Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175837 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustiany
"ABSTRAK
Tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk petugas pengamanan lembaga pemasyarakatan yang memiliki risiko tinggi tertular TB karena berinteraksi dengan warga binaan pemasyarakatan yang merupakan populasi dengan insiden TB yang tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis PPI TB di Lapas tempat penelitian serta melakukan penilaian risiko infeksi tuberkulosis sebelum dan sesudah dilakukan intervensi program PPI TB. Penelitian ini merupakan studi pra dan pasca intervensi yang dilakukan terhadap manajemen dan petugas pengamanan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program PPI TB di Lapas tempat penelitian belum dilaksanakan dengan baik kemudian dilakukan intervensi terhadap manajemen dan petugas pengamanan. Terjadi peningkatan pengetahuan yang bermakna p < 0,05 serta peningkatan sikap yang bermakna p < 0,05 setelah diintervensi. Selain itu juga terjadi penurunan risiko penularan TB dari risiko tinggi 13 menjadi risiko rendah 1 . Dengan hasil ini, diharapkan kepada manajemen agar penerapan program PPI TB harus dilakukan kepada petugas pengamanan, petugas lain serta warga binaan pemasyarakatan. Petugas pengamanan harus menggunakan masker respirator saat bersama pasien TB atau yang dicurigai TB.

ABSTRACT
Tuberculosis TB is still one public health problem in Indonesia, including prison guards who have a high risk of contracting tuberculosis because of their interaction with prisoners who are populations with a high incidence of TB.
The purpose of this study was to determine the implementation of TB prevention and infection control program in prison and conduct a risk assessment of tuberculosis infection before and after the prevention and infection control program intervention. This study is a pre and post intervention study conducted on the management and prison guards with quantitative and qualitative analysis.
The results showed that TB prevention and infection control program has not been properly implemented, then researcher conduct interventions for management and prison guards. There was significant increase in knowledge of prison guards.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setya Thamarina
"Tuberkulosis (TB) paru dewasa masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan sebanyak 9 juta kasus baru tuberkulosis di dunia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, diperkirakan prevalensi TB paru di Indonesia sebesar 0,4%, sedangkan prevelensi TB paru di DKI Jakarta sebesar 0,6%. Di Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur pada tahun 2013 jumlah kasus TB paru dengan hasil sputum BTA positif sebesar 0,025%. Menurut departemen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15 - 50 tahun).
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi proporsi TB paru dewasa di Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain studi korelasi dengan puskesmas sebagai unit agregat. Data sekunder yang digunakan berasal dari sistem informasi TB terpadu yang terdapat di suku dinas kesehatan Jakarta Timur tahun 2014. Adanya korelasi ditujukan antara proporsi umur dengan proporsi TB paru dewasa dengan (ρ =0,657 ; p = 0,078), proporsi penderita TB paru dewasa hasil pemeriksaan sputum BTA positif dengan proporsi penderita TB paru dewasa (ρ = -0,379 ; p = 0,147), dan proporsi cakupan Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan proporsi penderita TB paru dewasa (ρ = 0,406 ; p = 0,244).
Kesimpulan tak secara harfiah : Umur, pemeriksaan sputum BTA positif, dan PMO merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya proporsi TB paru dewasa, namun hal tersebut tidak dapat digeneralisir ditingkat individu. Saran tak secara harfiah : promosi kesehatan terhadap PMO sehingga pencegahan TB paru dewasa dapat berjalan maksimal.

Adult Pulmonary Tuberculosis (TB) is one of problems for public health in the world. According to the World Health Organization (WHO), it is estimated about 9 million new cases of TB in the world. Based on the results of basic health research in 2013, the estimated prevalence of pulmonary TB in Indonesia was 0.4%, while the prevalence of pulmonary TB in DKI Jakarta was 0.6%. The number of pulmonary TB cases in sub-district primary health centers in East Jakarta 2013 with positive results of sputum smear estimated at 0.025%. According to the Department of Disease Control and Environmental Health (P2PL), 75% of TB patients are in the age group of most economically productive (15-50 years).
The aim of this study is to identify factors that affect the proportion of adult pulmonary TB in East Jakarta sub-district primary health centers. We used correlation design with primary health centers as an aggregate unit. Secondary data that used are obtained from an integrated system of TB information in the year of 2014 that available at Health Department of East Jakarta. Statitiscally correlation shown between age proportion and adult pulmonary TB (ρ = 0.657; p = 0.078); between positive results of sputum smear among adult pulmonary TB patients proportion and the adults proportion (ρ = 0.379; p = 0.147); and between the proportion of Drug Intake Supervisors coverage with the proportion of adult pulmonary TB patients (ρ = 0.406; p =0.244).
Age, positive sputum smear examination, and Drug Intake Supervisors are the risk factors unliterally in the occurrences of adult pulmonary TB proportion, but not to be generalized at individual level. Health promotion towards the Drug Intake Supervisors are important in order to maximized adult pulmonary TB prevention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas tentang determinan infeksi tuberkulosis laten pada wargabinaan pemasyarakatan di Rutan klas 1 Bandung. Penelitian ini menggunakandesain cross sectional dan dianalisis dengan regresi logistik berganda. Hasilpenelitian ini menunjukan prevalensi infeksi TB laten sebesar 76,9 dan TB aktif2,3 . Risiko tinggi dan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadianinfeksi TB laten yaitu kebiasan merokok sering sebesar 12,99 kali dan kebiasanmerokok kadang-kadang sebesar 9,34 kali. Determinan lainnya yang berisikomengalami infeksi TB laten yaitu riwayat kontak TB diluar rutan sebesar 3,02kali, status gizi kurang dari normal sebesar 2,64 kali dan status gizi lebih darinormal sebesar 0,21 kali, penahanan lebih dari 1 kali sebesar 0,44 kali, usia lebihdari 26-34 tahun sebesar 0,23 kali, usia 34-42 tahun sebesar 0,41 kali dan usialebih dari 42 tahun sebesar 0,63 kali. TB laten sangat tinggi sehingga diperlukanskrining TB laten agar dapat memutus mata rantai TB. Determinan utama TBlaten adalah merokok sehingga perlu pembatasan penjualan rokok dan membuatregulasi hingga kebiasaan merokok warga binaan pemasyarakatan berhenti. Selainitu, juga perlu meningkatkan status gizi sesuai dengan angka kecukupan gizi.

ABSTRACT
This dissertation discusses the determinant latent tuberculosis infection ofprisoners in state prison class 1 Bandung. This study used cross sectional designand analyzed by multiple logistic regression. The results of this study show theprevalence of latent TB infection is 76.9 and active TB is 2.3 . The highest riskand the most dominant factors associated with the incidence of latent TB infectionwho have smoking habits frequently are 12.99 times and intermitent smokinghabits are 9.34 times. Other determinants who have risk of latent TB infectioninclude a history of TB contact outside the prison is 3.02 times, less nutritionalstatus from normally is 2.64 and nutritional status more than normally is 0.21times, incarceration more than once is 0,44 times, age range of 26 34 years old is0.23 times, the age 34 42 years is 0.41 times and the age more than 42 years is0.63 times. The occurence of latent TB is very high that latent TB screening isnecessary to be able to cut the transmission of TB. The main determinant of latentTB is smoking so it is necessary to restrict the sale of cigarettes and make aregulation to stop smoking habits of prisoners. In the other hand, it also needs toimprove nutritional status in accordance with the nutritional adequacy rate."
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Sangadah
"ABSTRAK
Pasien TB dengan putus berobat akan membawa resiko tinggi terhadap kegagalan berobat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ? faktor yang berhubungan dengan kejadian putus berobat pasien TB di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2012. Metode yang digunakkan adalah coss sectional dengan cara penelusuran / observasi kartu berobat pasien TB yag mulai berobat pada tahun 2009 sampai dengan 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien yang putus berobat sebesar 27%. Faktor yang berhubungan dengan kejadian putus berobat, yaitu umur, jenis kelamin, unit pelayanan kesehatan, rejimen, dan tipe pasien, rejimen merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian putus berobat.

Abstract
TB patients with end treatment will carry a high risk of treatment failure. The purpose of this study was to determine factors related to the incidence of TB patients seek treatment drop out in the working area of the District Health Office Kebumen 2012. The method is the Coss sectional by tracking / observation cards treatment of TB patients started treatment in 2009 through 2011.
The results showed that the number of patients who drop out of treatment by 27%. Factors related to the incidence of treatment drop out are age, gender, health services, regimen, and type of patients, the regimen is the most dominant factor that influence the incidence of treatment drop out.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inaz Kemala Dewi
"WHO memiliki target untuk mengeliminasi tuberkulosis pada 2035. Pembangunan dunia bebas TB tidak cukup dengan perluasan cakupan penegakkan diagnosis dan pengobatan saja, melainkan butuh sistem kesehatan yang bermutu tinggi di dalamnya. Rumah Sakit Khusus Paru Kabupaten Karawang sebagai rumah sakit rujukan TB di Kabupaten Karawang yang diharapkan dapat membantu eliminasi TB di Kabupaten Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimalisasi mutu pelayanan TB dengan menggunakan kombinasi Framework High Quality Health System dan Quality of Tuberculosis Service Assessment. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis mutu pelayanan TB mulai dari segi pondasi sistem pelayanan tuberkulosis, proses perawatan serta dampak mutu pelayanan tuberkulosis. Data primer didapatkan melalui wawancara mendalam dengan pemangku jabatan, penyedia pelayanan kesehatan dan pasien serta observasi lapangan. Data sekunder didapatkan dari data kunjungan, laporan serta SPO yang digunakan dalam pelayanan TB. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari segi pondasi sistem pelayanan tuberkulosis masih memiliki kelemahan di aspek penganggaran khusus penanggulangan TB, sosialisasi kebijakan pelayanan TB serta peningkatan jejaring internal dan eksternal. Proses perawatan tuberkulosis yang berjalan masih kurang dari segi komunikasi interaksi pasien-penyedia pelayanan di Instalasi Rawat Inap serta monitoring follow up pasien sehingga mengakibatkan hambatan dalam pelayanan. Sehingga permasalahan dari segi pondasi dan proses perawatan yang bermutu kurang baik memberikan dampak berupa rendahnya angka keberhasilan pengobatan pasien TB serta adanya peningkatan pasien loss to follow up, tidak dievaluasi dan meninggal dunia. Penguatan pondasi sistem kesehatan tuberkulosis disertai implementasi proses perawatan yang berkelanjutan dan terintegrasi akan menghasilkan hasil pengobatan yang baik serta kepuasan bagi pasien.

By 2035, the WHO aims to end TB. Expanding diagnosis and treatment options alone won't be enough to create a world free of TB, but it requires a high-quality health system within it. Karawang Lung Hospital serves as a TB referral hospital and is anticipated to aid in the eradication of TB in Karawang Regency. This study aims to optimize the quality of TB services by using a combination of the High Quality Health System Framework and the Quality of Service Tuberculosis Assessment. This study is a case study with a qualitative approach to analyze the quality of TB services starting from the foundation of the tuberculosis service system, the treatment process and the impact of the quality of tuberculosis services. Primary data were obtained through in-depth interviews with stakeholders, health service providers and patients as well as field observations. Secondary data was obtained from visit data, reports and procedurs used in TB services. The results of the study showed that in terms of the tuberculosis service system, it still has weaknesses in the aspect of special budgeting for TB control, policies on socializing TB services and increasing internal and external networks. The current tuberculosis treatment process is still lacking in terms of patient-service provider interaction in the Inpatient Unit and patient follow-up monitoring resulting in obstacles in service. So that problems in terms of treatment and care processes that are of poor quality have an impact in the form of a low success rate of treatment for TB patients as well as an increase in patient loss to follow-up, not being evaluated and death. Strengthening the foundation of the tuberculosis health system along with implementing a sustainable and integrated treatment process will result in good treatment outcomes and patient satisfaction."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosalina Thuffi
"Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatana masyarakat. Salah satu populasi yang paling berisiko adalah tahanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian TB di dalam lapas. Data yang digunakan adala data primer yang diambil pada bulan Desember 2013 hingga Februari 2014. Analisis data menggunakan Chi Square, dan Chi Square Mantel Haenzel untuk bivariat, serta Regresi Logistik untuk multivariat. Ada hubungan signifkan antara keberadaan orang dengan penyakit TB dapam satu kamar tahanan (p value<0,0001), lama tahanan (p value=0,008), dan pemanfaatan ARV (p value=0,039).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan orang dengan penyakit TB dalam satu kamar merupaka faktor paling berisiko terhadap kejadian TB di lapas (OR=13,009). Pengupayaan perbaikan sistem ruang isolasi dan modifikasi lingkungan, serta peningkatan pelayanan kesehatan dengan pemeriksaan rutin terhadap suspek TB dapat dijadikan upaya pencegahan penularan TB di dalam lapas. Diperlukan upaya provokasi ke atas guna melancarkan upaya pencegahan karena upaya yang diambil berhubungan dengan sistem keamanan lapas.

Tuberculosis is still a problem for public health. One of the populations most at risk are prisoners. This study aimed to determine the risk factors in the incidence of TB in prisons. The data used is primary data taken in December 2013 to February 2014. Analysis of the data using Chi Square, Chi Square and Mantel Haenzel for bivariate, and multivariate logistic regression for. There was a significant association between the presence of a person with TB disease in the detention room (p value <0.0001), length of detention (p value = 0.008), and the use of antiretrovirals (p value = 0.039).
The results showed that the presence of people with TB in the room is the most risk factors on the incidence of TB in prison (OR = 13.009). Striving for improvement and modification system isolation room environment, as well as increased health care with routine checks on suspected tuberculosis prevention efforts can be used as TB transmission in prison. Required to provoke up to launch prevention efforts because of measures taken related to prison security system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munifah
"Tuberkulosis masih menjadi kedaruratan global dan kini Indonesia menempati peringkat kedua dunia dengan angka prevalensi TB paru tahun 2015 mencapai 647 per 100.000 penduduk (WHO, 2015). Laporan Riskesdas 2013 prevalensi TB paru tertinggi adalah di Jawa Barat (0,7%), jauh di atas angka prevalensi nasional (0,4). Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh puskesmas, namun insidens dan prevalensi kasus TB paru terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model manajemen TB paru berbasis wilayah yang merupakan keterpaduan antara manajemen kasus dan manajemen pengendalian faktor risiko TB paru di provinsi Jawa Barat terhadap kejadian TB paru pada tingkat puskesmas. Pendekatan studi yang digunakan adalah mixed method, yakni kuantitatif dan kualitatif dengan desain cross sectional, kemudian dianalisis menggunakan Structural Equation Model (SEM) Lisrel. Pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner pada 408 responden dari 136 puskesmas total populasi, sedangkan pada studi kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam pada 136 informan pasien TB dan 136 informan dokter swasta. Hasil analisis memberikan gambaran bahwa hanya 52,9% puskesmas yang sudah menjalankan manajemen kasus secara baik dan 38% puskesmas yang sudah melaksanakan manajemen PFR. Pelaksanaan program intervensi TB (DOTS) pada sebagian besar puskesmas (50,7%) berjalan kurang baik, sedangkan pelaksanaan program pengendalian faktor risiko TB paru 62% puskesmas masih belum berjalan. Berdasarkan analisis model structural (SEM) disimpulkan bahwa jalur (path) yang terbukti signifikan adalah manajemen kasus berkontribusi terhadap pelaksanaan program intervensi TB (DOTS) dan program DOTS berkontribusi terhadap capaian CDR, CuR dan CR. Namun, DOTS saja tidaklah cukup jika tidak disertai manajemen dan program pengendalian faktor risiko (PFR) TB, karena manajemen PFR berkontribusi terhadap pelaksanaan program PFR dan jalur program PFR terbukti berkontribusi terhadap capaian CDR. Selanjutnya, penelitian ini menghasilkan model manajemen TB paru berbasis wilayah sebagai upaya pengendalian penyakit TB dengan mengintegrasikan antara program intervensi TB (DOTS) yang sudah berjalan selama ini dengan program pengendalian faktor risiko TB melalui survei kontak, investigasi pasien DO, penyehatan rumah penderita, dan dukungan kerjasama lintas sektor. Secara statistic, model ini terbukti fit.

Tuberculosis remains a global emergency and now Indonesia second ranked in the world with pulmonary TB prevalence rate in 2015 was 647 per 100,000 population (WHO, 2015). Indonesian Base Health Survey in 2013 showed that pulmonary TB prevalence was highest in West Java (0.7%), well above the national prevalence rate (0.4). Since 2000 the DOTS strategy implemented nationwide in all health centers, but the incidence and prevalence of pulmonary TB cases continued to rise. This study aimed to obtain pulmonary TB management model which was the area-based integration between case management and management control of risk factors for pulmonary tuberculosis in the province of West Java on the incidence of pulmonary tuberculosis at the health center level. I used mixed method, namely quantitative and qualitative cross-sectional design, and then analyzed using Structural Equation Model (SEM). A quantitative approach using a questionnaire on 408 respondents from a total population of 136 primary health centers, while in the qualitative study using in-depth interviews to TB patients and private doctors. The results of the analysis suggested that only 52.9% of primary health centers had been run better for case management and 38% primary health centers were already carrying out management of the PFR. Implementation of TB intervention program (DOTS) in most primary health centers (50.7%) performed poorly, while the implementation of risk factor controlling program of pulmonary TB in 62% primary health centers were still not running. Based on the analysis of structural models (SEM) I concluded that the path which proved significant was the case management contributed to the implementation of the intervention TB program (DOTS) and DOTS program contributed to the achievement of CDR, CUR and CR. However, only DOTS program was not enough unless accompanied by management and risk factors controlling program (PFR) of TB, because the PFR management contributed to the implementation of PFR programs and the PFR program realization proved to significantly contribute to the achievement of CDR. Furthermore, this study yield regional based management model of pulmonary tuberculosis as an effort to control TB disease by integrating between TB intervention (DOTS) with surveys contact, investigation of drop out patients, redesign the homes of people if necessary, and cross-sector cooperation were vital . The feasibility and suitability model has statistically fit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanti
"Tuberkulosis masih menjadi ancaman kesehatan utama secara global dan di Indonesia. Kota Depok salah satu penyumbang Beban TBC di Jawa Barat. Dinas Kesehatan Kota Depok memiliki bidang khusus yang berfungsi untuk menangani permasalahan penyakit TBC, namun pada pengolahan data menjadi informasi dari SITB masih manual menggunakan Microsoft Excel, data yang akan diolah harus disesuaikan kebutuhan sehingga menyita banyak waktu dan menyebabkan tahap analisis tidak maksimal. Tujuan penelitian ini untuk memantau evaluasi program TBC dengan merancangan dashboard Sistem Pemantauan dan Evaluasi program TBC di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen, perancangan dashboard menggunakan metode Rapid Application Development yang terdiri atas kegiatan analisis kebutuhan dan perancangan prototipe. Penelitian ini menghasilkan rancang bangun dashboard pemantauan dan evaluasi program TBC yang dapat menganalisis data dan menyajikan informasi jumlah pasien TBC, Jumlah Penemuan & Pengobatan Pasien TBC, Data Kasus Berdasarkan Faskes, Laporan Penemuan & Pengobatan Pasien TBC dan Laporan Keberhasilan Pengobatan Pasien TBC berdasarkan jenis kelamin, data laboratorium TBC serta capaian program TBC berdasarkan indikator-indikator. Pengembangan sistem informasi dashboard yang dirancang menjadi platform analisis data program TBC dan dapat menampilkan informasi ke Dinas kesehatan secara langsung pada dashboard Informasi.

Tuberculosis is still a major health threat globally and in Indonesia. Depok City is one of the contributors to the TBC burden in West Java. The Depok City Health Service has a special field that functions to deal with TB disease problems, but processing data into information from SITB is still manual using Microsoft Excel, the data to be processed must be adjusted to needs, which takes up a lot of time and causes the analysis stage to not be optimal. The aim of this research is to monitor the evaluation of the TBC program by designing a dashboard for the Monitoring and Evaluation System for the TBC program in Depok City. This research is qualitative research with data collection carried out by conducting in-depth interviews, observations and document studies, using the Rapid Application Development method which consists of needs analysis and prototype design activities. This research resulted in the design of a TBC program monitoring and evaluation dashboard that can analyze data and present information on the number of TB patients, the number of TBC patient discoveries & treatment, case data based on health facilities, TBC patient discovery & treatment reports and TBC patient treatment success reports based on gender. TBC laboratory data and TBC program achievements based on indicators. Development of a dashboard information system designed to be a data analysis platform for the TBC program and can display information to the Health Service directly on the Information dashboard.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Holly Herawati
"Penyakit TB masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, walaupun upaya pengendalian sudah dilakukan sejak jaman penjajahan. Evaluasi yang dilakukan selama ini masih merupakan evaluasi proses, maka kali ini peneliti menawarkan suatu evaluasi yang menyeluruh yaitu adanya cara pengukuran baru berupa variabel laten ( lingkungan, sarana prasarana, proses, target dan output) dengan tujuan hasil evaluasi ini untuk memberi masukan pada penentu kebijakan pengendalian TB di masa yang akan datang.
Penelitian di lakukan dengan memakai gabungan data Rifaskes 2011 dan P2PL 2011.
Metode yang dipakai adalah analisa data sekunder, serta penambahan data kualitatif dengan memakai penelitian sistem, serta metode pemodelan variabel dengan menggunakan analisa Struktural Equation Modeling. Hasil yang didapat adalah di perolehnya 4 model hasil evaluasi program pengendalian TB: Model nasional, model wilayah Sumatra, model Jawa Bali, model wilayah lainnya. Secara garis besar ada beberapa perbedaan kontribusi setiap hubungan variabel laten; pada model nasional kontribusi terbesar (1.sarana prasarana ke proses, 2. Target 1 dan CDR 3. proses ke target 2) pada hasil evaluasi Sumatra (1. sarana prasarana ke proses; 2. target 1 dan CDR 2. target 1 dengan CNR 3.lingkungan dan sarana prasarana) hasil evaluasi Jawa Bali (1.target 1 dan CNR 2.target 1 dengan CDR 3. Target 2 dan CR ) dan hasil evaluasi wilayah lainnya (1. target 1 dengan CNR 2. lingkung dan sarana prasarana 3. sarana prasarana ke proses).

TB disease remains a health problem in Indonesia, despite the control measures already carried out since the colonial era. Evaluations were conducted for this is still an evaluation process, so this time offers researchers a comprehensive evaluation that is the way of new measures in the form of latent variables (environment, infrastructure, processes, targets and output) with the purpose of this evaluation to provide input on policy makers TB control in the future.
The experiment was conducted using a combination of data P2PL Rifaskes 2011 and 2011. The method used is the analysis of secondary data, as well as additional qualitative data using systems research, as well as variable modeling methods using Structural Equation Modeling analysis. The result is a model of evaluation results oBTAin it 4 TB control program: The national model, a model region of Sumatra, Java and Bali models, models of other regions. Broadly speaking, there are some differences in the contribution of each relationship latent variables; the largest contribution to the national model (1. infrastructure to process, targets 1 and CDR 3.target 1 to process) on evaluation of Sumatra (1. infrastructure to process; 2. target 1 and CDR 2. target of 1 to CNR. 3.the environment and infrastructure) on the evaluation of Java Bali (1.target 1 and CNR 2.target 1 with CDR 3. Target 2 and CR) and the results of evaluation of other areas (1.targets 1 with CNR 2. infrastructure with the environment and 3.infrastructure to process).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Rinaldy Panusunan
"Latar belakang dan tujuan: Petugas kesehatan adalah populasi yang rentan terhadap infeksi Tuberkulosis (TB). Salah satu penilaian dalam kontrol infeksi TB adalah melakukan evaluasi pada petugas kesehatan, terutama yang kontak dengan pasien TB. Interferon gamma release assays (IGRA) adalah suatu alat untuk pemeriksaan infeksi TB laten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan angka proporsi infeksi TB laten pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang dilakukan pada 95 subjek dengan cara concecutive sampling. Subjek akan dilakukan anamnesis, foto toraks dan Xpert MTB/RIF untuk menyingkirkan diagnosis TB aktif dan TB MDR.
Hasil: Hasil IGRA positif didapatkan pada 37 subjek (38,9%) dan negatif pada 58 subjek (61,1%). Tidak ditemukan kasus TB aktif atau TB MDR. Didapatkan hubungan yang signifikan antara hasil pemeriksaan IGRA dengan lokasi kerja (P = 0,004).
Kesimpulan: Proporsi infeksi TB laten pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan dengan pemeriksaan IGRA adalah 38,9%.

Background: Healthcare workers (HCW) are group of population that are prone to tuberculosis (TB) infection. One of the tuberculosis infection control measure is the evaluation of HCW, especially those who have contact with TB patient. Interferon gamma release assays (IGRA) is a method for diagnosing latent TB infection (LTBI). The aim of this trial is to determine the proportion of LTBI in HCW in Persahabatan Hospital, a high burden TB hospital in Indonesia.
Methods: This cross sectional study was conducted among 95 HCW in Persahabatan Hospital who have contact with TB patient. Sample was recruited by consecutive sampling. The participants were subject to history taking, chest X ray and Xpert MTB/RIF to exclude the diagnosis of active TB infection or multi drug resistant (MDR) TB.
Results: Positive IGRA was found in 37 HCW (38,9%) and negative IGRA was found in 58 HCW (61,1%). There were no active TB and MDR TB in HCW. There was a significant association between IGRA result and the work place (P = 0,004).
Conclusion: Proportion of LTBI in HCW in Persahabatan Hospital by using IGRA was 38,9%."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>