Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91708 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purwo Setiyo Nugroho
"ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat munculnya penyakit lainnya. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit terbesar pada penderita diabetes mellitus. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kardiovaskuler terbanyak dibandingkan penyakit kardiovaskuler lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan penyakit jantung koroner pada studi data Baseline Kohor PTM Kementrian Kesehatan. Analisis yang digunakan adalah Cox Regression yang mengestimasi nilai Prevalens Ratio. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis cox regression mengungkapkan bahwa orang yang menderita diabetes melitus memiliki prevalens rasio sebesar 1,094 kali p value 0,929 CI 95 0,149 ndash; 8,026 dibanding responden yang tidak menderita diabetes melitus. Namun, hasil analisis ini menunjukkan bahwa hubungan diabetes melitus terhadap penyakit jantung koroner tidak signifikan dengan mempertimbangkan nilai p value > 0,05 dan 95 Confidence Interval yang rentangnya melewati angka 1. Dalam peneltian ini minim terjadinya bias seleksi karena tidak missing data pada sampel eligible sebanyak 1937 responden. Begitu pula minim terjadinya bias informasi karena pengukuran variabel penelitian menggunakan alat ukur yang baku. Namun penelitian ini memiliki kelemahan dalam temporality sehingga hasil penelitian tidak dapat di justifikasi bahwa diabetes mellitus merupakan penyebab penyakit jantung koroner. Serta nilai asosiasi prevalence ratio bukan merupakan nilai risiko yang sebenarnya.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a disease that can cause complications that lead to the emergence of other diseases. Cardiovascular disease is the biggest disease in patients with diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship of diabetes mellitus and coronary heart disease in the Baseline Data Non Communicable Disease Cohort Study. The analysis is the Cox Regression estimate the Prevalence Ratio. Multivariate analysis using Cox regression analysis revealed that people suffering from diabetes mellitus have a prevalence ratio of 1.094 times p value 0.929 95 CI 0.149 to 8.026 than respondents who do not have diabetes mellitus. However, the results of this analysis showed that the association of diabetes mellitus against coronary heart disease is not significant considering p value "
2017
T48901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni
"Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang sangat serius akibat setiap tahun terjadi peningkatan dan salah satu
kontributor terhadap angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular
di seluruh dunia. PJK yang didiagnosis adalah 46%. Infark miokard pada wanita
usia 50 tahun. Perubahan pola hidup yang ditandai dengan meningkatnya wanita
lansia khususnya wanita yang memasuki masa menopause yang merupakan salah
satu faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Hasil dari
penelitian-penelitian tersebut mendukung bahwa wanita yang memasuki tahap
menopause berisiko meningkat secara signifikan terserang penyakit jantung
koroner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status
menopause dengan kejadian penyakit jantung koroner di Kelurahan Kebon Kalapa
Kecamatan Bogor Tengah Tahun 2011. Penelitian ini merupakan analisis data
sekunder studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular Tahun 2011 dengan
desain cross sectional. Analisis data menggunakan stratifikasi dan analisis
multivariat menggunakan Logistic Regression. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi PJK sebesar 71,3% dan status menopause 55,7%. Berdasarkan
hasil multivariatnya menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menopause
memiliki risiko 1,6975 kali terhadap kejadian penyakit jantung koroner
dibandingkan responden wanita yang tidak mengalami masa menopause dengan
95% CI (1,0662-2,7025 dan p value 0,026 setelah dikontrol variabel stress. Odds
wanita yang mengalami stress 0,5635 kali lebih besar untuk menderita kejadian
penyakit jantung koroner dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami
stress (faktor protektif) dengan interval kepercayaan 95% sebesar 0,3506 – 0,9058
dan p value 0,018.

Coronary Heart Diseases categorized into serious health problems due to the
increasing oMuch research in this last decade reported the relation between the
status of menopause with of coronary heart disease. Found that menopause
causing a myocardialf its prevalence every year. Its one of the contributors to the
global burden of disease and mortality in the world, where 46% of this disease
was myocard infarct in women whom their ages 50 years. Changing of people
lifestyle was one of the risk factors to the increasing of the disease in community.
The objective of this study was to investigate the association between stage of
menopause wih coronary heart diseases in Kebon Kalapa sub district central
Bogor in 2011. This in a cross sectional study, utilized the data secondary study
cohort of the disease of non communicable diseases. The inclusion criteria was
Kebon Kalapa resident whom their ages less or more than 50 years. The data
analysis was performed with stratification and logistic regression multivariate
analysis. The results of study showed the prevalence of coronary heart diseases
was 71,3% dan state menopause 55,7%. The result of multivariate analysis
showed that the women with menopause had 1,6975 risk to get coronary heart
diseases compared to the women who did not, after controlling for covariate, the
history of coronary heart diseases (PR = 1,6975, 95% CI 1,0662-2,7025 dan p
value 0,026 ) after control for variables the stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sahlan Baniu
"Penelitian ilmiah terkait perilaku berobat pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) terhadap penyakit jantung koroner (PJK) masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan membandingkan insiden PJK pada pasien DMT2 yang memiliki perilaku berobat dan tidak berobat menggunakan data Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (Studi Kohor FRPTM) di Kota Bogor selama 4 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan desain kohor retrospektif terhadap pasien DMT2 yang tidak terdiagnosa PJK awal penelitian, kelompok pasien terdiri dari pasien prilaku berobat dan yang tidak berobat, kemudian diamati insiden PJK. Berdasarkan data sekunder Studi Kohor FRPTM Bogor, didapatkan sampel baseline dan data tahun ke-4, dengan jumlah responden 276 yang terbagi menjadi 84 responden berobat dan 192 responden tidak berobat. Hasil utama penelitan ini menunjukkan bahwa proporsi insiden PJK pada kelompok tidak berobat lebih tinggi 2,3% daripada kelompok berobat. Setelah dilakukan pengontrolan variabel perancu, menunjukkan bahwa secara statistika tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok perilaku berobat dan tidak berobat terhadap insiden PJK (p = 0,501). Secara klinis, kelompok tidak berobat memiliki risiko terjadinya PJK 1,7 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok berobat (Adjusted HR = 1,739, CI 95% 0,673-4,490). Kesimpulan dari studi ini adalah perilaku berobat menyebabkan lebih rendahnya kejadian PJK, walaupun tidak bermakna secara statistik.

Scientific research related to the treatment behavior of type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients against coronary heart disease (CHD) is still very limited. This study aims to compare the incidence of CHD in T2DM patients who have treatment and non-treatment behavior using data from the Cohort Study of Non-Communicable Diseases Risk Factors (FRPTM Cohor Study) in Bogor City for 4 years. This study was conducted with a retrospective cohort design for T2DM patients who were not diagnosed with CHD at the beginning of the study, the patient group consisted of patients with treatment behavior and those who did not seek treatment, then observed the incidence of CHD. Based on secondary data from the Bogor FRPTM Cohort Study, the baseline sample and year 4 data were obtained, with a total of 276 respondents divided into 84 respondents for treatment and 192 respondents without treatment. The main result of this study showed that the proportion of CHD incidence in the non-medicated group was 2.3% higher than the treatment group. After controlling for confounding variables, it showed that there was no statistically significant difference between the treatment behavior group and the non-medicating behavior group on the incidence of CHD (p = 0.501). Clinically, the group without treatment had a risk of developing CHD 1.7 times greater than the treatment group (Adjusted HR = 1.739, 95% CI 0.673-4.490). The conclusion of this study is that treatment behavior causes a lower incidence of CHD, although it is not statistically significant.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Indrawati L
"ABSTRACT
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah komplikasi terbanyak dan penyebab kematian utama pada diabetes melitus tipe 2 (DMZ). Pada DM, kejadian kematian akibat PJK lebih besar 4-5 kali dibandingkan pada non-DM. PJK pada DM.2 dipengaruhi oleh berbagaifaktor risiko, diantaranya adalah komponen F ramingham Score. Penelitian ini bertujuan untuk menilai komponen F ramingham sebagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap PJK pada DM.2. Penelitian ini berjenis analitik dengan desain penelitian cross sectional, dilakukan di RSUD Budhi Asih Jakarta. Total sampel adalah 1 3 2 pasien DM.2 selama lebih dari 10 tahun dengan teknikpengambilan sampel consecutive sampling. Dari 132 sampel yang diteliti, 105 orang (79,5 oo) berumur Z55 tahun, 85 orang (64,300) memiliki kolesterol total berisiko, 58 orang (43, 9°o) ber-HDL rendah, 96 orang( 72, 7 0 o) memiliki tekanan darah tinggi, 18 orang (13, 600) merokok, dan 72 orang (54,5 00) memiliki PJK. Uji bivariat menggunakan chi-square dengan a=0, 05 menunjukkan bahwafaktor yang memiliki pengaruh terhadap PJK pada DMZ adalah umur (p=0, 041), kolesterol total (p=0, 032), dan HDL (p=0,010). Adapun yang tidak berpengaruh adalah tekanan darah (p=0,301) dan perilaku merokok (p=0, 54 7). Uji multivariat menggunakan regresi logistik menunjukkan variabel yang paling berpengaruh adalah kolesterol total tinggi (p=0, 010, 0R=3,512). Kesimpulannya, faktor risiko yang berpengaruh terhadap PJK pada DM.2 adalah umun kolesterol total, dan HDL, sementara yang tidak berpengaruh adalah tekanan darah dan merokok.Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah kolesterol total tinggi."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan RI , 2017
355 JIPHAN 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Dwi Hasriani
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian pada kelompok kardiovaskular. Obesitas dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap progresivitas dari prediabetes menjadi DM tipe 2 dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Kondisi prediabetes dengan obesitas meningkatkan risiko kejadian PJK berdasarkan Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). Penelitian ini menggunakan desain studi kohor retrospektif dengan data sekunder studi kohor faktor risiko PTM tahun 2011-2018. Sampel adalah 493 penduduk penduduk dewasa yang obesitas yang menjadi responden Studi Kohor Faktor Risiko PTM, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil analisis multivariat menggunakan cox regression setelah dikontrol dengan usia dan durasi obesitas menemukan bahwa prediabetes memiliki nilai HR=0,80 (95%CI:0,462-1,387), p=0,429, yang berarti hubungan prediabetes dengan kejadian PJK pada penduduk dewasa yang obesitas tidak bermakna secara statistik.

Coronary Heart Disease (CHD) is a leading cause of death in the cardiovascular group. Obesity could increase a person's risk of progression from prediabetes to type 2 DM and increase the risk of cardiovascular disease. Prediabetes with obesity increases the risk of CHD events based on Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). This study was used a retrospective cohort study design using secondary data on NCD Risk Factor Cohort Study in 2011-2018. The sample was 493 obese adult respondents in population of NCD Risk Factor Cohort Study whom met this study inclusion and exclusion criteria. The results of multivariate analysis using cox regression after being controlled by age and duration of obesity found that prediabetes had HR = 0.80 (95% CI: 0.462-1.387), p = 0.429 which means the relationship between prediabetes with CHD events in obese adult respondents was not statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wagiran
"Diabetes melitus adalah penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh lainnya seperti paru-paru yang mulai muncul setelah 3 tahun menderita DM. Gejala yang ringan sering menurunkan kewaspadaan dimasyarakat. Informasi dan penelilitian masih jarang ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan DM tipe 2 dengan gangguan fungsi paru pada usia 40 ndash; 65 tahun di Kota Bogor. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain cross sectional study. Jumlah sampel 2.414 responden dipilih secara acak. Analisis yang digunakan cox regression. Proporsi gangguan fungsi paru pada penderita DM tipe 2 sebesar 48,8. Hubungan bermakna signifikan dengan Prevalens ratio sebesar 1,99 1,67-2,37; p=0,000 setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin dan derajat merokok. Peningkatan kesadaran untuk memeriksakan fungsi paru pada penderita DM tipe merupakan pertimbangan penting sebagai upaya pencegahan komplikasi lebih lanjut.

Diabetes mellitus is a disease that can cause complications in other organs such as lungs that begin to appear after 3 years of suffering from DM. Mild symptoms often reduce public awareness. Information and research about it are still rare. This study aims to determine the relationship of type 2 diabetes mellitus with lung function at the age of 40 65 years in the Bogor city. This type of research is quantitative with cross sectional study design. The sample size of 2,414 respondents was chosen randomly. Cox regression analysis was used in this study. Proportion of lung function disorder in patients with type 2 diabetes is 48.8. The relationship was significantly obtained with the Prevalence ratio of 1.99 1.67 2.37 p 0.000 after controlling the age, sex and smoking activity. Awareness raising for pulmonary function testing for the type 2 diabetes mellitus patient is an important consideration as an effort to prevent further complications."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikriya Rusyda
"Penyakit jantung merupakan penyakit penyerta ketiga setelah diabetes melitus dan hipertensi dengan persentase terbesar pada kasus kematian COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyakit jantung dengan kasus kematian pasien COVID-19 usia >45 tahun di Depok. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus control dan menggunakan data dari Dinas Kesehatan Kota Depok selama periode Agustus 2020 hingga Juni 2021. Sampel penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang memiliki data variabel yang lengkap. Kriteria eksklusi adalah wanita hamil. Kelompok kasus terdiri dari 582 sampel dan kelompok kontrol dipilih secara simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit jantung dengan kasus kematian pasien COVID-19 dengan nilai asosiasi OR crude sebesar 3,55 (95% CI = 2,20-6,90 P value = <0,0001) dan OR adjusted sebesar 3,04 (95% CI = 1,67-5,52 P value <0,0001) setelah dikontrol oleh variabel penyakit penyerta lainnya. Keterbatasan penelitian ini data didapatkan dari hasil wawancara petugas kesehatan dengan pasien sehingga penelitian ini dipengaruhi oleh bias informasi.

Heart disease is the third highest comorbidity, after diabetes mellitus and hypertension in COVID-19 deaths in Indonesia. This study aims to determine the association between heart disease and mortality of COVID-19 patients aged >45 years in Depok. The study design is a case control study. This study using secondary data from Depok Health Office for the period of August 2020 – June 2021. The samples in this study who were met the inclusion and exclusion criteria. The inclusion citeria was COVID-19 patients who had complete data of the variables. The exclusion criteria was pregnant woman. The case group consists of 582 samples and the control group were selected with simple random sampling method. Data were analyzed using chi square and logistic regression. The study result indicates that the crude association between heart disease and mortality of COVID-19 patients is 3,55 (95% CI = 2,20-6,90 P value = <0,0001) and adjusted OR 3,04 (95% CI = 1,67-5,52 P value <0,0001) after being controlled by other comorbid. The limitation in this study that the data was obtained based on interviews between health workers and patients, so this study was influenced by information bias"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Montolalu, Gabriela
"ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner (PJK) memegang urutan pertama penyebab kematian dini pada laki-laki dengan usia menengah. Salah satu operasi tersering yang sering dilakukan sebagai intervensi terhadap PJK adalah Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kematian pasien dalam 6 tahun pascaoperasi BPAK di RS Pusat Jantung Harapan Kita (RSPJNHK) pada tahun 2006. Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap pasien yang menjalani operasi BPAK di RSPJNHK pada tahun 2006 menggunakan rekam medis subyek untuk menentukan apakah kadar kreatinin dan diabetes melitus dapat menjadi prediktor kematian. Pada setiap variabel dilakukan uji chi-square. Dari 75 subyek untuk variabel kadar kreatinin, 18,66% (n=14) meninggal setelah 6 tahun pascaoperasi BPAK (p=0,007). Dari 79 subyek untuk variabel diabetes melitus didapatkan 18,98% (n=15) subyek meninggal setelah 6 tahun pascaoperasi BPAK (p=0,55). Kematian pasien dalam 6 tahun pascaoperasi BPAK di RSPJNHK pada tahun 2006 menunjukkan adanya hubungan dengan kadar kreatinin preoperasi namun tidak berhubungan dengan status diabetes melitus subyek."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annisa Harpini
"Sebagian besar kematian jamaah haji Indonesia pada tahun 2007 (54,5%) disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Di Asia Tenggara, jenis kardiovaskuler terbanyak adalah penyakit jantung koroner (PJK). Penelitian ini menggunakan disain studi kasus kontrol, dimana semua jamaah haji embarkasi Jawa Barat yang mengalami PJK di tanah suci dimasukkan ke dalam kelompok kasus, dan yang tidak mengalami PJK di tanah suci dimasukkan ke dalam kelompok kontrol. Penentuan kelompok kontrol dilakukan dengan cara mematchingkan karakteristik individu pada masing-masing kasus (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan), dengan perbandingan 1 kasus untuk 5 kontrol. Terdapat 48 kasus dan 240 kontrol dalam penelitian ini, dengan jumlah total sampel adalah 288. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dan diabetes mellitus pada jamaah dengan kejadian PJK di tanah suci. Dimana odds yang mengalami PJK pada jamaah yang hipertensi 10,69 kali odds PJK pada jamaah yang tidak hipertensi. Dan odds yang mengalami PJK pada jamaah yang diabetes mellitus 4,48 kali odds PJK pada jamaah yang tidak diabetes mellitus. Untuk menurunkan kematian dan kesakitan akibat PJK, jamaah dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disarankan untuk selalu menjaga kesehatannya sesuai anjuran petugas medis. Untuk petugas yang menangani kesehatan jamaah, diharapkan meningkatkan pengawasan dan penyuluhan kepada jamaah dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.

In 2007, most of Indonesian pilgrims (54.5%) died due to cardiovascular disease. In Southeast Asia, most common type of cardiovascular is coronary heart disease (CHD). The study design was case-control, in which all hajj pilgrims From The West Javanese Embarkation who experienced CHD in the holy land were in the case group, and who did not have CHD at the holy land were in the control group. Control group was chosen by matching the individual characteristics of each case (age, sex, education, and employment), with a ratio of 1 case to 5 controls. There were 48 cases and 240 controls in this study; with the total number of samples were 288. There were significant relationship between a history of hypertension and diabetes mellitus upon the incidence of CHD in the holy land. Where the odds of experiencing CHD in hypertensive pilgrims was 10.69 times the odds of CHD among those who were not hypertensive. And odds of experiencing CHD in diabetes mellitus pilgrims was 4.48 times the odds of CHD among those who were not diabetes mellitus. To reduce mortality and morbidity due to CHD, pilgrims with a history of hypertension and diabetes mellitus are advised to always keep their health as recommended by the medical officer. For healthcare workers who handle pilgrims, are expected to increase supervision and counseling to the hajj pilgrims with a history of hypertension and diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>