Islam Iran, Libia, Iraq dan masyarakat di negara-negara Islam lainnya seperti Palestina memiliki kecenderungan untuk menolak kebudayaan Barat. Mereka secara relatif mungkin dapat menerima modernisasi tetapi tidak berarti harus menerima kebudayaan Barat itu. Keengganan mereka merupakan merupakan response akibat mengemukanya ketidakadilan dan dominasi yang dilakukan pihak Barat dalam interaksi internasional.
Dari paparan kerangka teoritis di atas, penulis mencoba merumuskan masalah penelitian , yaitu "Apakah Fundamentalisme Islam merupakan reaksi terhadap kebijakan Amerika Serikat terhadap Israel' dalam perjanjian Palestina Israel (1991-1993) ?" Dengan bertujuan untuk memahami bahwa dalam studi hubungan internasional, faktor-faktor di luar power atau keamanan konvensional dapat mempengaruhi hubungan antar negara. Salah satu faktor itu adalah pengaruh dari budaya (agama). Dalam penelitian ini juga akan menyangkut persepsi terhadap unsur budaya yang merupakan Fundamentalisme Islam yang akan dilihat keterhubungan antar variabelnya dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat, maka penulis mencoba mengaplikasikan model sistemik dengan metode penelitian "content analysis" untuk mencari hubungan pengaruh antara kedua variabel penelitian itu melalui verifikasi hipotesa.
Hasil penelitian ini adalah bahwa Fundamentalisme Islam merupakan reaksi terhadap kebijakan Amerika Serikat terhadap Israel. Sementara itu, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Peta Fundamentalisme Islam, mulai sumbernya di Barat sampai imbasnya dalam bentuk Fundamentalisme Lokal, menunjukkan persoalan fundamentalisme ternyata amat kompleks. Banyak faktor yang turut mempengaruhi, tidak hanya faktor sosial ekonomi tapi juga politik dan budaya.
Studi-studi tentang Fundamentalisme Islam seharusnya mendapat tempat yang besar di dalam kerangka pemikiran para peneliti oleh karena dewasa ini muncul fenomena Islam dalam hubungan internasional yang dapat mempengaruhi hubungan antar negara."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Razanah Balqis
"Sistem pemikiran serta gerakan politik fundamentalisme Islam berkembang pesat di Aljazair pasca kolonialisme Prancis guna menjawab tantangan-tantangan modernitas, baik internal maupun eksternal. Agama Islam pun terbawa arus pergolakan sosial seiring dengan upaya mereka dalam membentuk suatu wilayah yang memiliki makna strategis dalam bidang ekonomi dan militer sebagai respon terhadap berbagai isu serta konflik di Aljazair. Berkembangnya paham fundamentalisme Islam berdampak besar terhadap kesejahteraan perempuan di Aljazair, perempuan dianggap lebih lemah dan diharapkan lebih rendah daripada laki-laki. Artikel ini berupaya membahas kritik terhadap paham fundamentalisme Islam di Aljazair yang terdapat dalam novel L'Interdite (1993) karya Malika Mokeddem. Novel ini mengisahkan seorang perempuan yang memiliki konflik batin dengan lingkungan di negara asalnya, yakni Aljazair. Dengan metode kualitatif, penelitian ini menggunakan teori Sekuen oleh Schmitt dan Viala (1982), teori Feminisme Liberal oleh Betty Friedan (1963), dan teori Écriture Féminine oleh Hélène Cixous (1975). Hasil analisis mengemukakan kehadiran Mokeddem sebagai écriture feminine telah berperan dalam menyuarakan pendapatnya atas tindakan-tindakan yang menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender dan penguatan budaya patriarki yang disebabkan oleh berkembangnya paham fundamentalisme Islam, khususnya di Aljazair.

The thought system and political movements of Islamic fundamentalism developed rapidly in post- French colonialism in Algeria in order to respond to the challenges of modernity, both internal and external. Islam was also carried away by social upheaval along with their efforts to form an area that had strategic significance in the economic and military fields in response to various issues and conflicts in Algeria. The development of Islamic fundamentalism has a major impact on the welfare of women in Algeria, women are considered to be weaker and are expected to be inferior to men. This article attempts to discuss the criticism of Islamic fundamentalism in Algeria which is contained in the novel L'Interdite (1993) by Malika Mokeddem. This novel tells the story of a woman who has an inner conflict with the environment in her home country, Algeria. With qualitative methods, this study uses Sequence theory by Schmitt and Viala (1982), Liberal Feminism theory by Betty Friedan (1963), and Écriture Féminine theory by Hélène Cixous (1975). The results of the analysis show that Mokeddem's presence as an écriture féminine has played a role in voicing her opinion on actions that show gender inequality and strengthening the patriarchal culture caused by the development of Islamic fundamentalism, especially in Algeria."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhairi Misrawi
Jakarta: Ford Foundation, 2003
297.09 DAR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Sumbulah, 1971-
"Summary:
On Islamic fundamentalism in Indonesia"
Malang: UIN-Malang Press, 2009
297.67 UMI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Fundamentalisme Agama merupakan salah satu fenomena global yang mewarnai aawal abad 21. Pada awal sejarahnya fundamentalisme dikenal sebagai salah satu gerakan Kristen Protestan di Amerika, namun kini istilah fundamentalisme digunakan untuk menyebut/menamai bangkitnya suatu ideologi tertentu yang muncul di berbagai belahan dunia. Banyak penelitian seputar gerakan fundamentalisme dilakukan untuk mempelajari dan memahami apa itu fundamentalisme, bagaimana awal kebangkitannya, karakteristiknya dengan budaya kekerasan, serta kaitannya dengan modernitas. Penelitian tentang fundamentalisme selama ini menunjukkan adanya beberapa temuan dan kemajuan dalam kajia ilmu sosial-humaniora, meski demikian tidak menutup kemungkinan masih terdapat problem konseptualisasi tentang fundamentalisme agama. Fundamentalisme agama muncul di tengah-tengah masyarakat sejak akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Orang-orang yang mempelajari fundamentalisme agama melihatnya sebagai respon terhadap masyarakat modern."
KONSTAINT 9:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>